Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KECERDASAN INTELEKTUAL
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN ANAK USIA SD

DOSEN PENGAMPU
Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd

DISUSUN OLEH
KELAS 3D PGSD
KELOMPOK 4

1. Dwi Setia Wati (2010125320028)


2. Mar’atuzzahidah (2010125320035)
3. Nadia Mahmudah (2010125320029)
4. M. Rifki Fauzan (2010125310044)
5. Rima Yanti (2010125220034)
6. Rizma Azizah (2010125220051)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Kecerdasan Intelektual” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd pada
mata kuliah Psikologi Pembelajaran Anak Usia SD. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kecerdasan intelektual bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Novitawati, S.Psi., M.Pd selaku
dosen mata kuliah Psikologi Pembelajaran Anak Usia SD yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik baiknya, namun
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan
untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Banjarmasin, 3 September 2021

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Inteligensi....................................................................... 3
B. Jenis-Jenis Inteligensi....................................................................... 5
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi................................ 6
D. Perkembangan Tes Inteligensi Secara Umum dan Model Binet...... 7
E. Tes Wechsler Adult Intelligence (WAIS)........................................ 10
F. Tes Coloured Progressive Matrices (CPM)..................................... 15
G. Pengukuran Inteligensi..................................................................... 16
H. Manfaat Tes Inteligensi dalam Dunia Pendidikan........................... 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 23

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tabel Klasifikasi IQ ................................................................ 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecerdasan intelektual dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum
yang membedakan kualitas orang yang satu dengan yang lain. Kecerdasan
lazim disebut intelegensi. Istilah ini dipopulerkan kembali pertama kali oleh
Galton, seorang ilmuan dan ahli matematika yang terkemuka dari inggris.
Galton dalam Joseph mendefinisikan intelegensi adalah kemampuan kognitif
yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada
lingkungan yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor
genetik. Dalam bekerja hal pertama yang dituntut adalah kemampuan bekerja.
Untuk dapat membuktikan kemampuan maka seorang karyawan harus dapat
menunjukan kecerdasan intektual, yaitu dapat menggunakan nalarnya dengan
berpikir logis. Dengan demikian, suatu pekerjaan akan terlaksana secara
indah (efektif) dan mencapai prestasi (efisien). Wiramiharja (2003:73)
mengemukakan indikator-indikator dari kecerdasan intelektual.
Terdapat tiga indikator kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga
domain kognitif. Ketiga indikator itu antara lain : kemampuan figur yaitu
merupakan pemahaman dan nalar di bidang bentuk, kemampuan verbal yaitu
merupakan pemahaman dan nalar di bidang bahasa, dan pemahaman dan
nalar dibidang numerik atau yang berkaitan dengan angka biasa disebut
dengan kemampuan numerik.
Berdasarkan pemaparan tersebut, kami akan membuat makalah dengan
judul “Kecerdasan Intelektual” makalah ini membahas tentang pengertian
inteligensi, jenis-jenis inteligensi, faktor-faktor yang mempengaruhi
inteligensi, sejarah inteligensi, perkembangan tes inteligensi secara umum
dan model binet, tes Wechsler Adult Intelligence (WAIS), tes Coloured
Progressive Matrices (CPM), pengukuran inteligensi, dan manfaat tes
inteligensi dalam dunia pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud inteligensi ?
2. Apa saja jenis-jenis inteligensi ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi ?
4. Bagaimana perkembangan tes inteligensi secara umum dan model binet ?
5. Apa yang dimaksud tes WAIS ?
6. Apa yang dimaksud tes CPM ?
7. Bagaimana pengukuran inteligensi ?
8. Apa saja manfaat tes inteligensi dalam dunia pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud inteligensi
2. Mengetahui jenis-jenis inteligensi
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi
4. Mengetahui perkembangan tes inteligensi secara umum dan model binet
5. Mengetahui yang dimaksud tes WAIS
6. Mengetahui yang dimakud tes CPM
7. Mengetahui pengukuran inteligensi
8. Mengetahui manfaat tes inteligensi dalam dunia pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inteligensi
Masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah yang
menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Intelegensi secara umum dapat juga
diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah
suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu. Kemampuan dan kecepatan
kerja otak ini disebut juga dengan efektifitas kerja otak. Beberapa ahli
psikologi lebih suka memusatkan perhatian pada masalah perilaku intelegen.
Mereka beranggapan bahwa inteligensi merupakan status mental yang tidak
memerlukan definisi. Sedangkan perilaku intelegen lebih konkrit batasan dan
ciri-cirinya sehingga lebih berguna untuk dipelajari. Dengan melakukan
identifikasi terhadap ciri dan indikator perilaku intelegen maka dengan
sendirinya pula definisi inteligensi akan terkandung di dalamnya.Di antara
perilaku yang secara tidak langsung telah disepakati sebagai tanda telah
dimilikinya inteligensi yang tinggi, antara lain kemampuan untuk memahami
dan menyelesaikan problem mental dengan cepat, kemampuan mengingat,
kreatifitas yang tinggi, dan imaginasi yang berkembang dan sebaliknya.
Inteligensi adalah perwujudan dari suatu daya dalam diri manusia, yang
mempengaruhi kemampuan seseorang di berbagai bidang. Spearman
membuat suatu rumusan yang dinamai ”general ability” yang berperan dalam
menyimpan dan mengikat kembali suatu informasi, menyusun konsep-
konsep, menangkap adanya hubungan-hubungan dan membuat kesimpulan,
mengolah bahanbahan dan menyusun suatu kombinasi baru dari bahan
tersebut.
Selain itu, ada beberapa pengertian inteligensi menurut para ahli, sebagai
berikut.
1. Menurut Vernon
Menurut Vernon, ada tiga arti mengenai inteligensi, pertama in teligensi
adalah kapasitas bawaan yang diterima oleh anak dari orang tuanya

