Anda di halaman 1dari 31

PENGGUNAAN KAIDAH EJAAN YANG TIDAK TEPAT

Materi ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Problematika Bahasa
Indonesia
Dosen Pengampu: Drs, Ngatman, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 2/ Kelas VII C
1. Diah Ayu Kusworo (K7116034/05)
2. Yunia Nur Arifah (K7116218/32)
3. Yuniatun Dwi Nurriskah (K7116219/33)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS KEBUMEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
PENGGUNAAN KAIDAH EJAAN YANG TIDAK TEPAT
A. Pelafalan
Salah satu yang diatur dalam ejaan adalah cara pelafalan atau cara
pengucapan dalam bahasa Indonesia. Ketentuan pelafalan yang berlaku dalam
bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia
harus diucapkan atau dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal
atau ucapan dalam nahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan. Contoh:
Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar
Teknik tehnik teknik / t e k n i k /
Tegel tehel tegel / t e g e l /
Energi enerhi, enersi, enerji energi / e n e r g i
Masalah atau kesalahan lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah
mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakaian bahasa
memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.
Contohnya sebagai berikut:
Tulisan Lafal yang salah Lafal yang benar
TV /tivi/ / te ve /
MTQ / emtekyu / / em te ki /
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai pemakaian dan
pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan
pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hokum, lembaga, kota, sungai,
gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali
ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud adalah pertimbangan adat,
hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti
Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang disempurnakan. Jadi, melafalkan
nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung
pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman,
atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama
tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai
dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari para
pakar yang bersangkutan. Contohnya sebagai berikut:
Tulisan Lafal yang benar
Coca cola / ko ka ko la /
HCl / Ha Se El /
CO2 / Se O2 /
B. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan menggunakan 26 huruf di
dalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf “a” sampai dengan huruf “z”. beberapa
huruf diantaranya yaitu huruf “f”, “v”, “x”, dan “z”, merupakan huruf serapan dan
sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia.
Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti
dengan huruf lain. Contoh:
Fitnah tidak boleh diganti dengan pitnah
Pasif tidak boleh diganti dengan pasip
Vitamin tidak boleh diganti dengan pitamin
Aktif tidak boleh diganti dengan aktip
Zamrud tidak boleh diganti dengan samrud, jamrud
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa
Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf “q” dan “x”. Huruf “q”
hanya dapat dipakai untuk nama dan istilah, sedangkan untuk istilah umum harus
diganti dengan huruf “k”. demikian pula huruf “x” dapat dipakai untuk lambang,
seperti xenon, sinar X, X + Y. Huruf “x” apabila terdapat pada tengah kata dan
akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan “ks”. Contoh:
Quran tetap ditulis Quran (nama)
Aquarium harus ditulis dengan akuarium
Quadrat harus ditulis dengan kuadrat
Taxi harus ditulis dengan taksi
Latex harus ditulis dengan lateks
Huruf “k” selain untuk melambangkan bunyi “k”, juga digunakan untuk
melambangkan bunyi hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang
menggunakan tanda “ain” (‘) untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut. Contoh:
Ta’lim harus ditulis dengan taklim
Ma’ruf harus ditulis dengan makruf
Da’wah harus ditulis dengan dakwah
Ma’mur harus ditulis dengan makmur
C. Pemisahan Suku Kata
Didalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal.
Vokal itu dapat diikuti maupun didahului oleh konsonan. Persukuan atau
pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat
pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh sewenang-
wenang melakukan pemotongan atau pemisahan kata, melainkan harus taat pada
kaidah yang berlaku. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata
berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir
baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulis harus
mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang
Disempurnakan (EYD)
1. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata, yaitu:
a. V : i-nang, a-ku, ma-u, a-du, i-par
b. VK : in-duk, la-in, om-pong, om-bak
c. KV : ra-jut, ma-ju, bi-ru, cu-kup
d. KVK : ram-but, lam-bat, pan-tul, rim-bun
2. Disamping itu, bahasa Indonesia masih memiliki beberapa pola suku kata
yang seperti berikut ini:
a. KKV : pra-ja, su-pra, sas-tra, in-fra
b. KKVK : blok, prak-tek, trak-tor, trak-tir, skan-dal
c. VKK : eks, ons, ohm, ing-kar, ang-sa
d. KVKK : teks, pers, lam-bang, ter-jang, jan-tung
e. KKVKK : kom-pleks, ge-nyang, le-ngang
f. KKKV : stra-ta, stra-te-gi, in stru-men
g. KKKVK : struk-tur, in struk-si
Keterangan : K = konsonan
V = vokal
3. Cara pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
a. Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan,
maka pemisahan dilakukan diantara kedua vokal tersebut.
Contoh: bu-at, ta-at, sa-at, ni-an, sa-uh, bu-ah, ma-in.
b. Apabila di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan,
maka pemisahan dilakukan diantara dua konsonan tersebut.
Contoh: man-di, som-bong.
c. Apabila di tengah kata terdapat konsonan diantara dua
vokal, maka pemisahan dilakukan sebelum konsonan tersebut.
Contoh: ba-rang, ma-kan, su-kar, za-kat, ba-pak, sa-kit, a-nak, sa-rang.
Untuk ng, ny, sy, dank h yang melambangkan satu konsonan, maka
gabungan huruf-huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan
suku kata dilakukan sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
Contoh: nyo-nya, sya-rat, ang-ka, akh-lak, sa-ngat.
d. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan,
maka pemisahan dilakukan diantara konsonan pertama dan konsonan
kedua.
Contoh: ben-trok, bang-krut, ul-tra, in-fra, am-bruk, ang-klung.
e. Untuk kata yang mendapatkan imbuhan, termasuk awalan
yang mengalami perubahan bentuk sehingga biasanya ditulis serangkai
dengan dasarnya, maka pemisahan suku kata tersebut dilakukan untuk
dipisahkan sebagai satu kesatuan.
Contoh: mi-num-an, bel-a-jar, me-nya-bit, me-lak-san-na-kan, mem-ban-
tu, da-tang-lah, ter-ta-wa.
f. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada
huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.

