Anda di halaman 1dari 24

Tugas Kelompok 4 Dosen Pembimbing

Makalah Otang Kurniaman, S. Pd., M. Pd.

SINTAKSIS

Disusun Oleh :

Hilda Anggraini 1705115062

Medeylin Panggabean 1705115039

Rika Wahyuni 1705111083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS


RIAU

2019/2020
A. PENGERTIAN SINTAKSIS

Menurut Arifin, Zaenal dan Junaiyah (2008:1) menyatakan bahwa


sintaksis adalah cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata dalam
tuturan (speech). Dari pernyataan di atas dapat kita jelasakan bahwa sintaksis itu
membahas tentang hubungan antar kata dalam suatu yang telah dituturkan atau
sesuatu yang telah di ucapkan. Dimana sesuatu yang telah di ucapkan tersebut
tentunya terdapat hubungan antar kata. Dengan adanya hubungan antar kata ini
membuat orang lain mengerti akan sebuah ucapan yang telah kita ucapkan. Dan
dalam hubungan antar kata pun tentunya mempunyai aturan-aturan atau
mempunyai suatu kaidah dalam suatu ucapan tersebut. seperti ketika kita
mengucapkan sebuah kalimat, dimana didalam kalimat itu terdapat hubungan
antar kata yang menjadi sebuah ucapan yang dimengerti orang lain, dan di dalam
kalimat tersebut terdapat seperti subjek, objek, predikat, dan keterangan.

Menurut Arifin, Zaenal dan Junaiyah (2008:1) menyatakan bahwa unsur


bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, dan
kalimat. Dari pernyataan tersebut dapat kita jelaskan bahwa dalam lingkup
statistik terdapat unsur bahasa seperti frasa, klausa, dan kalimat. Dimana dalam
unsur tersebut terdapat pengertian yang berbeda-beda dan fungsi yang berbeda-
beda. Dimana frasa ini lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan
kalimat. Frasa ini bisa kita artikan yaitu gabungan kata atau setidaknya terdiri dari
dua kata, contoh seperti ayam hitam. Kemudian klausa dapat kita artikan yaitu
kalimat yang tidak sempurna atau sekumpulan kata yang terdiri dari subjek dan
predikat dan memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat. Contohnya seperti
“lapar sekali hari ini” dan kemudian kalimat. Dimana kalimat ini bisa kita artikan
gabungan dua kata atau lebih yang disusun sesuai dengan pola tertentu sehingga
memiliki arti, serta juga bisa dilakukan secara lisan ataupun tulisan, yang dimana
didalam kalimat itupun memiliki unsur-unsur yang lengkap seperti Subjek,
Predikat, Objek, dan Keterangan (SPOK).
Menurut Veerhar (dalam Irmansyah, 2015:3) menyatakan bahwa sintaksis
sebagai ilmu yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan. Hubungan
tersebut meliputi frasa, klausa dan kalimat. Dari pernyataan di atas dapat kita
jelaskan bahwa sintaksis membahas hubungan antar kata. Dimana dalam sebuah
ucapan yang kita sampaikan terdapat kata-kata yang digabung menjadi bisa
menjadi sebuah kalimat. Dan dari kata-kata yang di ucapkan tersebut itu lah
menjadi suatu hubungan. Dimana kata yang satu berhubungan dengan kata yang
lainnya yang membentuk sebuah tujuan yang ingin disampaikan atau di ucapkan
sehingga memiliki sebuah arti yang jelas dan sebuah makna yang bisa di pahami.
Dan kemudian di dalam hubungan antar kata tersebut juga mengandung unsur-
unsur seperti klausa, frasa, dan kalimat. Dimana ketiga unsur tersebut ada dalam
hubungan antar kata yang telah di ucapkan. Bisa saja menjadi sebuah kalimat, bisa
juga menjadi klausa, dan bisa juga jadi frasa. Serta bisa juga semuanya saling
berkaitan dalam hubungan antar kata, dan Tergantung dari yang mengucapkannya
atau yang menuturkannya.

Menurut Ramlan (dalam Henry, 1983:3) menyatakan bahwa sintaksis


adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat.
Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa sintaksis ini membahas struktur
frasa dimana adanya sebuah susunan atau urutan tertentu dalam bahasa yang
bersangkutan, dalam struktur frasa tersebut seperti frasa nomina, verba, adjektifa,
numeral, adverbial, dan proposisional. Dimana dalam frasa tersebut terdiri dari
dua kata yang dengan adanya struktur itu membuat frasa tersebut lebih menjadi
sebuah kata yang tersusun. Dan tersusun nya pun tentunya sesuai dengan
strukturnya masingmasing. Dan juga begitu dengan kalimat dimana dalam
kalimat tersebut ada kaidah yang lengkap dari gabungan beberapa kata seperti
mengandung SPOK serta dalam kalimat tersebut juga bisa memiliki arti yang bisa
dipahami orang lain. dan kalimat itu pun bisa di ucapkan dengan lisan atau bisa
juga dengan dituliskan, dimana dalam kalimat nya tersebut ada unsur yang
mengandung SPOK, sehingga dengan adanya unsur tersebut dalam sebuah
gabungan kata, hal tersebut lah yang membuat gabungan kata tersebut menjadi
sebuah kalimat.