3
melalui gene yang nantinya akan menentukan perkembangan mentalnya.
Kedua, istilah inteligensi mengacu pada pandai, cepat dalam bertindak,
bagus dalam penalaran dan pemahaman, serta efisien dalam aktivitas
mental. Arti ketiga dari inteligensi adalah umur mental atau IQ atau skor
dari suatu tes inteligensi.
2. Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon
Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, inteligensi terdiri dari tiga
komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah
dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri
(autocriticism).
3. Menurut Lewis Madison Terman
Ia mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk
berpikir secara abstrak.
4. Menurut Henry. H. Goddard
Ia mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman
seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan
untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.
5. Menurut Henmon
Inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
6. Menurut Baldwin
Ia mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk
memahami.
7. Menurut Edward Lee Thorndike
Inteligensi merupakan kemampuan dalam memberikan respon yang baik
dari pandangan kebenaran atau fakta.
8. Menurut George D. Stoddard
Inteligensi adalah kemampuan untuk memahami masalah-masalah yang
bercirikan mengandung kesukaran, kompleks, abstrak, ekonomis, diarah
kan pada suatu tujuan, mempunyai nilai sosial, dan berasal dari
sumbernya.

4
9. Menurut Walters dan Gardber
Inteligensi adalah suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-
kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau
produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.
10. Menurut David Wechsler
Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir
secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.
Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung,
melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

B. Jenis-Jenis Intelegensi
Potensi intelegensi atau kecerdasan ada beberapa macam yang dapat
diidentifikasikan menjadi beberapa kelompok besar yaitu :
1. Inteligensi Verbal-Linguistik
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan bahasa dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis.
2. Inteligensi Logical-Matematik
Merupakan kecerdasan dalam hal berfikir ilmiah, berhubungan
dengan angka-angka dan simbol, serta kemampuan menghubung kan
potongan informasi yang terpisah.
3. Inteligensi Visual Spasial
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan seni visual seperti
melukis, menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan
navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan objek-objek dari
sudut pandang yang berbeda.
4. Inteligensi Kinestetik Tubuh
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan
menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan atau disebut juga
dengan bahasa tubuh (body language). Kecerdasan ini berhubungan

5
dengan berbagai keterampilan seperti menari, olah raga serta kete
rampilan mengendarai kendaraan.
5. Inteligensi Ritme Musikal
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan
mengenali pola irama, nada danpeta terhadap bunyi-bunyian.
6. Inteligensi Intra-Personal
Kecerdasan yang berfokus pada pengetahuan diri, berhubungan
dengan refleksi, kesadaran dan kontrol emosi, intuisi dan kesadaran
rohani. Orang yang mempunyai kecerdasan intra-personal tinggi
biasanya adalah para pemikir (filsuf), psikiater, penganut ilmu kebatinan
dan penasehat rohani.
7. Inteligensi Interpersonal
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan dan
kemampuan individu untuk bekerjasama, kemampuan berkomunikasi
baik secara verbal maupun nonverbal. Seseorang dengan tingkat
kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya mampu membaca suasana
hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang lain. Pribadi
dengan Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya
mempunyai rasa empati yang tinggi.
8. Inteligensi Emosional
Merupakan kecerdasan yang meliputi kekuatan emosional dan
kecakapan sosial. Sekelompok kemampuan mental yang membantu
seseorang mengenali dan memahami perasaan orang lain yang menuntun
kepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan diri sendiri.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi, sebagai berikut.
1. Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu
keluarga sekitar 0,50. sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai
tes Iqnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang
di adopsi. IQ mereka berkorelasi antara 0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu

6
yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya.
Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ
mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mereka tidak pernah
saling kenal.
2. Faktor Lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir,
ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang
berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan
otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan
juga memegang peranan yang amat penting.

