Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Kecerdasan dalam Proses Pembelajaran”

Dosen Pengampu:
Dr. Dina Sukma, S.Psi, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Dani Permana Putra (22061064)

UNIVERSITAS NEGRI PADANG


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada ibu Dr. Dina Sukma, S.Psi,
S.Pd, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Padang, 12 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
HYPERLINK \l "_bookmark0" KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3. Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1. Pengertian Kecerdasan..........................................................................................................3
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan.................................................4
2.3. Klasifikasi Kecerdasan Intelektual (IQ)..............................................................................5
2.4. Jenis-jenis Kecerdasan..........................................................................................................7
2.5. Upaya dalam Mengembangkan Kecerdasan Peserta Didik dalam Pembelajaran........10
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................13

i
1.1. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Kecerdasan merupakan sebuah proses untuk memecahkan permasalahan


yang dihadapi manusia dan melibatkan aktivitas otak. Ada tiga macam
kecerdasan dalam diri manusia yaitu kecerdasan kognitif (IQ), kecerdasan emosi
(EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Kecerdasan tersebut membantu manusia
untuk memecahkan masalah, berhubungan dengan orang lain maupun diri
sendiri serta berhubungan dengan nilai-nilai atau norma yang diyakini oleh
individu. Kecerdasan yang paling mempengaruhi kehidupan sosial manusia
adalah EQ, karena menurut Goleman (dalam Efendi 2005) EQ merupakan
kemampuan manusia untuk memahami perasaannya sendiri dan orang lain,
mampu memotivasi diri sendiri serta mampu mengelola emosi dalam diri
maupun hubungan dengan orang lain.

Semua jenis kecerdasan itu penting bagi manusia, namun untuk meraih
kesuksesan dalam dunia pekerjaan maupun sosial yang paling mempengaruhi
adalah EQ. Hal itu diungkapkan oleh McCleland bahwa seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk berempati, disiplin diri, dan inisiatif memiliki
kesuksesan yang berbeda dengan orang yang hanya sukses dilapangan pekerjaan
atau hanya sekedar analisis. Ini dikarenakan kunci kesuksesan seseorang ada
pada kemampuan pribadi dan sosial (Agustian, 2007).

Semakin besar kepekaan sosial dan emosi yang kita miliki, maka semakin
mudah bagi kita untuk menjalani kehidupan secara efektif dan produktif.
Alasan pentingnya kecerdasan sosial bagi seseorang karena individu mampu
menghadapi tekanan dan tuntutan dari lingkungan dengan menggunakan
kecerdasan emosi dari dalam diri.
1.2. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan?

b. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan?

c. Bagaimana klasifikasi kecerdasan intelektual (IQ)

d. Apa saja jenis -jenis kecerdasan?

1
e. Bagaimana upaya pendidikan dalam mengembangkan kecerdasan peserta

2
didik dalam proses pembelajaran?
1.3. Tujuan

f. Untuk mengetahui pengertian kecerdasan

g. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan

h. Untuk mengetahui klasifikasi kecerdasan intelektual (IQ)

i. Untuk mengetahui jenis-jenis kecerdasan

j. Untuk mengetahui upaya dalam mengembangkan kecerdasan peserta


didik dalam proses pembelajaran

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kecerdasan

Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat
tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar
keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi.
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran.
Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa
Latin “intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain
(to organize, to relate, to bind together).Bagi para ahli yang meneliti, istilah
inteligensi memberikan bermacam-macam arti. Menurut mereka, kecerdasan
merupakan sebuah konsep yang bisa diamati tetapi menjadi hal yang paling sulit
untuk didefinisikan.Hal ini terjadi karena inteligensi tergantung pada konteks atau
lingkungannya.
Menurut Dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu
secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses
belajar untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi,
sedangkan secara kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara berpikir dalam
membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi
dari luar yang disesuaikan dengan dirinya. Howard Gardner
berpendapatkecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau
menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.
Alfred Binet merupakan seorang tokoh perintis pengukuran inteligensi, ia
menjelaskan bahwa inteligensi merupakan kemampuan individu mencangkup tiga
hal. Pertama, kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,
artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya (goal setting).
Kedua, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian,
artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan
tertentu.Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan
auto kritik, artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-
kesalahan.
Raymond Bernard Cattel mengklasifikasikan kemampuan mental menjadi