Menurut Stryker dan Tarigan (dalam Supriyadi, 2014:1) menyatakan


bahwa sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang diperlukan sebagai sarana
untuk menghubung-hubungkan kata menjadi kalimat. Dari pernyataan di atas
dapat kita jelasakan bahwa dalam membentuk sebuah kalimat diperlukannya pola-
pola atau kaidah-kaidah dalam menghubungkan kata-kata tersebut. dan dalam
mengucapkan kalimat atau menulis sebuah kalimat tentunya kalimat yang dibuat
atau di ucapkan tersebut terdiri dari beberapa kata, sehingga untuk menjadi sebuah
kalimat yang lengkap tersebut maka diperlukannya lah pola-pola seperti adanya
unsur Subjek, Predikat, Objek, dan keterangan. Sehingga jika sudah ada pola-pola
tersebut kita bisa menentukan mana kah yang termasuk kata itu sebagai subjek,
objek, predikat dan keterangan, sehingga dalam sebuah kalimat tersebut adanya
lah hubungan antar kata yang telah memiliki kaidah-kaidah SPOK.

Menurut Hockett (dalam Arsyad, 2017:1) menyatakan bahwa sintaksis


adalah proses perangkaian kata menjadi susunan gramatikal yang membentuk
ujaran. Dari pernyataan tersebut dapat di jelaskan bahwa proses rangkaian dari
kata-kata membentuk sebuah ucapan, dan dalam ucapan tersebut terdapatlah
rangkaian kata-kata yang tersusun dalam sebuah kaidah atau telah tersusun dalam
sebuah aturan. Dimana dalam kaidah tersebut terdapat unsur-unsur seperti adanya
subjek, objek, predikat, keterangan, sehingga menjadi sebuah kalimat yang
lengkap serta bisa di ucapkan dan bisa dipahami maksud dan tujuan dari
rangkaian kata-kata yang telah di ucapkan. Dan ujaran bisa di ucapkan karena
adanya proses rangkaian dari setiap kata-kata yang telah terfikirkan dan kemudian
kata-kata tersebut membentuk sebuah susunan yang sesuai dengan aturan yang
telah ada, sehingga dengan siapnya proses rangkaian kata tersebut maka bisalah
menjadi sebuah ujaran yang memiliki makna.

Menurut Sande (dalam Arsyad, 2017:4) menyatakan bahwa sintaksis


adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang membahas masalah kalimat. Dari
pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa kalimat menjadi sebuah pembahsan.
Dalam pembentukan sebuah kalimat tentunya ada susunan dalam proses
terbentuknya sebuah kalimat. Untuk menjadi sebuah kalimat yang lengkap maka
kita pun harus tau apa saja struktur yang terdapat dalam sebuah kalimat sehingga
kalimat itupun bisa digunakan baik secara lisan ataupun secara tulisan. Dengan
membahas terbentuknya sebuah kalimat ini kita bisa menentukan mana saja yang
termasuk dalam unsur-unsur kalimat tersebut. seperti dari sebuah kalimat dimana
untuk membentuk kalimat tersebut telah terdapat beberapa kata-kata, dan dari
kata-kata itu mengandung subjek, objek, predikat, pelengkap dan keterangan.

Menurut Poerwadarmita (dalam Arsyad, 2017:4) menyatakan bahwa


sintaksis adalah pengetahuan tentang susunan kata dan kalimat atau ilmu tata
kalimat. Dari pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk mencapai sebuah
kalimat diperlukannya pengetahuan untuk bisa membentuk sebuah kalimat.
Kemudian dalam kalimat tersebut kita harus memiliki pengetahuan tentang apa
saja yang ada dalam kalimat tersebut. dan dalam sebuah kalimat tersebut terdapat
lah rangkaian kata-kata atau susunan kata-kata untuk menjadi sebuah kalimat
yang memiliki makna dan bisa di ucapkan secara lisan dan juga bisa dituliskan.
Dalam kalimat ini kita harus tau unsur unsur apa saja yang ada dalam kalimat
tersebut. seperti dalam sebuah kalimat terdapat unsur-unsur seperti subjek,
predikat, objek, pelengkap dan juga keterangan. Kemudian juga banyak sekali
yang harus kita tau dalam membentuk sebuah kalimat atau terbentuk nya sebuah
kalimat.