D. Perkembangan Tes Inteligensi Secara Umum dan Model Binet


1. Perkembangkan tes inteligensi secara umum
Pada awalnya tes intelegensi ini telah dipraktekan oleh negara cina
sejak sebelum dinasti Han, yang dilakukan oleh jenderal cina, untuk
menguji rakyat sipil yang ingin menjadi legislatif berdasarkan
pengetahuan menulis klasik, persoalan administratif dan manajerial.
Kemudian dilanjutkan sampai pada masa dinasti Han (200 SM- 200 M),
namun seleksi ini tidak lagi untuk legislatif saja, tetapi mulai merambah
pada bidang militer, perpajakan, pertanian, dan geografi. Meskipun
diawali dengan sedikit mencontoh pada seleksi militer perancis dan
Inggris. Sistem ujian telah disusun dan berisi aktivitas yang berbeda,
seperti tinggal dalam sehari semalam dalam kabin untuk menulis artikel
atau puisi, hanya 1 sampai dengan 7 yang diijinkan ikut ambil bagian pada
ujian tahap kedua yang berakhir dalam tiga hari tiga malam. Seleksi ini
keras namun dapat memilih orang yang mewakili karakter orang Cina
yang kompleks. Tugas-tugas militer yang berat cukup dapat dilakukan
dengan baik oleh para pegawai yang diterima dalam seleksi fisik dan
psikologi yang intensif.
Tokoh tokoh yang berperan antara lain adalah Wundt. Beliau
merupakan psikolog pertama yang menggunakan laboratorium dengan

7
penelitiannya mengukur kecepatan berpikir. Wundt mengembangkan
sebuah alat untuk menilai perbedaan dalam kecepatan berpikir. Sedangkan
Catte menemukan tes mental pertama kali yang memfokuskan pada tidak
dapatnya membedakan antara energi mental dan energi jasmani. Meskipun
pada dasarnya tes mental temuan Cattel ini hamper sama dengan temuan
Galton, tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Alfred Binet. Selain
kontribusi nyata pribadi beliau dengan menciptakan tes intelegensi, beliau
juga bekerjasama dengan Simon untuk membuat instrument pengukuran
tes intelegensi dengan skala pengukuran level umum pada soal-soal
mengenai kehidupan sehari-hari.
Perkembangan selanjutnya dua tokoh ini mengembangkan
penggunaan tes intelegensi dengan tiga puluh item berfungsi
mengidentifikasikan kemampuan sekolah anak. Tahun 1912, Stress
membagi mental age dengan chronological age sehingga muncul konsep
IQ. Tokoh selanjutnya yang berperan adalah Spearman dan Persun,
dengan menemukan perhitungan korelasi statistic. Perkembangan
selanjutnya dibuatlah suatu standar Internasional yang dibuat di Amerika
Serikat berjudul Standards of Psyhological and Educational Test yang
digunakan sampai sekarang. Kini tes psikologi semakin mudah, raktis dan
matematis dengan berbagai variasinya namun tanpa meninggalkan
pedoman klasiknya.
2. Perkembangan tes inteligensi model binet
Perintis dari tes intelegensi adalah seorang psikolog Perancis, Alfred
Binet. Pertama kali Binet bekerjasama dengan Henri dan yang terakhir
adalah Theodore Simon. Sehingga tes inteligensi yang dihasilkannya
dikenal dengan tes inteligensi Binet Simon. Munculnya tes ini diawali dari
adanya suatu kebutuhan oleh Pemerintah Perancis (Menteri Pendidikan
dan Pengajaran) akan adanya suatu alat yang dapat membedakan antara
anak-anak yang normal dan anak-anak yang terbelakang mental. Untuk
keperluan itu maka Alfred Binet diberikan kepercayaan untuk menyusun
alat tersebut, dan dengan dibantu oleh Simon terbitlah tes yang pertama
Tes Binet-Simon pada tahun 1905. Tes Binet Simon disusun berdasarkan

8
tingkat kesulitannya dengan demikian dapat mengukur tingkat
perkembangan anak. Selain itu tes ini terdiri atas bermacam-macam item
dengan tujuan untuk mengukur faktor faktor yang kompleks dan faktor-
faktor yang inti dalam inteligensi, yang disebutnya Judgment. Mereka
yang dapat digolongkan sebagai anak-anak yang normal, sebaliknya yang
gagal memenuhi syarat itu digolongkan sebagai anak yang terbelakang
mental. Pada tahun 1908 Tes Biner Simon pertama kali direvisi dengan
mengadakan pengelompokkan item menurut tingkat umur. Jika seorang
anak dapat menjawab suatu tes untuk tingkatan umur 6 tahun, maka umur
mental anak tersebut adalah 6 tahun.
Dari segi perbedaan umur kronologi (umur kalender) dengan umur
mental anak, maka anak-anak dibedakan dalam tiga golongan, yaitu:
a. Superior, dalam arti umur mental yang diroleh lebih tinggi dua tahun
atau lebih dari umur kalendernya.
b. Normal, dalam arti umur mental yang dapat diperoleh adalah sama
atau selisih satu tahun dengan umur kalendernya.
c. Inferior, dalam nama umur mental yang dicapai dua tahun lebih
rendah dari umur kalendernya.
Pada tahun 1911 diadakan revisi yang kedau kalinya. Inilah yang
merupakan puncak dari kerja Binet. Sebab pada tahun itu juga ia
meninggal dunia dalam usia 54 tahun. Dalam revisi ini, umur mental anak
tidak hanya berdasarkan pada yang dijawab dengan benar, pada seri
pertanyaan di atas umur mental dasar, dengan memberi lagi nilai sebesar
satu tahun penjumlah pertanyaan dalam seri tertentu. Dengan demikian
seorang anak yang dapat menjawab dengan betul 3 pertanyaan dari 6
pertanyaan maka anak tersebut memperoleh tambahan umur mental
sebanyak 3 atau 6 tahun. Setelah revisi 1911, banyak sarjana yang
menerjemahkan dan mengadakan revisi terhadap tes Binet, terutama di
Amerika Serikat. Antara lain dari Levis M. Terman pada tahun 1916 yang
dikenal dengan Stanford Binet Inteligence Scale, yang selanjutnya pada
tahun 1937 dilakukan revisi kembali bersama dengan Merril. Revisi
Stanford memperkenalkan suatu konsep skoring yang baru yang disebut

