2019
Dan tidak lupa Shalawat serta salam selalu tercurah ke pangkuan Baginda
Nabi Agung Muhammad S.A.W yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul
qiyamah nanti, Amiin.
Kami sadar betul bahwa kami masih di taraf pendidikan dan tentunya kita
semua tahu bahwa “ tiada gading yang tak retak “ itulah perumpamaan yang
sesuai dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak
kesalahan dan kekhilafan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah
berikutnya.sekian yang dapat kami hantarkan, atas kritik dan saran nya kami
mengucapkan terima kasih.
Penulis
Kelompok X
i
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-
2019
DAFTAR ISI :
ii
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-
2019
BAB I.PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mahasiswa sebagai kader bangsa merupakan salah stu elemen masyarakat yang
tidak dapat di lepaskan dari perjalanan bangsa ini.Sejarah telah membuktikan bahwa
peran mahasiswa atau kaum muda sangat besar dalam mendorong perubahan baik
pada masa sebelum maupun setelah kemerdekaan. Tetapi kita sering melupakan santri
yang juga ikut berperan penting dalam kemerdekaan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
BAB II.PEMBAHASAN
Hubungan Islam dengan Negara telah terjadi sejak lama. Dalam Islam sudah
sejak abad 7 muncul melalui gagasan Rosulullah SAW yang melahirkan Piagam
Madinah sehingga banyak tokoh atau ilmuwan barat yang mengapresasi
kepemimpinan dan keteladanan Rasul dalam mengurus kehidupan bernegara dan
bermasyarakat. Ia sebagai negarawan tidak pernah memunculkan kata Islam. Satu
bukti nyata dari sikap kenegaraan sejati kenegaraannya Rasulullah dalam Piagam
Madinah yang 46 pasal itu kita tidak akan menemenukan kata-kata Islam, bahkan jika
kita melihat dari segi hukum Piagam Madinah ini masuk ke dalam syariah, bukan
fiqh.
Islam memberikan ruang yang luas bagi akal setiap muslim untuk berijtihad.
Ajaran Islam yang tidak terpengaruh dengan perubahan ruang dan waktu, khususnya
dalam masalah-masalah aqidah dan beberapa masalah ibadah dan hukum perdata
(seperti hukum waris) pada umumnya telah dijelaskan dengan sangat rinci dalam
Alquran dan as-Sunnah. Sementara bagian-bagian dari ajaran Islam yang terpengaruh
oleh perubahan ruang dan waktu, khususnya dalam bidang muamalah, pada
umumnya dibahas dengan cara menetapkan beberapa kaidah dasar tentang masalah
tersebut, untuk kemudian diikuti proses ijtihad dalam kerangka kaidah dasar itu,
dengan memproses penetapan hukumnya lewat persatuan ruang dan waktu.
2
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
mata karena kebutuhan lahiriah, tetapi juga untuk kebutuhan ruhaniyyah dan
ukhrawiyah. Amien Rais (1994) menyatakan bahwa dunia Islam mulai ramai
membicarakan konsep negara Islam ini setelah berakhirnya sistem kekhilafahan di
Turki. Selama penjajahan Barat atas dunia Islam, kaum muslimin tidak sempat
berfikir tentang ajaran agama mereka secara jelas, komprehensif dan tuntas mengenai
berbagai masalah.
3
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
jaringan yang baru, dengan dasar ikatan kebersamaan yang baru, identitas kolektif
yang baru, sistem distribusi sosial ekonomi politik yang juga baru.