Menurut Keraf (dalam Arsyad, 2017:5) menyatakan bahwa sintaksis


adalah bagian tata bahasa yang mempelajari dasar dan proses pembentukan
kalimat dalam suatu bahasa. Dari pernyataan tersebut dapat kita jelaskan bahwa
untuk membentuk suatu kalimat kita harus tau bagaiman mempelajari dasar-dasar
dalam sebuah kalimat, proses dalam membentuk sebuah kalimat. Pemebntukan
dalam kalimat pun punya aturan-aturan yang sesuai, sehingga jika sudah sesuai
dengan aturan yang berlaku maka itu sudah menjadi sebuah kalimat. Sebelum
membuat sebuah kalimat tentunya ada kata-kata yang harus kita pilih yang sesuai
dengan apa yang akan kita maksdukan atau ada makna yang kita ucapkan
sehingga membuat orang lain paham dan mengerti apa yang kita sampaikan.
Kemudian setiap rangkaian kata-kata itu sudah mempunyai kaidah-kaidah
masing-masing, sehingga dengan kata-kata yang telah mempunyai kaidah atau
unsur tersebut maka bisalah menjadi sebuah kalimat. Dan kalimat itu bisa dibuat
dalam beberapa rangkaian kata-kata. Seperti ada perwakilan kata pertama sebagai
subjek, kemudian bisa kata kedua menjadi predikat, dan kata ketiga menjadi
objek, dan seterusnya. Sehingga setelah adanya kaidah-kaidah tersebut maka telah
terbentuklah sebuah kalimat. Kita memang harus tau dan memang harus
mempelajari dasar dalam pembentukan proses sebuah kalimat.

Menurut Verhaar (dalam Arsyad, 2017:7) menyatakan bahwa sintaksis


merupakan tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan. Dari
pernyataan tersebut dapat kita jelaskan bahwa sintaksis itu mempelajari hubungan
dari setiap kata yang di ucapkan atau yang kita ujarkan. Dalam kita
menyampaikan sesuatu tentu adanya kata-kata yang kita keluarkan atau yang kita
sampaikan, dan sini sintaksis mempelajari hubungan dari setiap kata yang kita
ucapkan. Tentunya saat kita ingin menyampaikan sesuatu yang panjang pasti itu
sudah menjadi sebuah kalimat, yang mempunyai makna dan juga dipahami. Dari
kalimat yang di ucapkan terdapat kata-kata yang telah dipersiapkan, sehingga
dengan hal tersebut lah kita membahas hubungan kata-kata tersebut. sehingga di
dapatkan lah struktur dalam pembentukan sebuah kalimat dari rangkaian kata
perkata tersenut. Dimana dalam kata-perkata tersebut sudah mempunyai aturan-
atauran atau kaidah-kaidah yang berlaku. Dari apa yang telah kita ucapkan
tentunya akan ada yang berperan sebagai subjek nya, ada sebagi objek nya, ada
sebagai keterangan, dan juga ada sebagai pelengkap, serta juga ada sebagai
predikat nya. dari hal tersebutlah maka nya terdapat hubungan dari kata perkata
yang membentuk sebuah kalimat yang kita ucapkan ataupun yang kita tuliskan.

A. ASPEK-ASPEK SINTAKSIS

Adapun aspek-aspek sintaksis, yaitu:


1. Kata
Kata dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, kata dilihat dari pemakaian
bahasa. Sehingga dengan pemakaan bahasa yang tepat dan benar maka akan
mempengaruhi akan terlihatnya suatu kata. Menurut pemakai bahasa, kata adalah
satuan gramatikal yang diujarkan, bersifat berulang-ulang, dan secara potensial
ujaran itu dapat berdiri sendiri. Kedua, kata dilihat secara bahasa (menurut
pandangan para ahli bahasa). Secara linguistis, kata dapat dibedakan atas satuan
pembentukannya. Oleh karena itu, kata dapat dibedakan sebagai satuan fonologis,
satuan gramatikal, dan satuan ortografis.
a) Kata sebagai satuan fonologis
Kata mempunyai ciri-ciri fonologis yang sesuai dengan ciri fonologis
bahasa yang bersangkutan. Ciri fonologis kata bahasa Indonesia, misalnya
seperti berikut:
1) Mempunyai pola fonotatik suku kata
2) Bukan bahasa vokalik
3) Tidak ada gugus konsonan pada posisi akhir
4) Batas kata tidak ditentukan oleh fonem suprasegmental

b) Kata sebagai satuan gramatikal


Menurut Lyons (1971) dan Dik (1976), secara gramatikal, kata bebas
bergerak, dapat berpindah-pindah letaknya, tetapi identitasnya tetap. Kata
memiliki keutuhan internal yang kuat sehingga tidak bisa disisipi kata atau
bentuk apapun lainnya. Oleh karena itu, awalan, akhiran, dan konfiks
hanya dapat melekat pada bagian awal, bagian akhir, serta bagian awal dan
akhir kata.

c) Kata sebagai satuan ortografis


Secara ortografis, kata ditentukan oleh sistem aksara yang berlaku
dalam bahasa itu. Bahasa Indonesia, misalnya menggunakan aksara latin.
Jadi, sebuah kata dituliskan terpisah dari kata lainnya, misalnya Terima
kasih dan Kerja sama yang dituliskan terpisah. Begitu pula pada semua
kata untuk melambangkan angka dalam Bahasa Indonesia harus dituliskan
terpisah. Misalnya pada penulisan angka 176, yang ditulis dengan tulisan
terpisah seperti Seratus Tujuh Puluh Enam.

