Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA INDONESIA ( UAS )

TENTANG

KEKHUSUSAN INDIVIDUAL: INTELIGENSI DAN KEPRIBADIAN

Disusun Oleh:

Ratih Elfitri : 2214070020

Dosen Pengampu:
ARIEF ARAFAT HANKAM M.Pd

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI A)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1444 H/2022 M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah initepatpada
waktunya.Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Muhammad Saw. Makalah
ini ditulis untuk memenuhi tugas dari mata kulliah Bahasa Indonesia dengan judul “Kekhususan
Individual : Inteligensi dan Kepribadian ”. Makalah ini diharapkan dapat membuka wawasan
pembaca mengenai pembelajaran ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arief Arafat Hankam M. Pd, selaku
dosen pengampu mata kuliah yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari
bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan yang menyebabkan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi lebih baiknya makalah ini ke depannya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang, 13 Desember 2022

Ratih Elfiri

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………...1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………..3
A. Pengertian Inteligensi ....................................................................................................... 3
B. Faktor Pembawaan ........................................................................................................... 4
C. Faktor Lingkungan dan Kebudayaan ............................................................................... 5
D. Pembentukan Individu...................................................................................................... 6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan
makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia,
manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam
segi fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis sehingga mengakibatkan
perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Tiap individu mempunyai ciri khas masing-masing yang membedakan dengan individu-
individu lainnya. Bila diperhatikan secara seksama maupun sepintas saja akan terlihat bahwa
mereka itu berbeda antara satu sama lainnya. Secara fisik bisa nampak ada yang gemuk, ada
yang kurus, ada yang cantik, ada juga yang kurang menarik wajahnya, ada yang kuat, ada yang
lemah dan sebagainya. Sedangkan dari segi kejiwaan bisa dibedakan antara orang yang berjiwa
sehat dengan orang berjiwa kurang sehat.
Lebih lanjut pembahasan mengenai kekhususan individual ini terbagi dalam dua bagian
diantaranya intelegensi dan kepribadian. Dengan harapan agar para pembaca bisa menerima dan
mengerti dengan mudah bukan saja salah satu dari materi yang disampaikan akan tetapi secara
keseluruhan dari materi yang disampaikan lebih khusus yang ditulis pada makalah kekhususan
individual ini. Setiap intelegensi memiliki urutan perkembangan tersendiri, yang pertumbuhan
dan kemunculannya berbeda satu sama lain. Sebagai contoh intelegensi musikal tubuh paling
awal dalam kehidupan manusia, tetapi kualitasnya akan tergantung pada interaksi dengan
lingkungan bagaimana cara mengembangkannya.
Tiap individu (manusia maupun hewan) mempunyai kekhususannya sendiri yang
membedakannya dengan individu- individu lainnya, Ada yang gemuk, ada yang kurus, ada yang
tampan, ada yang cantik, ada yang kurang menarik wajahnya, ada yang kuat, ada yang lemah dan
sebagainya. Secara lebih mendalam, perbedaan individual ini dipelajari dalam psikologi dan
menjadi dasar dari hal-hal yang akan dibicarakan dalam bab ini, yaitu kekhususan individual
dalam hal kecerdasan (inteligensi) dan kepribadian.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu inteligensi?
2. Apa faktor pembawaanya?
3. Apa faktor lingkungan dan kebudayaannya?
4. Bagaimana cara pembentukan kepribadian?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu inteligensi
2. Untuk mengetahui apa-apa yang menjadi faktor pembawaanya
3. Untuk mengetahui apa faktpr lingkungan dan kebudayaanya
4. Untuk mengetahui cara-cara pembentukan kepribadian