Hal yang sama dikemukakan oleh Amien Rais bahwa Dakwah dalam artian
makro itu ekuivalen dengan social reconstruction, rekonstruksi sosial. Sosial dalam
arti ekonomi, budaya, pendidikan, kemasyarakatan, dan segala macam proses
rekonstruksi masyarakat yang multi-dimensional itu jatuhnya sama dengan dakwah
itu. Maka dari itu, seorang muslim harusnya berkeyakinan bahwa politik merupakan
bagian dari dakwah dan sebagai alat dakwah yang mensyaratkan aturan main dari
dakwah seperti yang sudah disebutkan di atas. Hubungan politik dan dakwah sering
tidak dimengerti dengan baik oleh sementara kaum muslimin sehingga banyak yang
mengangap bahwa kegiatan dakwah tidak punya dampak positif. Bahkan dalam
masyarakat kita ada kesan kurang positif terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik
selalu mengandung kelicikan, hiprokasi, ambisi buta, pengkhianatan, penipuan, dan
konotasi buruk lainnya. Banyak anggapan yang salah berkembang di masyarakat,
anggapan yang salah tersebut misalnya bahwa politik bersifat memecah belah
sedangkan dakwah berusaha merangkul sebanyak mungkin umat, sehingga seolah-
olah ada perbedaan antara hakikat politik dengan hakikat dakwah, sehingga berlaku
suatu ungkapan apabila politik sampai memasuki suatu bidang kehidupan maka pasti
rusaklah bidang kehidupan itu, bagi Amien persepsi politik seperti itu dinilai cukup
berbahaya apabila ditinjau dari kacamata dakwah, pandangan politik ini juga
merugikan, politik yang dijalankan seorang Muslim sekaligus sebagai alat dakwah
tentu bukanlah politik sekuler melainkan politik yang penuh komitmen kepada Allah.
Secara bahasa, kata ulil amri terdiri dari dua suku kata yaitu; kata uli yang
bermakna memiliki dan al-amr yang bermakna memerintah. Dalam Lisanul Arab,
Ibnu Mandzur menguraikan bahwa maksud dari kata uIi adalah memiliki. Dalam
bahasa Arab, masih menurut Ibnu Mandzur, ia adalah kata tidak bisa berdiri sendiri,
namun selalu harus berdampingan dengan kata yang lain (idhafah).
Jadi, menurut istilah, kata ulil amri dapat didefinisikan yaitu; para pemilik
otoritas dalam urusan umat. Mereka adalah orang-orang yang memegang kendali
semua urusan. (lihat: Al-Mufradat, 25)
4
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
b. Siapakah yang Disebut dengan Ulil Amri?
Para ulama sepakat bahwa hukum taat kepada ulil amri adalah wajib. Kaum muslimin
tidak diperolehkan memberontak ulil amri meskipun dalam kepemerintahannya
sering berlaku dzalim. Prinsip ini menjadi pegangan yang lahir dari salah satu pokok
aqidah ahlus sunnah wal jamaah.
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’: 59)
Ibnu Abi ‘Izz dalam Syarah Aqidah Thahawiyah, berkata, “Hukum mentaati ulil amri
adalah wajib (selama tidak dalam kemaksiatan) walaupun mereka berbuat dzalim.
karena kalau keluar dari ketaatan kepada mereka akan menimbulkan kerusakan yang
berlipat ganda dibanding dengan kezhaliman penguasa itu sendiri.” (Lihat: Syarh
Aqidah Ath Thahawiyah, hal. 381)
Namun kemudian muncul salah satu pertanyaan yang cukup mendasar dan
perlu dijabarkan secara utuh, yaitu; siapakah yang disebut dengan ulil amri? Apakah
setiap pemerintahan yang ada hari ini bisa disebut ulil amri?
Imam At-Tabari dalam tafsirnya menyebutkan bahwa para ahli ta’wil berbeda
pandangan mengenai siapa ulil amri yang dimaksudkan dalam ayat di atas. Sebagian
ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah para penguasa.
Sebagian lagi menyebutkan bahwa ulil amri itu adalah ahlul ilmi wal fiqh (mereka
yang memiliki ilmu dan pengetahuan tentang fiqh). Ada juga yang berpendapat
bahwa mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Dan Sebagian lainnya
berpendapat ulil amri itu adalah Abu Bakar dan Umar. (Lihat Tafsir at-Thabari,
7/176-182)
5
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
perkara yang diperintahkan oleh mereka berupa ketaatan kepada Allah, bukan dalam
maksiat kepada-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/136)
Perbedaan pendapat tentang siapa yang dimaksud ulil amri dalam ayat di atas
juga disebutkan dalam kitab-kitab tafsir lainnya. Namun di antara seluruh pendapat
tersebut, mayoritas ulama menguatkan bahwa maksud ulil amri dalam ayat tersebut
ialah para penguasa dan ulama yang memiliki otoritas dalam mengurus urusan kaum
muslimin, baik urusan dunia maupun agama mereka.