4
dua macam, yaitu inteligensi fluid (gf) dan inteligensi crystallized (gc).
Inteligensi fluid merupakan kemampuan yang berasal dari faktor bawaan biologis
yang diperoleh sejak kelahirannya dan lepas dari pengaruh pendidikan dan
pengalaman. Sedangkan inteligensi crystallized merupakan kemampuan yang
merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan kebudayaan
dalam diri seseorang, inteligensi ini akan meningkat kadarnya dalam diri
seseorang seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh individu. Karakteristik dari
inteligensi fluid cenderung tidak berubah setelahusia 14 atau 15 tahun,
sedangkan inteligensi crystallized masih dapat terus berkembang sampai usia
30 - 40 tahun bahkan lebih.
Berdasarkan pengertian kecerdasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran serta
dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan


Kecerdasan intelektual adalah kemampuan untuk berhitung, beranalogi,
berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta inovasi.Kecerdasan ini digunakan
sebagai pengukur kualitas seseorang. Kecerdasan intelektual responden sebagian
besar berada pada kategori rata-rata sebesar 61,7%. Kecerdasan emosi adalah
kemampuan untuk mengendalikan impuls emosianal, kemampuan untuk
membaca perasaan orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan yang
baik dengan orang lain. Kecerdasan emosional responden sebagian besar berada
pada kategori baik yaitu sebesar 86,7%. Seagian besar responden memiliki
kecerdasan emosional yang baik kemungkinan karena mereka mendapatkan kasih
saying yang cukup dari orang tuanya sehingga emosi mereka lebih terkontrol dan
memiliki rasa empati pada orang lain.
Responden yang memiliki staus gizi kurang memiliki kecerdasan intelektual
(IQ)yang rendah karena kecerdasan intelektual dipengaruhi juga oleh asupan makan
bergizi yang kemungkinan tidak diperoleh oleh responden yang status gizinya
kurang.Asupan zat gizi sangat penting agar responden dapat berpikir dengan lebih
konsentrasi dan agar daya piker serta daya ingat responden tidak menurun. Pola
asuh

5
yang diberikan orang tua atau pengasuh kepada anaknya dapat mempengaruhi
kecerdasan intelektual anak.Tetapi dari penelitian ini tidak terdapat hubungan antara
pola asuh dengan IQ.Sebagian besar responden yang pola asuhnya baik memiliki IQ
rata-rata.
Tingkat social ekonomi keluarga menentukan bagaimana orang tua
mengalokasikan dana kepada anaknya. Pendapatan orang tua memberikan
dukungan terhadap pengeluaran untuk tingkat social ekonomi keluarga tidak
memiliki hubungan dengan IQ responden karena IQ yang tinggi dipengaruhi juga
oleh genetic, lingkungan dan status gizi responden.
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang,
Yitu factor yang bersifat bawaan atau genetic (temperamen), factor yang berasal
dari lingkungan keluarga (cara asuh orang tua), dan factor pendidikan emosi yang
diperoleh di sekolah. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi itu tumbuh seiring
pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga ia meninggal dunia. Jadi dapat diketahui
bahwa status gizi tidak mempengaruhi kecerdasan emosi, hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian ini.
Cara asuh atau pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anaknya dapat
mempengaruhi kecerdasan emosi anak.Dalam penelitian ini pola asuh tidak
memiliki hubungan dengan kecerdasan emosi.Hal ini karena selain pola asuh, aspek
genetic dan lingkungan menjadi factor penentu juga sehingga walaupun pola asuh
responden sebagian besar dalam kategori baik tapi tetap tidak memiliki hubungan
dengan kecerdasan emosional responden.

2.3. Klasifikasi Kecerdasan Intelektual (IQ)


a) Idiot (IQ: 0 – 29)
Idiot merupakan kelompok individu terbelakang yang paling rendah. Tidak
dapat berbicara atau hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja. Biasanya
tidak dapat mengurus dirinya sendiri, seperti: mandi, berpakaian, makan, dan
sebagainya, dia harus diurus oleh orang lain. Anak idiot tinggal di tempat
tidur seumur hidupnya. Rata-rata perkembangan inteligensinya sama dengan
anak normal umur 2 tahun. Seringkali umurnya tidak panjang, sebab selain
inteligensinya rendah, juga badannya kurang tahan terhadap penyakit. Baik
di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa anak idiot ini tidak akan ditemui.