Contoh: Salah Benar


… hal i- … hal
ni ini
g. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan
diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf,
tetapi diletakkan di samping kanan huruf, tetapi diletakkan di samping
kanan huruf.
Contoh:
Salah Benar
… pengam … pengam-
bilan …. bilan ….
… menu - … menu-
lis lis

D. Penulisan Huruf
Ada dua hal yang diatur dalam penulisan huruf di dalam Ejaan yang
Disempurnakan (EYD), yaitu aturan penulisan huruf besar atau huruf capital dan
aturan penulisan huruf miring.
1. Huruf Kapital atau Huruf Besar
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
Contoh:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
b. Huruf kapital dipakai sebagai uruf pertama petikan langsung.
Contoh:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya
“Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat”.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
milik untuk Tuhan
Contoh:
Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih
Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Imam Syafii,
Nabi Ibrahim.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jubatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo,
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim
Perdanakusumah.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Contoh:
Bahasa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.
Contoh:
Tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat,
hari Galungan, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi (daerah).
Contoh:
Asia Tenggara, Bayuwangi, Bukit Barisan, Teluk Benggala.
j. Huruf kapital sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata
seperti dan.
Contoh:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
k. Huruf kapital diapakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar,
dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, yang, dan untuk yang
terletak pada posisi awal.
Contoh:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. doctor
M.A. master of arts
S.E. sarjana ekonomi
Sdr saudara
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan.
Contoh:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
Besok Paman akan dating.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan.
Contoh:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2. Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negara-kertagama karangan
Prapanca, surat kabar Suara Karya.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atu
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
c. Huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
3. Huruf Tebal
a. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab,
bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks,
dan lampiran.
Misalnya:
1) Judul: PENINGKATAN MOTIVASI ANAK
2) Bab: BAB II PEMBAHASAN
b. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Untuk
menegaskan atau mengkhususkan kata digunakan huruf miring.
Misalnya:
Saya tidak mengambil milikmu
E. Kata depan “di” dan awalan “di-“
Sampai sekarang masih banyak kesalahan yang dibuat orang dalam
menuliskan kata yang berlawanan di- atau berkata depan di. Dalam surat-surat
kabar dan majalah pun masih banyak kita temukan kesalahan, padahal mudah
sekali membedakan mana di yang harus dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya dan mana di yang harus diserangkaikan.
Awalan di- hanya terdapat pada kata kerja baik kata kerja itu berakhiran
–kan atau –I maupun tanpa akhiran-akhiran itu.
Contoh: dipukul, dipukulkan, dipukuli
Kata kerja yang berlawanan di- itu ialah semua kata yang menjadi
jawaban pertanyan diapakan dia, atau diapakan benda itu. Ini adalah salah satu
cara mengenal kata depan awalan di-. Cara yang kedua ialah bahwa kata-kata
kerja berawalan di- mempunyai bentuk awalan me-.
Dipukul lawannya memukul
Dipukulkan lawannya memukulkan
Dipukuli lawannya memukuli
Jadi, kalau kita ragu apakah di pada kata itu dirangkaikan, kita cobalah