وكل من كانت له والية شرعية ال والية طاغوتية، والقضاة، والسالطين، الئمة: وأولي المر هم
“Ulil amri adalah para imam, penguasa, hakim dan semua orang yang memiliki
kekuasaan yang syar’i, bukan kekuasaan thaghut.” (Fathul Qadir, Asy-Syaukani,
1/556)
Imam Nawawi berkata, “Ulil amri yang dimaksud adalah orang-orang yang
Allah ta’ala wajibkan untuk ditaati dari kalangan para penguasa dan pemimpin
umat, inilah pendapat mayoritas ulama terdahulu dan sekarang yaitu dari kalangan
ahli tafsir, fikih, dan selainnya.” (Lihat: Syarh Shahih Muslim 12/222)
6
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
Allah gariskan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Oleh karena itu, dalam
Islam pemimpin juga disebut sebagai pengganti peran Nabi SAW dalam
menjalankan tugas kenabian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan ulil amri adalah para
pemimpin umat Islam yang mengatur pemerintahannya dengan pedoman hukum
Allah, yaitu sebagaimana yang telah ditetapkan di dalam al-Qur’an dan as-sunnah.
Sedangkan para pemimpin negara yang mengatur kepemerintahannya dengan selain
hukum Allah, seperti demokrasi, komunis dan sebagainya, maka tidaklah layak
disebut sebagai ulil amri.
Syaikh Ahmad Naqieb, salah satu da’i salafi yang berdomisili di Mesir, ketika
ditanya apakah pemimpin demokrasi yang ada saat ini layak disebut ulil amri? Beliau
menjawab, “Kita tidak membela kebatilan, jika demokrasi menjadi asas undang-
undang sebuah kepemimpinan maka dia tidak disebut dengan waliyu syar’i (baca;
ulil amri). Berhukum dengan demokrasi tidak sesuai dengan petunjuk syar’i. Akan
tetapi kita menaati peraturan dia hanya demi kemaslahatannya saja.”
Lalu dalam rekaman yang lain, beliau juga menjelaskan bahwa yang disebut
dengan waliyus syar’i adalah pemimpin yang menegakkan syariat Islam . Inilah
pemimpin yang wajib ditaati meskipun dia melakukan kedzaliman atau melampaui
batas. Selama ia menegakkan syariat Islam maka dia disebut dengan waliyus syar’i.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw menyebut kriteria pemimpin yang harus
ditaati. Salah satunya adalah selama mereka masih menegakkan shalat. Diriwayatkan
dari Muslim dari Auf bin Malik, ia berkata, saya mendengar Rasulullah saw
bersabda:
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian cintai dan mereka
mencintai kalian. Kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian.
Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian benci dan mereka
membenci kalian. Kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian. Para
sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah kita menyatakan perang kepada
mereka ketika itu?’ beliau menjawab, ‘Jangan! Selama mereka mengerjakan shalat
di tengah-tengah kalian’.” (HR. Muslim)
7
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
terlepas dari tanggung jawab. Dan barang siapa membencinya, dia selamat, tetapi
(yang berdosa adalah) mereka yang ridha dan mengikutinya.” Sahabat bertanya,
“Bolehkah kami memerangi mereka?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Tidak boleh, selama mereka mengerjakan shalat lima waktu
bersama kalian.” (HR. Muslim)
Hadis di atas menjelaskan bahwa salah satu barometer ketaatan kepada ulil
amri adalah selama pemimpin tersebut masih mengerjakan shalat. Sebaliknya, ketika
tidak mau melaksanakan shalat maka tidak ada lagi kewajiban bagi rakyat
menaatinya. Sebab, shalat adalah salah satu pemisah antara orang mukmin dan kafir.
ketika seseorang tidak mau melaksanakan shalat maka dia sudah melakukan salah
satu kekufuran.