6
b) Imbecile (IQ: 30 – 40)
Imbecile setingkat lebih tinggi dari anak idiot.Ia dapat belajar berbahasa,
dapat mengurus dirinya sendiri dengan pengawasan yang teliti. Pada imbecile
dapat diberikan latihan-latihan ringan, tetapi dalam kehidupannya selalu
bergantung pada orang lain, tidakdapat berdiri sendiri/mandiri. Kecerdasannya
sama dengan anak normal berumur 3 – 7 tahun. Anak imbecile tidak bisa dididik
di sekolah-sekolah biasa.
c) Moron atau Debil (mentally handicapped/mentally retarded), (IQ: 50 – 69)
Kelompok ini sampai tingkat tertentu dapat belajar membaca, menulis dan
membuat perhitungan-perhitungan sederhana, dapat diberikan pekerjaan rutin
tertentu yang tidak memerlukan perencanaan dan pemecahan. Banyak anak-
anak debil ini mendapat pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa.
d) Kelompok bodoh (dull/borderline) (IQ: 70 – 79)
Kelompok ini berada di atas kelompok terbelakang dan di bawah
kelompok normal (sebagai batas). Secara bersusah payah dengan beberapa
hambatan, individu tersebut dapat melaksanakan sekolah lanjutan pertama tetap
sukar sekali untuk dapat menyelesaikan kelas-kelas terakhir di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP).
e) Normal rendah (below average), (IQ: 80 – 89)
Kelompok ini termasuk kelompok normal, rata-rata atau sedang tetapi
pada tingkat bawah, mereka agak lambat dalam belajar. Mereka dapat
menyelesaikan sekolah menengah tingkat pertama tetapi agak kesulitan untuk
dapat menyelesaikan tugas-tugas pada jenjang SLTA.
f) Normal sedang, (IQ: 90 – 109)
Kelompok ini merupakan kelompok yang normal atau rata-rata. Mereka
merupakan kelompok yang terbesar persentasenya dalam populasi penduduk.
g) Normal tinggi (above average), (IQ: 110 – 119)
Kelompok ini merupakan kelompok individu yang normal tetapi berada
pada tingkat yang tinggi.
h) Cerdas (superior), (IQ: 120 – 129)
Kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah/akademik. Mereka
seringkali terdapat dalam kelas biasa.Pimpinan kelas biasanya berasal dari
kelompok ini.
i) Sangat cerdas (very superior/gifted), (IQ: 130 – 139)

7
Anak-anak gifted/very superior lebih cakap dalam membaca, mempunyai
pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaan kata yang
luas dan cepat memahami pengertian yang abstrak. Pada umumnya, faktor
kesehatan, kekuatan, dan ketangkasan lebih menonjol daripada anak normal.
j) Genius (IQ: 140 ke atas)
Kelompok ini kemampuannya sangat luar biasa. Mereka pada umumnya
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang
baru, walaupun mereka tidak bersekolah. Kelompok ini berada dalam semua
ras dan bangsa, dalam semua tingkat ekonomi, baik laki-laki atau perempuan.
Contoh orang genius adalah Edison dan Einstain.

2.4. Jenis-jenis Kecerdasan


a) Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan
bahasa, termasuk bahasa ibu dan bahasa-bahasa asing, untuk mengekspresikan
apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain. Menggunakan kata
merupakan cara utama untuk berpikir dan menyelesaikan masalah bagi orang
yang memiliki kecerdasan ini. Kecerdasan linguistik disebut juga kecerdasan
verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan
tertulis serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing. Mereka menggunakan
kata untuk membujuk, mengajak, membantah, menghibur, atau membelajarkan
orang lain.
b) Kecerdasan Logis-Matematik
Kecerdasan matematik adalah kemampuan yang berkenaan dengan
rangkaian alasan, mengenal pola-pola dan aturan. Kecerdasan ini menunjuk pada
kemampuan untuk mengeksplorasi pola-pola, kategorikategori dan hubungan
dengan memanipulasi objek atau simbol untuk melakukan percobaan dengan cara
yang terkontrol dan teratur. Kecerdasan matematika disebut juga kecerdasan logis
dan penalaran karena merupakan dasar dalam memecahkan masalah dengan
memahami prinsip-prinsip yang mendasari sistem kausal atau dapat
memanipulasi bilangan, kuantitas, dan ope rasi. Oleh karena itu, orang yang kuat
dalam kecerdasan ini sangat senang berhitung, bertanya, dan melakukan
eksperimen.
c) Kecerdasan Visual-Spasial