2. Frasa

Frasa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang


bersifat nonpredikatif (Rusyana dan Samsuri, 1976) atau satu konstruksi
ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih, serta membicarakan
hubungan antar sebuah kata dan kata yang lain. Frasa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas satu kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi tertentu.

Frasa terdiri atas:

a. Frasa Eksosentris, yaitu terdiri atas frasa eksosentris direktif dan frasa
eksosentris nondirektif.
b. Frasa Endosentris, yaitu terdiri atas frasa endosentris bersumbu satu
(dibedakan atas frasa nominal, frasa pronominal, frasa verbal, frasa
adjectival, dan frasa numeral), frasa endosentris bersumbu jamak
(dibedakan atas frasa koordinatif dan frasa apositif).

Adapun beberapa contoh dari frasa:

1. gedung sekolah itu


2. yang sedang membaca
3. pergi
4. sakit sekali
5. kemarin pagi

Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frasa mempuanyai dua sifat,
yakni:

a. frasa merupakan unsur gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih.
b. frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya frasa
selalu terdapat dalam satu fungsi.
Frasa dapat dihasilkan dari perluasan sebuah kata. Sebuah frasa dengan
perluasannya tidak menimbulkan jabatan atau fungsi lain sehingga tidak melebihi
batas fungsi semula. Jika perlu perluasan itu ternyata menimbulkan jabatan fungsi
baru atau membentuk pola subjek predikat, perlusan itu sudah menjadi klausa.

3. Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal yang setidak-tidaknya terdiri atas subjek


dan predikat. Klausa berpotensi menjadi kalimat. Klausa merupakan bagian dari
kalimat. Klausa memiliki unsur subjek dan predikat, tetapi tidak mengandung
intonasi, jeda, tempo, dan nada.

Klausa dapat dibedakan berdasarkan distribusi satuannya dan berdasarkan


fungsinya. Berdasarkan fungsinya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa subjek,
klausa objek, klausa keterangan, dan klausa pemerlengkapan. Pada umumnya
klausa, baik tunggal maupun jamak, berpotensi menjadi kalimat.

Klausa dapat dikategorikan berdasarkan tiga hal, yakni:

1. berdasarkan unsur-unsur fungsinya.

2. berdasarkan kategori kata atau frasa yang menjadi unsurnya.

3. berdasarkan makna unsur-unsurnya

4. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri,


mempunyai intonasi final (kalimat lisan), dan secara actual maupun potensial
terdiri atas klausa. Dapat dikatakan bahwa kalimat membicarakan hubungan
antara sebuah klausa dan klausa lainnya. Kalimat adalah satuan gramatik yang
ditandai dengan adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang
menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
Jika dilihat dari fungsinya, unsur-unsur kalimat berupa subjek, predikat,
objek, pelengkap, dan keterangan.

B. FUNGSI SINTAKSIS

Menurut Alwi (dalam Irmansyah, 2015:4), menyatakan bahwa fungsi


bersifat sintaksis artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat
serta fungsi utama sintaksis adalah predikat, subjek, objek, pelengkap dan
keterangan. Dari pernyataan tersebut dapat kita jelaskan bahwa dalam sintaksis
itu ada beberapa fungsi yaitu predikat, subjek, objek dan keterangan dan
pelengkap. Subjek berarti bagian yang diterangkan oleh predikat, kemudian
subjek ini bisa ditemukan dengan pertanyaan, seperti “apa, siapa yang tersebut
dalam predikat”. Predikat bisa diartikan bagian kalimat yang menerangkan subjek.
Predikat bisa ditemukan dengan pertanyaan “ yang tersebut dalam subjek sedang
apa, siapa, berapa, dimana, dll”. Adapun contohnya seperti “ mahasiswa sedang
belajar”, yang menjadi subjek (mahasiswa), dan yang menjadi predikat (belajar).
Kemudian objek, keberadaan objek selalu berada di belakang predikat dalam
kalimat aktif transitif. Kalimat transitif ditandai dengan objek yang bisa berubah
menjadi subjek. Kalimat transitif ini ditandai dengan sufiks –kan,-i dan –meng.
Contoh “ aldi menundukkan iko”, “ iko ditundukkan Aldi (dipasifkan menjadi
subjek). Dan juga objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif
(memerlukan objek) atau semintrasitif Pelengkap itu tidak bisa di ubah menjadi
subjek. Pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif (tidak
memerlukan objek. contoh “ paman berjualan sayuran” . subjek nya (paman),
predikat (berjualan), pelengkap (sayuran). Dan kemudian keterangan. Keterangan
berarti bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Keterangan mudah dipindah-pindah, kecuali di letakkan di antara predikat dan
objek atau predikat dan pelengkap. Contoh “Hari ini mahasiswa mengadakan
seminar di PGSD”. Kata hari ini dan di PGSD merupakan ketengannya, subjeknya
(mahasiswa) predikatnya (mengadakan), objek (seminar).

