Dosen Pembimbing:
Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan, sehingga telah dapat melaksanakan tugas Makalah Perbandingan
Hukum Keluarga Islam dengan judul “Perbandingan Hukum Keluarga Islam di Mesir”
dengan selamat dan berhasil dengan baik.
Hasil yang telah kami laksanakan, kami sampaikan dalam bentuk tertulis, dengan
mengharap agar mendapatkan nilai yang semaksimal mungkin, agar lebih dapat
meningkatkan pengetahuan kami. Dalam menyusun tugas kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan perbaikan yang bersifat membangun, serta kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika sekiranya terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam tugas ini.
Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada bapak Aulil Amri, M.H
sebagai dosen mata kuliah perbandingan hukum keluarga islam yang telah memberikan tugas
ini kepada kami sehingga dapat selesai tanpa hambatan.
Demikian tugas ini yang telah kami susun untuk menjadi masukan dalam
pembelajaran dimasa yang akan datang.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................5
A.Sejarah Negara Mesir...........................................................................................................................5
B.Penerapan Hukum Keluarga di Mesir...................................................................................................7
C.Reformasi Hukum Keluarga Islam Mesir 11
D.Peradilan keluarga di mesir................................................................................................................13
BAB III......................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan......................................................................................................................................15
B. SARAN...........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
3
Hopwood, D. Egypt: Politics and Society 1945-1984. Billing&Sons. Hlm 9
4
Asrizal, “Pembaharuan Hukum Keluarga Islam di Mesir dan Sudan”, Jurnal Integrasi Ilmu
Syari’ah,Vol 2, No.3, September-Desember 2021, Hlm 6
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui sejarah negara mesir
b. Untuk mengetahui penerapan hukum keluarga islam di mesir
c. Untuk mengetahui reformasi hukum keluarga islam di mesir
d. Untuk mengetahui sistem peradilan keluarga islam di mesir
BAB II
PEMBAHASAN
5
Muhammad Tahir Azhariy, Negara Hukum: Suatu Study Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat Dari Segi
Hukum Islam, Implementasinya Pada Pariode Negara Madinah Dan Masa Kini, (Jakarta: Bulan
Bintang),1992.hlm.165
6
Ensiklopedia islam, jilid III, (Jakarta: PT Ikhtiar baru van hoever),1994.hlm.226
7
Ibid,hlm.227
8
Ibid.hlm.159
9
Daud Rasyid, Islam Dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta: Gema Insani Press),1998.hlm.199
hukum perkawinan dan perceraian banyak ditemukan dalam berbagai kitab
hukum di suatu negara. Secara kolektif, buku-buku ini adalah produk jihad
mujahidin di semua tingkatan. Memenuhi kebutuhan hukum komunitas muslim
saat itu. Saat ini, hukum keluarga ini dapat ditemukan dan ditelusuri dalam buku-
buku hukum berbagai aliran pemikiran, empat mazhab dan Sunni (Hanafi, Maliki,
Syafi'i dan Hambali) dan Tiga Syiah (Itsna Asyari, Ismail dan Zaid). Meskipun
hasil penalaran para fuqaha di masa lampau yang sesuai dan memenuhi
kebutuhan masyarakat muslim di masa itu, tetapi tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman dan kepentingan ummat Islam sekarang ini. Selain itu,
isinya pun berbeda satu dengan lain karena tingkat pengetahuan dan pengalaman
para penalarnya, kendatipun mereka berada dalam satu mazhab yang sama.
Karena itu menimbulkan rasa tidak puas terhadap isi yang dikandungnya, juga
mengakibatkan ketidakpastian hukum karena perbedaan pendapat yang terdapat
di dalamnya, sehingga masyarakat muslim ada yang lebih senang mengikuti
hukum adat yang turun temurun telah berlaku bagi mereka/atau berpaling pada
sistem hukum Kristen (barat) yang disusun secara sistematis dan jelas dalam satu
kitab atau peraturan perundang-undangan. Kini keadaan sudah berubah hukum
keluarga yang mampu bertahan dari hempasan gelombang westernisasi,
sekularisme yang dilaksanakan melalui sekularisasi di segala bidang kehidupan,
telah diperbaharui, dikembangkan selaras dengan perkembangan zaman dan
tempat serta dimodifikasikan baik secara parsial maupun secara total. Untuk
melaksanakan hukum keluarga yang telah ditetapkan di Mesir, diadakan
reorganisasi dan penyempurnaan peradilan agama dengan mengeluarkan
peraturan perundang-undangan. Dalam pada itu ada negeri Islam yang sama
sekali tidak mau melakukan pembaharuan dan masih tetap memberlakukan
hukum keluarga sebagaimana yang tertuang dalam kitab-kitab fikhi dari mashab
yang dianut. Sebaliknya ada pula negeri Islam yang sama sekali telah
meninggalkan hukum keluarga Islam dan sebagai gantinya mengambil hukum
sipil Eropa. Namun yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah negera yang
berusaha memberlakukan hukum keluarga Islam tetapi setelah mengadakan
pembaharuan di sana sini.