9
Intelegensi Quotion (IQ) yaitu dengan membandingkan umur mental (MA)
dengan umur kelender (CA). Untuk mendapatkan bilangan bulat, hasil
perbandingan MA dengan CA dikalikan dengan 100.
Kelemahan dari tes Binet ialah bahwa tes itu adalah tes individual.
yang hanya dapat melayani seorang anak saja pada suatu pelaksanaan tes.
Hal ini memerlukan waktu dan tenaga yang banyak sekalipun hasilnya
memuaskan. Oleh karena itu, beberapa psikolog Amerika segera
mengadakan percobaan-percobaan penyesuian bentuk tes untuk tes
kelompok. Pada tahun 1917 Amerika Serikat terlibat dalam perang Dunia
1 dan sibuk mengadakan pemilihan calon-calon militer. Maka pemerintah
meminta kepada ahli psikologi untuk membuat tes guna tujuan di atas.
Hasilnya ialah tes Anny Alpha dan Army Beta. Army alpha diperuntukan
bagi calon-calon tentara yang dapat membaca dan menulis serta dapat
berbahasa inggris denga baik, sedangkan Army Beta diperuntukan bagi
calon-calon tentara yangt tidak dapat membaca dan menulis serta tidak
dapat berbahasa inggris dengan baik.

E. Tes Wechsler Adult Intelligence (WAIS)


1. Pengertian Tes Wechsler Adult Intelligence (WAIS)
WAIS merupakan alat pemeriksaan intelegensi dan kecerdasan yang
bersifat individu. WAIS merupakan alat tes yang paling popular karena
paling banyak digunakan di dunia saat ini. Semula bernama Wechsler
Bellevue Intellegence Scale (WBIS). Wechsler Adult Intelligence Scale
(WAIS) dikembangkan oleh David Wechsler. Akibat rasa ketidakpuasan
dengan batasan dari teori Stanford-Binet dalam pengunaannya,
khususnya dalam pengukuran kecerdasan untuk orang dewasa sehingga
dikembangkanlah tes ini. David Wechsler kemudian meluncurkan tes
kecerdasan baru yang dikenal sebagai Wechsler Adult Intelligence Scale
(WAIS) pada tahun 1955. Tes ini digunakan oleh orang dewasa usia 16-
75 tahun atau lebih.

10
2. Bentuk Tes WAIS
Tes intellegensi ini (WAIS) memiliki enam subtes yang
terkombinasikan dalam bentuk skala pengukuran keterampilan verbal dan
lima subtes membentuk suatu skala pengukuran keterampilan tindakan.
WAIS merupakan skala inteligensi yang terdiri dari dua bentuk, yaitu:
a. Skala Verbal
Skala verbal merupakan skala yang digunakan untuk mengukur
kemampuan verbal individu, pengetahuan umum, dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan fungsi verbal individu.
Subtes skala verval, yaitu :
1) Informasi
Berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang
dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dari lingkungan sosial
dan budaya sehari-hari dimana ia berada, contohnya pertanyaan
yang mencakup informasi-informasi pengetahuan umum, seperti
nama pahlawan, ibukota Negara, dan pertanyaan-pertanyaan lain
yang sifat umumnya dan juga universal. Subtes ini nantinya akan
mengukur seberapa jauh pengetahuan umum yang dimiliki oleh
individu secara general.
2) Pemahaman
Subtes ini berisi 14 buah pertanyaan, dimana masing-masing
pertanyaan berisi tentang situasi dan kondisi kehidupan sehari-
hari, serta masalah-masalah umum yang biasa dihadapi. Subtes ini
menuntut kemampuan individu dalam bernalar, dan menggunakan
logika berpikir, serta kemampuan memecahkan masaslah yang
baik, serta bagaimana individu mampu untuk menerapkan
pengetahuan umum yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-
hari.
3) Hitungan
Sesuai dengan namanya, subtes ini merupakan subtes yang
berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan operasi
matematika dan berhitung. Terdapat 1 buah pertanyaan atau soal