Sehingga dalam banyak hadis, Nabi saw membatasi kewajiban taat kepada
pemimpin adalah selama mereka menegakkan hukum Allah. Nabi saw bersabda:
ِ َّ َاب
َّللا َ َع فَا ْس َمعُوا لَهُ َوأَ ِطيعُوا َما أَق
َ ام لَ ُك ْم ِكت ٌّ َّللاَ َو ِإ ْن أ ُ ِم َر َعلَ ْي ُك ْم َع ْبد ٌ َح َب ِش
ٌ َّي ُم َجد ُ ََّيا أ َ ُّي َها الن
َّ اس اتَّقُوا
“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah meskipun kaliau dipimpin oleh
hamba sahaya dari habasyi, dengar dan taatilah dia selama memimpin kalian
dengan kitabullah.” (HR. Tirmidzi, no. 1706, Nasa’i, 7/154, Ibnu Majah, no. 2328,
Ahmad, 6/402 dan Al-Hakim, 4/206, ia berkata hadis shahih dan dishahihkan juga
oleh Al-Albani)
Dalam riwayat yang lain dari Ummu Hushain Al-Ahmashiyah r.a ia berkata,
“Saya melaksanakan haji bersama Rasulullah Saw di Haji Wada’…Rasulullah SAW
menyabdakan banyak hal, lalu saya mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Jika kalian dipimpin oleh seorang hamba sahaya yang berhidung cacat—aku rasa
belia mengucapkan, ‘berkulit hitam’—yang akan memimpin kalian dengan kitab
Allah, maka dengar dan taatilah ia’.” (HR. Muslim)
8
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
ِ َّللاُ َعلَى َوجْ ِه ِه َما أَقَا ُموا
َالدين َّ ُِإ َّن َهذَا ْال َ ْم َر ِفي قُ َري ٍْش َال يُ َعادِي ِه ْم أ َ َحد ٌ ِإ َّال َك َّبه
“Urusan kepemimpinan ini akan tetap berada di tangan kaum Quraisy, tidak ada
yang menentang mereka kecuali akan Allah seret mukanya ke neraka, asalkan
mereka (kaum Quraisy itu) menegakkan agama (hukum syariah).” (HR. Al-Bukhari,
no. 3500).
Seluruh hadis di atas jelas menunjukkan bahwa syarat seorang pimimpin yang
wajib ditaati adalah ketika ia memimpin dengan berpedoman kepada kitabullah
(baca: Syariat Islam). Adapun ketika ia tidak berhukum dengan syariat Islam maka ia
tidak wajib didengar dan ditaati. Bahkan kondisi yang demikian menuntut kaum
muslimin untuk melengserkannya dari kepemimpinan tersebut.
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa seorang pemimpin layak disebut ulil
amri ketika ia menegakkan hukum Allah. Ketika itu, rakyat dituntut untuk taat
meskipun dia berlaku dzalim terhadap mereka. Namun sebaliknya, ketika mereka
mengabaikan hukum Allah, maka ia tidak bisa disebut ulil amri dan rakyat tidak
wajib taat kepadanya.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kewajiban seorang imam adalah
menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah Azza wa Jalla dan
melaksanakan amanah. Kalau dia sudah melakukan itu maka wajiblah bagi manusia
untuk mendengar dan taat kepadanya serta bersedia bila diperintahkan sesuatu.”
(Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, no. 3319 dengan isnad yang shahih).
Abu Abbas Al-Qurthubi dalam kitabnya Al-Mufhim Syarh Shahih Muslim, (4/39)
juga menegaskan, “Kalau pemimpin itu tidak mau menegakkan salah satu pondasi
agama seperti penegakan shalat, puasa Ramadhan, pelaksanaan hukum hudud,
bahkan melarang pelaksanaan itu, atau dia malah membolehkan minum khamer, zina
serta tidak mencegahnya maka tak ada perbedaan pendapat bahwa dia harus
dilengserkan.”