B.Penerapan Hukum Keluarga di Mesir
Hukum keluarga yang dimaksudkan dalam pembahasan ini ialah hukum
keluarga yang berlaku di Mesir yakni peraturan-peraturan yang oleh kalangan
hukum diharapkan agar pengadilan menerapkan dan merujuknya dalam
penyelesaian sengketa-sengketa yang menyangkut keluarga di Mesir. Isi hukum
keluarga yang berlaku bagi masyarakat Mesir dalam kodifikasi, baik parsial maupun
total; adalah merupakan pengembangan hukum keluarga Islam tradisional.
Di antara pasal-pasal yang akan dibahas ialah masalah batas umur kawin,
pencatatan perkawinan, perceraian, poligami dan masalah warisan10.
12
Johannes den Heijer. Syamsul Anwar, Islam Negara dan Hukum. Jakarta : INIS. 1993).
13
Fathur Rahman, Ilmu Waris (PT. Al.Maarif, bandung. 1975) h. 66
mana halnya membolehkan wasiat kepada orang yang tidak
menerima harta peninggalan atau dzawil arham.
b. Menetapkan wasiat wajib berdasarkan hasil kompromi dari
beberapa pendapat ulama Mesir, dan tabiin ahli fighi dan ahli
hadist, antara lain Said Ibnu Musvaiyah, Hasanul Bishry Thawus,
Imam Ahmad dan Ishaq bin Rawaih serta Ibnu Hazm, bahwa
besarnya wasiat wajib kepada keluarga yang tidak memperoleh
harta peninggalan sebesar apa yang diperoleh ayahnya atau ibunya
dengan pembatasan maksimal sepertiga dari harta peninggalan14.
Maka Hukum Waris tahun 1946 menyatakan bahwa seorang anak
yang lebih dahulu meninggal dunia dan meninggalkan anak pula maka si cucu
itu menggantikan ayahnya dalam mewarisi kakek atau neneknya dengan cara
memperoleh wasiat wajibah tidak lebih dari sepertiga harta.
14
Idris Ramulyo, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat menurut Hukum Islam, (Cet. I,
Jakarta: Sinar grafika, 1995) h.103
15
Syekh Hasan Khalid, az-Zawaj Bi Gayr al-Muslimi terj. Zaenal Abidin Syamsudin, ‚Menikah Dengan Non
Muslim‛, (Jakarta: Pustaka al-Sofwa, 2004), 145.
lain pula di Indonesia. Walaupun Indonesia adalah negara dengan penduduk
Muslim terbanyak di dunia, tetapi Indonesia bukanlah negara Islam.
Indonesia adalah negara hukum yang menjadikan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pancasila sebagai dasar konstitusi
negara.12 Masyarakat Indonesia yang hendak melakukan perkawinan, wajib
tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia. Berkaitan dengan
perkawinan beda agama, undang-undang perkawinan yang diberlakukan di
Indonesia tidak membolehkan terjadinya perkawinan beda agama. Dalam
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal yang
dijadikan sebagai landasan tidak boleh melangsungkan perkawinan beda
agama adalah Pasal 2 ayat (1), Pasal 8 huruf (f) dan Pasal 57. Dalam Pasal 2
ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan hanya sah jika dilakukan menurut
hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.16
Namun pada bulan Mei 1985, UU No 44/1979 ini digugat dengan adanya
pengajuan judicial review ke Mahkamah Tinggi Konstitusi (High Constitutional
Court) Pengajuan judicial review tersebut untuk menilai status undang-undang Jehan
ini. Hasilnya, Mahkamah konsitiusi Mesir menerangkan bahwa undang-undang
tersebut bertentangan (ultra vires) dengan Konstitusi Mesir. Mahkamah menolak
status dekrit undang undang ini dengan alasan dekrit darurat yang telah di keluarkan
oleh presiden anwar sadat untuk memberlakukan UU No 44 Tahun 1979
sesungguhnya dikeluarkan tidak dalam keadaan darurat. Oleh karenanya dekrit
tersebut mesti dianggap tidak valid.18 Setelah pembatalan undang-undang Jehan
tersebut setelah beberapa bulan, pemerintah Mesir mengundangkan UU No.
