Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat- Nya sehingga penulis
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan”Ini.
Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga , sahabat,
dan para pengikutnya yang setia mengikuti jalannya.
Kemudian penulis menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini tidaklepas dari
bimbingan dan dukungan banyak pihak. Mengingat hal itu kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rektor Universitas Mataram Prof. Ir. Bambang Hari kusumo, M.Agr., Ph.D.
2. Dosen pengampu mata kuliah Agama Islam Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
3. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, untuk itu penulis
meminta kritik dan saran agar penulisan makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..........................................................................................................................5
A. Latar Belakang......................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................................................7
A. Pengertian Modernisasi Islam...............................................................................................7
B. Mozaik Kasus dan Solusi dalam Perspektif Islam................................................................8
1. Bidang Iptek......................................................................................................................8
2. Bidang Politik...................................................................................................................8
3. Bidang Sosial....................................................................................................................9
4. Bidang Ekonomi...............................................................................................................9
5. Bidang Pendidikan............................................................................................................9
C. Kompatibilitas Islam dengan Dunia Modern......................................................................10
D. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Dunia Dan Akhirat.................................................12
a. Pandangan islam tentang kehidupan Dunia:...................................................................13
b. Pandangan islam terhadap kehidupan akhirat.................................................................14
E. Konsep Bahagia Dunia dan Akhirat Dalam Konteks Modern............................................14
a. Definisi Bahagia..............................................................................................................14
b. Makna Bahagia...............................................................................................................15
c. Bahagia Dalam Pandangan Barat....................................................................................15
d. Islam Memandang Bahagia.............................................................................................16
e. Cara Meraih Kebahagiaan Hidup Dalam Islam..............................................................17
f. Golongan Orang yang Dikatakan Bahagia di Akhirat....................................................19
F. Bagaimana Agama Dapat Membahagiakan Manusia.........................................................19
a. Definisi Agama...............................................................................................................19
b. Tujuan Agama.................................................................................................................19
c. Peran Agama Dalam Meraih Kebahagiaan.....................................................................20
BAB III.........................................................................................................................................22
KESIMPULAN............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedatangan agama Islam pada abad ke-7 Masehi ke dunia dianggap
olehsejarawan sebagai pembangun dunia baru dengan pemikiran baru, cita- cita
baru,kebudayaan serta peradaban baru. Pada modernisasi Islam ini banyak ilmu
yang berkembang, diantaranya adalah ilmu yang mempelajari alam seperti
kosmologi,kosmografi, geografi, geologi, botani, dan zoologi, termasuk ilmu hitung
sepertimatematika, astronomi, astrologi, dan fisika. Demikian juga berkembang
ilmuterapan dan juga ilmu yang mempelajari tentang posisi dan fungsi manusia dialam
semesta.
Perubahan- perubahan yang ditimbulkan oleh Islam, baik dalam bidang politik,
sosial, dan peradaban disebabkan karena Islam mengajarkan nilai- nilaiyang mendorong
manusia untuk menjalankan kehidupan yang benar, berpikirdan mengamalkan yang
benar, dan mengorganisasikan sesuatu yang benar.Sehingga terjadilah proses saling
mempengaruhi antar peradaban. Prosestersebut mengakibatkan munculnya banyak kasus
yang mengancamkompatibilitas Islam dalam dunia modern. Untuk itu, sebagai manusia
beradapdalam dunia modern ini harus bisa menjadikan Islam sebagai ujung tombakdalam
menjaga kompatibilitas Islam dari berbagai ancaman yang ada.
Selama beberapa tahun terakhir ini, banyak para pemikir islam dikonfrontasi
dengan pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang agamanya. Masyarakat dan media
masa banyak mempertanyakan ulang kompatybilitas islam dengan dunia modern.
Termasuk mempertanyakan ulang tentang kompatybilitas dengan demokrasi. Umat islam
dalam konteks ini menghadapi banyak tekanan dalam sejarahnya, antara lain munculnya
konflik diberbagai bidang, seperti bidang politik dan militer. Oleh karena itu, diera
modernisasi ini umat islam didunia ini harus mencari solusi dan mengatasi berbagai
ancaman tersebut.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modernisasi Islam
Modernisasi yang berarti rasionalisasi untuk memperoleh dayaguna dalam berfikir dan
bekerja yang maksimal, guna kebahagiaan umat manusia adalah perintah Tuhan yang
imperatif dan mendasar.
Modernisasi berarti berfikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnatullah (Hukum Ilahi)
yang haq (sebab,alam adalah haq). Sunnatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam
hukum alam, sehingga untuk dapat menjadi modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu
hukum yang berlaku dalam alam itu (perintah Tuhan). Pemahaman manusia terhadap hukum-
hukum alam, melahirkan ilmu pengeetahuan, sehingga modern berarti ilmiah. Dan ilmu
pengetahuan diperoleh manusia melalui akalnya (rasionya), sehingga modern berarti ilmiah,
berarti pula rasional.
Menjadi modern adalah juga berarti progresif dan dinamis. Jadi tidak dapat bertahan
kepada sesuatu yang telah ada (status quo), dan karena itu bersifat merombak dan melawan
tradisi-tradisi yang terang terang tidak benar,tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dalam
hukum alam, tidak rasional, tidak ilmiah.
Modernisasi yang bermakna pembaharuan dalam Bahasa Indonesia atau dalam bahasa
Arab al-tajdid, mempunyai pengertian “pikiran, gerakan untuk menyesuaikan paham-paham
keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.”
Dengan jalan itu pemimpin-pemimpin islam modern mengharap akan dapat melepaskan
umat islam dari suasana kemunduran kepada kemajuan.
Sumber Islam Alquran dan Hadist tidak dapat diperbarui. Namun, Alquran dan Hadist
telah diijtihadkan oleh para ulama menjadi kitab-kitab tauhid, tafsir, fikih, falsafah Islam, dan
lain-lain dan ini juga menjadi pedoman bagi umat Islam. Kalau Alquran dan Hadist tidak
boleh diubah atau diperbarui, tetapi ijtihad ulama tentang Alquran dan Hadist yang kemudian
menjadi pedoman-pedoman bidang tauhid, fikih, dan lain-lain, itu pada masa ulama-ulama
yang berijtihad mungkin masih sesuai dengan kebutuhan umat, tapi pada masa selanjutnya
mungkin perlu diperbarui. Dalam bidang inilah pembaharuan Islam berkecimpung.
Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam yang mempunyai nilai-nilai universal yang
menyangkut sesuai manusia. Islam yang berarti sikap pasrah, kepatuhan dan ketundukan
kepada Allah merupakan sikap umum yang dimiliki oleh setiap penganutnya. Islam sesuai
dengan jiwanya selali menerima perkembangan, karena Al Qura’an itu sendiri merupakan
wahyu Tuhan yang bersifat universal dan up-to-date memenuhi tuntutan perkembangan
zaman. Universalisme Islam tergambar pada prisip-prinsip nilai yang dapat diterapkan dalam
kehidupan modern.
Pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman”, tetapi yang lebih penting
mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”. Peradaban modern ditandai oleh dua ciri
utama, yaitu rasionalisasi (cara berfikir yang rasional) dan teknikalisasi (cara bertindak yang
teknikal).
Modernisasi sendiri merupakan akibat dari perubahan-perubahan tertentu dalam ciri khas
pemikiran keagamaan; dan banyak di antara alasan-alasan yang mendukung maupun
menentangnya terkait secara sadar atau tidak denganprinsip-prinsip pertama yang melandasi
struktur keimanan dan peribadatan umat islam.
1. Bidang Iptek
Paradigma IPTEK (sosialis) misalnya tentang NASAKOM. Nasakomisme adalah
suatu semangat atau paham yang tunggal yang di dalamnya terdapat perpaduan antara
unsur- unsur positif dalam nasionalisme, keagamaan, dan komunisme.
Era modern didefinisikan sebagai masyarakat digital. Setiap aktivitas manusia akan
digerakkan melalui seranngkaian teknologi digital. Relasi yang dibangun antar individu
adalah relasi pertukaran digital. Transaksi perdagangan , komunikasi, maupun transaksi
lain yang dilakukan dengan media digital mengkibatkan perubahan sistem sosial yang
menimbulkan dampak negatif. Dambak negative tersebut adalah kemerosotan moral,
kenakalan remaja, dan pola interaksi antar manusia yang berubah.
Dari dampak negative tersebut diperlukan solusi atas suatu masalah. Solusi tersebut
adalah peran keluarga yang harus menanamkan nilai moral kepada anak, menentukan
skala prioritas kebutuhan teknologi bagi keluarga, dan menumbuhkan kesadaran anak
tentang dampak negative yang ditimbulkan teknologi. Selain peran keluarga, peran
sekolah sebagai lembaga pendidikan juga diperlukan untuk mengatasi masalah Iptek pada
dunia modern ini, diantaranya adalah sosialisasi terhadap siswa tentang kemajuan
teknologi, mempertimbangkan pemakaian teknologi di sekolah, dan memberikan etika
pengajaran berteknologi. Adapun peran pemerintah yaitu membuat aturan tentang
penyalahgunaan teknologi. Dalam hal ini, masyarakat juga harus berperan dalam
menanggulangi dampak negative Iptek, yaitu dengan cara melakukan sosialisasi dan
pertemuan rutin sebagaisarana berinteraksi serta memanfaatkan teknologi untuk
memasarkan produk unggulan daerah dan memperkenalkan budaya setempat.
2. Bidang Politik
Dalam modernisasi Islam ini, terdapat kasus pada bidang politik. Salah satunya
adalah terdapat banyak ulama yang turut andil dalam suatu partai. Mereka turut serta
memberikan dukungan terhadap pembangunan struktur politik. Namun, para ulama
membela partai politiknya masing- masing sesuai basis keulamaan mereka. Hal tersebut
mengakibatkan perpecahan dan dampaknya membingungkan rakyat serta akan
memperlemah kekuatan Islam sendiri.
Dari kasus tersebut dapat diperoleh solusi bahwa Islam harus memegang prinsip
persatuan dan kesatuan dalam berdakwah ataupun dalam kegiatan berpolitik sehingga
tidak menimbulkan permasalahan. Para ulama juga harus menghindari politik adu domba
yang dapat menimbulkan pertikaian antar umat.
3. Bidang Sosial
Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat revolusioner (perubahan
cepat dari tradisi ke moderen). Selain itu modernisasi juga berwatak kompleks melalui
banyak cara dan disiplin ilmu), sistematik, menjadi gerakan global yang akan
mempengaruhi semua gerakan manusia, melalui proses yang bertahap untuk menuju suatu
homogenisasi (convergency) yang bersifat progresif.
Pada dunia modern saat ini banyak berbagai kasus di bidang sosial. Salah satunya
adalah banyak manusia yang terpengaruh oleh budaya negara asing yang menyimpang
dengan ajaran Islam dan norma-norma di dalammasyarakat. Misalnya cara berpakaian,
gaya hidup, pergaulan dan lain-lain. Solusi dari permasalahan tersebut adalah menyaring
berbagai pengaruh dari budaya asing dan mengambil nilai-nilai positif dari perubahan
sosial tersebut.
4. Bidang Ekonomi
Di era moderenisasi ini terdapat kasus di bidang ekonomi. Salah satunya adalah
adalah perbedaan prinsip dalam kegiatan ekonomi. Prinsip ekonomi konvensional berbeda
dengan prinsip ekonomi islam. Ekonomi konvensional berprinsip “berkorban sekecil-
kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.” Prinsip ekonomi
tersebut dipergunakan oleh pedagang dan pengusaha semata-mata untuk mencari
keuntungan. Dengan modal seadanya, pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi
kebutuhan sebesar-besarnya atau dengan alat sekecil-kecilnya, pedagang dan pengusaha
berusaha memenuhi kebutuhan secara maksimal. Dari perbedaan prinsip tersebut dapat di
cari solusinya. Dalam Islam, ekonomi ialah berkorban secara tidak kikir dan tidak boros
dalam rangka mendapatkan keuntungan yang layak. Dengan demikian, pengorbanan tidak
boleh sekecil-kecilnya ataupun tertentu saja, melainkan pengorbanan yang tepat harus
sesuai dengan keperluan yang sesungguhnya sehingga mutu produksi dapat terjamin.
Demikian pula keuntungan tidak perlu dikejar sebesar-besarnya dan tidak perlu melewati
batas. Jadi, keuntungan monopoli dilarang dalamIslam. Oleh karena itu, keuntungan harus
sewajarnya dan tidak merugikan orang lain.
5. Bidang Pendidikan
Adanya keterbelakangan dan ketertinggalan Dunia Muslim dalam sains dan
teknologi disebabkan lenyapnya cabang ilmu-ilmu aqliyah dari tradisi keilmuan dan
pendidikan Muslim. Ilmu aqliyah mengalami transmisike dunia Eropa untuk selanjutnya
mereka kembangkan sehingga mendorongterjadinya percerahan sehingga menghasilkan
renaisans dan revolusi industri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan
upaya yaitu menata kembali semua struktur yang dikenal sebagai pembaruan pemikiran
dan kelembagaan islam. Budaya literasi juga dapat dilakukan sebagai pembaharuan
pendidikan pada esensinya adalah pembaruan pemikiran dan prespektif intelektual.
Modern mengandung arti maju dan berkemajuan dalam segala aspek kehidupan:
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Modern adalah perubahan sikap dan
pandangan dari tradisional ke rasional, dari primordial ke logis dan nalar. Modernisasi
merupakan proses terjadinya pemoderenan untuk kemajuan dalam segala bidang kehidupan
melalui akselerasi pendidikan dan aktualisasi teknologi. Modernisasi telah mengubah wajah
dunia dari kusam menjadi bersinar, dari yang lamban menjadi serba cepat, dari yang
tradisional menjadi rasional, dari yang primordial menjadi nalar.
Bagi seorang Muslim, yang sepenuhnya meyakini kebenaran Islam sebagai way of life,
semua nilai dasar way of lifeIslam (dalam rangka beragama “Islam”), dengan sendirinya juga
menganut cara berpikir Islami. Demikianlah, dalam menetapkan penilaian tentang modernis,
juga berorientasi kepada nilai-nilai besar Islam. Singkatnya penulis berpendapat, begitu pula
orang-orang yang sebangsa dengan penulis, bahwa modernisasi adalah suatu keharusan,
malahan kewajiban yang mutlak. Modernisasi merupakan pelaksanaan perintah dan ajaran
Tuhan Yang Maha Esa. Dan modernisasi yang dimaksudkan di sini ialah menurut pengertian
di atas. Dasar sikap itu ialah sebagai berikut:
a. Allah menciptakan seluruh ala mini dengan haq (benar), bukan bathil (benar) (QS.
16:3, 38:27).
ِّ ض بِ ْٱل َح
َق ۚ تَ ٰ َعلَ ٰى َع َّما يُ ْش ِر ُكون َ ْت َوٱَأْلر
ِ ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
َ ََخل
“ Diamenciptakanlangit dan bumidenganhak. Maha Tinggi Allah daripadaapa yang
merekapersekutukan.”(QS. 16:3)
b. Dia mengaturnya dengan dengan peraturan Ilahi (Sunatullah) yang menguasai dan
pasti (QS. 7:54, 25:2).
ىٱل ُم ْل ِك َو َخلَقَ ُكلَّ َش ْى ٍءفَقَ َّد َر ۥهُتَ ْق ِديرًا
ْ ًِاولَ ْميَ ُكنلَّهۥُ َش ِري ٌكف
َ ض َولَ ْميَتَّ ِخ ْذ َولَد
ِ ْٱلَّ ِذىلَ ۥهُ ُم ْل ُكٱل َّس ٰ َم ٰ َوتِ َوٱَأْلر
“Yang kepunyaan-Nya-lahkerajaanlangit dan bumi, dan Diatidakmempunyaianak,
dan tidakadasekutubagi-Nya dalamkekuasaan(Nya), dan
diatelahmenciptakansegalasesuatu, dan Diamenetapkanukuran-
ukurannya denganserapi-rapinya” (QS. 25:2)
c. Sebagai buatan Tuhan Maha Pencipta, ala mini adalah baik, menyenangkan
(mendatangkan kebahagiaan duniawi) dan harmonis (QS 67:3)
ٍ ُص َر هَلْ ت ََر ٰى ِمن فُط
ور ٍ ق ٱلرَّحْ ٰ َم ِن ِمن تَ ٰفَ ُو
َ َت ۖ فَٱرْ ِج ِع ْٱلب ِ ت ِطبَاقًا ۖ َّما تَ َر ٰى فِى خَ ْل َ َٱلَّ ِذى خَ ل
ٍ ق َس ْب َع َس ٰ َم ٰ َو
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”(QS 67:3)
d. Manusia diperintah oleh Allah untuk mengamati dan menelaah hukum-hukum yang
ada dalam ciptaan-Nya (QS. 10:101).
۟ قُ ِل ٱنظُر
َت َوٱلنُّ ُذ ُر عَن قَوْ ٍم اَّل يُْؤ ِمنُون ِ ْت َوٱَأْلر
ُ َض ۚ َو َما تُ ْغنِى ٱلْ َءا ٰي ِ ُوا َما َذا فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman".(QS. 10:101)
e. Allah menciptakan seluruh alam raya untuk kepentingan manusia, ksejahteraan hidup
dan kebahagiaannya, sebagai rahmat dari-Nya. Akan tetapi, hanya golongan manusia
yang berpikir atau berasional yang akan mengerti dan kemudian memanfaatkan
karunia itu (QS. 45:13).
َض َج ِميعًا ِّم ْنهُ ۚ ِإنَّفِى ٰ َذلِ َك َل َءا ٰيَتٍلِّقَوْ ٍميَتَفَ َّكرُون
ِ َْو َس َّخ َرلَ ُكم َّمافِىٱل َّس ٰ َم ٰ َوتِ َو َمافِىٱَأْلر
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.(QS.