membentuk lawan kata itu dengan cara di atas. Apabila ada lawan bentuknya
dengan awalan me-, pastilah di pada kata itu adalah awalan dan oleh karenanya
haruslah dirangkaikan.
Kata depan di memang harus ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya karena di jenis ini mempunyai kedudukan sebagai kata. Fungsinya
mrnyatakan ‘tempat’. Cara mengenalnya mudah sekali. Semua kata yang menjadi
jawaban pertanyaan dimana pastilah kata yang mengandung kata depan di, karena
itu jawaban itu harus dituliskan dengan dua patah kata yang terpisah.
F. Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada:
a. akhir kalimat
Biarlah saya saja yang datang ke rumahnya.
b. memisahkan angka jam, menit, dan detik atau menunjukkan jangka
waktu pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
1.35.20 ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
c. daftar pustaka
Djajasudarma, Fatimah T. 2006. Wacana: Pemahaman dan Hubungan
Antarunsur. Bandung: Refika Aditama.
d. memisahkan bilangan ribuan
Desa itu berpenduduk 30.200 orang.
2. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai:
a. Di antara unsur-unsur dalam rincian atau pembilangan
Misalnya:
Saya memasak sayur lodeh, ayam goreng, dan tempe bacem.
Satu, dua, … tiga!
b. Memisahkan klausa yang menggunakan tetapi atau melainkan
Misalnya:
Azizan ingin datang, tetapi giginya sakit.
c. Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
Misalnya:
Kalau hari hujan, Aulia tidak akan datang.
d. Sesudah oleh karena itu, jadi, lagi pula, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya:
Oleh karena itu, kita harus belajar dengan rajin.
e. Sesudah kata seru seperti o, ya, wah, aduh, kasihan.
Misalnya:
O, begitu?
Aduh, kakiku terinjak.
f. Kalimat langsung
Misalnya:
Kata Naja, “Aku gembira sekali hari ini.”
g. Daftar pustaka
Misalnya:
Djajasudarma, Fatimah T. 2006. Wacana: Pemahaman dan Hubungan
Antarunsur. Bandung: Refika Aditama.
h. Di antara nama orang dan gelar akademik
Misalnya:
Fahrieza Akbar Muhammad, Ph.D.
i. Untuk mengapit keterangan tambahan
Misalnya:
Teman saya, Akbar, pintar dan baik sekali.
3. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dipakai:
a. Untuk memisahkan bagian kalimat yang setara
Misalnya:
Malam semakin larut, pekerjaan masih banyak.
b. Sebagai pengganti kata penghubung
Misalnya:
Yara membaca buku; Naja menggambar; Akbar mencoret-coret dinding.
4. Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai:
a.Untuk pemerian (rangkaian)
Misalnya:
Untuk memasak sup, kita memerlukan: sayuran, daging, dan bumbu-
bumbu.
b. Pada teks drama
Misalnya
Santi: (memandang ke arah jendela) “Harus ke mana aku sekarang
Setelah keluargaku mengusirku?”
Dion: Jangan khawatir, kamu bisa tinggal di rumahku.
c.Di antara jilid atau nomor halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab
suci, di antara judul dan anak judul, nama kota dan penerbit buku
acuan pada karangan
Misalnya:
Surah Yasin: 9
Buku Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur sudah saya
baca.
5. Tanda Hubung (-)
Tanda hubung dipakai:
a.Menyambung suku kata kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris
Misalnya:
Di samping cara-cara baru, cara-cara yang lama ju-
ga masih manjur
b.Menyambung kata dengan imbuhan pada pergantian baris
Misalnya
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang sangat canggih.
c.Menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak, malam-malam, berlari-lari.
d.Menyambung huruf yang dieja satu-satu atau bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
m-a-r-d-i-a-h
5-7-2007
e.Memperjelas hubungan bagian-bagian kata
Misalnya:
ber-evolusi.
dua-puluh-lima-ribuan (1x25.000)
f. Merangkai se- dengan kata yang dimulai huruf kapital, ke- dengan
angka, angka dengan –an, singkatan berhuruf kapital, dan nama
jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia di-PHK-kan
hari-H Menteri-Sekretaris Negara
g. Merangkai unsur bahasa Indonesia dan bahasa asing
Misalnya:
di-smash, men-judge

