TES EMOSI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pemahaman Individu Teknik Tes
DISUSUN OLEH:
1. Fadli Ilham Nuddin (2013052064)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, pen
ulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kecerdasan Emosi" dengan te
pat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pemahaman Individu Tekni
k Tes. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang kecerdasan emos
i bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ratna Widiatuti,M.A.,Psi selaku d
osen Mata Kuliah Pemahaman Individu Teknik Tes. Ucapan terima kasih juga disamp
aikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran d
an kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran...........................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
A. Kecerdasan Emosi..................................................................................................3
BAB III........................................................................................................................16
D. Kesimpulan.......................................................................................................16
E. Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Orang sering beranggapan bahwa yang terpenting adalah kecerdasan otak saja sed
angkan kemampuan yang lain menjadi kurang penting. Akhir-akhir ini mitos ini disan
ggah dengan berbagai bukti bahwa yang menentukan sukses dalam hidup seseorang a
dalah kecerdasan emosinya. Kalau kecerdasan otak sangat bergantung pada faktor gen
etik dan sulit untuk diubah, tidak demikian dengan kecerdasan emosi yang dapat ditin
gkatkan untuk meraih sukses dalam kehidupan.
Kecerdasan emosi atau yang biasa dikenal dengan EQ (bahasa Inggris: emotional
quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta me
ngontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Sedangkan Emosi berkaitan deng
an perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek
penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku
dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia
(Prawitasari,1995).
Memandang kecersadan emosi adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupa
n emosinya dengan intelegensi; menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya me
lalui keterampilan kesadaran diri, pengendaluian diri, motivasi diri, empati, dan ketera
mpilan sosial.
Apabila dikaitkan dengan wilayah kecerdasan emosi, maka dapat dijelaskan bahw
a menurut Goleman , terdapat lima wilayah kecerdasan emosi, yaitu kemampuan men
genali diri, kemampuan mengenali emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan
mengenali emosi orang lain, kemampuan membina hubungan.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya kecerdasan emosi ?
2. Apa itu kecerdasan emosi secara keseluruhan ?
3. Mengapa kecerdasan emosi penting ?
4. Apa saja aspek kecerdasan emosi ?
5. Bagaimana cara membedakan IQ dan EQ ?
6. Apa peranan dan dampak kecerdasan emosi dalam motivasi siswa ?
1
2
Tujuan Pembelajaran
1. Megetahui sejarah dan definisi kecerdasan emosi
2. Menyadarkan betapa pentingnya EQ
3. Mengetahui aspek kecerdasan emosi
4. Mampu membedakan IQ dan EQ
5. Mengetahui peranan EQ dalam ranah pendidikan
6. Megetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang
7. Mengetahui cara meningkatkan kecerdasan emosi seseorang
8. Mengetahui alat ukur psikologis untuk mengukur kecerdasan emosional
9. Mengetahui Tempat melakukan tes EQ online yang berkualitas.
BAB II
PEMBAHASAN
Kecerdasan Emosi
1.Sejarah Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi pada awalnya dikeluarkan oleh Edward Thorndike tahun 1930
dari Columbia University. psikolog Edward Thorndike menggambarkan konsep "kece
rdasan sosial" sebagai kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Berselang bebera
pa tahun kemudian, sekitar tahun 1940-an, psikolog David Wechsler mengusulkan ba
hwa komponen kecerdasan efektif yang berbeda dapat memainkan peran penting dala
m seberapa sukses orang dalam kehidupan.
Pada tahun 1950-an muncul kebangkitan mazhab pemikiran yang dikenal sebagai
psikologi humanistik, dan pemikir seperti Abraham Maslow memusatkan perhatian ya
ng lebih besar pada cara-cara berbeda yang orang dapat membangun kekuatan emosio
nal. Konsep penting lain yang muncul dalam pengembangan kecerdasan emosional ad
alah gagasan multiple intelligences. Konsep ini diajukan pada pertengahan 1970-an ol
eh Howard Gardner, memperkenalkan gagasan bahwa kecerdasan lebih dari sekadar k
emampuan umum.
Baru pada tahun 1985 istilah "kecerdasan emosional" pertama kali digunakan dal
am disertasi doktoral oleh Wayne Payne. Pada tahun 1987, sebuah artikel yang diterbi
tkan di Mensa Magazine, Keith Beasley menggunakan istilah "emotional quotient." B
eberapa orang berpendapat bahwa ini adalah penggunaan frasa yang pertama kali diter
bitkan, meskipun Reuven Bar-On mengklaim telah menggunakan istilah ini dalam ver
si yang tidak dipublikasikan dari tesis pascasarjananya.
