Anda di halaman 1dari 21

PENULISAN KATA

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Heny Kusuma W, M.pd

Oleh :

Kelompok 1 :

1. Aura Fitri Andini (2E/2002101145)


2. Sultan Dzaky Fawas Elhafi (2E/2002101155)
3. Berliana Putri (2E/2002101157)
4. Florista Aurora (2E/2002101158)
5. Intan Lucy (2E/2002101159)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

MADIUN

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas maklah yang berjudul Penulisan Kata.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen kami
yaitu Ibu Heny Kusuma W, M.pd pada mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang penulisan kata yang baik dan benar.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Heny Kusuma, Mpd selaku pengajar di
bindang studi Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Madiun, 05 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Kegiatan.....................................................................................4
1.4 Manfaat Kegiatan...................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Kata Dasar............................................................................................6
2.2 Kata Berimbuhan.................................................................................7
2.3 Gabungan Kata.....................................................................................8
2.4 Pemenggalan Kata................................................................................9
2.5 Kata Depan.........................................................................................12
2.6 Partikel...............................................................................................13
2.7 Singkatan dan Akronim.....................................................................15
2.8 Angka dan Bilangan...........................................................................16
2.9 Kata Ganti..........................................................................................19
2.10 Kata Sandang.....................................................................................19
BAB III PENUTUP...............................................................................................20
3.1 Kesimpulan..........................................................................................20
3.2 Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

3
BAB 1

PENAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belakang Masalah Kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus
dipenuhi masyarakat Indonesia, tidak terkecuali murid sekolah dasar. Dalam bidang
pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran
pokok. Pelajaran bahasa Indonesia diajarkan kepada murid berdasarkan kurikulum yang
berlaku, yang di dalamnya (kurikulum pendidikan dasar) tercantum beberapa tujuan
pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah murid mampu dan terampil berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar setelah mengalami proses belajar mengajar di sekolah.
Keterampilan berbahasa itu tidak saja meliputi satu aspek, tetapi di dalamnya termasuk
kemampuan membaca, menulis, mendengarkan (menyimak), dan berbicara. Dalam proses
pemerolehan dan penggunaannya, keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan. Bahasa
tulis mencakup sejumlah unsurunsur bahasa, salah satunya adalah mengenai ejaan yang
mencakup macam-macam huruf, berbagai kata, dan aneka tanda baca. Ada beberapa hal yang
perlu dikemukakan, khususnya berbagai persoalan yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu pemakaian kata bahasa Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud kata dasar dan bagaimana ciri-ciri serta fungsinya ?
2. Apa yang dimaksud kata berimbuhan dan apa saja jenis-jenisnya ?
3. Apa yang dimaksud gabungan kata dan apa saja jenis-jenisnya ?
4. Bagimana pemengalan kata dilakukan ?
5. Apa yang dimaksud kata depan apa saja jenis-jenisnya ?
6. Apa yang dimaksud partikel dan apa saja jenis-jenisnya ?
7. Apa yang dimaksud singkatan atau akronim dan apa saja jenis-jenisnya ?
8. Bagaimana penulisan angka dan bilangan yang benar ?
9. Bagaimana penulisan kata ganti yang benar ?
10. Bagaimana penulisan kata sandang yang benar ?

1.3 Tujuan Penulisan


1 Mengetahui kata dasar dan ciri-ciri serta fungsinya.
2 Mengetahui kata berimbuhan dan jenis-jenisnya.
3 Mengetahui gabungan kata dan jenis-jenisnya.
4 Mengetahui pemengalan kata ketika dilakukan.
5 Mengetahui kata depan jenis-jenisnya.
6 Mengetahui partikel dan jenis-jenisnya.
7 Mengetahui singkatan atau akronim dan jenis-jenisnya.

4
8 Mengetahui penulisan angka dan bilangan yang benar.
9 Mengetahui penulisan kata ganti yang benar.
10 Mengetahui penulisan kata sandang yang benar.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat pembuatan makalah ini,yaitu:
1. Bagi Pemerintah
Diperoleh data dan informasi tentang ilmu Bahasa Indonesia. Selanjutnya
diperoleh informasi mengenai penulisan kata yang benar. Sehingga bisa membantu
pemerintah dalam menghasilkan penulis yang fasih.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan tambahan informasi bagi masyarakat tentang bagaimana peulisan
kata yang benar. Kemudian diharapkan informasi ini dapat menambah pemahaman
terhadap masyarakat tentang Bahasa Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kata Dasar


2.1.1 Pengertian Kata Dasar
Kata dasar merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna, kata tersebut
belum mengalami penambahan atau perubahan bentuk yang mengakibatkan
perubahan makna. Dengan pengertian lain bahawa kata dasar ialah kata yang belum
di beri imbuhan dan kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih
besar. Kata dasar ialah kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan,
juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal “tunggal” dan bentuk dasar
“kompleks”.
Berikut merupakan pengertian kata dasar berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), yang mana menyebutkan,
 Kata dasar adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa.
 Kata dasar merupakan kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai
satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
 Kata dasar merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terdiri dari
morfem tunggal atau morfem gabungan.
Contoh :
 Minum : satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri
 Pergi : satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri
 Lari : satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri
 Mahakuasa : gabungan dari morfem maha dan kuasa
 Pancasila : gabungan dari morfem panca dan sila

2.1.2 Fungsi Kata Dasar


Fungsi kata dasar sendiri ialah sebagai penunjang pemaknaan dan kegunaan dari
imbuhan termasuk fungsi gramatikal. Kata dasar makan termasuk golongan kata
kerja, setelah mendapat afiks -an menjadi makanan, kata tersebut golongan kata
benda. Jelas bawah disini fungsi kata dasar sendiri ialah penunjang pembentukan
fungsi dari afiks -an yaitu sebagai pembentuk kata benda.

2.1.3 Ciri-Ciri Kata Dasar


Selain pengertian berdasarkan KBBI seperti diatas, kata dasar juga diartikan dan
memiliki ciri ciri sebagai berikut :
 Kata dasar merupakan satuan terkecil dalam bahasa yang mempunyai arti.

6
 Kata dasar dapat dibagi menjadi kelompok dalam bentuk asal/tunggal
atau bentuk dasar/kompleks. Contoh kata : pikir, buka, tutup, ambil.
 Merupakan pembentukan kata berimbuhan atau kata turunan.
 Kata dasar yang mendapat tambahan atau imbuhan mengakibatkan terjadinya
perbedaan makna.
 Gabungan kata dasar dapat membentuk kalimat tanpa membutuhkan adanya
imbuhan.

2.2 Kata Berimbuhan


2.2.1 Pengertian Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang sudah mendapat imbuhan. Oleh karena
itu, kata ini akan mengalami perubahan bentuk, fungsi dan juga makna. Bentuk,
fungsi dan makna kata dasar akan berubah sesuai dengan imbuhan yang diberikan,
baik di depan, akhir, tengah atau campuran dari ketiganya.

2.2.2 Jenis-Jenis Kata Berimbuhan


Adapun jenis-jenis imbuhan diantaranya yaitu:
 Awalan (prefiks)
Imbuhan-imbuhan yang merupakan awalan diantaranya meng-, ber-, ter-, pe-,
di-, dan ke-.
Contoh:
a. Meng- + ucap (kata benda) = menyapu (kata kerja)
b. Ber- + bicara (kata benda) = berbicara (kata kerja)
c. Ter- + jatuh (kata kerja) = terjatuh (kata kerja)
d. Pe- + sayang (kata sifat) = penyayang (kata benda)
e. Di- + lempar (kata kerja) = dilempar (kata benda)
f. Ke- + kasih (kata benda) = kekasih (kata benda)
 Akhiran (Sufiks)
Imbuhan-imbuhan yang merupakan akhiran diantaranya -an, -kan, dan -i
Contoh:
a. Makan (kata kerja) + -an = makanan (kata benda)
b. Dengar (kata kerja) + -kan = dengarkan (kata kerja)
c. Hormat (kata sifat) + -i = hormati (kata sifat)
 Sisipan (Infiks)
Imbuhan-imbuhan yang merupakan sisipan diantaranya -el-, -em-, dan -er-
Contoh:
a. Maju (kata kerja) + -el- = melaju (kata kerja)
b. Tali (kata benda) + em- = temali (kata benda)
c. Suling (kata benda) + er = seruling (kata benda)
 Awalan dan Akhiran (Konfiks)