11
hitungan yang harus dijawab secara lisan oleh individu, tanpa
menggunakan alat bantu apapun. Individu dituntut untuk mampu
berkonsentrasi terhadap soal, dan mampu mengolah pertanyaan
sehingga mendapatkan jawaban yang tepat. Berupa problem
hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar.
4) Kesamaan
Pada subtes ini, individu diminta untuk memberikan persamaan
yang ada diantara dua buah benda. Misalnya persamaan antara
jeruk dan juga pisang. Terdapat 13 kata yang harus dicari
persamaannya. Kemampuan bernalar dan juga pengetahuan
umum juga dibutuhkan oleh individu dalam subets ini.
5) Rentang Angka
Terdapat dua bagian dari subtest rentang angka ini, yaitu rentang
ke depan, dan juga rentang ke belakang. Nantinya, individu akan
diminta untuk mengulangi serangkaian angka yang disebutkan
oleh tester dengan tepat. Kemampuan dalam berkonsentrasi penuh
mutlak dimiliki dalam menjalankan subtest ini. Berupa rangkaian
angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan secara lisan dan
individu diminta untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.
6) Kosa Kata
Subtes ini mempunyai 40 buah kata, dimana individu harus
memberikan pengertian dari masing-masing kata yang diberikan
oleh tester. Pertanyaan dimulai dari kalimat “Apa yang dimaksud
dengan ……….” Jawaban dari individu tergantung dari
pemahaman dii mereka sendiri, sehingga jawaban yang muncul
bisa bervariasi antar individu. Kemampuan dalam memahami
fungsi suatu benda, serta pengetahuan juga diperlukan dalam
subtes ini.
b. Skala Performance.
Skala performance lebih mengarah kepada bagaimana individu
mampu untuk menyelesaikan masalah praktis, dan kemampuan
performance dari individu dalam melakukan suatu hal.

12
Subtes skala performance, yaitu :
1) Simbol angka
Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai
simbolnya sendiri-sendiri. Individu diminta menulis simbol untuk
masing-masing angka di bawah deretan angka yang tersedia
sebanyak yang dapat dia lakukan selama 90 detik.
2) Melengkapi Gambar
Subtes ini memberikan 21 buah gambar, dimana masing-masing
gambar terdapat satu bagian penting yang hilang. Tugas individu
adalah mencari dan menemukan bagian penting tersebut.
Pengalaman dan juga pengetahuan umum dibutuhkan untuk
menyelesaikan subtes ini dengan lancar.
3) Rancangan Balok
Pada subtes ini, tester akan menggunakan 9 buah balok, dimana
masing-masing balok memiliki pola berwarna merah, putih,
setengah merah, dan setengah putih. Tugas dari individu atau
peserta adalah menyusun balok-balok tersebut, dengan pola atau
warna yang sesui dengan contoh yang diberikan. Terdapat 10
buah kartu yang berisi pola-pola yang harus diikuti oleh
individual atau peserta.
4) Mengatur Gambar
Subtest ini merupakan salah satu subtest dimana peserta dapat
berekspresi dan menunjukkan kemampuan pemecahan masalah
dan juga kemampuan analisis mereka. terdapat 8 buah soal,
dimana masing-masing soal terdiri dari gambar-gambar yang
tersusun secara acak. Tugas dari peserta adalah menyusun
gambar-gambar tersebut hingga menjadi satu kejadian yang
tersusun secara sistematis atau berurutan.
5) Merakit Objek
Merupakan subtest terakhir, yang berbentuk potongan-potongan
puzzle atau bentuk . tugas peserta adalah menggabungkan
potongan-potongan tersebut sehingga menjadi satu bentuk objek

13
yang real dan nyata. Terdapat 4 soal atau 4 objek yang harus
disusun oleh peserta pada subtest ini.

Kemudian kedua bentuk skala tersebut digabungkan ke dalam


satu buah alat test WAIS yang terdiri dari 11 buah subtes, yang terdiri
dari 6 subtes verbal dan 5 subtes performance.
3. Kelebihan dan Kelemahan Tes WAIS
a. Kelebihan tes WAIS, yaitu :
1) Dapat digunakan untuk pemeriksaan klinis.
2) Mengetahui fungsi kognitif individu mulai pola respon-respon
untuk setiap sub tes. Misal: skor tinggi pada rancangan balok dan
merakit objek (kemampuan dalam penyusunan persepsual), skor
tinggi pada hitungan dan rentang angka (kuat dalam mengingat
dan tidak mudah terganggu konsentrasinya).
3) Membantu dalam penilaian variabel-variabel kepribadian melalui
cara berinteraksi dengan tester dan gaya bahasa dalam merespon
tiap subtes. Misal: skor rendah pada rentangan angka, hitungan
dan symbol angka (mungkin mengalami kecemasan, memiliki
kelemahan dalam perhatian atau kombinasi keduanya), skor tinggi
pada pengertian dan penyusunan gambar (mungkin mempunyai
pertimbangan sosial yang cukup baik).
b. Kelemahan tes WAIS, yaitu :
1) Kemungkinan subyektifitas scoring pada item-item pengertian,
persamaan dan kosa kata.
2) Terbatas ruang lingkupnya, hanya pada yang bisa diukur dan
tidak menilai faktor penting seperti kebutuhan untuk berprestasi,
motivasi, keberhasilan dalam berhubungan dengan orang lain atau
berkreativitas.
3) Informasi tentang validitasnya tidak memadai.
4) Tidak bebas budaya.