Pada tahun 1990, psikolog Peter Salovey dan John Mayer menerbitkan artikel pen
ting mereka, "Kecerdasan Emosional," dalam jurnal Imagination, Cognition, and Pers
onality. Hingga kemudian di tahun 1995, Daniel Goleman, menulis sebuah buku yang
berjudul Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Akhirnya, topik i
ni menarik minat publik dan menjadi penting di berbagai bidang.
3
4
Yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif re
maja, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermac
am-macam orang.
e. Membina hubungan atau keterampilan sosial (Social skill )
Yaitu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan denga
n cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, bermusyaw
arah dan meyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerjasama dan Bekerja dalam Tim.
Perbedaan IQ dan EQ
1.Kecerdasan Intelektual atau Intelligence Quotient (IQ)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah i
ni mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, intelig
ensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahw
a inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara
rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan h
arus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari prose
s berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah
skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan.
Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdas
an seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Int
elligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelo
mpokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli
psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Univers
itas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan m
engembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai
test Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan
tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kogniti
f dari setiap masing-masing individu tersebut.
manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pi
kiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (I
Q), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi. Daniel Golemen, dalam buk
unya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasil
an seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya yang 80% ditentukan oleh serumpun fakt
or-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpend
apat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Or
ang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya, bis
a mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu ya
ng buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan”
emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seseorang yang mamp
u mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi ma
nusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi. Hubungan antara otak dan emosi mem
punyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling m
enentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional.
Dari definisi yang telah di uraikan, maka dapat di tarik beberapa poin yang memb
edakan antara IQ dan EQ yaiu sebagai beriku :
2 Soal test berkaitan dengan kemampuan Soal test yang disajikan berhubungan
memcahkan masalah yang bersifat logis. dengan kemampuan untuk
mennerima dan mengelolah emosi.
psikis juga bisa mempengaruhi kercerdasan emosional, keadaan psikis yang didapatka
n anak lingkungan keluarga maupun non lingkungan keluarga akan diperkuat dan dip
upuk individu dalam diri remaja.
c. Faktor belajar
Menurut Hurlock (2004) faktor belajar yang telah dicapai dapat dioptimalkan den
gan pemberian ransangan yang tepat, pengendalian pola reaksi emosi yang diinginkan
perlu diberikan kepada anak guna untuk mengganti pola emosi yang tidak diinginkan,
apabila pola reaksi emosi yang tidak diinginkan dipelajari dan membaur dalam pola e
mosional akan semakin sulit mengubahnya karena adanya pertambahan usia yang dial
ami sampai individu memasuki masa remaja, pola reaksi emosional yang diberikan pa
da anak akan mempengaruhi kecerdasan emosional karena pola reaksi yang sudah tert
anam akan remaja bawa.
Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempen
garuhi kecerdasan emosi adalah faktor lingkungan keluarga, faktor kematangan, dan y
ang terakhir yaitu faktor belajar.
g berbicara karena itu juga mengandung makna dari ucapan mereka. Mau mendengark
an orang lain juga bisa menurunkan ketegangan yang terjadi dalam bersosialisasi.
3. Gunakan sudut pandang berbeda
Melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda paling sulit dilakukan. Namun, Anda bisa
mengambil sesuatu yang berbeda saat mampu melakukannya. Coba sisihkan waktu se
jenak untuk melihat apa yang orang lain rasakan jika Anda berada di posisinya. Denga
n begitu, Anda bisa mengetahui hal-hal sederhana yang akan dipikirkan oleh orang lai
n saat menghadapi masalah. Jadi, Anda bisa berkompromi dengan segala sesuatu yang
ada serta mengambil jalan tengah untuk menyelesaikan masalah.
4. Memotivasi diri sendiri
Orang dengan EQ yang baik akan mampu memotivasi diri sendiri untuk meraih tujuan
nya. Anda perlu berfokus pada pekerjaan yang harus diselesaikan tanpa mementingka
n imbalan dari orang lain. Mulailah dengan mencatat tujuan yang ingin dicapai, misal
nya keberhasilan sebuah proyek atau membantu orang lain untuk bisa menyelesaikan
pekerjaannya. Cobalah untuk selalu berpikir positif dalam melakukan semuanya. Cara
termudahnya adalah memikirkan hal-hal yang disukai dalam pekerjaan atau aktivitas
dan mengesampingkan segala sesuatu yang Anda benci. Dengan begitu, Anda bisa me
nularkan energi positif ke orang lain juga.
