Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

INTELEGENSI, KECERDASAN LAIN DAN TES PSIKOLOGI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum
Dosen Pengampu : Nandipah Roazah S.Sos M.ag

Disusun Oleh : Jeki Setiono


Royni

PROGAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM (FDKI)
INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO
(IAI PD) NGANJUK
2023
MAKALAH
INTELEGENSI, KECERDASAN LAIN DAN TES PSIKOLOGI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum
Dosen Pengampu : Nandipah Roazah S.Sos M.ag

Disusun Oleh : Jeki Setiono


Royni

PROGAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM (FDKI)
INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO
(IAI PD) NGANJUK
2023

ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena hanya atas rahmat nya tugas penyusuan makalah ,intelegensi, kecerdasan
dan tes psikologi dapat diselesaikan.

Penyusunan Makalah ini merupakan bagian dari rasa tanggung jawab


penulis sebagai Mahasiswa yang belum bisa patuh terhadap kegiatan kampus.
Pada kesempatan kali ini saya sebagai penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

1. DR.MUHIBUDIN ,MM Selaku Kepala Prodi Manejement Dakwah


2. NANDIPAH ROAZAH S.Sos M.Ag Selaku Dosen pembingbing
penyusunan Makalah ini
3. Seluruh teman teman yang telah ikut membantu do’a
Disadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, maka diharapkan kritik
dan saran-saran yang membangun, dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Nganjuk, 2 Desember 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... iii


DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Masalah........................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Intelegensi...................................................................... 2
B. Model-Model Kecerdasan Alami................................................ 4
C. Pengertian Tes Psikologi............................................................. 7
D. Fungsi Tes Psikologi................................................................... 8
E. Tujuan Tes Psikologi................................................................... 9
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman di era globalisasi semakin pesat dikarenakan pertukaran
informasi yang juga semakin cepat. Hal ini menyebabkan pembelajaran setiap siswa
di bumi semakin mudah dalam meningkatkan pengetahuannya. Setiap negara
mempersiapkan generasinya dengan berbagai macam metode pendidikan untuk
meningkatkan kualitas bangsanya. Bukan hanya pendidikan yang meningkatkan
kualitas secara akademisnya, tetapi juga meningkatkan intelegensinya.
Intelegensi adalah hal yang sangat penting dalam persaingan global ini.
Seseorang dengan intelegensi yang lebih tinggi mampu mempengaruhi orangorang
dengan inteegensi yang lebih rendah darinya. Intelegensi tidak dapat diukur dengan
tinggi rendahnya tingkat akademisnya. Intelegensi seseorang berkembang seiring
dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah. Ketika seseorang
memperolah informasi baru dan menerapkannya dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya maka intelegensi orang tersebut telah meningkat, dan begitu seterusnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Intelegensi ?
2. Apa Saja Model-Model Kecerdasan Alami ?
3. Apa Pengertian Tes Psikologi
4. Apa Fungsi Dan Tujuan Tes Psikologi ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Definisi Intelegensi
2. Untuk Mengetahui Model-Model Kecerdasan Alami
3. Untuk Mengetahui Pengertian Tes Psikologi
4. Untuk Mengetahui Fungsi Dan Tujuan Tes Psikologi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Intelegensi
Definisi intelegensi menurut beberapa ahli (Azwar, 2011) :
1. Francis Galton, Galton tidak menemukan secara jelas mengenai definisi
intelegensi. Namun, ia percaya bahwa orang yang memiliki intelegensi tinggi
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk bekerja dan peka terhadap
stimulus fisik. Paham Galton ini merupkan pendekatan yang berciri psikofisik.
2. Alfred Binet dan Theodore Simon, menurut keduanya, intelegensi terdiri dari tiga
komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan,
kemampuan mengubah arah tindakan bila telah dilaksanakan dan kemampuan
untuk mengkritik diri sendiri (autocriticism).
3. Lewis Madison Terman, mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan
seseorang untuk berpikir secara abstrak.
4. H.H. Goddard, mendefinisikan intelegensi sebagai tingkat kemampuan
pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan untuk
mengantisipasi masalah yang akan dating.
5. V.A.C Henmon, menyatakan bahwa intelegensi terdiri dari dua faktor, yaitu
kemampuan memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
6. Baldwin, mendefinisikan intelegensi sebagai daya atau kemampuan untuk
memahami.
7. Edward Lee Thorndike, mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan
memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
8. George D.Stoddard, mendefinisikan intelegensi sebagai kemampuan memahami
masalah yang sukar, kompleks, abstrak, eknomois, diarahkan pada tujuan,
mempunyai nilai sosial dan berasal dari sumbernya.
9. Walters dan Gardner, mendefinsiikan intelegensi sebagai suatu kemampuan atau
serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah.
10. Flynn, mengartikan intelegensi sebagai kemampuan untuk berpikir secara abstrak
dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
11. David Weschler, menyatakan bahwa intelegnsi adalah kemampuan bertindak
secara terarah, berpikir rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif.