7
Imbuhan-imbuhan yang merupakan awalan dan akhiran diantaranya ke-an,
ber-an, pe-an, per-an, dan se-nya
Contoh:
a. Ke- + keras (kata sifat) + -an = kekerasan (kata benda)
b. Ber- + dua (kata bilangan) + -an = berduaan (kata kerja)
c. Pe- + kerja (kata benda) + -an = pekerjaan (kata benda)
d. Per- + kata (kata benda) + -an = perkataan (kata benda)
e. Se- + cepat (kata sifat) + -nya = secepatnya (kata keterangan)

Tidak semua imbuhan dapat diberikan kepada kata dasar. Ada beberapa
imbuhan yang tepat untuk sebuah kata dasar tetapi tidak sesuai untuk kata
dasar yang lain.

2.3 Gabungan Kata


Kata lain dari frasa, yang memiliki pengertian penggabungan dua kata atau lebih
yang menduduki satu fungsi jabatan dalam kalimat dan bersifat nonpredikatif. Unsur
gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.
Misalnya:
 duta besar
 model linear
 kambing hitam
 persegi panjang
 orang tua
 rumah sakit jiwa
 simpang empat
 meja tulis
 mata acara
 cendera mata

a. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan


membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
 anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
 anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
 ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
 ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)
 buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)
 buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)

8
b. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran.
Misalnya:
 bertepuk tangan
 menganak sungai
 garis bawahi
 sebar luaskan

c. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
 dilipatgandakan
 menggarisbawahi
 menyebarluaskan
 penghancurleburan
 pertanggungjawaban

d. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.


Misalnya:
 adakalanya
 apalagi
 bagaimana
 barangkali
 beasiswa
 belasungkawa
 bilamana

2.4 Pemenggalan Kata


Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
 bu-ah
 ma-in
 ni-at
 sa-at
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
 pan-dai

9
 au-la
 sau-da-ra
 sur-vei
 am-boi
c. Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya:
 ba-pak
 la-wan
 de-ngan
 ke-nyang
 mu-ta-khir
 mu-sya-wa-rah
d. Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
 Ap-ril
 cap-lok
 makh-luk
 man-di
 sang-gup
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-
masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf
konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
 ul-tra
 in-fra
 ben-trok
 in-stru-men

Catatan: Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
 bang-krut
 bang-sa
 ba-nyak
 ikh-las
 kong-res

10
f. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan
unsur pembentuknya.
Misalnya:
 ber-jalan
 mem-pertanggungjawabkan
 mem-bantu
 memper-tanggungjawabkan
 di-ambil

Catatan:
 Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
 me-nu-tup
 me-ma-kai
 me-nya-pu
 Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
 ge-lem-bung
 ge-mu-ruh
 ge-ri-gi
 Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau
akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya:
 Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
 Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.

g. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Mislanya:
 biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi
 biodata, bio-data, bi-o-da-ta
 fotografi, foto-grafi, fo-to-gra-fi

h. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya.

11
Misalnya:
 Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
 Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.

i. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:

Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.Ng. Rangga


Warsita.

Catatan: Penulisan berikut dihindari.


 Ia bekerja di DLL-
AJR.
 Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.