14
F. Tes Coloured Progressive Matrices (CPM)
1. Pengertian Tes Coloured Progressive Matrices (CPM)
CPM merupakan salah satu tes inteligensi untuk siswa yang masih
menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (5-11 tahun). Tes ini merupakan
tes non-verbal. CPM terdiri dari 36 matriks yang terdistribusi dalam tiga
kelompok, yaitu set A, set Ab, dan set B. Coloured Progressive Matrices
yang lebih popular dengan Tes CPM, diperkenalkan pada tahun 1938
oleh John C. Raven dan merupakan tes penalaran induktif non-verbal
yang berbentuk gambar (matriks 3x3) dengan tingkat kesulitan yang
semakin tinggi (Gregory, 2011).
Gambar disusun secara bertingkat dari gambar yang mudah ke
gambar yang sulit. Tiap gambar terdiri dari sebuah gambar besar yang
berlobang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup. Tugas peserta
adalah memilih salah satu di antara gambar tersebut yang tepat untuk
menutupi kekosongan pada gambar besar. Pada dasarnya kedua bentuk
tersebut dalam pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. Kedua
bentuk tes CPM yaitu bentuk buku maupun bentuk papan dicetak
berwarna, dimaksudkan untuk menarik dan memikat perhatian anak-anak
kecil.
Tujuan dari tes CPM adalah dapat digunakan untuk mengungkap
taraf kecerdasan atau mengukur intelegensi umum, dimana CPM dapat
mendeskripsikan kemampuan abstrak atau pemahaman non verbal. CPM
selain untuk digunakan bagi anak normal dapat juga digunakan bagi anak
abnormal atau mental defective. Mengenai waktu penyajian tes CPM
tidak ada pembatasan waktu. Dimana tes ini dapat dilakukan secara
individual atau klasikal.
2. Aspek yang Diukur
Ada beberapa aspek yang diukur dalam tes CPM ini, yaitu :
a. Berpikir logis atau bernalar, yaitu kemampuan untuk menarik
kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan
bahwa kesimpulan itu benar sesuai dengan pengetahuan sebelumnya.

15
b. Kecakapan pengamatan ruang yaitu kemampuan untuk
membayangkan dan menganalisa ruang dengan baik.
c. Kemampuan berpikir analogi, yatu kemampuan untuk memecahkan
masalah dengan menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari
sebelumnya untuk menyelesaikan masalah yang baru.
d. Kemampuan memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian,
yaitu kemampuan untuk memahami hubungan antara pola gambar
besar dengan pola gambar kecil.
3. Kelebihan dan Kelemahan Tes CPM
a. Kelebihan tes CPM, yaitu :
1) Mempunyai tampilan ynag berwarna-warni sehingga menarik
untuk anak-anak.
2) Dapat digunakan pula bagi orang tua berusia 60 dengan jenjang
pendidikan SMA.
3) Dapat disajikan secara individual maupun klasikal.
b. Kelemahan tes CPM, yaitu :
1) Tes tersaji dalam bentuk gambar atau simbol-simbol dan bukan
uraian kata.
2) Dibutuhkan keahlian tester untuk menghadapi anak-anak karena
instruksi pengerjaan yang harus dipahami secara jelas oleh anak-
anak.

G. Pengukuran Inteligensi
Pengukuran inteligensi adalah prosedur pengukuran yang meminta
peserta untuk menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran
inteligensi dilakukan menggunakan tes yang dikenal dengan tes inteligensi.
Tes inteligensi awalnya dikembangkan oleh Sir Francis Galton. Dia tertarik
dengan perbedaan individu dari teori evolusi Charles Darwin. Inteligensi
ditetapkan dalam ukuran yang disebut intelligence quotient (IQ). Ukuran IQ
adalah nisbah atau rasio antara umur kecerdasan (mental age, disingkat MA)
dengan umur kalender (chronological age, disingkat CA) (Suryabrata, 2002 :

16
152). MA diperoleh dari tes psikologi dan CA dihitung dari tanggal kelahiran
peserta tes. IQ dihitung dengan rumus berikut :

MA
IQ= × 100
MC
IQ dapat dihitung dengan langkah-langkah:
1. Menghitung CA. CA dihitung atas dasar kartu kelahirannya
2. Menghitung MA. MA dihitung dengan memberikan terlebih dulu tes
inteligensi. Awalnya tes diberikan dengan tes untuk umur yang paling
rendah (paling mudah), bertahap makin sukar sampai testi tidak dapat
menyelesaikan sama sekali
3. Menghitung IQ menggunakan rumus.