2
Dari berbagai uraian di atas secara garis besar dapat ditarik kesimpulan
mengenai pengertian intelegensi, yaitu suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional, sehingga intelegensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional tersebut.
Dari berbagai perbedaan sudut pandang mengenai definisi intelegensi tersebut,
terdapat dua tema yang selalu muncul dalam definisi tersebut, para ahli sepakat
menyatakan bahwa intelegensi merupakan (a) kapasitas untuk belajar dari
pengelaman dan (b) kapasitas seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan.1

1
Azwar, S. 2011. Pengantar Psikologi Inteligensi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

3
B. Model-Model Kecerdasan Alami
Beberapa model yang berbeda telah diusulkan untuk mengkategorikan
inteligensi (Sternberg dalam ). Apa saja perbedaan dan persamaan dari model yang
satu dengan yang lain?
1. Model Psikometrik
Spearman (1904, 1927) menyatakan teori kecerdasan dua faktor,
sebuah teori yang masih digunakan hingga hari ini (misalnya, Brand, 1996;
Jensen, 1998, 2002). Teori ini mengemukakan faktor umum (g) biasanya
semua tugas yang membutuhkan kecerdasan dan satu faktor spesifik (s)
yang unik untuk setiap jenis tugas yang berbeda. Itulah dua faktor yang
dimaksudkan. Spearman (1904) mencetuskan ide ini sebagai hasil dari
melihat data yang diolah dengan teknik statistik dari penemuannya sendiri,
analisis faktor, yang mencoba mengidentifikasi sumber yang tersembunyi
dari perbedaan individu (atau lainnya) yang mendasari pengamatan sumber
variasi dalam kinerja pengujian. Spearman mengamati bahwa ketika dia
menganalisis matriks korelasi, dua jenis faktor yang tampak - faktor umum
yang umum untuk semua tes, dan faktor spesifik yang unik untuk setiap tes
tertentu. Spearman (1927) mengakui dia tidak yakin apa dasar psikologis
dari g, tetapi menyarankan bahwa itu mungkin energi mental (istilah yang
tidak pernah dia definisikan dengan sangat jelas). Apa pun itu, itu adalah
sumber tunggal dan utama perbedaan individu dalam kinerja tes
kecerdasan.
2. Teori Keterkaitan dan Hubungan
a. Teori Keterkaitan
Teori Spearman segera ditantang, dan terus ditantang hari ini
(misalnya, Gardner, 1983; Sternberg, 1999). Salah satu kritikus utama
Spearman adalah psikolog Inggris Sir Godfrey Thomson, yang
menerima statistik Spearman tetapi bukan karena tafsirannya.
Thomson (1939) berpendapat bahwa adalah mungkin untuk memiliki
faktor umum psikometrik dalam ketiadaan kemampuan umum apa pun.
Secara khusus, ia berpendapat bahwa “g” adalah realitas statistik tetapi
artefak psikologis. Dia menyarankan bahwa faktor umum mungkin
hasil dari kerja yang sangat besar dari apa yang disebutnya obligasi,
yang semuanya diambil secara simultan dalam tugas intelektual.