6. Tanda Pisah (—)


Tanda pisah dipakai:
a.Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
misalnya:
Setiap warga negara yang sudah berumur 17 tahun – laki-laki dan
perempuan – memiliki hak pilih dalam pemilihan suara.
b.Keterangan aposisi
Misalnya:
Teman saya – gadis yang berbaju merah itu – baru pertama kali datang
ke sini.
c.Berarti “sampai dengan” atau “sampai ke”
Misalnya:
2000 – 2010
Bandung – Jakarta
7. Tanda Elipsis (…)
Tanda ellipsis dipakai:
a.Dalam kalimat yang terputus-putus
Misalnya:
Kalau begitu … ya, marilah kita berangkat sekarang.
b.Menunjukkan ada bagian yang dihilangkan
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
8. Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai:
a. Pada akhir kalimat tanya
Misalnya:
Siapa yang tidak hadir hari ini?
b. Di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan
Misalnya:
Dia berasal dari Lhokseumawe (?).
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai pada ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamarmu segera!
Merdeka!
10. Tanda Kurung Siku ( […] )
Tanda kurung siku dipakai:
a. Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi pada tulisan
orang lain
Misalnya:
Sang Dewi men[d]engar bunyi gemericik.
b.Mengapit keterangan yang sudah bertanda kurung
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
II [lihat halaman 45] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
11. Tanda Petik (“…”)
Tanda petik dipakai untuk:
a. Mengapit petikan langsung yang berasal dari tulisan lain.
Misalnya:
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia.” Kata Tita, “Saya akan datang terlambat nanti malam.”
b.Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
c. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau mempunyai arti khusus
Misalnya:
Celana panjang model “cutbrai” kembali populer sekarang ini.
d.Mengapit ungkapan dengan arti khusus
Akbar sering disebut “Si Jangkung” karena postur tubuhnya itu.
12. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
Tanda petik tunggal dipakai:
a. Mengapit petikan dalam petikan
Misalnya:
“Kamu dengar bunyi ‘kring-kring‘ barusan?” tanya Beti.
b.Mengapit makna, terjemahan, penjelasan kata atau ungkapan asing
Misalnya”
feed back ‘balikan’
13. Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring dipakai:
a.Nomor surat, nomor alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi
dalam dua tahun takwin atau tahun ajaran.
Misalnya:
No. 15/PP/2007
Jalan Setrabudi II/11
Tahun Akademik 2007/2008
b. Pengganti kata atau dan tiap.
Misalnya:
Paket ini akan dikirim lewat darat/laut?
Harga buku itu Rp25.000,00/eksemplar.

Analisis Kesalahan Penulisan Huruf pada Buku Teks


Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik

No Analisis Kesalahan Penulisan Huruf (Huruf Kapital)