8
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar
dan bentuk. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan
gambar dan sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film,
gambar, video, dan demonstrasi yang menggunakan alat peraga. Mereka juga
sangat menyukai aktivitas menggambar, mengecat, mengukir, dan biasa
mengungkapkan diri mereka melalui aktivitas seni.Mereka juga sangat baik untuk
membaca peta, diagram, dan menyelesaikan teka-teki jigsaw.Kecerdasan visual
disebut juga kecerdasan spasial karena mencakup kemampuan untuk
menggambar bentuk dan ruang suatu objek, kemampuan memikirkan bentuk
sehingga memungkinkan seseorang untuk mengetahui di mana dia berada, dan
kemampuan untuk memotret dunia.
d) Kecerdasan Berirama-Musik
Kecerdasan berirama-musik adalah kapasitas berpikir tentang musik
seperti mampu mendengar, mengenal, mengingat, dan bahkan memanipulasi
pola- pola musik.Orang yang memiliki kecerdasan musik dianggap memiliki
apresiasi yang kuat terhadap musik, dengan mudah mengingat lagu-lagu dan
melodi, mempunyai pemahaman tentang warna nada dan komposisi, dapat
membedakan perbedaan antara pola nada dan pada umumnya senang terbenam
dalam musik.Kemampuan memainkan instrumen datang dengan alamiah pada
diri orang yang memiliki kecerdasan musik.Kecerdasan musik juga meliputi
kemampuan memersepsi dan memahami, mencipta dan menyanyikan bentuk-
bentuk musikal dan para ahli mengakui bahwa musik merangsang aktivitas
kognitif dalam otak dan mendorong kecerdasan.
e) Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik
Kecerdasan jasmaniah-kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan
seluruh tubuh dalam mengekspresikan ide, perasaan dan menggunakan tangan
untuk menghasilkan atau mentransformasi sesuatu.Orang yang memiliki
kelebihan dalam kecerdasan kinestetik cenderung mempunyai perasaan yang kuat
dan kesadaran mendalam tentang geraka-gerakan fisik.Mereka mampu
berkomunikasi dengan baik melalui bahasa tubuh dan sikap dalam bentuk
fisik lainnya. Mereka juga mampu melakukan tugas dengan baik setelah melihat
orang lain melakukannya terlebih dahulu, kemudian meniru dan mengikuti
tindakannya. Namun, orang yang memiliki kecerdasan ini sering merasa tidak
tenang ketika duduk dalam waktu yang relatif lama dan bahkan merasa bosan

9
jika segala sesuatu yang dipelajari atau disampaikan tanpa disertai dengan
tindakan yang bersifat demonstratif.
f) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda dan
isyarat sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, dan mampu menyesuaikan gaya
komunikasi secara tepat. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang
tinggi melakukan negosiasi hubungan dengan keterampilan dan kemahiran karena
orang tersebut mengerti kebutuhan tentang empati, kasih sayang, pemahaman,
ketegasan, dan ekspresi dari kebutuhan dan keinginan. Orang seperti ini
mengetahui bagaimana pentingnya berkolaborasi dengan orang lain, memimpin
ketika diperlukan, mengikuti jika memang keikutsertaan sangat diperlukan,
bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki keterampilan komunikasi yang
berbedabeda. Kecerdasan interpersonal berhubungan dengan konsep interaksi
dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi yang dimaksud bukan hanya sekedar
berhubungan biasa saja seperti berdiskusi dan membagi suka dan duka,
melainkan juga memahami pikiran, perasaan, dan kemampuan untuk memberikan
empati dan respons.
g) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang bersumber pada
pemahaman diri secara menyeluruh guna menghadapi, merencanakan, dan
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Orang yang memiliki kecerdasan
ini cenderung memiliki kesadaran diri yang tinggi di mana mereka mampu
memproses tujuan yang jelas tentang segala sesuatu yang dilakukan sekarang dan
masa yang akan datang. Pada umumnya, mereka memilih untuk bekerja
sendiri dalam menyelesaikan proyek-proyek meskipun kadang-kadang
memerlukan perhatian ekstra. Mereka bukan hanya cenderung untuk selalu
menyendiri dan tidak mau bergaul dengan yang lain, tetapi juga berhubungan
dengan kemampuannya untuk merefleksi diri. Mereka dapat menghabiskan waktu
dalam kehidupan sehari-hari untuk merefleksi diri memikirkan tujuan dan
keberadaan diri mereka. Jika tidak memiliki tujuan tertentu yang harus
dilakukan di luar, seperti pergi ke sekolah atau kegiatan lain, maka mereka
mungkin tidak akan pernah meninggalkan rumah mereka selama beberapa waktu
tertentu.
h) Kecerdasan Naturalistik

