Anda di halaman 1dari 3

LINGUISTIK TRANSFORMASI MENURUT JURNAL 2015

Tata bahasa transformasi generatif merupakan teori linguistik yang


menyatakan bahwa tujuan linguistik ialah menemukan apa yang semesta dan teratur
dalam kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat
yang gramatikal. Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur-
unsur dalam struktur kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur
frase dan kaidah transformasi.

Sejarah Teori Transformasi Generatif

Selama puluhan tahun, linguistik struktural digandrungi para linguis


modern sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis
bahasa. Kemudian pada tahun 1957, Aliran Transformational Generative
Grammar atau dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa transformasi,
tata bahasa generatif atau tata bahasa transformasi klasik, lahir dengan terbitnya
buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957. Adanya
sambutan yang berupa kritik dan saran atas kekurangan yang ada dalam teori itu
menyebabkan munculnya lagi buku Chomsky pada tahun 1965 dengan judul
Aspect of The Theory of Syntax. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan
teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan yang
prinsipil yaitu sebagai berikut:

A. Komponen semantis suatu deskriptif linguistik berbentuk seperangkat kaidah


interpretatif yang beroperasi pada sintaksis kalimat-kalimat kaidah ini agak mirip
dengan kaidah fonologis.

B.   Ada pembedaan antara struktur lahir dan batin. Struktur lahir jauh lebih
menyerupai struktur yang oleh para strukturalis langsung diabstrakkan dari
bentuk kalimat. Struktur batin merupakan abstraksi yang berbeda. tetapi dengan
diakuinya struktur tersebut maka tersedia sistem yang lebih kaya untuk
menganalisis dan menjelaskan hubungan timbal balik antara sintaksis dan
semantik dalam kalimat-kalimat bahasa yang alami.

C.   Distribusi dari elemen-elemen sintaksis diubah secara bertahap yang


memperkaya struktur frase atau struktur batin dengan mengorbankan kaidah
trasformasi. Selanjutnya, trasformasi dikendalikan oleh struktur batin, dan
kemudian dikemukakan bahwa trasformasi itu sendiri tidak mempunyai pengaruh
terhadap makna kalimat. Kategori seperti negasi, pasif, pertanyaan, dan perintah
serta hubungan subordinat dan koornidat secara formal diperkenalkan sebagai
bagian dari kaidah trasformasi. Kaidah-kaidah ini kemudian dimasukkan ke
dalam komponen dasar yang mengatur struktur batin dan leksikon bersama-sama
dengan subkategorisasi nomina dan verba menjadi subkelas seperti nomina
takterbilang dan nomina terbilang,verba transitif dan verba intransitif.

Ahli Bahasa Yang Beraliran Transformasional


Ahli bahasa yang beraliran transformasional ini antara lain: N. Chomsky, P.
Postal, J.A. Fodor, M. Halle, R. Palmatier, J. Lyons, J.J. Katz, Y.P.B. Allen, P. Van
Buren, R.D. King, R.A. Jacobs, J. Green, W.A. Cook (sebelum pindah ke tagmenik),
dan lain-lain.
Ciri-ciri Aliran Transformasi

a. Aliran ini sangat erat dengan psikolinguistik. Proses berbahasa bukan sekadar
proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang diterima oleh
alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan di dalam diri peserta bicara.
Oleh karena itu, aliran ini sangat erat kaitannya dengen subdisipliner
psikolinguistik.

b. Bahasa merupakan innate Kaum transformasi beranggapan penuh bahwa


bahasa merupakan faktor innate (warisan/keturunan). Dalam hal ini, untuk
membuktikan teorinya Chomsky dengan bantuan rekannya membuktikan
bahwa struktur otak manusia dengan otak simpanse persis sama, kecuali satu
simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak terdapat pada
struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicara
seperti manusia, meskipun ia telah dilatih berkali-kali, karena hal itu tidak
disebabkan oleh kebiasaan, akan tetapi harus ada faktor keturunan.

c. Bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan Teori transformasional
memisahkan bahasa atas dua lapisan, yakni deep structure (struktur dalam/
lapis batin) yaitu tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/
secara mentalistik; dan surface structure (struktur luar, struktur lahiriah)
yaitu wujud lahiriyah yang ditransformasikan dari lapis batin.

d. Bahasa terdiri atas unsur competent dan performance Sebagaimana yang telah
kita sebutkan di atas, aliran transformasional memisahkan bahasa atas unsur
competent yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang penutur tentang
bahasanya termasuk kaidah-kaidah yang berlaku bagi bahasanya; dan
performance yaitu ketrampilan seseorang dalam menggunakan bahasa
tersebut.

e. Analisis bahasa bertolak dari kalimat Aliran ini beranggapan bahwa kalimat
merupakan tataran gramatik yang tertingi. Dari kalimat analisisnya turun ke
frasa dan kemudian dari frasa turun kata. Aliran ini tidak mengakui adanya
klausa.

f. Bahasa bersifat kreatif Ciri ini merupakan reaksi atas anggapan kaum
struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi kaum
transformasional yang terpenting adalah kaidah. Walaupun suatu bentuk kata
belum umum asalkan pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku,
maka tidak ada halangan untuk mengakuinya sebagai bentuk gramatikal.

g. Analisis diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus. Analisis dalam teori ini
dimulai dari struktur kalimat lalu turun ke frase menjadi frase benda (FN) dan
frase kerja (FV) kemudian dari frase turun ke kata.

Keunggulan dan Kelemahan Aliran Transformasional

  Keunggulan Aliran Transformasi

a. Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan fisik.


b.Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan
berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance).
c. Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan
kaidah yang ada.
d. Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara
substansi dan perwujudan.
e. Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya
bersifat generatif.

  Kelemahan Aliran Transformasi

a. Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa
dan kalimat.
b. Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk
berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c. Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structure.

Anda mungkin juga menyukai