4
Bayangkan, misalnya, bahwa masing-masing tugas intelektual yang
ditemukan dalam baterai uji Spearman dan lainnya membutuhkan
keterampilan mental tertentu. Jika masing-masing sampel menguji
semua keterampilan mental ini, maka penampilan mereka akan
berkorelasi sempurna satu sama lain karena mereka selalu terjadi
bersama. Dengan demikian, mereka akan memberikan tampilan faktor
umum tunggal, padahal sebenarnya ada banyak.
b. Teori Hubungan
Mereka menyatakan bahwa dalam sifatnya yang lebih alami,
bentuk-bentuk operasi intelektual yang lebih tinggi identik hanya
dengan asosiasi atau pembentukan koneksi, tergantung pada jenis
koneksi fisiologis yang sama tetapi membutuhkan lebih banyak lagi.
Dengan argumen yang sama, orang yang inteleknya lebih besar atau
lebih baik daripada orang lain berbeda dengannya dalam analisis
terakhir dalam memiliki, bukan semacam proses fisiologis baru, tetapi
hanya sejumlah besar koneksi dari jenis biasa.
3. Teori Thurstone tentang Kemampuan Mental Primer
Thurstone dan Thurstone (1941) mengemukakan keberadaan tujuh
kemampuan mental primer.

a. Pemahaman Verbal
Kemampuan untuk memahami materi verbal. Kemampuan ini
diukur dengan tes seperti kosakata dan membaca pemahaman.
b. Kemampuan Kelancaran Berbicara
Kemampuan yang terlibat dalam menghasilkan kata, kalimat,
dan materi verbal lainnya. Kemampuan ini diukur dengan tes
seperti yang mengharuskan peserta ujian untuk menghasilkan
banyak kata mungkin dimulai dengan huruf tertentu dalam jumlah
pendek waktu.
c. Angka
Kemampuan untuk menghitung dengan cepat. Kemampuan ini
diukur dengan tes yang membutuhkan solusi masalah aritmatika
numerik dan sederhana masalah kata aritmatika.
d. Ingatan

5
Kemampuan mengingat string kata, huruf, angka, atau simbol atau
benda lain. Kemampuan ini diukur dengan serial- atau freerecall
tes.
e. Kecepatan dalam Persepsi Sesuatu
Kemampuan mengenali huruf, angka, atau lainnya simbol
dengan cepat. Kemampuan ini diukur dengan tes proofreading, atau
dengan tes yang membutuhkan individu untuk mencoret surat yang
diberikan (seperti A) dalam serangkaian huruf.
f. Penalaran Induktif
Kemampuan untuk berpikir dari yang spesifik ke yang umum.
Kemampuan ini diukur dengan tes seperti seri huruf (“Apa huruf
yang muncul pada urutan berikut? b, d, g, k,. . . . ”) Dan angka seri
("Apa nomor berikutnya dalam seri berikut? 4, 12, 10, 30, 28, 84,. .
. ”).
g. Visualisasi spasial
Kemampuan yang terlibat dalam memvisualisasikan bentuk, rotasi
objek, dan bagaimana potongan-potongan teka-teki akan cocok
bersama. Kemampuan ini diukur dengan tes yang membutuhkan
rotasi mental atau lainnya manipulasi objek geometris.
4. Teori Hirarki
Sir Cyril Burt (1949), yang dikenal terutama karena karyanya yang
banyak dipertanyakan tentang heritabilitas kecerdasan, menyarankan
bahwa hirarki tingkat lima akan menangkap sifat kecerdasan. Di puncak
hirarki Burt adalah "pikiran manusia." Pada tingkat kedua, "tingkat
hubungan," adalah g dan faktor praktis. Di tingkat ketiga adalah asosiasi,
pada tingkat keempat, persepsi, dan pada tingkat kelima, sensasi. Model
ini telah terbukti tidak tahan lama dan relatif jarang dikutip hari ini.
Holzinger (1938) mengusulkan teori kecerdasan bifaktor, yang
mempertahankan baik faktor umum maupun spesifik dari Spearman, tetapi
juga mengizinkan faktor-faktor kelompok seperti yang ditemukan dalam
teori Thurstone. Faktor-faktor tersebut adalah umum untuk lebih dari satu

6
tes, tetapi tidak untuk semua tes. Teori ini membantu membentuk dasar
bagi teori hierarkis lain yang menggantikannya.2