C. Hubungan Fungsional Antarkata dalam Sintaksis


1. Hubungan Fungsional Antarkata dalam Frasa

Contoh : Adik saya tidak menangis

Konstruksi ini tersusun atas empat kata, yakni adik, saya, tidak, dan
menangis. Menurut Khairah, Miftahul dan Ridwan Sakura (2014:11) menyatakan
bahwa setiap kata membentuk hubungan fungsional sesuai dengan kolokasinya
masing-masing. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa setiap kata yang
terbentuk memiliki hubungan fungsional dengan kolokasinya. Kolokasi adalah
sebuah kata yang digunakan dengan kata lain agar terdengar dan wajar oleh si
penutur. Sebagai contoh kata adik berhubungan secara lekat dengan kata saya,
sedangkan kata tidak berhubungan secara menangis. Hubungan ini membentuk
konstuksi adik saya dan tidak menangis

Pada konstruksi adik saya, kata adik berfungsi sebagai inti dan kata saya
berfungsi sebagai pewatas. Kedua kata ini membentuk satuan sintaksis yang
disebut frasa. Fungsi kata saya sebagai pewatas, membatasi makna yang terdapat
pada kata adik. Maknanya tidak lagi mengacu pada semua adik, tetapi hanya adik
milik saya. Makna gramatikal yang terbentuk dari konstruksi ini adalah milik atau
kepunyaan yang berarti adik milik saya, bukan adik milik orang lain.

Pada konstruksi tidak menangis, kata tidak berfungsi sebagai pewatas dan
kata menangis berfungsi sebagai inti. Kedua kata ini membentuk satuan sintaksis
yang disebut frasa. Fungsi kata tidak sebagai pewatas, memberi informasi
tambahan pada kata menangis. Makna gramatikal yang terbentuk dari konstruksi
ini adalah pengingkaran atau penolakan terhadap aktivitas menangis yang
dilakukan oleh adik saya. Sehingga katatidak pada kalimat tersebut menyatakan
bahwa kegiatan tersebut diingkari/ditolak.

2. Hubungan Fungsional Antarkata/Frasa dalam Klausa

Contoh : Adik saya tidak menangis

Kedua frasa adik saya dan tidak menangis saling berhubungan secara
fungsional pada tataran yang lebih tinggi, yaitu klausa. Menurut Khairah,
Miftahul dan Ridwan Sakura (2014:12) menyatakan bahwa hubungan antar frasa
tersebut diberikan sebagai berikut.

a. Frasa adik saya berfungsi sebagai subjek dengan perannya sebagai


pelaku dari perbuatan tidak menangis. Adikpada kata tersebut
menunjukkan bahwa ia merupakan pihak yang melakukan aktivitas
dan menangis adalah aktivitasnya.
b. Frasa tidak menangis berfungsi sebagai predikat dengan perannya
sebagai perbuatan.

Dengan demikian, hubungan fungsional antara adik saya sebagai subjek


dan tidak menangis sebagai predikat membentuk konstruksi yang disebut klausa.
Klausa sendiri artinya adalah satuan gramatikal yang tediri dari kelompok kata
yang minimal memiliki subjek dan predikat. Klausa berpotensi menjadi kalimat
tunggal bila diawali oleh capital dan diakhiri oleh tanda baca titik (.), tanda tanya
(?), atau tanda seru (!). Dalam perwujudannya, klausa selalu hadir dalam bentuk
kalimat.

2. Hubungan Fungsional Antarkata/Frasa dalam Kalimat


Contoh : Andi memotong kue di dapur.
Menurut Khairah, Miftahul dan Ridwan Sakura (2014:12) menyatakan
bahwa ada empat unsur yang saling berhubungan secara fungsional dalam kalimat
ini, yaitu:
a. Andi berfungsi sebagai subjek dengan perannya sebagai pelaku
dari perbuatan memotong
b. Memotong berfungsi sebagai predikat dengan perannya sebagai
perbuatan. Verba memotong mewajibkan hadirnya N/FN yang
berperan sebagai pelaku perbuatan memotong.
c. Kue berfungsi sebagai objek dengan perannya sebagai sasaran dari
perbuatan memotong.
d. Di dapur berfungsi sebagai keterangan dengan perannya sebagai
tempat peristiwa itu terjadi.
Keempat unsur ini membentuk konstruksi satuan sintaksis yang
disebut kalimat.

3. Hubungan Fungsional Antarklausa dalam Kalimat


Contoh : Max mengecat pintu sehingga menjadi hijau
Menurut Khairah, Miftahul dan Ridwan Sakura (2014:13) menyatakan
bahwa ada dua klausa yang berhubungan secara fungsional dalam kalimat ini.
a. Max mengecat pintu berfungsi sebagai klausa utama (klausa inti).
b. (Pintu) menjadi hijau berfungsi sebagai klausa bawahan.