9
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
imamah (kepemimpinan). Dimana atas dasar tujuan tersebut ia diangkat, berhak
didengar, ditaati dan tidak boleh ditentang.”
Jika dia tidak menjaga agama atau tidak melaksanakan urusan kaum muslim maka
hak kepemimpinan telah hilang darinya. Umat (dalam hal ini diwakili oleh Ahlul
Halli Wal ‘Aqdi, karena kepada merekalah kembalinya kendali permasalahan) wajib
mencopotnya dan menggantinya dengan orang yang mampu merealisasikan tujuan
kepemimpinan.
Ketika Ahlis Sunnah tidak membolehkan keluar dari para pemimpin yang zalim
dan fasik—karena kejahatan dan kezaliman tidak berarti menyia-nyiakan agama—
maka yang dimaksud mereka adalah pemimpin yang berhukum dengan syariat Allah.
Kalangan salafus shalih tidak mengenal istilah pemimpin (ulil amri) yang tidak
menjaga agama.
Menurut mereka pemimpin seperti ini bukanlah ulil amri. Yang dimaksud
kepemimpinan (ulil amri) adalah menegakan agama. Setelah itu baru ada yang
namanya kepemimpinan yang baik dan kepemimpinan yang buruk.” (Abdullah bin
Abdul Hamid, Al Wajiz Fi Aqidati al–Salaf al–Shâlih Ahli al Sunnah Wal Jama’ah,
hlm. 169)
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tidak semua pemimpin negara saat ini
layak disebut ulil amri, karena tugas utama yang paling pokok bagi ulil amri adalah
mewujudkan tujuan-tujuan kepemimpinan di dalam Islam , yaitu menegakkan agama
dan mengatur rakyatnya dengan syariat Islam . Peran inilah yang kemudian ia disebut
sebagai ulil amri yang wajib ditaati dan tidak boleh dilawan. Sedangkan pemimpin
sekuler yang tidak menegakkan agama atau bahkan berhukum dengan undang-undang
demokrasi, maka jelas tidak pantas untuk disebut ulil amri. Wallahu a’lam bis
shawab!
a. Pengertian Hukum
Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam negara hukum.
Hukum adalah aturan yang tak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari kita dimana tiap-
tiap sendi kehidupan kita berada dalam naungan hukum. Hukum selain untuk
melindungi kita dari penyalahgunaan kekuasaan, hukum juga digunakan untuk
menegakkan keadilan.
10
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
b. Pengertian Hukum Secara Umum Dan Ahli
“Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan
tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah
terjadinya kekacauan”. Ada pula yang mengatakan bahwa,
“Hukum adalah peraturan atau ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi bagi pelanggarnya”.
11
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
sebuah agama yang mengajarkan tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada
Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah swt untuk
mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan manusia dengan
sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada seluruh ajaran Islam, khususnya
Al-Qurandan Hadits.Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan
yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi
SAW, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun
hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan
oleh umat Muslim semuanya.
Ketaatan atau kepatuhan pada hukum yang berlaku merupakan konsep nyata
dalam diri seseorang yang diwujudkan dalam prilaku yang sesuai dengan sistem
hukum yang berlaku, tingkat kepatuhan terhadap hukum secara langsung juga dapat
menunjukkan kesadaran hukum.
12
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
Dalam masyarakat
a. Definisi al-Ma’ruf
Sedang menurut syari’at, al-ma’rûf adalah segala hal yang dianggap baik oleh
syari’at, diperintah melakukannya, dipuji dan orang yang melakukannya dipuji pula.
Segala bentuk ketaatan kepada Allâh masuk dalam pengertian ini. al-Ma’rûf yang
paling utama adalah mentauhidkan Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan beriman kepada-
Nya.
b. Definisi al-Munkar
Al-munkar adalah segala yang dilarang oleh syari’at atau segala yang
menyalahi syari’at.
13
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “al-Munkar adalah satu
nama yang mencakup segala yang di larang Allâh.”
Dari penjelasan ini, jelas bahwa menentukan suatu keyakinan, perkataan atau
perbuatan itu ma’rûf atau munkar bukanlah hak pelaku amar ma’rûf nahi munkar.
Namun semua itu dikembalikan kepada penjelasan al-Qur’ân dan as-Sunnah menurut
pemahaman Salafush Shalih.
Salah satu keistimewaan umat Rasulullah SAW adalah sebagai penutup bagi
umat-umat terdahulu. Dengan demikian umat ini dapat mengambil pengalaman dan
pelajaran dari kisah-kisah mereka, karena semakin kebelakang suatu generasi
semakin banyak pelajaran dan pengalaman yang bisa mereka ambil dari generasi
sebelumnya, inilah yang dimiliki umat Rasulullah SAW. Al-Qur’an & hadits telah
menyebutkan sebagian dari kisah-kisah umat terdahulu, disamping itu Allah memuji
mereka yang berbuat taat dan mencela mereka yang berbuat buruk dan kerusakan.
“Maka mengapa tidak ada di antara umat-umat sebelum kamu orang yang
mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi, kecuali sebagian
kecil di antara orang yang telah Kami selamatkan. Dan orang-orang yang zalim
hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan, dan mereka adalah orang-orang
yang berdosa.” (QS. Hud: 116).
Ayat ini patut untuk kita renungi bagaimana Allah SWT menggambarkan
umat-umat terdahulu yang hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengajak
kepada kebaikan dan mencegah keburukan dan kemaksiatan. Kemudian Allah SWT
14
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
menjelaskan bahwa merekalah orang yang diselamatkan, sedangkan selain mereka
sisanya adalah orang-orang zalim dan suka berbuat dosa dan merekalah yang
mayoritas, jika adzab Allah turun merekalah yang akan menjadi santapan adzab
tersebut naudzubillahi min dzalik.
“Dalam ayat ini Allah SWT mengatakan ‘tidakkah ada dari generasi-generasi
terdahulu sisa-sisa orang baik yang senantiasa mencegah orang-orang dari mereka
yang melakukan kejahatan dan kemungkaran di muka bumi kecuali sedikit,’ Artinya
ada kelompok kecil dari mereka yang masih baik dan mereka itu sedikit tidak banyak.
Merekalah yang Allah selamatkan ketika ia murka dan adzabnya datang tiba-tiba.
Oleh karena itu Allah SWT memerintahkan umat ini untuk melaksanakan amar
ma’ruf nahi mungkar, seperti dalam firmannya:
ِ َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أ ُ َّمةٌ َيدْعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُر
َوف َو َي ْن َه ْونَ َع ِن ْال ُم ْنك َِر َوأُولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).”
Ayat ini menyeru kita untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran dizaman dimana kerusakan dan kemungkaran merajalela, orang yang
bermaksiat dianggap lumrah dan orang yang berpegang kepada agama dianggap
asing, orang yang melaksanakan demikian akan mendapatkan keselamatan dunia dan
akhirat dari Allah SWT. Mereka adalah orang-orang asing di akhir zaman yang
dijanjikan keberuntungan oleh Rasulullah SAW.
“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing,
maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208).
15
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019
BAB III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Kami sadar betul bahwa kami masih di taraf pendidikan dan tentunya kita
semua tahu bahwa “ tiada gading yang tak retak “ itulah perumpamaan yang sesuai
dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kesalahan dan
kekhilafan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah berikutnya.
C. DAFTAR PUSTAKA
Alqur’an Cordova
Sayuti Pulungan, fiqh siyasah ajaran, sejarah dan pemikiran, Jakarta PT. Raja Grafindon
Persada, Cet.2 1995.
Mahfud MD, Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, Yogyakarta, Gama Media 1999
M. Amien Rais, Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta. Editor: Hamid Basyaib, Bandung;
Mizan Cet. 5 1994 hlm.36
16
Kiprah Muslim Dalam Negara-Akhlak-TEKNIK INDUSTRI-FST-UNISNU JEPARA-2019