1. Data: Sejalan dengan peran itu, pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
jenjang Pendidikan Menengah Kelas X yang disajikan dalam buku ini
disusun dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan
Bahasa Indonesia sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan dan
pemikiran.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Bahasa”,
“Pendidikan”, “Menengah”, dan “Kelas” tidak menggunakan huruf kapital
melainkan menggunakan huruf kecil. Karena dalam EYD, huruf kapital
digunakan pada kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama
bahasa.
Perbaikan: Sejalan dengan peran itu, pembelajaran bahasa Indonesia untuk
jenjang pendidikan menengah kelas X yang disajikan dalam buku ini disusun
dengan berbasis teks, baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan bahasa
Indonesia sebagai wahana
untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran.
2. Data: Tahap pembangunan teks secara bersama-sama dilaksanakan pada
Kegiatan 2.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Kegiatan”
tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil.
Karena dalam EYD, huruf kapital digunakan pada kata yang terletak di awal
kalimat dan kata yang menyatakan nama bangsa, nama suku, atau nama
bahasa.
Perbaikan: Tahap pembangunan teks secara bersama-sama dilaksanakan
pada kegiatan 2.
3. Data: Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua RT dilaksanakan oleh suatu Panitia
yang dibentuk oleh Lurah dengan Keputusan Camat berdasarkan usulan dari
para Kepala Keluarga di lingkungan RT setempat.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Ketua”,
“Wakil”, “Panitia”, “Lurah”, “Keputusan”, “Camat”, dan “Kepala Keluarga”
tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan huruf kecil.
Dalam EYD, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata yang
menyatakan gelar kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan, yang
diikuti dengan nama orang dan sebagai huruf pertama nama jabatan atau
pangkat yang diikuti nama orang.
Perbaikan: Pemilihan ketua dan wakil ketua RT dilaksanakan oleh suatu
panitia yang dibentuk oleh lurah dengan keputusan camat berdasarkan
usulan dari para kepala keluarga di lingkungan RT setempat.
4. Data: Apakah yang ditempuh oleh Pemerintah agar syarat itu terpenuhi?
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata
“Pemerintah” tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan
huruf kecil. Dalam EYD, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama
kata yang menyatakan gelar kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan,
yang diikuti dengan nama orang dan sebagai huruf pertama nama jabatan
atau pangkat yang diikuti nama orang.
Perbaikan: Apakah yang ditempuh oleh pemerintah agar syarat itu
terpenuhi?
5. Data: Ekonomi Indonesia Akan Melampaui Jerman Dan Inggris.
Analisis: Judul di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “Dan” dalam
judul di atas tidak menggunakan huruf kapital melainkan menggunakan
huruf kecil. Karena kata “Dan” merupakan kata penghubung atau konjungsi.
Kata penghubung atau konjungsi tidak ditulis dengan huruf kapital
melainkan ditulis dengan huruf kecil jika letaknya bukan di awal kalimat.
Perbaikan: Ekonomi Indonesia Akan Melampaui Jerman dan Inggris.

No Analisis Kesalahan Penulisan Huruf (Huruf Miring)


1. Data: Penyusunan buku Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik ini
dapat diselesaikan.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya judul buku
“Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik” ditulis dengan huruf miring.
Dalam EYD, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Perbaikan: Penyusunan buku Bahasa Indonesia Ekpresi Diri dan Akademik
ini dapat diselesaikan.
No Analisis Kesalahan Penulisan Kata (Angka dan Bilangan)
1. Data: Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam kelompok
yang terdiri atas tiga sampai lima orang.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya “tiga sampai lima
orang” menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam EYD, tanda
pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai
dengan‟, atau di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau „sampai‟.
Perbaikan: Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam
kelompok yang terdiri atas 3—5 orang.
2. Data: Kalian lebih baik bekerja sama tiga sampai lima orang.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan “tiga
sampai lima orang” menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam
EYD, tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
„sampai dengan‟, atau di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau
„sampai‟.
Perbaikan: Kalian lebih baik bekerja sama 3—5 orang.
3. Data: Beberapa anggota yang ditentukan oleh ketua bila dipandang perlu
dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan “3 (tiga)”
tidak menggunakan penjelasan kata “(tiga)”. Dalam EYD, bilangan tidak
perlu ditulis dengan huruf dan angka sekaligus.
Perbaikan: Beberapa anggota yang ditentukan oleh ketua bila dipandang
perlu dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 3 orang.
No
Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Titik )

1.
Data: Sekaligus menjadi sarana kohesi teks, seperti pertama, kedua, ketiga, dan
setelah, seperti pada kalimat: … Ketiga, pastikan tuduhan pelanggaran.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya tanda elipsis
“…” ditambah satu titik lagi menjadi empat titik untuk menyatakan berakhirnya
kalimat. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan
kalimat seru atau kalimat tanya.
Perbaikan: Sekaligus menjadi sarana kohesi teks, seperti pertama, kedua, ketiga,
dan setelah, seperti pada kalimat: …. Ketiga, pastikan
tuduhan pelanggaran.
2.
Data: Kalau begitu, kami tetap akan melakukan aksi mogok kerja sampai tuntutan
kami dipenuhi
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi
tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan
kalimat seru atau kalimat tanya.
Perbaikan: Kalau begitu, kami tetap akan melakukan aksi mogok kerja sampai
tuntutan kami dipenuhi.