2.5 Kata Depan


2.5.1 Pengertian Kata Depan
Kata depan atau disebut juga dengan preposisi adalah kata yang secara sintaksis
(tata/susunan kalimat) terletak di depan kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva),
dan kata keterangan (adverbia). Sedangkan secara semantis (makna), kata depan
menandai berbagai hubungan makna antara konstituen yang terletak di depan dan di
belakang kata depan tersebut.
Menurut Abdul Chaer, preposisi adalah kata atau gabungan kata yang berfungsi
menghubungkan kata atau frase sehingga terbentuk sebuah frase eksosentrik, yakni
frase yang lazim menduduki fungsi keterangan di dalam kalimat. Dari pengertian di
atas dapat dipahami bahwa penggunaan preposisi dalam kalimat adalah untuk
merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat sehingga membentuk kalimat
yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Dengan preposisi, kata dalam kalimat
akan jelas memberi keterangan bagian-bagian kata dalam kalimat.

2.5.2 Jenis-Jenis Kata Depan


 Kata Dasar
Terdiri dari: dari, di, dengan, ke, oleh, pada, sejak, sampai, seperti, untuk,
buat, bagi, akan, antara, demi, hingga, kecuali, tentang, seperti, serta, dan
tanpa.
 Preposisi Gabungan

12
Terdiri dari: kepada, daripada, oleh karena itu, antara… dengan, sejak…
sampai
 Kata Berafiks
Terdiri dari: bersama, beserta, menuju, menurut, sekitar, selama, seluruh,
bagaikan, terhadap, melalui, dan mengenai.

2.5.3 Aturan Penulisan Kata Depan


 Kata depan “di, ke, dan dari,” tidak disambung tetapi dipisah dengan kata di
belakangnya ketika menunjukkan arah, tempat, waktu, dan tempat. Contoh
kata depan ini: “di luar, di sana, di siang hari, ke toko, ke luar, dari belakang,
dari Surabaya, dan lain-lain.”
 Aturan pisah ini dikecualikan untuk kata depan yang sudah lazim seperti
“kepada, daripada, dipukul, dan lain-lain.” Begitu juga ketika kata depan
bertemu imbuhan dari sebuah kata. Contoh kata depan ini: “dibeli, dibawa,
dilepas, keluar, kelepas, kebawa, daripada, dan lain-lain.”
 Ketika kata depan akan digunakan pada judul, maka penulisannya harus
menggunakan huruf kecil. Contoh kata depan ini: “Ada Udang di Balik Batu;
Presiden Menyampaikannya Kepada Menteri; dll.”

2.5.4 Fungsi Kata Depan


 Fungsi kata depan untuk menyatakan tempat berada.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan perbandingan.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan hal atau masalah.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan sebab-akibat.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan maksud atau tujuan.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan arah asal.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan arah tujuan.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan pelaku.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan alat.
 Fungsi kata depan untuk menyatakan tempat berlangsung.

2.6 Partikel
2.6.1 Pengertian Partikel
Partikel adalah satuan bahasa yang hanya berfungsi memberikan penegasan
makna pada unsur bahasa yang diiringinya. Partikel meliputi kata yang tidak tertakluk
pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya.
Ada beberapa macam partikel yakni; -lah, -kah, -tah, –pun, dan -per. Tiga yang
pertama merupakan klitika, melekat pada kata yang diikutinya sehingga ditulis
serangkai. Sedangkan, -pun merupakan kata yang dapat ditulis serangkai dan terpisah,

13
dan –per penulisannya dipisah. Partikel tersebut ada yang sebagai penegas, tetapi ada
pula yang bukan.

2.6.2 Jenis-Jenis Partikel


a. Partikel –lah
Partikel –lah, berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat
deklaratif.
Misalnya:
 Pergilah sekarang, sebelum terlambat sekolah!
 Makanlah roti itu!