beberapa kompetensi yang tidak digunakan. Demi kemudahan dan keringkasan pengg
unaan , Conscientiousnessdan Communication tidak digunakan karena kedua kompete
nsi ini tidak menunjukan perbedaan hasil yang menonjol pada sampel. Kompetensi Bu
ilding Bonds diintegrasikan ke dalam Teamwork and Collaboration karena tingginya i
nterkorelasi dan kemiripan konseptual sedangkan kompetensi Optimism ditambahkan
ke dalam alat ukur. Berikut adalah aspek-aspek kecerdasan emosi berdasarkan The E
motional Competence Inventory 2.0 (ECI) antara lain (Hay Group, 2005):
1. Self Awareness. Mengetahui keadaan internal, preferensi, sumber daya, dan int
uisi seseorang.
a. Emotional Self-Awareness:
Mengenali emosi seseorang dan pengaruhnya.
b. Accurate Self-Assessment:
Mengenali kekuatan dan keterbatasan seseorang.
c. Self-Confidence: Pendirian yang kuat dalam diri seseorang akan kemampua
n diri dan kapabilitasnya.
2.Self-Management. Mengatur keadaan internal, impuls, dan sumber daya seseora
ng.
a . Emotional Self-Control : Menjaga emosi dan impuls yang mengacaukan ag
ar tetap dalam kendali.
b. Transparency: Menampilkan kejujuran, integritas, dan kepercayaan. c. Adap
tability: Keluwesan dalam menyesuaikan diri dalam situasi yang berubah-ubah
atau dalam
mengatasi rintangan.
d. Achievement: Dorongan untuk meningkatkan kinerja agar sesuai dengan sta
ndar mutu.
e. Initiative: Kesiapan untuk bertindak dan menggunakan peluang.
f. Optimism: Ketekunan dalam meraih tujuan meskipun terdapat halangan dan
kemunduran.
3. Social Awareness. Kesadaran akan kebutuhan, dan urusan orang lain.
a. Empathy: Merasakan perasaan dan perspektif orang lain, dan mengambil su
atu tindakan pada kebutuhan mereka.
b. Organizational Awareness:
Membaca keadaan emosi dalam kelompok dan kekuatan hubungan.
c.ServiceOrientation : Mengenali dan memenuhi kebutuhan klien.
13
rbacaan, tingkat membaca dalam bahasa Inggris telah dinilai di tingkat kelas enam A
merika Utara. Dibutuhkan sekitar 30 menit untuk menyelesaikan inventaris; dan biasa
nya membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menyelesaikan versi online daripada inst
rumen versi kertas dan pensil. Daftar item inventaris dapat ditemukan di Manual Tekn
is Bar-On EQ-i™.
Tanggapan individu memberikan skor EQ total serta skor pada 15 skala berikut se
lain indikator validitas, yang dijelaskan secara rinci di bawah ini:
1. Harga diri
2. Kesadaran Diri Emosional
3. Ketegasan / Ekspresi Diri Emosional
4. Kemerdekaan
5. Empati
6. Tanggung jawab sosial
7. Hubungan Antarpribadi
8. Toleransi stres
9. Kontrol Impuls
10. Pengujian Realitas
11. Fleksibilitas
12. Penyelesaian masalah
13. Aktualisasi diri
14. Optimisme
15. Kebahagiaan / Kesejahteraan
Kompetensi, keterampilan, dan perilaku EI yang diukur dengan skala di atas telah
ditentukan sebelumnya. EQ-i™ mencakup empat indikator validitas berikut:
• Tingkat Kelalaian (jumlah tanggapan yang dihilangkan) ketika diselesaikan se
cara offline
• Indeks Inkonsistensi (tingkat inkonsistensi respons)
• Kesan Positif (kecenderungan ke arah respon positif yang berlebihan)
• Kesan Negatif (kecenderungan ke arah respon negatif yang berlebihan)
Akan tetapi, Bar-On EQ-I belum dikembangkan di Indonesiasehingga belum dap
at digunakan pada masyarakat Indonesia. Bar-On EQi baru dapat digunakan di Indone
sia apabila sudah diadaptasikan. Proses adaptasi meliputi usaha untuk melakukan stan
darisasi terhadap alat ukur ini jika digunakan oleh masyarakat negara tertentu karena
perbedaan budaya,salah satunya adalah uji psikometri. Uji psikometri yang dilakukan
15
dalam penelitian ini meliputi analisis item, uji validitas, baik validitas internal maupu
n validitas eksternal, dan uji reliabilitas.
Saran
Sebelumnya kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Tes
Emosi ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata baik dan
sempurna. Oleh karenanya, kami berharap kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Di dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari
16
17
masih banyaknya kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima masukan berupa
kritik dan saran dari para pembaca agar dapat menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA