Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROBLEM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN SAINS


DOSEN PENGAMPU : Prof. SUKARDJO

IDEALITA, REALITA, DAN SOLUSI PERMASALAHAN


KOMPETENSI PADA PEMBELAJARAN SAINS

DISUSUN OLEH:
TITIK NURPITA DEWI, S.P.

(NIM: 13708259011)

ISMARYATI, S.Pd.Si.

(NIM: 13708259016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional
dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas, menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama
dalam pembangunan bangsa dan karakter.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan
merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas
sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan
kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta
telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha
pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas, antara lain melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan
sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan
bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Peningkatan sumber daya manusia dalam pendidikan melalui proses
pembelajaran, dimana proses pembelajaran ini merupakan suatu sistem. Pada
proses pembelajaran sains mempunyai sistem, yang dimodelkan sebagai
berikut:

Masukan Instrumental
(kurikulum, guru, metode,
media, sarana)

Masukan

Peserta didik yang


berhasil

Proses Pembelajaran

(peserta didik)

(out put)
Lulusan
yang
berhasil (out come)
Gambar 1. Model Sistem
Pembelajaran
(sosial
dan alam)Sains (Sukardjo,2014)
Masukan Lingkungan

Dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yaitu:


masukan yang berupa peserta didik, instrumental dan lingkungan; proses
pembelajaran, peserta didik yang berhasil yang dapat menjadi lulusan yang
berhasil. Komponen ini saling menunjang dalam proses pembelajaran peserta
didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Kurikulum sangat memegang peranan

penting

dalam

proses

pembelajaran. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan


mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (UU nomor 20 tahun 2003). Di Indonesia dikenal ada
kurikulum tingkat pusat, kurikulum tingkat daerah, kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan kurikulum tingkat guru.
Komponen kurikulum tingkat guru meliputi kompetensi pembelajaran
sains, pendekatan, metode, media pembelajaran sains, materi pembelajaran
sains dan penilaian hasil belajar. Hubungan antar komponen kurikulum
tingkat guru dapat dimodelkan sebagai berikut:

Kompetensi
Pembelajaran Sains
Materi Pembelajaran
Sains

Pendekatan, Metode,
Media Pembelajaran
sains
Penilaian Hasil belajar

Gambar 2.

Hubungan antar Komponen Kompetensi, Pendekatan-Metode


Media, Materi dan Penilaian dalam Pembelajaran Sains
(Sukardjo,2014).

Oleh karena itu, makalah ini ingin mengupas lebih jauh mengenai
ideal, realita, dan alternatif pemecahan masalah tentang kompetensi
peserta didik dalam proses pembelajaran sains. Permasalahan yang
diungkap dalam makalah ini berdasarkan studi literatur, opini pemerhati
pendidik dan praktisi guru.
B. Pembatasan Masalah
Makalah ini hanya akan mengkaji kondisi ideal, problematika
pelaksanaan, dan solusi alternatif yang berkaitan dengan komponen
kompetensi peserta didik dalam proses pembelajaran sains pada kurikulum
tingkat guru.

C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini yakni sebagai
berikut.
1. Bagaimana kondisi ideal kompetensi peserta didik pada pembelajaran
sains berdasarkan harapan, cita-cita dan tujuan.
2. Bagaimana problematika kompetensi peserta didik pada pembelajaran
sains di lapangan (sekolah)?
3. Bagaimana solusi alternatif penyelesaian problem kompetensi peserta
didik pada pembelajaran sains?
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini
yaitu memberi gambaran mengenai:
1. kondisi ideal kompetensi peserta didik pada pembelajaran sains
berdasarkan harapan, cita-cita dan tujuan.
2. problematika kompetensi peserta didik pada pembelajaran sains di
lapangan (sekolah).

3. solusi alternatif penyelesaian problem kompetensi peserta didik pada


pembelajaran sains.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Ideal Kompetensi Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan dalam
Proses Pembelajaran Sains
Kompetensi menurut Hall dan Jones adalah pernyataan yang
menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kekampuan yang dapat diamati
dan diukur. Sedangkan Spencer dan Spencer mengatakan bahwa kompetensi
merupakan karakteristik mendasar seseorang yang berhubungan timbal balik
dengan suatu kriteria efektif dan atau kecakapan terbaik seseorang dalam
pekerjaan atau keadaan. Ini berarti bahwa kompetensi tersebut cukup
mendalam dan bertahan lama sebagai bagian dari kepribadian seseorang
sehingga dapat digunakan untuk memprediksi tingkah laku seseorang ketika
berhadapan dengan berbagai situasi atau masalah; kompetensi dapat
menyebabkan atau memprediksi perubahan laku. Richards menyebutkan
bahwa istilah kompetensi mengacu pada perilaku yang dapat diamati, yang
diperlukan untuk menuntaskan kegiatan sehari-hari dengan berhasil. Jika
dilihat dari sudut pandang ini, maka hasil pembelajaran seharusnya juga
dirumuskan sesuai dengan harapan pihak-pihak yang akan menggunakan
lulusan sekolah sehingga rumusannya berhubungan dengan tugas dan
pekerjaan yang kelak akan dikuasai peserta didik. Sementara Puskur,

Balitbang, Depdiknas memberikan rumusan bahwa kompetensi merupakan


pengetahuan, keterampilan dan nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak (Muslich, 2008:15-16)
Kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan,

keterampilan, dan

prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasi oleh peserta
didik

dalam pembelajaran (PP 74/2008). Peserta didik dalam Undang-

Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah


anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu, dengan tujuan meningkatkan kompetensi peserta didik.
Apabila dianalisis lebih lanjut, kompetensi ini terdiri atas beberapa
aspek. Bloom dkk (1956) menganalisis kompetensi ini menjadi tiga aspek,
yang masing-masing mempunyai tingkatan yang berbeda, yaitu kompetensi
kognitif, kompetensi afektif dan kompetensi psikomotorik. Sementara Hall
dan Jones membedakan kompetensi menjadi lima jenis yaitu kompetensi
kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman, dan perhatian; kompetensi
afektif, yang meliputi nilai, sikap, minat, dan apresiasi; kompetensi
penampilan yang meliputi demonstrasi keterampilan fisik dan psikomotorik;
kompetensi produk, yang meliputi keterampilan melakukan perubahan; dan
kompetensi eksploratif atau ekspresif, yang menyangkut pemberian
pengalaman yang mempunyai nilai kegunaan dalam prospek kehidupan.
(Muslich, 2008:16).
Kompetensi

peserta

didik

adalah

kemampuan

yang

harus

dimiliki/dicapai peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Kemampuan


tersebut adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seseorang yang
telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui,
tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin
dalam pola perilaku sehari-hari. Kompetensi peserta didik pada setiap tingkat
dan/atau semester terdiri atas Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD). Secara detil, klasifikasi kompetensi peserta didik sebagai mencakup


beberapa kompetensi sebagai berikut:
Kompetensi Lulusan, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan
pendidikan tertentu. Misalnya, kompetensi lulusan SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK. Dilihat dari tujuan kurikulum, kompetensi lulusan
termasuk tujuan institusional.
Kompetensi Inti, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak
didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang
pendidikan yang diikutinya. Misalnya, kompetensi yang harus dicapai oleh
mata pelajaran sains di SD, matematika di SD, dan lain sebagainya. Dilihat
dari tujuan kurikulum, kompetensi standar termasuk pada tujuan kurikuler.
Kompetensi Dasar, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai peserta
didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam
kelas pada jenjang pendidikan tertentu. Dilihat dari tujuan kurikulum,
kompetensi termasuk pada tujuan pembelajaran.
Ketiga macam kompetensi peserta didik tersebut, terkait erat satu sama lain.
Kompetensi Dasar harus senantiasa mengacu pada Kompetensi Inti, dan
Kompetensi Inti harus senantiasa mengacu pada Kompetensi Lulusan
(http://www.referensimakalah.com/2012)
Proses pembelajaran diperlukan untuk mengetahui pencapaian
kompetensi peserta didik selama proses pembelajaran. Kompetensi itu sendiri
merupakan tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002).
Definisi lain menyatakan kompetensi sebagai kemampuan yang dapat
dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku. Jadi, kompetensi merupakan integrasi domain kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang direfleksikan dalam perilaku. Berdasarkan paparan di atas,

maka peserta didik dikatakan telah mencapai kompetensi jika telah memenuhi
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai mata pelajaran yang
diikutinya.
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah hasil belajar yang berkenaan
dengan

kemampuan

pengetahuan

yang

pikir, kemampuan
berkaitan

dengan

memperoleh

pengetahuan,

pemerolehan

pengetahuan,

pengenalan, pemahaman,konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Secara


singkat, ranah kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan intelektual.
Bloom dalam Bundu (2006) mengklasifikasi ranah hasil belajar kognitif
atas enam tingkatan, mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan
(C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Berikut
keterangan masing-masing kategori Taksonomi Bloom yang telah direvisi.
Tabel 1. Dimensi Aspek Kognitif
Kategori

Nama Lain

Identifikasi

MENGINGATmengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.


1. Mengenali

Mengidentifikasi

Menempatkan

pengetahuan

dalam memori jangka panjang


yang sesuai dengan pengetahuan
tersebut.
2. Mengingat

Mengambil

Kembali

Mengambil pengetahuan yang


relevan

dari

memori

jangka

panjang.
MEMAHAMImengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa
yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
1. Menafsirkan

Merepresentasikan

Merepresentasikan suatu kasus

2. Mencontohkan

Memberi contoh

Menemukan contoh kasus

3. Mengklasifikasik

Mengelompokkan

Menentukan sesuatu dalam satu

an
4. Merangkum

kategori
Menggeneralisasi

Membuat poin pokok dari suatu

permasalahan
5. Menyimpulkan

Menyarikan

Membuat kesimpulan yang logis


dari informasi yang diterima

6. Membandingkan

Mencocokkan

Menentukan

hubungan

antara

dua ide
7. Menjelaskan

Membuat model

Membuat

model

sebab-akibat

dari suatu sistem


MENGAPLIKASIKANmenerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu.
1. Mengeksikusi

Melaksanakan

Menerapkan suatu prosedur pada


tugas yang familiar

2. Mengimplement

Menggunakan

asikan

Menerapkan suatu prosedur pada


tugas yang tidak familiar (contoh:
menggunakan

hukum

Newton

kedua padda konteks yang tepat)


MENGANALISISmemecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya
dan menentukan hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian
tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
1. Membedakan

Menyendirikan,

Membedakan

bagian

materi

Memilah,

pelajaran yang relevan dari yang

Memfokuskan,

tidak relevan.

Memilih
2. Mengorganisasi

Menemukan

Menentukan bagaimana elemen-

Memadukan,

elemen bekerja atau berfungsi

Membuat garis besar, dalam suatu struktur


Mendeskripsikan
peran,
3. Mengatribusikan

Mendekonstruksi

Menentukan

sudut

pandang,

nilai, atau maksud di balik materi


pelajaran
MENGEVALUASImengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar.

1. Memeriksa

Mengkoordinasi,

Menemukan

Mendeteksi,

suatu produk

kesalahan

dalam

kesalahan

antara

Memonitor, Menguji
2. Mengkritik

Menilai

Menemukan
suatu

produk

dan

kriteria

eksternal
MENCIPTAmemadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru
dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinil.
1. Merumuskan

Membuat hipotesis

Membuat hipotesis berdasarkan


kriteria

2. Merencanakan

Mendesain

Merencanakan prosedur untuk


menyelesaikan tugas

3. Memproduksi

Mengkonstruksi

Menciptakan suatu produk

2. Ranah Afektif
Ranah penilaian hasil belajar afektif adalah kemampuan yang
berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap/derajat penerimaan atau
penilaian suatu obyek. Menurut Bloom 1987 (Tim Pekerti, 2007) aspekaspek

domain

afektif

ada

6,

yaitu:

menerima/mengenal,

merespon/berpartisipasi, reaksi terhadap gagasan, menilai/menghargai,


mengorganisasi, dan mengamalkan.
a. Menerima/mengenal, yaitu bersedia menerima dan memperhatikan
berbagai stimulus yang mash bersikap pasif, sekedar mendengarkan
atau memperhatikan.
b. Merespons/berpartisipasi, yaitu keinginan berbuat sesuatu.
c. Reaksi terhadap gagasan, benda atau sistem nilailebih dari sekedar
mengenal.
d. Menilai/menghargai, yaitu keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu
gagasan,

benda,

atau

cara

berpikir

tertentu

mempunyai

nilai/harga/makna.
e. Mengorganisasai, yaitu menunjukkan keterkaitan antara nilai-nilai
tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana
mempunyai prioritas lebih tinggi dari pada nilai lain.

f. Karakterisasi/internalisasi/mengamalkan, yaitu mengintegrasikan nilai


ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan, serta
perilakunya selalu konsisten dengan filsafat hidupnya tersebut.
Berbeda dengan Bloom, Anderson (dalam Robert K. Gable; Tim
Pekerti, 2007), menyatakan bahwa aspek-aspek afektif meliputi:
attitude/sikap, self concept/self-esteem, interest, value/beliefs as to
whatshould be desired.
3. Ranah Psikomotorik
Menurut (TIM pekerti UNS, 2007), ranah ketrampilan motorik atau
psikomotor dapat diartikan sebagai serangkaian gerakan otot-otot yang
terpadu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas. Sejak lahir manusia
memperoleh keterampilan-keterampilan meliputi gerakan-gerakan otot
yang terpadu atau terkoordinasi mulai paling sederhana misalnya berjalan,
hingga hal lebih rumit; berlari, memanjat, dan sebagainya. Akan tetapi
psikomotorik yang diperlukan oleh seorang tenaga profesional adalah
seperti mengemudi mobil, berenang, mengambil darah dari pembuluh
vena, mengajar, harus dikembangkan secara sadar melalui proses
pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui dengan jelas peran penting
komponen kompetensi peserta didik dalam suatu proses pembelajaran.
Kompetensi peserta didik

dalam skenario pembelajaran terumuskan

dalam kompetensi inti, diukur dalam kompetensi dasar, ukurannya


terlihat dalam indikator pembelajaran, diaktualisasikan
pembelajaran

dalam

tujuan

dan peserta didik yang melaksanakan (Permendikbud

No 81A Tahun 2013). Kompetensi peserta didik mencakup kompetensi


sikap, baik kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Secara ideal,
seharusnya dalam pelaksanaan proses pembelajaran ketiga kompetensi
tersebut dapat terlaksana dengan seimbang. Hubungan ketiga komponen
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan.


Di dalam penyusunan perangkat pembelajaran ,

idealnya sudah

memuat ketiga komponen itu, baik dari pemilihan materi, pemilihan


pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Kompetensi
peserta didik yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan

ini

menuntut

keterampilan

proses

pada

pelaksanaan

pembelajaran sains. Seorang guru sains harus mampu merencanakan,


melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran sains dengan pemperhatikan
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan materi
implementasi kurikulum 2013, kompetensi sikap spiritual yang diharapkan
yaitu peserta didik dapat menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya. Kompetensi sikap sosial diharapkan peserta didik mempunyai
sikap menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan
dan kebersamaan. Kompetensi pengetahuan mengarahkan peserta didik
mempunyai pengetahuan (factual, koseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata. Pada kompetensi keterampilan
gambaran idealnya peserta didik dapat mencoba, mengolah dan menyajikan
dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar

dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
guru

atau

dosen

dalam

melaksanakan

tugas

profesionalnya.

Ada empat kompetensi guru yang harus dimiliki sebagai agen


pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
Dalam kompetensi profesional terdapat bahwa guru harus
menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu. Untuk kompetensi guru sains SMP antara lain (1)
Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori sains serta
penerapan secara fleksibel. (2) Memahami proses berpikir sains dalam
mempelajari proses dan gejala alam. (3) Menggunakan bahasa simbolik dalam
mendeskripsikan proses dan gejala alam. (4) Memahami hubungan antar
berbagai cabang sains, dan hubungan sains dengan matematika dan teknologi.
(6) Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum
alam sederhana. (7) Menerapkan konsep, hukum, dan teori sains untuk
menjelaskan berbagai fenomena alam. (8) Menjelaskan penerapkan hukumhukum sains dalam teknologi terutama yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. (9) Memahami lingkup dan kedalaman sains sekolah.
(10) Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan sains. (11)
Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan kerja/
belajar di laboratorium sains sekolah. (12) Menggunakan alat-alat ukur, alat
peraga, alat hitung dan piranti lunak komputer untuk meningkatkan
pembelajaran sains di kelas dan laboratorium. (13) Merancang eksperimen
sains untuk keperluan pembelajaran atau penelitian. (14) Melaksanakan
eksperimen sains dengan cara yang benar. (15) Memahami sejarah
perkembangan sains dan pikiran pikiran yang mendasari perkembangan
tersebut.

B. Realita Pelaksanaan Kompetensi Peserta didik dalam Pembelajaran


Sains.
Realita pelaksanaan kurikulum tingkat guru yang terkait dengan
kompetensi terangkum dalam dua kajian, yaitu kompetensi yang dimiliki
peserta didik dan kompetensi yang dimiliki pendidik/guru. Pada penyusunan
makalah ini, permasalahan pelaksanaan kompetensi peserta didik banyak
ditemukan pada sekolah-sekolah non unggulan.
1. Kompetensi yang dimiliki peserta didik
Realita di lapangan pada sekolah-sekolah non-unggulan adalah
sebagai berikut:
a. Pada proses pembelajaran sains peserta didik kurang menyadari
keberadaan ketiga kompetensi yang harus mereka kuasai yaitu:
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Adanya perubahan mindset dari peserta didik akan pentingnya
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi mereka dalam
pembelajaran sains.
c. Pola pembelajaran yang teacher centered harus diubah menjadi student
centered secepatnya, agar keterampilan proses dapat terlaksana untuk
mendapatkan pembelajaran yang bermakna.
d. Untuk melaksanakan ketiga kompetensi peserta didik harus
didukung sistem penilaian yang autentik.
e. Peningkatan kualitas dan kuantitas alat dan bahan di laboratorium.
f. Guru menciptakan kondisi pembelajaran yang meningkatkan
motivasi peserta didik, disamping usaha peningkatan motivasi dari
dalam diri peserta didik.
g. Peserta didik harus dapat memilih dan memilah lingkungan sosial
yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajarnya.
h. Pemerintah dapat meninjau ulang sistem evaluasi kelulusan peserta
didik yang lebih dapat mengevaluasi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
2. Kompetensi yang dimiliki pendidik/guru sains
Sebagai ujung tombak pendidikan, kompetensi pendidik (guru)
beserta kegiatan mendidik yang dilakukan sangat mempengaruhi
ketercapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajarnya. Oleh
karena itu,

pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam

pencapaian kompetensi peserta didik, dari mulai memahami teori


kompetensi

dalam

pembelajaran,

merencanakan

pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar.


Permasalahan yang dilakukan oleh guru di lapangan menunjukkan
data sebagai berikut :
a. Sebagian guru belum memahami 3 kompetensi peserta didik, yaitu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Sebagian guru belum merencanakan pembelajaran yang mengarahkan
untuk menguasai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
c. Sebagian guru belum mengembangkan perangkat pembelajaran berupa
RPP, LKS, modul, bahan ajar, dan instrumen penilaian yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
d. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh sebagian guru hanya berorientasi
pada aspek kognitif tingkat rendah (mengingat dan memahami).
e. Sebagian guru belum melakukan proses pembelajaran yang mencakup
kompetensi sikap dan keterampilan.
f. Sebagian guru belum menyusun perangkat pembelajaran yang
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
g. Persepsi sebagaian guru mengganggap kompetensi sikap tidak menjadi
wewenang guru sains.
h. Sebagian guru belum memanfaatkan laboratorium sebagai sarana
pembelajaran.
i. Sebagian guru tidak/belum mau merubah metode pembelajaran
konvensional (ceramah) karena dianggap merupakan metode yang
paling efektif karena begitu banyaknya beban materi pembelajaran
yang harus diselesaikan sedangkan waktu terbatas.
j. Sebagian guru tidak/belum mau mengadakan inovasi-inovasi dalam
pembelajaran

untuk

meningkatkan

efektivitas

dan

efisiensi

pembelajaran serta untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.


C. Alternatif Pemecahan Permasalahan Kompetensi Peserta Didik dalam
Pembelajaran Sains.
1. Kompetensi yang dimiliki peserta didik
Alternatif untuk menyelesaikan permasalahan kompetensi peserta
didik antara lain:

a.

Adanya perubahan mindset dari peserta didik akan pentingnya


kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan bagi mereka dalam

b.

pembelajaran sains.
Pola pembelajaran yang teacher centered harus diubah menjadi
student centered secepatnya, agar keterampilan proses dapat

c.

terlaksana untuk mendapatkan pembelajaran yang bermakna.


Untuk melaksanakan ketiga kompetensi peserta didik harus didukung

d.
e.

sistem penilaian yang autentik.


Peningkatan kualitas dan kuantitas alat dan bahan di laboratorium.
Guru menciptakan kondisi pembelajaran yang meningkatkan motivasi
peserta didik, disamping usaha peningkatan motivasi dari dalam diri

f.

peserta didik.
Peserta didik harus dapat memilih dan memilah lingkungan sosial

g.

yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajarnya.