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inteligensi
Edouard Claparede, seorang pakar psikologi pendidikan Prancis dan William Stern,
seorang pakar psikologi jerman, penemu konsep IQ misalnya, mendefenisikan inteligensi secara
sangat fungsional dan terbatas, yaitu “ inteligensi adalah penyesuaiaan diri secara mental
terhadap situasi atau kondisi baru”. Dari pihak lain, karl buhler, pakar psikoligi gestalt yang
terkenal dengan eksperimennya tentang inteligensi pada hewan.memberi defenisi yang sangat
luas, yaitu "inteligensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengetahuan".
Inteligensi bukan hanya menyangkut kemampuan belajar dari buku,kemampuan
akademik tertentu,atau panduan mengerjakan tes. Sebaliknya, inteligensi menggambarkan suatu
yang lebih mendalam dan meluas dalam memahami lingkungan kita, "menangkap","mengerti",
atau "menerka-nerka", apa yang terjadi dan apa yang akan dilakukan. Jadi defenisi inteligensi
menurut vesi MSI merujuk kepada faktor "G" (general/umum) daripada inteligensi itu.
Kalau kita memandangi sebuah kursi, misalnya,maka perbuatan kita itu disebut sebagai
persepsi. Bayangan kursi itu,melalui serabut-serabut syaraf tertentu diproyeksikan di otak
sehingga kemudian kita dapat melihat kursi. Tetapi kalau saat kita melihat kursi itu,kita juga
memerhatikan jenis kayunya,teknik pembuatannya dan memikirkan bagaimana cara membuat
kursi itu agar lebih bagus,maka perbuatan itu sudah termasuk inteligensi. Bayangan tentang kursi
tidak lagi hanya diproyeksikan melalui syaraf-syaraf tertentu ke otak kita,melainkan melalui
berbagai sitem yang rumit dalam otak dan sususnan syaraf kita, dianggap dan diolah serta di
analisis, untuk kemudian kita boleh bereaksi secara lebih efektif dan efisien.
Seorang pengrajin kayu yang cerdas, setelah melihat-lihat model-model kursi di pameran,
dia bisa membuat kursi yang lebih bagus dari pada yang ada di pameran. Contoh lain,seseorang
mengamati taman bunga. Ini adalah persepsi. Selanjutnya, jika dia mulai mengamati bunga-
bunga yang sejenis atau mulai menghitung berapa bunga berwarna merah yang ada di taman itu,
maka perbuatannya adalah merupakan perbuatan yang inteligensi.
Dengan demikian,inteligensi itu adalah kemampuan untuk mengolah lebih jauh lagi hal-
hal yang kita amati. Kemampuan ini terdiri dari dua jenis, yaitu kemampuan umum dan
kemampuan khusus. Kemampuan khusus adalah kemampuan dalam bidang-bidang tertentu.

3
L.L.Thurstone, seorang pakar psikometri (imu tentang pengukuran psikologi), dengan teknik
statistik yang dinamakan "analisis faktor", menemukan tujuh kemampuan mental dasar ( primary
mental abilities ), yaitu pemahaman lisan (verbal comprehension), kefasihan kata-kata (word
fluency), kemampuan angka-angka (number facility), penglihatan ruang (spatial visualization),
ingatan asosiatif (associative memory), kecepatan persepsi (perceptual speed), dan penalaran
(reasoning).
Di samping kemampuan khusus, terdapat kemampuan umum. Kemampuan umum ini
mendasari kemampuan-kemampiuan khusus, kemampuan-kemampuan khusus belaka, melainkan
merupakan kualitas tersendiri. Dua orang yang sama cerdasnya, dapat menjadi ahli dalam dua
bidang yang berbeda,misalnya yang seorang menjadi ahli ilmu pasti dan yang lain menjadi ahli
bahasa. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, minat, dan kesempatan pada tiap-tiap orang
itu.
Pengukuran inteligensi untuk orang dewasa dilakukan dengan alat-alat psikofiagnostik
(psikometri), yang oleh orang awam lebih dikenal dengan nama psikotes, yaitu serangkaian
daftar pertanyaan atau tugas untuk mengukur aneka kemampuan, mulai dari analisis verbal
sampai dengan logika memerik. Alat-alat psikometri yang klasik untuk mengukur IQ antara lain
dikembangkan oleh Wechsler dan Bellevue. Tes-tes klasik ini menggunakan gabungan teori
faktor "G" dan "S", yaitu mengukur sejumlah kemampuan yang berbeda-beda dan skor totak dari
semua pengukuran faktor "S" dikonversikan menjadi nilai IQ yang mencerminkan faktor "G"
dari inteligensi orang yang bersangkutan.1

B. Faktor Pembawaan
Pembawaan dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang
bagi manusia menurut pola-pola, ciri-ciri, dan sifat-sifat tertentu, yang timbul saat masa konsepsi
dan berlaku sepanjang hidup sesorang. Menurut Elizabeth B. Hurlock penentuan sifat bawaan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua hal; pertama factor keturunan, membatasi
sejauh mana individu dapat berkembang, ia dapat mengembangkan sifat-sifat fisik dan mental
yang diwarisinya sampai batas maksimumnya, tetapi tidak dapat berkembang lebih jauh lagi.
Kedua, sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah kebetulan, tidak ada cara tertentu untuk
mengendalikan jumlah kromosom dari pihak ibu ataupun pihak ayah yang diturunkan pada anak.