2
Stenberg, Robert J. 2003. Wisdom, Intelligence, and Creativity Synthesized. New York: Cambridge University
Press.

7
C. Pengertian Tes Psikologi
Apakah itu Tes ? kata tes berasal dari bahasa latin ‘Testum’ yaitu alat untuk
mengukur tanah. Dalam bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang
dipergunakan untuk membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain Lama
kelamaan arti tes menjadi lebih umum. Di dalam lapangan psikologi kata tes mula-
mula digunakan oleh J. M. Cattel pada tahun 1890. Dan sejak itu makin popular
sebagai nama metode psikologi yang dipergunakan untuk menentukan (mengukur)
aspek-aspek tertentu dari pada ke pribadian (Azwar, 1987). Sedangkan tes menurut
SUNDBERG : “ Tes Suatu metode untuk menjaring data berupa perilaku individu
yang berlangsung dalam suatu situasi yang baku.
Pengertian tes menurut Suryabrata (1993) adalah pertanyaanpertanyaan yang
harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan yang berdasar atas
bagaimana testee menjawab. Anastasi (1997) mengemukakan bahwa esensi dari tes
merupakan penentuan yang obyektif dan distandardisasikan terhadap sample tingkah
laku. Pengertian tes menurut Chaplin (2001) yaitu sebarang pengukuran yang
membuahkan data kuantitatif, seperti satu tes yang tidak dibakukan dan diterapkan
dalam satu kelas di sekolah. Satu perangkat pertanyaan yang sudah dibakukan, yang
dikenakan pada seseorang dengan tujuan untuk mengukur perolehan atau bakat pada
satu bidang tertentu.
Pengertian tes di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum tes dapat didefi
nisikan sebagai berikut : Suatu tugas atau serangkaian tugas, dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah. untuk dijawab dan dilaksanakan. Hasil
dari tes tersebut dapat dibandingkan.
Tes Psikologi menurut ANASTASI, merupakan salah satu dari metode
psikodiagnostik. Sedangkan Psikodiagnostik merupakan terjemahan dari istilah
Psichodiagnosis dalam bahasa Inggris yang dimunculkan pertama kali oleh Herman
Rorschach pada tahun 1921. Menurut CHAPLIN pengertian Psikodiagnostik adalah
sebarang teknik untuk mempelajari kepribadian, bertujuan untuk menentukan sifat-
sifat yang mendasarinya, khususnya sifat yang menentukan kecenderungan seseorang
pada penyakit mental.
Psikodiagnostik adalah teknik-teknik untuk melakukan pemeriksaan
psikologis guna menemukan sifat-sifat yang mendasari kepribadian tertentu, terutama
yang mengarah pada kelainan-kelainan tertentu. Misalnya, rasa cemas, takut (pobia),
apatis, agresif dan sebagainya ( Ki Fudyartanta, 2004).

8
Pengertian tes menurut Suryabrata (1993) adalah pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan yang berdasar atas
bagaimana testee menjawab. Anastasi (1988) mengemukakan bahwa esensi dari tes
merupakan penentuan yang obyektif dan distandardisasikan terhadap sample tingkah
laku.

D. Fungsi Tes Psikologi


Fungsi tes-tes psikologi adalah untuk mengukur perbedaanperbedaan antara
individu-individu atau antara reaksi-reaksi individu yang sama dalam situasi yang
berbeda. Salah satu masalah awal yang merangsang pertumbuhan tes-tes psikologi
adalah identifi kasi orang-orang terbelakang mentalnya. Dorongan kuat pada
perkembangan awal tes-tes agaknya didapatkan dari kebutuhan akan penilaian yang
muncul dalam pendidikan. Dewasa ini sekolah termasuk pihak paling besar yang
menggunakan tes. Tes-tes antara lain digunakan untuk maksud-maksud seperti
mengklasifikasi anak-anak dengan acuan pada mereka untuk bisa mengam bil man
faat dari berbagai jenis pelajaran sekolah yang berbeda-beda, identifi kasi mana yang
pembelajar cepat dan mana yang lam ban, konseling pen didikan dan pekerjaan pada
tingkat sekolah menengah dan universitas, menyeleksi orang-orang yang melamar
masuk sekolahsekolah profesional. Seleksi dan klasifi kasi sumber daya manusia
untuk bidang industri menggambarkan pe nerapan utama lainnya atas testing
psikologis.
Penggunaan tes-tes dalam konseling perorangan secara bertahap meluas dari
bimbingan yang berlingkup sempit menyangkut rencana pendidikan dan pekerjaan
sampai pada keterlibatan dengan semua aspek kehidupan seseorang. Ketentraman
emosi dan hu bungan-hubungan interpersonal yang efektif kian lama kian menjadi
sasaran utama konseling. Selain itu, tumbuh juga penekanan pada penggunaan tes-tes
untuk meningkatkan pemahaman diri dan pengembangan diri. Dalam kerangka pikir
ini skor-skor tes me rupakan bagian dari informasi yang diberikan kepada individu
sebagai alat bantu untuk proses-proses pengambilan keputusannya.
Sebuah tes psikologi pada dasarnya adalah alat ukur yang obyektif dan
dibakukan atas sampel perilaku. Nilai diagnostik atau prediktif sebuah tes psikologi
tergantung pada sejauhmana 17 tes itu menjadi indikator dari bidang perilaku yang
relatif luas dan signifi kan. Prediksi umumnya berkonotasi perkiraan temporal, con
tohnya kinerja individu di masa depan pada suatu pekerjaan diramalkan dari kinerja