Pada contoh di atas dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit


menghaluskan nada perintahnya. Pada contoh kedua yakni kata,“Makan +
lah  makanlah” seolah-olah “-lah” adalah imbuhan, padahal “lah” bukan
imbuhan. Kata makan maknanya sama dengan “makanlah” yang tidak mengalami
perubahan, hanya saja “-lah” ini memberi penegasan saja agar memakan roti.

Contoh selanjutnya:
 Dialah yang salah

Pada kalimat deklaratif seperti di atas, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan


yang lebih keras. Bandingkan jika kalimat tersebut menjadi “Dia yang salah”,
hanya memberikan informasi bahwa “Dia salah”.

b. Partikel –kah
Jika kalimat berita ditambahkan oleh pertikel “-kah”, maka kalimat
tersebut menjadi kalimat tanya. Sedangkan partekel “-kah” bila melekat pada kata
ganti tanya, sebenarnya bersifat manasuka, menjadikan kalimatnya lebih formal
dan sedikit lebih halus.
Misalnya:
 Apakah yang sedang terjadi?

Fungsi “-kah” pada kalimat ini hanya menjadikan tutur kata yang lebih halus. Jika
dalam kalimat tidak ditemukan adanya kata tanya tetapi intonasinya adalah
intonasi interogatif, maka “–kah” akan memerjelas kalimat itu sebagai kalimat
interogatif, dan kadang-kadang urutan katanya dibalik. 

c. Partikel –pun
Partikel –pun banyak ditemukan dalam kalimat deklaratif. Partikel –pun,
dalam penulisannya ada yang serangkai dan ada pula yang terpisah. Partikel –

14
pun yang terpisah mengikuti kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Sedangkan –
pun yang serangkai dipakai untuk kata penghubung, misalnya, adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
walaupun dan lain-lain.
Contoh:
 Bukan hanya para guru, para siswa maupun siswi ikut bergotong-royong
membersihkan halaman sekolah.
 Jangankan mobil, sepedah pun aku tak punya.

Pada contoh tersebut, -pun dipakai untuk menegaskan arti kata yang diiringinya.


Pada contoh,”Jangankan mobil, sepeda pun aku tidak punya”, kata –
pun menegaskan bahwasannya dia tidak punya mobil dan sepeda. 

Contoh:
 Para murid itu pun berbarislah dengan teratur pada saat upacara akan
segera dimulai.

Pada contoh itu mengaskan bahwa murid-murid berbaris dengan teratur pada saat
upacara akan dimulai, tetapi contoh di atas terdapat –lah yang dipakai bersamaan
dengan –pun untuk menandakan suatu perbuatan atau proses mulai “berjalan” atau
terjadi.

d. Partikel –per
partikel –per ada dapat berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ yang ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
 Ketika antrean panjang menuju loket Kebun Binatang, para pengunjung
masuk satu per satu ke dalam.
 Harga gula per kilogram Rp 4.500,00.
 Pendapatan Andi sebagai pegawai bank naik per 1 Januari karena kerjanya
baik.

Pada contoh pertama, -per diposisikan sebagai pengganti ‘tiap’, dan contoh kedua


berarti ‘demi’, dan contoh ketiga berarti ‘mulai’.

2.7 Singkatan dan Akronim


2.7.1 Singkatan
a. Pengertian Singkatan

15
Singkatan merupakan bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
b. Macam-Macam Singkatan
 Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti
tanda titik.
Contoh: W.R. Supratman, Dr.
 Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan dan
organisasi serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), PGRI (Persatuan Guru
Republik Indonesia).
 Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
Contoh: dll. (dan lain-lain), Yth. (Yang terhormat).
 Singkatan Lambang Kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan
dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: Cm (sentimeter), kg (kilogram).

2.7.2 Akronim
a. Pengertian Akronim
Akronim merupakan singkatan yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari kata ditulis dengan huruf awal kapital.
b. Macam-Macam Akronim
 Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), SIM (Surat Izin
Mengemudi).
 Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh: Akabri (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), Kowani
(Kongres Wanita Indonesia).
 Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Contoh: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali).