1
Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan dalam mengenal dan
mengklasifikasi berbagai spesies termasuk flora dan fauna dalam suatu
lingkungan.Orang yang memiliki kecerdasan naturalistik yang kuat mempunyai
ketertarikan pada dunia luar atau dunia binatang, ketertarikan ini mulai
muncul sejak dini.Mereka menyukai subjek, cerita-cerita, dan pertunjukan yang
berhubungan dengan binatang dan fenomena alam. Bahkan, mereka menunjukkan
minat yang luar biasa pada mata pelajaran seperti biologi, ilmu hewan (zoology),
ilmu tumbuh-tumbuhan (botany), ilmu tanah (geology), ilmu cuaca
(meteorology), ilmu falak (astronomi), dan paleontologi. Kecerdasan naturalistik
disebut juga cerdas alam karena sangat peka terhadap perubahan dalam
lingkungan, sekalipun perubahan tersebut dalam hitungan menit dan sangat
perlahan yang bagi orang lain pada umumnya sama sekali tidak merasakan. Hal
ini terjadi karena tingkat persepsi sensori yang dimilikinya jauh lebih tinggi dari
kebanyakan orang. Kekuatan perasaan yang berhubungan dengan alam dapat
memberi pemahaman tersendiri dalam mengamati persamaan, perbedaan, dan
perubahan pada alam jauh lebih cepat dibandingkan orang lain pada umumnya.
Oleh karena itu, orang yang cerdas pada alam sangat mudah untuk mengategori
dan membuat katalog terhadap sesuatu.

2.5. Upaya dalam Mengembangkan Kecerdasan Peserta Didik dalam


Proses Pembelajaran
1) Guru selalu melibatkan anak secara bersama-sama dalam semua kegiatan sentra.

Dalam pembelajaran sentra guru selalu melibatkan partisipasi anak. Upaya


guru dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal anak adalah merangsang
minat anak dan selalu melibatkan anak dalam kegiatan sentra.Partisipasi anak
dalam kegiatan sentra ini juga disesuaikan dengan karakter atau pribadi anak,
agar anak lebih mudah dalam memahaminya.

2) Melibatkan orang tua dalam pembelajaran anak

Dalam pembelajaran, para guru juga melibatkan peran orang tua.


Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika orang tua juga berperan.
Sebagaimana lingkungan belajar utama anak adalah keluarga. Ayah dan ibulah
yang berperan dalam pembelajaran anak ketika di rumah.

1
3) Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator

Di dalam kegiatan sentra main peran, guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator.Peran fasilitator yang dilakukan oleh guru adalah menyiapkan segala
peralatan yang digunakan dalam sentra bermain peran dan menjadi penghubung
antara satu anak dengan anak yang lainnya.sedangkan peran sebagai motivator
adalah selalu memberikan semangat dan motivasi, mendampingi dan memberikan
pemaknaan terhadap peran yang telah dilakukan oleh anak usia dini setelah
selesai bermain di sentra main peran.

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran serta
dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan yaitu kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosi. Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi
kecerdasan emosi seseorang, Yitu factor yang bersifat bawaan atau genetic
(temperamen), factor yang berasal dari lingkungan keluarga (cara asuh orang
tua), dan factor pendidikan emosi yang diperoleh di sekolah. Klasifikasi
Kecerdasan Intelektual (IQ) yaitu yang pertama Idiot (IQ: 0-29), Imbecile (IQ:30-
40), Moron atau Debil (IQ: 50-69), Kelompok bodoh (IQ: 70-79), Normal Rendah
(IQ: 80-89), Normal sedang (IQ:90-109), normal tinggi (IQ: 110-119), Cerdas
(IQ: 120-129), Sangat Cerdas (IQ: 130-139), Genius (IQ: 140 Keatas).
Jenis-jenis kecerdasan (berdasarkan teori multiple intelligence) yaitu
kecerdasan Verbal-Linguistik, kecerdasan Logis-Matematik, Kecerdasan Visual-
Spasial, Kecerdasan Berirama Musik, Kecerdasan Jasmaniah-Kinestetik,
Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, dan kecerdasan Naturalistik.

1
DAFTAR PUSTAKA

Akhdan Nur Said. 2018. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional


dan Kecerdasan Spiritual terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi
Empiris padaMahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta).
Jurnal
Nominal. Volume VII. Nomor 1

Asrori. 2020. Psikologi pendidikan Pendekatan Multidisipliner. Banyumas:


Penerbit CV. Pena Persada Redaksi
Ikasari, Murni Nur.2020. UPAYA GURU MENGEMBANGKAN KECERDASAN
INTRAPERSONAL ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN
PERAN di TA AL-MANNAR PONOROGO.Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini. Vol 01(01)Syarifah. 2019. Konsep Kecerdasan Majemuk Howard
Gardner. Jurnal Ilmiah Sustainable. Vol. 2 No. 2, hal 154 – 175

Syarifah. 2019. Konsep Kecerdasan Majemuk Howard Gardner. Jurnal Ilmiah


Sustainable. Vol. 2 No. 2, hal 154 - 175

Anda mungkin juga menyukai