1
Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta,Rajagrafindo Persada,2009) hal 153-163

4
Adapun pola-pola, ciri-ciri dan sifat-sifat dalam pembawaan seseungguhnya talah ada
sejak konsepsi atau fertilization, saat pertemuan sel-sel benih (ovum) dari pihak ibu dan mani
(sperma) dari pihak ayah dimulai. Sel-sel tersebutlah yang telah menyatu mengandung
pembawaan (Hereditas), dan dalam sel-sel tersebut terdapat benih-benih gene sebagai sifat
pembawaan. Pembawaan dikelompokkan dalam empat macam pembawaan, yaitu:
a. Pembawaan spesies
Tiap-tiap manusia biasa di waktu lahSirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu
jenis manusia, bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya dan
sebagainya. Semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan jenis-jenis
makhluk lain.
b. Pembawaan ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat bermacam perbedaan yang juga
termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.
c. Pembawaan jenis kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin
masing-masing laki-laki atau perempuan, pada jenis kelamin itu terdapat perbedaan pola
sikap dan sifatnya terhadap dunia luar.
d. Pembawaan perseorangan
Tiap-tiap orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang sifat individual
(pembawaan seseorang yang tipikal). Tiap-tiap individu meskipun bersamaan ras atau jenis
kelaminnya, masing-masing mempunyai pembawaan watak, intelegensi, sifat-sifat dan
sebagainya yang berbeda-beda.2

C. Faktor Lingkungan dan Kebudayaan


Lingkungan yang baik, damai, tentram, aman, penuh penerimaan dan pengertian, serta
mampu memberikan perlindungan kepada anggota-anggotanya merupakan lingkungan yang
memperlancar proses penyesuaiaan diri. Sebaliknya apabila individu tinggal di lingkungan yang
tidak tentram, tidak damai maka individu tersebut mengalamai gangguan dalam melakukan
proses penyesuaiaan diri. Keadaan lingkungan yang di maksud meliputi sekolah, rumah dan
keluarga.

2
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta,Erlangga,1997)

5
Sekolah bukan hanya memberikan pendidikan bagi individu dalam segi intelektual, tetapi
juga dalam aspek social dan moral yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah juga
berpengaruh dalam pembentukan minat, keyakinan, sikap dan nilai-nilai yang menajdi dasar
penyesuaian diri yang baik. Keadaan keluarga memegang peranan penting pada individu dalam
melakukan penyesuaian diri. Susunan individu dalam keluarga, banyaknya nggota keluarga,
peran sosial individu serta pola hubungan orang tua dan anak dapat mempengaruhi individu
dalam melakukan penyesuaian diri.
Keluarga dengan jumlah anggota yang banyak mengharuskan anggota untuk
menyesuaikan perilakunya dengan harapan dan hak anggota keluarga yang lain. Situasi tersebut
dapat mempermudah penyesuaiaan diri, proses belajar, dan sosialisasi atau justru memunculkan
persaingan, kecemburuan dan agresi. Setiap individu dalam keluarga memainkan peran sosial
sesuai dengan harapan dan sikap anggota keluarga yang lain. Orang tua memiliki sikap dan
harapan supaya anak berperan sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Sikap dan harapan orang
tua yang realistik dapat membantu remaja mencapai kedewasaannya sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tanggung jawab. Sikap orang tua yang overprotektif atau
kurang peduli menghasilkan remaja yang kurang menyesuaikan diri.
Hubungan anak dengan orang tua dapat mempengaruhi penyesuaiaan diri. Penerimaan
orang tua terhadap remaja memberikan penghargaan, rasa aman, kepercayaan diri, afeksi pada
remaja yang mendukung penyesuaiaan diri dan stabilitas mental. Sebaliknya, penolakan orang
tua menimbulkan permusuhan dan kenakalan remaja. Identifikasi pada orang tua juga
mempengaruhi penyesuaiaan diri. Apabila orang tua merupakan model yang baik, identifikasi
menghasilkan pengaruh yang baik terhadap penyesuaiaan diri. Kebudayaan pada suatu
masyarakat merupakan suatu faktor yang membentuk watak dan tingkah laku individu untuk
menyesuaikan diri dengan baik atau justru membentuk individu yang sulit menyesuaikan diri. 3