IQ dapat diinterpretasikan dengan membandingkan antara CA dengan


MA. Individu dengan inteligensi normal mempunyai MA yang sama dengan
CA. Mereka yang mempunyai MA di atas CA mempunyai inteligensi di atas
rata-rata, sedang yang mempunyai MA di bawah CA mempunyai inteligensi
di bawah rata-rata. IQ juga dapat diinterpretasikan dengan membandingkan
dengan skor kelompok norma. Asumsinya, pada populasi, inteligensi
mempunyai distribusi normal. Pada sampel yang representatif, inteligensi
mempunyai distribusi normal sebagaimana populasinya. Sebagai sebuah
distribusi normal, inteligensi dapat dibagi-bagi dalam daerah-daerah kurva
normal. Skor seseorang dalam tes inteligensi dapat diinterpretasikan mengacu
kepada daerah-daerah dalam kurva normal. Penggolongan daerah-daerah
dapat mengikuti klasifikasi IQ yang dibuat oleh Woodworth dan Marquis
(Suryabrata, 2002 : 157) sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tabel Klasifikasi IQ

17
H. Manfaat Tes Intelegensi dalam Dunia Pendidikan
Dewa Ketut Sukardi & Nila Kusmawati mencatat ada beberapa manfaat dari
tes intelegensi ini antara lain:
1. Dapat digunakan untuk seleksi penerimaan murid baru
Diharapkan dengan adanya pelaksanaan tes intelegensi pada saat
penerimaan siswa baru, maka pihak sekolah tidak akan sembarangan
dalam memilih dan menerima siswa baru, sehingga pihak sekolah akan
memperoleh siswa-siswa yang berbobot dan dapat mengikuti pelajaran
dengan lancar tanpa adanya hambatan dari aspek kognitifnya.
2. Pembinaan/mengevaluasi terhadap prestasi yang telah dicapai
Dengan adanya tes intelegensi, dapat diketahui potensi yang dimiliki
siswa, sehingga dapat mengukur prestasi yang akan dicapai atau yang
telah dicapai siswa selama ini sesuai atau tidak dengan potensi yang
dimilikinya, serta dapat diketahui juga hambatan yang dialami oleh siswa
tersebut. Oleh karena itu, sebagai orang tua, maupun guru di sekolah
dapat segera mawas diri apabila diketahui ternyata siswa ataupun anak
yang bersangkutan ternyata memiliki IQ di bawah rata-rata (rendah)
untuk tidak memaksakan memiliki prestasi yang tinggi atau sama dengan
siswa ataupun anak yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata
(ber IQ tinggi). Orang tua maupun guru hendaknya dapat lebih sabar,
lebih rajin dan memberikan perhatian serta bimbingan yang lebih
terhadap siswa maupun anak yang ber IQ rendah, sehingga tidak
menimbulkan masalah di kemudian hari. Sementara itu bagi siswa yang
memiliki IQ tinggi, tetapi berprestasi rendah di sekolah, dapat segera
diteliti lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya secara jelas. Berbagai
sebab dapat timbul baik dari faktor eksternal maupun internal siswa
tersebut. Dengan demikian, melalui tes intelegensi ini, para orang tua
maupun guru di sekolah dapat mengetahui lebih dini kekurangan dan
kelebihan yang dimiliki dari tiap-tiap anak didiknya, sehingga sebagai
orangtua maupun pendidik kita dapat dengan segera membenahi,
membina dan menindaklanjuti dengan langkah yang tepat, agar anak

18
didik kita dapat berkembang dan berprestasi secara optimal dan sehat
sesuai dengan harapan kita semua.
3. Mengelompokkan siswa pada program khusus
Melalui tes intelegensi, para pendidik maupun orang tua dapat
mengetahui berapa besar tingkat kemampuan siswa dalam menerima
materi di sekolah. Bagi siswa yang cerdas, biasanya mereka akan dengan
cepat menangkap, mengerti dan memahami pelajaran yang diberikan di
kelas. Sementara itu bagi siswa yang kurang cerdas, mereka akan lamban
bahkan akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yag
diterima. Oleh sebab itu, bagi sekolah yang bermaksud mengadakan
kelas akselerasi, kelas unggulan, akan lebih baik jika menggunakan data
yang diperoleh dari hasil tes intelegensi, sehingga memudahkan untuk
mengelompokkan siswa sesuai dengan potensi dan kemampuan yang
dimilikinya secara tepat dan proporsional.
4. Hasil tes intelegensi dapat disumbangkan pada program pemilihan
jurusan atau program studi.
5. Apabila hasil tes intelegensi ini dilengkapi dengan data-data hasil tes
kepribadian, tes prestasi tes bakat, tes minat dan hasil tes lain maka
semua data yang terpadu ini sangat berguna bagi kepala sekolah, guru,
orang tua untuk lebih memahami peserta didiknya dan mereka dapat
menyediakan lingkungan yang dibutuhkan peserta didiknya.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah yang
menggambarkan kecerdasan, kepintaran ataupun kemampuan untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Intelegensi secara umum dapat juga
diartikan sebagai suatu tingkat kemampuan dan kecepatan otak mengolah
suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu. Kemampuan dan kecepatan
kerja otak ini disebut juga dengan efektifitas kerja otak.
2. Jenis-jenis inteligensi dikelompokkan menjadi 8 yaitu inteligensi verbal
linguistik, inteligensi logical-matematik, inteligensi visual spasial,
inteligensi kinestetik tubuh, inteligensi ritme musikal, inteligensi intra-
personal, inteligensi interpersonal, dan inteligensi emosional
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi, yaitu faktor bawaan atau
keturunan, penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu
keluarga sekitar 0,5, sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes
Iqnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Faktor yang kedua yaitu faktor
lingkungan, walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak
lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan
yang berarti.
4. Perkembangan tes inteligensi secara umum pada awalnya tes intelegensi
ini telah dipraktekan oleh negara cina sejak sebelum dinasti Han, yang
dilakukan oleh jenderal cina, untuk menguji rakyat sipil yang ingin
menjadi legislatif berdasarkan pengetahuan menulis klasik, persoalan
administratif dan manajerial. Tokoh tokoh yang berperan antara lain
adalah Wundt. Beliau merupakan psikolog pertama yang menggunakan
laboratorium dengan penelitiannya mengukur kecepatan berpikir. Wundt
mengembangkan sebuah alat untuk menilai perbedaan dalam kecepatan
berpikir. Perkembangan selanjutnya dua tokoh ini mengembangkan
penggunaan tes intelegensi dengan tiga puluh item berfungsi
mengidentifikasikan kemampuan sekolah anak. Perkembangan tes

20
inteligensi model binet yaitu pertama kali Binet bekerjasama dengan Henri
dan yang terakhir adalah Theodore Simon. Sehingga tes inteligensi yang
dihasilkannya dikenal dengan tes inteligensi Binet Simon. Munculnya tes
ini diawali dari adanya suatu kebutuhan oleh Pemerintah Perancis
(Menteri Pendidikan dan Pengajaran) akan adanya suatu alat yang dapat
membedakan antara anak-anak yang normal dan anak-anak yang
terbelakang mental.
5. WAIS merupakan alat pemeriksaan intelegensi dan kecerdasan yang
bersifat individu. WAIS merupakan alat tes yang paling popular karena
paling banyak digunakan di dunia saat ini. Semula bernama Wechsler
Bellevue Intellegence Scale (WBIS).
6. CPM merupakan salah satu tes inteligensi untuk siswa yang masih
menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (5-11 tahun). Tes ini merupakan
tes non-verbal. CPM terdiri dari 36 matriks yang terdistribusi dalam tiga
kelompok, yaitu set A, set Ab, dan set B.
7. Pengukuran inteligensi adalah prosedur pengukuran yang meminta peserta
untuk menunjukkan penampilan maksimum, sehingga pengukuran
inteligensi dilakukan menggunakan tes yang dikenal dengan tes
inteligensi. Tes inteligensi awalnya dikembangkan oleh Sir Francis Galton.
8. Manfaat tes intelegensi dalam dunia pendidikan yaitu dapat digunakan
untuk seleksi penerimaan murid baru, pembinaan/mengevaluasi terhadap
prestasi yang telah dicapai, mengelompokkan siswa pada program khusus,
hasil tes intelegensi dapat disumbangkan pada program pemilihan jurusan
atau program studi, dan apabila hasil tes intelegensi ini dilengkapi dengan
data-data hasil tes kepribadian, tes prestasi tes bakat, tes minat dan hasil
tes lain maka semua data yang terpadu ini sangat berguna bagi kepala
sekolah, guru, orang tua untuk lebih memahami peserta didiknya dan
mereka dapat menyediakan lingkungan yang dibutuhkan peserta didiknya.

21
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui
serta memahami kecerdasan intektual tersebut, mengingat masih banyak
kekurangan dalam penyajian materi maupun isi makalah untuk itu kami
mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arumi, M.S & dan Pertiwi, Y.W. 2017. Psikodiagnostika IV : Inteligensi, Minat
dan Bakat. Jakarta : Universitas Bhayangkara.

Gregory, R.J. 2011. Tes Psikologi : Sejarah, Prinsip, dan Aplikasi. Jakarta : PT
Gelora Aksara Pratama.

Hanah, S. 2019. Analisis Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional,


Kecerdasan Spritual Terhadap Kenerja Karyawan Rs. Pelni Jakarta.
Journal Of Reflection, 2 (3) 324-325.

Mariyati, I.L. 2019. Inteligensi dan Kesiapan Anak Masuk Sekolah Dasar. Jurnal
Psikologi, ISSN 2655-6936 : 7.

Nur’aeni. 2012. Tes Psikologi : Tes Inteligensi dan Tes Bakat. Yogyakarta :
Universitas Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press.

Purwanto. 2010. Intelegensi : Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan,16 (4).

Rohmah, U. 2011. Tes Inteligensi dan Pemanfaatannya dalam Dunia Pendidikan.


Jurnal Cendekia, 9 (1) : hal 9.

Sukardi, D.K & Kusumawati, D.P.E.N. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Wagaristerotipe. 2018. Tugas Tes Psikologi WAIS (Psikologi),


https://wagaristerotipe.blogspot.com/2018/04/tugas-tes-psikologi-wais-
psikologi.html?m=1, diakses pada tanggal 4 September 2021.

Wiramiharja, S.A.2003. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : PT Refika


Aditama.

23

Anda mungkin juga menyukai