Pemerintah dapat meninjau ulang sistem evaluasi kelulusan peserta
didik yang lebih dapat mengevaluasi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.

2. Kompetensi yang dimiliki pendidik/guru sains


Alternatif untuk pemecahan permasalahan kompetensi guru dapat
ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru harus merubah maindset-nya dalam pembelajaran.
b. Guru dapat mengikuti diklat atau pelatihan untuk meningkatkan
kompetensinya

dalam

mendidik.

Sehingga

pembelajaran

yang

dilakukan dapat terjadi dua arah.


c. Guru menyusun perangkat pembelajaran yang mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan dan keterampilan dan mengaplikasikannya dalam
proses pembelajaran.
d. Pelaksanaan pembelajaran dengan sistem student centered,dan
e. Guru mampu melakukan evaluasi pembelajaran dengan sistem
penilaian autentik.
f. Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang
mengarahkan untuk menguasai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

g. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS,


modul, bahan ajar, dan instrumen penilaian yang mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
h. Guru melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada aspek kognitif
tingkat tinggi.
i. Guru memanfaatkan laboratorium sebagai sarana pembelajaran.
j. Guru sebaiknya merubah metode pembelajaran yang mengacu pada
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
k. Guru mengadakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran
meningkatkan

efektivitas

dan

efisiensi

pembelajaran

untuk
serta

meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah di atas, maka dapat disimpulkan beberapa
hal sebagai berikut:

1. Kompetensi peserta didik dalap pembelajaran sains terdiri dari kompetensi


sikap (sikap spiritual dan sikap sosial), kompetensi pengetahuan, dan
kompetensi keterampilan. Kondisi ideal dari ketiga kompetensi peserta
didik tersebut seharusnya dapat dilaksanakan secara seimbang dalam proses
pembelajaran sains, baik sejak merencanakan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.
2. Problematika kompetensi peserta didik pada pembelajaran sains di
lapangan (sekolah) dapat ditemukan pada kompetensi peserta didik dan
kompetensi yang dimiliki pendidik/guru. Ada sebagian peserta didik dan
guru yang belum memahami tentang kompetensi peserta didik dalam
pembelajaran sains. Proses pembelajaran sains belum menggunakan
keterampilan proses, sehingga kompetensi sikap dan keterampilan peserta
didik masih relatif rendah.
3. Alternatif pemecahan permasalahan kompetensi peserta didik dalam
pembelajaran sains yaitu adanya perubahan mindset dari peserta didik dan
guru akan pentingnya kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dalam pembelajaran sains. Perubahan sistem belajar dari teacher centered
menjadi student centered. Guru diharapkan dapat menyusun perangkat
pembelajaran sains yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran.

B. Saran
Berdasarkan uraian makalah di atas, ada saran yang ingin disampaikan
kepada beberapa pihak:
1. peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran sistem student centered
dengan baik.
2. guru, terus belajar dan teguh untuk tetap melakukan proses pembelajaran
dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan demi
masa depan anak bangsa.

3. pemerintah daerah maupun pusat: mohon giat memberikan pelatihan dan


pembinaan terhadap guru serta memperhatikan dan dapat membantu
kelengkapan sarana dan prasarana untuk pembelajaran sains.

DAFTAR PUSTAKA

Bundu, P. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam


Pembelajaran Sains SD. Jakarta : Depdiknas.
. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asasmen:
Refisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem


Pendidikan Nasional.
. (2008). Peraturan Pemerintah RI Nomor 74, Tahun 2008, tentang
Guru.
. (2002). SK Mendiknas No 045/U/2002, Tahun 2002, tentang
Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
http://www.referensimakalah.com/2012/10/definisi-kompetensi-pesertadidik.html, tanggal 28-2-2014. pukul 21.21 WIB.

http://geneku.files.wordpress.com/2010/ tanggal 3 Maret 2014 pukul 12.05 WIB.


Kemendiknas. (2013). Permendiknas No 81A, Tahun 2013, tentang Implementasi
kurikulum 2013.
Muslich, M. (2008). Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukardjo. (2014). Buku Pegangan Kuliah, Mata Kuliah Problem Kurikulum dan
Pembelajaran Sains. Tidak dipublikasikan.
Tim Pekerti UNS. 2007. Panduan Penilaian Belajar. Surakarta : UNS.

Anda mungkin juga menyukai