2.8 Angka dan Bilangan


2.8.1 Angka
a. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf
supaya lebih mudah dibaca.

16
Misalnya:
 Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya.
 Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
 Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
b. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu
serta (b) nilai uang.
Misalnya:
 0,5 sentimeter
 5 kilogram
 4 hektare
 10 liter
 2 tahun 6 bulan 5 hari
c. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau
kamar.
Misalnya:
 Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
 Jalan Tanah Abang I/15
 Jalan Wijaya No. 14
 Hotel Mahameru, Kamar 169
 Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
d. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
 Bab X, Pasal 5, halaman 252
 Surah Yasin: 9
 Markus 16: 15—16
e. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
 lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
 tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
 uang 5.000-an (uang lima ribuan)
f. Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor.
 Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
 Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)

2.8.2 Bilangan

17
a. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
 Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
 Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
 Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang abstain.
 Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri
atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
b. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
 Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
 Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:


 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
 Panitia mengundang 250 orang peserta.
 Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
Misalnya:
 250 orang peserta diundang panitia.
 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
e. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1) Bilangan Utuh
Misalnya:
 dua belas (12)
 tiga puluh (30)
 lima ribu (5.000)
2) Bilangan Pecahan
Misalnya:
 setengah atau seperdua (1/2)
 seperenam belas (1/16)
 tiga perempat (3/4)
 dua persepuluh (2/10)
f. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

18
Misalnya:
 abad XX
 abad ke-20
 abad kedua puluh
g. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
 Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
 Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus
lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
h. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan
seperti berikut.
Misalnya:
 Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus
ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
 Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas
harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
i. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
 Kelapadua
 Kotonanampek
 Rajaampat

2.9 Kata Ganti


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutnya, sedangkan –ku,
-mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
 Rumah itu telah kujual.
 Majalah ini boleh kubaca.
 Bukumu, bukuku, dan bukunya tersimpan di perpustakaan

2.10 Kata Sandang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
 Surat itu dikembalikan kepada si pengirim
 Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli
 Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil
19
Catatan: huruf awal sang ditulis dengan huruf capital jika sang merupakan unsur nama
Tuhan
Misalnya:
Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Penggunaan kata dalam penulisanya pun perlu diperhatikan. seperti kata dasar,
kata turunan,kata depan dan bentuk partikel. Untuk menulis sebuah karya tulis harus
memperhatikan aturan-aturan penulisan bahasa Indonesia yang sesuai. khususnya
bagi mahasiswa yang sedang menulis tugas makalah, laporan praktik kerja lapangan,
menyusun proposal, dan skripsi.

3.2 Saran
Aturan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dibuat adalah
untuk pandulan para orang yang sedang menulis sebuah karya atau karangan, oleh karena
itu dalam menulis harus disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Sebagai warga
negara Indonesia tidak ada salahnya kita menerapkan makalah ini dalam pemakaian huruf
dan penulisan kata, misalnya dalam menulis surat, membuat karya tulis, membuat
laporan, dan lain sebagainya. 

20
DAFTAR PUSTAKA

Belajar Bahasa Indonesia. 2012. Pemakaian Huruf dari http://belajarbahasa-


bahasaindonesia.blogspot.com/2012/05/penggunaan-huruf.html?m=1. Diakses pada
tanggal 4 Maret 2021

Irwan Sudjarwadi. 2018. Pemakaian Huruf dan Penulisan Kata dari


https://docplayer.info/66727601-Penulisan-huruf-penulisan-kata.html. Diakses pada
tanggal 4 Maret 2021.

Karyati Z. 2016. Antara EYD dan PUEBI: Suatu Analisis Komparatif. 1 (2):175-184.

Mukhlis, Yusuf R, Fitrotul Rawinda, dan Uliyani S. 2019. Kesalahan Penerapan Kaidah Bahasa
Indonesia dalam Karya Tulis Mahasiswa Pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia di
Universitas PGRI Semarang. 3 (1):87-103.

PUEBI

21

Anda mungkin juga menyukai