100/1985,sebuah amandemen hukum untuk melakukan revisi hukum keluarga tahun
1920 dan 1929. Sejumlah perubahan yang telah diundangkan sebelumnya dalam UU
tahun 1979, diundangkan ulang dalam undang-undang tahun 1985, serta ditambahkan
dengan beberapa aturan baru. Hingga pada tahun 2005, Mesir mengeluarkan UU No
4/2005 yang isinya mengamandemen Dekrit Hukum No 25 Tahun 1920 (yang
melakukan perubahan terhadap usia perwalian).
17
Muhammad amin suma,hukum keluarga islam di dunia ( jakarta,PT.Rajagrafindo persada,2004)
hlm 183
18
Ulya Hikmah Sitorus Pane dan Muhammad Rozali, Analisis Fatwa Ali Jum’ah (Mufti Agung Mesir)
Tentang Nikah Urfi Dalam Kitab “Al-Kalim Al-Thayyib” Fatawa Ashriyyah, Jurnal Al-Mizan vol. 12
no.1, juni 2016 hlm 51
D.Peradilan keluarga di mesir
Hukum keluarga mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu proses penyelesaian
perkaranya harus mudah dan cepat. Sebelum tahun 2000, undang-undang yang
berlaku di Mesir, hanya diperuntukkan dan berlaku bagi orang Mesir, atau salah satu
pihak yang berperkara adalah orang Mesir. Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2000, ketentuan tersebut dihapus, dan sejak itu tidak lagi ada perbedaan dalam
hukum keluarga bagi penduduk Mesir maupun non-Mesir unani, dan sebagainya.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 diatur tentang: pertama, wilayah 'ala
an-nafs (hal-hal yang berkaitan dengan diri seseorang), misalnya pelamaran, talak,
rujuk, cerai, dan sebagainya. Kedua, wilayah 'ala al-mal (yang berkaitan dengan harta
benda), misalnya nafkah anak, nafkah istri, hadhanah, mutah, harta cacat mental, dan
sebagainya. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 menganut prinsip sederhana,
cepat dan mudah. Dalam undang-undang ini diatur juga tentang hukum acara
(murafaat). Hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 adalah
Pasal 1, yaitu tentang Peradilan Hukum Keluarga, misalnya tentang masalah istri
yang pergi keluar negeri. Dalam hal ini Undang-Undang Mesir memberi hak kepada
Menteri Luar Negeri untuk memberi izin perempuan (istri) yang ingin pergi ke luar
negeri, dengan dua syarat berikut.
1. Seorang istri yang pergi ke luar negeri harus mendapatkan izin dari suaminya.
2. Surat izin tersebut harus dicantumkan di dalam paspor, dan apabila tidak
dicantumkan, maka paspor tersebut tidak dapat diberlakukan.19
Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka istri dilarang pergi ke
luar negeri. Sungguhpun demikian, masih didapatkan ada istri yang bersikeras untuk
tetap berpergian ke luar negeri karena alasan pekerjaan. Bila hal tersebut terjadi, istri
dapat mengajukan hukum banding ke Mahkamah Idariyah (Pengadilan Tata Usaha
Negara). Setelah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2000, ketentuan tersebut dihapus
dan masuk menjadi kewenangan Pengadilan Keluarga. Apabila istri tidak puas karena
adanya larangan pengadilan keluarga untuk pergi ke luar negeri, dan cukup alasan
misalnya untuk berobat, maka ia dapat mengajukan ke Mahkamah Konstitusi.