D. Pembentukan Individu
Pembentukan kepribadian adalah sebuah proses yang sangat panjang. Banyak faktor yang
mempengaruhi proses tersebut dalam pembentukan kepribadian. Tetapi secara umum, bahwa
yang membentuk kepribadian adalah lingkungan tempat tinggal individu. Kepribadian menurut
Allport (1971) adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu

3
Suparman, Dinamika Psikologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta,Wade Group, 2020)

6
yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita
dapat membedakannya dalam dua golongan:
1. Pengalaman yang Umum
Pengalaman yang umum yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu dalam kebudayaan
tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam
masyarakat. Misalnya, sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan
kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh orang yang bersangkutan
tetapi masih tetap terikat pada norma-norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan.
Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali
hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini
disebabkan karena:
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang
tua, saudara, media massa dan lain-lain) tidaklah sama pula pada setiap orang.
Setiap orang tua atau media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya
sendiri sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat yang
berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi
pada dirinya sendiri.
2. Pengalaman yang khusus
Pengalaman yang khusus yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini
tidak tergantung pada status dan peran orang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang
berbeda-beda pada tiap individu-individu itu pun merencanakan pengalaman-pengalaman
tersebut secara berbeda-beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur
kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-pengalaman ke dalam
kepribadian yang makin lama makin dewasa, disebut proses pembentukan identitas diri.
Proses pembentukan identitas diri (kepribadian) harus melalui berbagai tingkatan.
Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah, ibu, kakak, saudara, guru, dan
sebagainya. Pada masa remaja, tahap identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan

7
kekaburan akan peran sosial, karena remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya
dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya, bintang film kesayangannya,
tokoh politik favoritnya dan sebagainya.
Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai remaja itu
menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan menderita gangguan-gangguan
kejiwaan pada masa dewasanya. Karena itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat
menentukan sendiri identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya
terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.4

4
Alex Sobur, Psikologi Umum, (Bandung, Pustaka Setia,2003)

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inteligensi adalah kemampuan untuk mengolah lebih jauh lagi hal-hal yang kita amati.
Kemampuan ini terdiri dari dua jenis, yaitu kemampuan umum dan kemampuan khusus.
Pembawaan dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang bagi
manusia menurut pola-pola, ciri-ciri, dan sifat-sifat tertentu, yang timbul saat masa konsepsi dan
berlaku sepanjang hidup sesorang. Pembawaan dikelompokkan dalam empat macam
pembawaan, yaitu:
a. Pembawaan spesies
b. Pembawaan ras
c. Pembawaan jenis kelamin
d. Pembawaan perseorangan
Faktor lingkungan dan kebudayaan sangat mempengaruhi sesorang, baik sikap ataupun
perbuatannya. Pembentukan kepribadian adalah sebuah proses yang sangat panjang. Banyak
faktor yang mempengaruhi proses tersebut dalam pembentukan kepribadian. Tetapi secara
umum, bahwa yang membentuk kepribadian adalah lingkungan tempat tinggal individu.
pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian dibedakan menjai dua yaitu :
1. Pengalaman yang umum
2. Pengalaman yang khusus

B. SARAN
Penulis menyarankan kepada pembaca supaya mempelajari dan memahami pengertian
inteligensi, faktor pembawaan, faktor linggkungan dan kebudayaan, dan pembentukan
kepribadian dengan baik dan benar. Dengan pemahaman tersebut kita bisa mengetahui apa itu
inteligensi, faktor pembawaan, faktor lingkungan dan kebudayaan, dan pembentukan kepribadian
secara lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock,E.B. (2003). Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia


Sarwono,S,W. (2009). Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Rajagrafindo Group
Sobur,A. (2003). Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia
Suparman. (2020). Dinamika Psikologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Wade Group

Anda mungkin juga menyukai