Hubungan antarklausa ini menghadirkan makna kausatif, yakni


menyatakan hasil atau akibat dari tindakan yang terdapat dalam klausa utama.

D. Alat Sintaksis

Menurut Khairah, Miftahul dan Ridwan Sakura (2014:12) menyatakan


bahwa berkaitan dengan hubungan dalam satuan sintaksis, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yakni alat-alat sintaksis. Alat-alat sintaksis ini meliputi urutan
kata, kelekatan unsur-unsur untuk membentuk konstruksi, intonasi, dan fungtor.

1. Urutan Kata
Urutan kata adalah letak kata dalam konstruksi sintaksis. Ada beerapa
kata yang mempunyai urutan kata yang relatif kaku, namun ada juga beberapa
kata yang memiliki keluwesan dalam menyampaikan sebuah topik. Kata-kata
tidak bisa disusun dan dipindahkan begitu saja karena urutan kata menjadi unsur
penentu makna suatu kata. Perbedaan urutan kata berpotensi menimbulkan
perbedaan fungsi dan makna suatu konstruksi. Oleh karena itu, urutan kata
merupakan factor penting dalam konstruksi satuan sintaksis. Perhatikan urutan
kata pada konstruksi berikut.
a. Jam tiga dan tiga jam
Pada konstruksi frasa jam tiga, jam berfungsi sebagai inti,
sedangkan tiga berfungsi sebagai pewatas. Konstruksi ini
menyatakan saat waktu. Adapun konstruksi tiga jam, tiga
berfungsi sebagai inti, sedangkan jam berfungsi sebagai pewatas.
Konstruksi ini menyatakan durasi.

b. Wanita pengusaha dengan pengusaha wanita


Pada konstruksi frasa wanita pengusaha, wanita berfungsi sebagai
inti, sedangkan pengusaha berfungsi sebagai pewatas. Pewatas
adalah sesuatu yang digunakan untuk membatasi. Konstruksi ini
menyatakan wanita berprofesi pengusaha. Adapun konstruksi
pengusaha wanita, pengusaha berfungsi sebagai inti, sedangkan
wanita berfungsi sebagai pewatas. Konstruksi ini menyatakan
pengusaha berjenis kelamin perempuan.

2. Kelekatan Unsur-Unsur Untuk Membentuk Konstruksi


Perhatikan kelekatan unsur-unsur dalam kalimat berikut.
a. Anak itu sedang makan nasi goreng
Masing-masing unsur dalam kalimat di atas membentuk konstruksi.
b. Anak itu sedang makan nasi goreng
Unsur-unsur dalam kalimat di atas tidak membentuk konstruksi.

3. Intonasi
Menurut Chaer (dalam Khairah, Miftahul dan Ridwan Sakura,2014:15)
menyatakan bahwa Intonasi berkaitan dengan penggunaan bahasa pada ragam
lisan. Dalam bahasa Indonesia, intonasi termasuk aspek penting karena makna
suatu satuan bahasa sangat bergantung pada pola intonasi. Intonasi dikatakan
sangat penting dalam berbahasa karenaintonasi yang berbeda yang digunakan
dalam kalimat yang sama dapat memiliki makna yang berbeda. Sebagai contoh
apabila kalimat "kamu memang pintar" dikatakan pada seseorang yang telah
menjuarai lomba. Kemudian kalimat yang sama juga dikatakan pada seseorang
yang kalah dalam sebuah lomba dengan intonasi yang berbeda pula. Maka makna
yang berbeda akan didapat dari kedua peristiwa tersebut walaupun kalimat yang
dikatakan sama. Oleh sebab itulah mengapa intonasi sangatlah penting dalam hal
berbahasa.
Perbedaan modus kalimat dalam bahasa Indonesia tampaknya lebih
ditentukan oleh intonasinya daripada unsur segmentalnya. Kalimat bisa saja
memiliki unsur segmental sama, tetapi maknanya menjadi berbeda karena factor
intonasi. Misalnya kalimat Mahasiswa berdemonstrasi dengan intonasi deklaratif
akan menjadi kalimat bermodus deklaratif. Apabila kalimat tersebut diujarkan
dengan intonasi interogratif, akan menjadi kalimat bermodus interogratif. Dalam
rangka tulis, kalimat tersebut ditulis sebagai berikut.
a. Mahasiswa menghadiri seminar nasional. (Kalimat bermodus
deklaratif).
b. Mahasiswa menghadiri seminar nasional? (Kalimat bermodus
interogatif)

Kalimat dalam rangka tulis kadang menimbulkan makna ambigu.


Misalnya, kalimat mahasiswa-mahasiswa baru membayar SPP. Jika diujarkan
dengan intonasi tertentu, kalimat tersebut berpotensi bermakna (1) mahasiswanya
yang baru, atau (2) pembayaran SPP-nya yang baru. Kalimat untuk makna (1)
diujarkan dengan jeda Mahasiswa-mahasiswa baru/membayar SPP. Kalimat
untuk makna (2) diujarkan dengan jeda Mahasiswa-mahasiswa/baru membayar
SPP. Ini menunjukkan bahwa intonasi berperan penting dalam sintaksis.

4. Fungtor (Operator)
Fungtor (operator) berfungsi untuk menghubungkan satu konstituen
dengan konstituen yang lain. Fungtor ini dapat berupa preposisi atau konjungsi.
Pengertian fungtor berpengaruh pada makna.Apabila salah menggunakan fungtor,
maka makna yang dihasilkan pada sebuah kalimat pun akan juga berbeda.
Sebagai contoh coba perhatikan kalimat berikut.
a. Ia tidak datang karena tidak diundang
b. Ia tidak datang jika tidak diundang
Penggunaan konjungsi karena pada kalimat (a) menyatakan hubungan
alasan, sedangkan penggunaan konjungsi jika pada kalimat (b) menyatakan
hubungan syarat. Ini menunjukkan bahwa penggunaan konjungsi berpengaruh
pada makna.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, zaenal dan junaiyah. 2008. SINTAKSIS. Jakarta: PT. Grasindo.

Irmansyah. 2015. “Struktur Kalimat Deklaratif Bahasa Muna. Jurnal Humanika.


15(3), hlm. 1-12.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. “Prinsip- Prinsip Dasar Sintaksis”. Bandung :


Angkasa.

Supriyadi. 2014. “ Sintaksis Bahasa Indonesia”. Gorontalo : UNG Press.

Arsyad. 2017. “ Buku Ajar Sintaksis”. Yogyakarta : Penebar Pustaka Media.

Khairah, Miftahul dan Ridwan Sakura. 2014. Sintaksis Memahami Satuan


Kalimat Perspektif FungsiJakarta: PT.Bumi Aksara.
SOAL.

A. Objektif

1. Gabungan kata yang terdiri dari dua kata atau lebih disebut denagn …
A. Kata
B. Frasa
C. Klausa
D. Kalimat
2. Yang dimaksud dengan klausa ialah …
A. Kalimat yang tidak sempurna atau sekumpulan kata yang terdiri dari
subjek dan predikat dan memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat.
B. Kalimat yang sempurna atau sekumpulan kata yang terdiri dari subjek
dan predikat dan memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat.
C. Kalimat yang tidak sempurna atau sekumpulan kata yang terdiri dari
objek dan predikat dan memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat.
D. Kalimat yang sempurna atau sekumpulan kata yang terdiri dari objek dan
predikat dan memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat.
3. Gabungan dua kata atau lebih yang disusun sesuai dengan pola tertentu
sehingga memiliki arti, serta juga bisa dilakukan secara lisan ataupun tulisan,
dari pernyataan tersebut merupakan pengertian dari …
A. Kata
B. Frasa
C. Klausa
D. Kalimat
4. Satuan gramatikal yang di ujarkan, yang bersifat berulang-ulang dan secara
potensial ujaran berdiri sendiri. Pernyataan tersebut termasuk pengertian dari

A. Kata
B. Frasa
C. Klausa
D. Kalimat
5. 1) Tidak adanya gugus vokal.
2) Mempunyai pola fonatik suku kata
3) Bukan bahasa vokalik
4) Batas kata ditemukan oleh fonem suprasegmental
5) Tidak ada gugus konsonan pada posisi akhir
Dari kelima pernyataan di atas manakah yang termasuk ciri fonologis kata
bahasa Indonesia adalah …
A. 1,3,4
B. 2,4,5
C. 2,3,5
D. 1,3,4
6. Klausa dapat dikategorikan berdasarkan tiga hal, kecuali …
A. Berdasarkan kategori kata
B. Berdasarkan makna unsur-unsurnya
C. Berdasarkan unsur-unsur fungsinya
D. Berdasarkan kategori klausa yang menjadi unsurnya
7. Apa saja yang termasuk alat-alat sintaksis, KECUALI …
A. Urutan kalimat
B. Intonasi
C. Unsur-unsur pemebentuk kontruksi
D. Fungtor
8. Adapun yang berfungsi untuk menghubungkan satu konsituen dengan
konsituen yang lain adalah fungsi dari …
A. Intonasi
B. fungtor
C. unsur-unsur pemebentuk kontruksi
D. ururtan kalimat
9. Yang termasuk ke dalam aspek-aspek sintaksis adalah, kecuali …
A. Fonatik
B. Frasa
C. Klausa
D. Kalimat
10. Bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat.
Pernyataan tersebut termasuk kedalam pengertian …
A. Sintaksis
B. Semantik
C. Sintatik
D. Statistik
11. Yang tidak temasuk dalam frasa endosentris ialah …
A. Frasa nominal
B. Frasa pronominal
C. Frasa nondirektif
D. Frasa adjectival
12. Pada kata sebagai gramatikal,hanya dapat melekat pada bagian awal, bagian
akhir, serta bagian awal dan akhir kata ialah kecuali …
A. Awalan
B. Akhiran
C. Pertengahan
D. Konfiks
13. Yang tidak termasuk dalam fungsi sintaksis ialah …
A. Subjek
B. Objek
C. Predikat
D. Benda
14. Sebuah kata yang digunakan dengan kata lain agar terdengar dan wajar oleh si
penutur, merupakan pengertian dari ...
A. Kolokasi
B. Intonasi
C. Alokasi
D. Implementasi
15. Letak kata dalam konstruksi sintaksis, merupakan pengertian dari ...
A. Urutan kata
B. Barisan kata
C. Susunan kata
D. Kumpulan kata
16. Kata-kata tidak bisa disusun dan dipindahkan begitu saja karena ...
A. Urutan kata menjadi unsur penentu makna suatu kata
B. Urutan kata menjadi penyusun kata
C. Urutan kata haruslah beraturan
D. Urutan kata sangatlah penting
17. Kata dapat dibedakan sebagai 3 satuan, kecuali …
A. Satuan fonologis
B. Satuan gramatikal
C. Satuan ortografis.
D. Satuan geografis
18. Kalimat yang berpola S-P-O-K dibawah ini adalah …
A. Kakak pergi ke pasar membeli sayuran
B. Adik berteriak dengan sangat nyaring
C. Paman itu membajak sawahnya kemarin
D. Kemarin penjahat ditembak oleh polisi
19. Frasa Eksosentris, yaitu terdiri atas…
A. Frasa direktif dan frasa nondirektif.
B. Frasa direktif dan frasa nominal
C. Frasa verbal dan frasa nondirektif
D. Frasa nominal dan frasa verbal
20. Aspek sintaksis yang berpotensi menjadi kalimat ialah…
A. Kata
B. Frasa
C. Kalimat
D. Klausa
B. Essai
1. Sebutkan yang termasuk alat-alat sintaksis!
2. Mengapa intonasi merupaakan salah satu aspek yang sangat penting dalam hal
berbahasa?
3. Jelaskan fungsi fungtor (operator)!
4. Mengapa penggunaan fungtor pada suatu kalimat sangat berpengaruh pada
makna kata?
5. Apa yang di maksud dengan kata sebagai satuan ortografis?

KUNCI JAWABAN:

A. Objektif
1. B. Frasa
2. C. Kalimat yang tidak sempurna atau sekumpulan kata yang terdiri dari
subjek dan predikat dan memiliki potensi untuk menjadi sebuah kalimat.
3. D. Kalimat
4. A. Kata
5. C. 2,3,5
6. D. Berdasarkan kategori klausa yang menjadi unsurnya
7. A. Urutan kalimat
8. B. Fungtor
9. A. Fonatik
10. A. Sintaksis
11. C. Frasa nondirektif
12. C. Pertengahan
13. D. Benda
14. A. Kolokasi
15. A. Urutan kata
16. A. Urutan kata menjadi unsur penentu makna suatu kata
17. D. Satuan geografis
18. C. Paman itu membajak sawahnya kemarin
19. A. Frasa direktif dan frasa nondirektif.
20. D. Klausa

B. Essai

1. Alat-alat sintaksis ini meliputi urutan kata, kelekatan unsur-unsur untuk


membentuk konstruksi, intonasi, dan fungtor.

2. Intonasi dikatakan sangat penting dalam berbahasa karena intonasi yang


berbeda yang digunakan dalam kalimat yang sama dapat memiliki makna yang
berbeda. Sebagai contoh apabila kalimat "kamu memang pintar" dikatakan
pada seseorang yang telah menjuarai lomba. Kemudian kalimat yang sama juga
dikatakan pada seseorang yang kalah dalam sebuah lomba dengan intonasi
yang berbeda pula. Maka makna yang berbeda akan didapat dari kedua
peristiwa tersebut walaupun kalimat yang dikatakan sama. Oleh sebab itulah
mengapa intonasi sangatlah penting dalam hal berbahasa.

3. Fungtor (operator) berfungsi untuk menghubungkan satu konstituen dengan


konstituen yang lain.

4. Karena apabila salah menggunakan fungtor, maka makna yang dihasilkan pada
sebuah kalimat pun juga akan berbeda.

Sebagai contoh, coba perhatikan kalimat berikut.

 Ia tidak dating karena tidak diundang


 Ia tidak dating jika tidak diundang

Penggunaan konjungsi karena pada kalimat (a) menyatakan hubungan alasan,


sedangkan penggunaan konjungsi jika pada kalimat (b) menyatakan hubungan
syarat. Ini menunjukkan bahwa penggunaan konjungsi berpengaruh pada
makna.
5. Satuan ortografis yaitu kata yang ditentukan oleh sistem aksara yang berlaku
dalam bahasa itu. Seperti bahasa indonesia yang yang menggunakan bahasa
aksara latin, dengan contoh seperti “ terima kasih, kerja sama”. Dan begitu juga
dengan semua kata untuk melambangkan angka dalam bahasa indonesia harus
dituliskan terpisah.

Anda mungkin juga menyukai