Meskipun Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 memberlakukan syariat Islam bagi
semua golongan agama, akan tetapi dalam hal suami istri berbeda sekte, misalnya
Kristen dan Kopti, maka perkara tersebut diserahkan kepada Gereja. Dalam
penyelesaian perkara keluarga, pada dasarnya tidak memerlukan pengacara, tetapi
19
Siska Lis Sulistiana,Peradilan Islam (Jakarta, CV.Sinar grafika , 2020 ) Hlm 193
bagi perempuan yang mampu boleh menggunakan jasa pengacara. Dalam hal ini
gugatan istri tersebut harus ditandatangani oleh pengacara, dan seluruh biava perkara
dibebankan kepada negara. Hal tersebut dimaksudkan untuk membela kepentingan
yang lemah dalam upaya menyampaikan hak dan kepentingannya di depan
pengadilan. Dalam undang- undang ini diatur tentang pemberitahuan kepada para
pihak yang berperkara bahwa gugatan yang keluar dari koridor hukum harus
dinyatakan ditolak. Juga dianggap penting, bahwa dalam persidangan hakim dapat
menghadirkan seorang ahli sosiologi untuk didengar pendapat mereka tentang
masalah perceraian. Dalam Pasal 5 dirumuskan bahwa persidangan perceraian harus
tertutup untuk umum sebab orang lain tidak boleh mengetahui hal-hal yang
menyangkut masalah keluarga. Dalam Pasal 6 diatur tentang kemungkinan pihak
kejaksaan berperan dalam mengajukan gugatan ke peradilan Keluarga. Menurut Pasal
18, selama persidangan berlangsung pengadilan harus ikut aktif mendamaikan kedua
belah pihak yang berperkara, dan dalam upaya perdamaian hakim harus memiliki dua
hal:
Oleh karena menurut ketentuan hak talak ada pada suami, maka sering timbul
permasalahan, apakah pernyataan talak terhadap istri tersebut harus dinyatakan secara
kinayah atau sharih? Untuk menjawab masalah ini, menurut Pasal 21 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2000 pernyataan talak itu harus dilakukan secara sharih,
kecuali dibarengi dengan bukti yang kuat atau dengan saksi20
20
Yusrizal, Studi Komparatif Pelaksaan Peradilan Islam di Negara Mesir dan Saudi Arabia, Jurnal
De Lega Lata. Vol. 2 No. 2 Desember 2017, hlm.345.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hukum Keluarga yang berlaku di Mesir yakni peraturan-peraturan yang oleh
kalangan hukum diharapkan agar pengadilan menerapkan dan merujuknya dalam
penyelesaian sengketa-sengketa yang menyangkut keluarga di Mesir.
2. Isi hukum keluarga yang berlaku bagi masyarakat Mesir dalam kodifikasi, baik
parsial maupun total adalah merupakan pengembangan hukum keluarga Islam
tradisional.
3. Pasal-pasal yang akan dibahas ialah masalah batas umur kawin, pencatatan
perkawinan, perceraian, poligami dan masalah warisan.
4. Pada pertengahan dasawarsa kedua abad ke dua puluh, reformasi hukum keluarga
baru terjadi tepatnya tahun 1915. Reformasi hukum keluarga ini dimulai dari
Turki. Setelah Turki Usmani, pada tahun 1920 Mesir melakukan kodifikasi dan
pembaruan hukum keluarga.
Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000, tidak lagi ada perbedaan
dalam hukum keluarga bagi penduduk Mesir maupun non-Mesir unani, dan
sebagainya
B. SARAN
Dengan demikian sebagai penulis makalah ini kami meminta saran dan kritik
karena masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki agar teman-teman mahasiswa
yang membaca ataupun Dosen yang membimbing agar memberikan masukan demi
kesempurnaan penulisan Makalah yang berjudul “Perbandingan Hukum Keluarga
Islam di Mesir”
DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Muhammad Tahir. 1992. Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-prinsip
dilihat dari segi hukum islam, implementasinya, pada periode negara Madinah dan
masa kini. Jakarta : bulan bintang.
Daud Rasyid, Islam Dalam Berbagai Dimensi, (Jakarta: Gema Insani Press),Ensiklopedia islam, jilid
III, (Jakarta: PT Ikhtiar baru van hoever),
Idris Ramulyo, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat menurut Hukum
Islam, (Cet. I, Jakarta: Sinar grafika, 1995)
Johannes den Heijer. Syamsul Anwar, Islam Negara dan Hukum.( Jakarta : INIS. 1993).
Kurniati, “Hukum Keluarga di Mesir”, Al-Daulah 3, no. 1 (Juni 2014), Lihat Muhammad Siraj
“Hukum
Siraj, Muhammad, Hukum Keluarga Di Mesir Dan Pakistan “Dalam Johannes Den Heijer
Dan Syamsul Anwar, (ed), Islam Negara Dan Hukum, (Jakarta: INIS),1993.
Syamsul Anwar, (ed), Islam, Negara dan Hukum (Jakarta: INIS, 1993),
Syekh Hasan Khalid, az-Zawaj Bi Gayr al-Muslimi terj. Zaenal Abidin Syamsudin, ‚Menikah
Dengan Non Muslim‛, (Jakarta: Pustaka al-Sofwa, 2004),
Tentang Nikah Urfi Dalam Kitab “Al-Kalim Al-Thayyib” Fatawa Ashriyyah, Jurnal Al-Mizan vol.
12 no.1, juni 2016
Ulya Hikmah Sitorus Pane dan Muhammad Rozali, Analisis Fatwa Ali Jum’ah (Mufti Agung Mesir)
Yusrizal, Studi Komparatif Pelaksaan Peradilan Islam di Negara Mesir dan Saudi Arabia,
Jurnal De Lega Lata. Vol. 2 No. 2 Desember 2017.