3.
Data: Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan keadaan kandangnya
(luas atau tidak, bersih atau tidak)
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi
tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan
kalimat seru atau kalimat tanya.
Perbaikan: Selain itu, kalian juga bisa menambahkan ukuran dan
keadaan kandangnya (luas atau tidak, bersih atau tidak).

4.
Data: Bilingual: berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan dua
bahasa. =˃ multilingual
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya diakhir kalimat diberi
tanda titik. Dalam EYD, tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan
kalimat seru atau kalimat tanya.
Perbaikan: Bilingual: berhubungan dengan kemampuan untuk
menggunakan dua bahasa. =˃ multilingual.

No
Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Koma )

1.
Data: Vertebrata mempunyai tulang belakang yang meliputi manusia, burung,
kucing, katak, dan lain-lain, sedangkan invertebrate tidak mempunyai tulang
belakang yang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu, dan laba-laba.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “dan lain- lain”
diakhiri dengan tanda titik bukan tanda koma. Dan setelah kata “sedangkan”
seharusnya diberi tanda koma. Karena dalam EYD, tanda koma digunakan di
belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang terdapat pada awal
kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan
sebagainya.
Perbaikan: Vertebrata mempunyai tulang belakang yang meliputi manusia,
burung, kucing, katak, dan lain-lain. Sedangkan, invertebrate tidak mempunyai
tulang belakang yang meliputi ubur-ubur, kupu-kupu,
dan laba-laba.
2.
Data: Langkah kedua tidak dapat dilakukan sebelum langkah pertama ditempuh?
Jelas bahwa langkah awal merupakan syarat bagi langkah berikutnya.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya setelah kata “Jelas”
diberi tanda koma. Dalam EYD, tanda koma digunakan di belakang kata atau
ungkapan penghubung antar kalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi,
lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya.
Perbaikan: Langkah kedua tidak dapat dilakukan sebelum langkah pertama
ditempuh? Jelas, bahwa langkah awal merupakan syarat bagi
langkah berikutnya.

3.
Data: Pada kenyataannya jenis teks yang telah disebutkan itu tidak muncul secara
murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks sekaligus.
Analisis: kalimat di atas kurang tepat, Karena seharusnya setelah kata
“pada kenyataannya” diberi tanda koma untuk penjeda. Dalam EYD, tanda
koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang
terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi,
meskipun begitu, dan sebagainya.
Perbaikan: Pada kenyataannya, jenis teks yang telah disebutkan itu tidak muncul
secara murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks
sekaligus.
4.
Data: Pada kenyataannya jenis teks yang telah disebutkan itu tidak muncul secara
murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks sekaligus.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, Karena seharusnya setelah kata “pada
kenyataannya” diberi tanda koma untuk penjeda. Dalam EYD, tanda koma
digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang
terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi,
meskipun begitu, dan sebagainya.
Perbaikan: Pada kenyataannya, jenis teks yang telah disebutkan itu tidak
muncul secara murni atau orang tidak hanya menggunakan satu jenis teks
sekaligus.

5.
Data: Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari kemasannya. Lalu lepaskan
pita kemasan kartrid.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya setelah kata “Lalu” diberi
tanda koma untuk penjeda. Dalam EYD, tanda koma digunakan di belakang kata
atau ungkapan penghubung antar kalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti
jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu, dan sebagainya.
Perbaikan: Kemudian keluarkanlah kartrid toner baru dari kemasannya.
Lalu, lepaskan pita kemasan kartrid.

No
Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Hubung )

1.
Data: Teks laporan berkaitan dengan hubungan berjenjang antara sebuah
kelas dan subsubkelas yang ada di dalamnya.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “subsubkelas” diberi
tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk menyambung
bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang.
Perbaikan: Teks laporan berkaitan dengan hubungan berjenjang antara
sebuah kelas dan sub-subkelas yang ada di dalamnya.
2.
Data: Tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tumbuhtumbuhan
berbunga dan tumbuh-tumbuhan tidak berbunga.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “tumbuhtumbuhan”
menggunakan tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk
menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang.
Perbaikan: Tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tumbuh-
tumbuhan berbunga dan tumbuh-tumbuhan tidak berbunga.