9
tesnya sekarang ini. Tetapi dalam arti yang luas diagnosis atas kondisi sekarang ini
seperti misalnya retardasi mental atau kekacauan emosional, bahkan
mengimplikasikan suatu prediksi tentang apa yang ingin dilakukan seorang individu
dalam situasi-situasi yang berbeda dari tes-tes yang sekarang. Secara logis adalah
lebih sederhana untuk menganggap semua tes ini sebagai sampel-sampel perilaku dari
mana prediksi menyangkut perilaku dapat dibuat. Berbagai jenis tes yang berbeda
kemudian dapat dicirikan sebagai varian dari pola dasar ini.
Perlu diingat bahwa dalam defi nisi awal, tes psikologi di gam barkan sebagai
alat ukur yang dibakukan. Standardisasi mengimplikasikan keseragaman cara dalam
penyelenggaraan cara dan penskoran tes. Jika skor yang diperoleh berbagai macam
mau orang harus bisa dibandingkan, kondisi testing jelas harus sama bagi semua.
Dalam rangka menjamin keseragaman kondisi-kondisi testing, penyusun tes
menyediakan petunjuk-petunjuk yang rinci bagi pe nyelenggaraan setiap tes yang baru
dikembangkan. Rumusan pe tunjuk-petunjuk ini adalah bagian utama dari
standardisasi sebuah tes baru. Standardisasi semacam itu menyangkut jumlah tempat
materi yang digunakan, batas waktu, instruksi-instruksi lisan, demontrasi awal, cara-
cara menjawab pertanyaan dari peserta tes, dan setiap rincian lain dari situasi testing.
Langkah penting lainnya dalam standardisasi tes adalah penetapan norma-
norma. Tes-tes psikologis tidak memiliki standar lulus atau gagal, yang ditentukan
terlebih dahulu. Kinerja pada se tiap tes dievaluasi berdasarkan data empiris. Bagi
kebanyakan maksud, skor tes perorangan diinterpretasikan dengan cara
membandingkannya dengan skor-skor yang didapatkan oleh orang lain pada tes yang
sama.
Dalam proses menstandardisasikan sebuah tes, tes diselenggarakan pada
sampel yang luas dan representatif dari jenis orang yang memang menjadi sasaran
perancangan tes tersebut. Kelompok ini, dikenal sebagai sampel standardisasi,
berfungsi untuk menetapkan norma-norma. Norma-norma semacam itu
mengindikasikan tidak hanya kinerja rata-rata tetapi juga frekuensi relatif dari derajat
penyimpangan yang bervariasi di atas dan di bawah rata-rata.
E. Tujuan Tes Psikologi
Tes Psikologi sebagai salah satu Metode dari Psikodiagnostik, mempunyai
tujuan untuk mengadakan Klasifi kasi, Deskripsi, Interpretasi dan Prediksi. Klasifi
kasi bertujuan untuk membantu mengatasi problem-problem yang berhubungan
dengan:

10
1. Pendidikan, menyangkut masalah intelegensi, minat dan bakat, kesukaran
belajar dan sebagainya. Tes intelegensi bertujuan untuk mengetahui
tingkat kecerdasan individu yang merupa kan potensi dasar keberhasilan
pendidikan. Tes Minat bakat bertujuan membantu individu menyesuaikan
jurusan atau ekstra kurikuler dalam pendidikan sehingga bakat dan
potensinya da pat diaktualkan secara optimal. Kesukaran belajar atau
ketidakmampuan dalam belajar/Learning Disability (LD).
2. Perkembangan Anak, menyangkut hambatan-hambatan perkem bangan
baik psikis maupun sosial.
3. Klinis, berhubungan dengan individu-individu yang meng alami
gangguan-gangguan psikis, baik yang ringan maupun yang berat.
4. Industri, berhubungan dengan seleksi karyawan, evaluasi dan promosi.
Seleksi: suatu proses pemilihan individu yang dinilai paling sesuai untuk
menduduki jabatan atau posisi tertentu da lam perusahaan. Evaluasi:
pemeriksaan psikologis yang bertujuan untuk membantu perusahaan
menilai apakah posisi yang ditempati saat ini telah sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki karyawan yang bersangkutan. Promosi:
pemeriksaan psikologis yang bertujuan untuk menilai kemampuan
seseorang apakah telah memenuhi syarat untuk dapat menduduki jabat an
atau posisi yang lebih tinggi dalam perusahaan. Pemeriksaan psikologis
secara garis besar dapat diklasifi kasikan sebagai be rikut: (1) Level Staff
(non-Manajerial), aspek-aspek yang per lu dan dapat diungkap mencakup
kemampuan umum (in - telegensi), kesesuaian kepribadian, sikap dan
kemampuan bekerja dalam menghadapi persoalan praktis sehari-hari. (2)
Level Supervisor, aspek-aspek yang perlu dan dapat diungkap mencakup
kemampuan umum (intelegensi), kesesuaian kepriba dian, sikap dan
kemampuan kerja, gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusan. (3)
Level Manajerial, aspek-aspek yang perlu dan dapat diungkap mencakup
kemampuan umum (in telegensi), pengambilan keputusan dan kemampuan
peme cahan masalah secara strategis, gaya kepemimpinan, kepribadian,
hubungan interpersonal dan sikap kerja.
Alat-alat Tes tidak hanya digunakan untuk klasifi kasi ganggu an-
gangguan psikis atau diagnose, tetapi lebih tertuju pada pen diskripsian
atau pemahaman yang lebih intensif (mendalam) dari subyek. Karena

11
tingkah laku individu (kepribadiannya) dipandang sebagai produk dari
aspek-aspek sosiobiopsikologis, maka pe me rik saan psikologis bertujuan
untuk memperoleh deskripsi ke seluruhan mengenai individu dan ketiga
aspek tersebut. Tes psi kologi di sam ping mempunyai tujuan yang sudah
tersebut di atas juga mempunyai tujuan prediksi yakni untuk meramalkan
atau memprediksikan perkembangan klien selanjutnya3.

3
Nur’aeni, S. (2012). Tes psikologi: Tes inteligensi dan tes bakat. Universitas Muhammadiyah (UM)
Purwokerto Press.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai perbedaan sudut pandang mengenai definisi intelegensi tersebut,
terdapat dua tema yang selalu muncul dalam definisi tersebut, para ahli sepakat
menyatakan bahwa intelegensi merupakan (a) kapasitas untuk belajar dari
pengelaman dan (b) kapasitas seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Pengertian tes menurut Suryabrata (1993) adalah pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan yang berdasar atas
bagaimana testee menjawab. Anastasi (1988) mengemukakan bahwa esensi dari tes
merupakan penentuan yang obyektif dan distandardisasikan terhadap sample tingkah
laku.
Fungsi tes-tes psikologi adalah untuk mengukur perbedaanperbedaan antara
individu-individu atau antara reaksi-reaksi individu yang sama dalam situasi yang
berbeda. Salah satu masalah awal yang merangsang pertumbuhan tes-tes psikologi
adalah identifi kasi orang-orang terbelakang mentalnya. Dorongan kuat pada
perkembangan awal tes-tes agaknya didapatkan dari kebutuhan akan penilaian yang
muncul dalam pendidikan.
Tes Psikologi sebagai salah satu Metode dari Psikodiagnostik, mempunyai
tujuan untuk mengadakan Klasifi kasi, Deskripsi, Interpretasi dan Prediksi.
B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah yang mendukung pembuatan yang sempurna.
Jika ada kalimat yang salah kami ucapkan kami meminta maaf sebesar-besarnya.
Kami mengharapkan para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran dari
bapak pembimbing dan rekan mahasiswa/I sekalian yang membangun agar kami
bisa membuat makalah yang lebih baik pada kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2011. Pengantar Psikologi Inteligensi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Stenberg, Robert J. 2003. Wisdom, Intelligence, and Creativity Synthesized. New


York: Cambridge University Press.

Nur’aeni, S. (2012). Tes psikologi: Tes inteligensi dan tes bakat. Universitas
Muhammadiyah (UM) Purwokerto Press.

14

Anda mungkin juga menyukai