3.
Data: Manusia makin berusaha memiliki secara pribadi hewanhewan langka
tersebut.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “hewanhewan”
diberi tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk
menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang.
Perbaikan: Manusia makin berusaha memiliki secara pribadi hewan-hewan langka
tersebut.

4.
Data: Keterangan tersebut adalah bahanbahan makanan yang harus disiapkan
sebelum langkah-langkah memasak dilakukan.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “bahanbahan” diberi
tanda hubung. Karena dalam EYD, tanda hubung digunakan untuk menyambung
bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang.
Perbaikan: Keterangan tersebut adalah bahan-bahan makanan yang
harus disiapkan sebelum langkah-langkah memasak dilakukan.
No
Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Titik Dua )
1.
Data: Transaksi penting melalui ATM itu, antara lain, adalah
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi
tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan
lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian.
Perbaikan: Transaksi penting melalui ATM itu, antara lain, adalah:
2.
Data: Fungsi pelaporan portofolio (sebagai bukti karya nyata dan alat penilaian)
adalah untuk
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya di akhir kalimat diberi
tanda titik dua. Dalam EYD, tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan
lengkap yang diikuti oleh suatu pemerian.
Perbaikan: Fungsi pelaporan portofolio (sebagai bukti karya nyata dan
alat penilaian) adalah untuk:

No
Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Pisah )

1.
Data: Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam kelompok yang
terdiri atas tiga sampai lima orang.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya “tiga sampai lima orang”
menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam EYD, tanda pisah digunakan di
antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
„sampai dengan‟, atau di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau
„sampai‟.
Perbaikan: Kalian diskusikan terlebih dahulu tugas berikut ini dalam kelompok
yang terdiri atas 3—5 orang.
2.
Data: Kerjakanlah tugas 1 sampai dengan 4 sesuai dengan petunjuk yang
diberikan!
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya bilangan “1 sampai
dengan 4” menggunakan angka dan tanda pisah. Karena dalam EYD, tanda pisah
digunakan di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti „sampai dengan‟, atau
di antara dua nama kota yang berarti „ke‟, atau „sampai‟.
Perbaikan: Kerjakanlah tugas 1—4 sesuai dengan petunjuk yang
diberikan!

No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Kurung )


1. Data: Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan MAK karena telah
berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah
pertama.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya singkatan
“MAK” diberi tanda kurung. Dalam EYD, tanda kurung digunakan untuk
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Perbaikan: Kalian sekarang melanjutkan tahap pendidikan ke sekolah
menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah
kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah kejuruan (MAK) karena telah
berhasil menempuh tahap pendidikan sebelumnya di sekolah menengah
pertama.
No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Kurung Siku )
2. Data: Tumbuh-tumbuhan [[yang ditanam di kebun itu]] tergolong ke
dalam makhluk hidup.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, Karena seharusnya tanda kurung
siku “[[yang ditanam di kebun itu]]” yang digunakan hanya satu. Dalam
EYD, tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau
kelompok kata sebagai koreksi, atau tambahan pada kalimat atau bagian
kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan
itu memang terdapat di dalam naskah asli dan tanda kurung siku juga
digunakan untuk mengapit keterangan di dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Perbaikan: Tumbuh-tumbuhan [yang ditanam di kebun itu] tergolong ke
dalam makhluk hidup.
No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca (Tanda Petik Tunggal )
1. Data: Jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau
menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi.
Anekdot mempunyai struktur teks:
abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda. Tanda “^” berarti “diikuti oleh”.
Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya kata “diikuti
oleh” diapit oleh tanda petik tunggal bukan tanda petik karena “diikuti
oleh” adalah sebuah penjelasan dari tanda “^”. Dalam EYD, kata petik
digunakan untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata, atau ungkapan
asing.
Perbaikan: Jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau
menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi.
Anekdot mempunyai struktur teks:
abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda. Tanda “^” berarti ‘diikuti oleh’.

Anda mungkin juga menyukai