45:13).
f. Karena adanya perintah untuk mempergunakan akal-pikiran (rasio) itu, maka Allah
meralang segala sesuatu yang menghambat pemikiran, yaitu terutama berupa
pewarisan membuta terhadap tradisi-tradisi lama, yang merupakan cara berpikir dan
tata kerja generasi sebelumnya (QS. 2:170, 43:22-25).
۟ ُُوا مٓا َأن َز َل ٱهَّلل ُ قَال
َوا بَلْ نَتَّبِ ُع َمٓا َأ ْلفَ ْينَا َعلَ ْي ِه َءابَٓا َءنَٓا ۗ َأ َولَوْ َكانَ َءابَٓاُؤ هُ ْم اَل يَ ْعقِلُونَ َش ْيـًٔا َواَل يَ ْهتَ ُدون ۟
َ َوِإ َذا قِي َل لَهُ ُم ٱتَّبِع
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?"(QS. 2:170).
Islam merupakan agama yang berwawasan ke masa depan, fleksibel dengan
perubahan jaman, sistematis. Sehingga pada dunia modern Islam dapat beradaptasi dengan
segala perubahan di berbagai bidang dalam kehidupan dan tetap berpedoman pada ajaran-
ajaran Islam. Sehingga kompatibilitas Islam dengan dunia modern tidak dapat diragukan
lagi. Ajaran Islam memiliki beberapa karakteristik yang dapat dijadikan pedoman di dunia
modern. Adapun beberapa karakteristik dalam ajaran islam, yaitu:
1. Rasional
Ajaran Islam adalah ajaran yang sesuai dengan akal dan nalar manusia. Dalam
ajaran Islam nalar mendapat tempat yang tinggi sehingga salah satu cara untuk
mengetahui sahih atau tidaknya sebuah hadis dari sisi matan dan sanad adalah sesuai
dengan akal. Hadis yang sahih pasti rasional. Sebaliknya, hadis yang tidak rasional itu
menjadi indikator bahwa hadis itu tidak sahih. Betapa banyak ayat-ayat Al-Quran yang
menyuruh kepada kita untuk menggunakan akal dalam sikap beragama. Demikian pula,
hadis nabi menyuruh umat Islam menggunakan akal.
2. Sesuai dengan Fitrah Manusia
Tidak ada satu pun ajaran Islam yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Orang
beragama (ber-Islam) berarti ia hidup sesuai dengan fitrah. Sebaliknya, orang yang
tidak beragama berarti menjalani hidup tidak sesuai dengan fitrah. Orang yang
menjalani hidup tidak sesuai dengan fitrah, maka ia hidup dalam ketakutan,
kegalauan, ketidakpastian, dan kebimbangan. Akhirnya, dalam menjalani hidup tidak
ada
5. Bertahap
Ajaran Islam diturunkan Allah kepada Rasulullah secara bertahap. Demikian juga, proses
pembumiannya di tengah masyarakat pada saat itu juga bertahap.
D. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Dunia Dan Akhirat
Islam adalah agama Allah yang di wahyukan kepada para Rasul, sebagai
hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin
kesejahteraan hidup material dan spiritual, duniawi dan ukharawi. Agama islam,
yakni agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman,
ialah ajaran yang di turunkan Allah yang tercantum dalam al-qur’an dan sunnah
nabi yang shahih (maqbul) berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan
petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ajaran
islam bersifat menyeluruh yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah- pisahkan
meliputi bidang-bidang aqidah, ahklak, ibadah, dan mu’amalah duniawiyah.
Dengan beragama islam maka setiap muslim memiliki dasar atau landasan
hidup Tauhid kepada Allah, fungsi atau peran dalam keidupan berupa ibadah, dan
menjalankan kekhalifahan, dan bertujuan untuk meraih ridho serta karunia Allah
SWT. Islam yang mulia dan utama itu akan menjadi kenyataan dalam kehidupan
di dunia apabila bena-benar diimani, dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh
seluruh pemeluknya (orang islam, umat islam) secara total atau kaffah dan penuh
ketundukan atau penyerahan diri.
Dalam perspektif islam, dunia bukanlah tujuan akhir dari perjalanan hidup
manusia. Karena itulah dunia ini tidaklah kekal, karena akan selalu ada kematian
sebagai akhir dari kehidupan di dunia ini. Akan tetapi, dunia adalah lading untuk
kehidupan yang abadi dan kekal, yaitu di akhirat kelak.
a. Pandangan islam tentang kehidupan Dunia:
1. Kehidupan Masyarakat
2. Kehidupan Berorganisasi
Kebahagiaan adalah impian dimana semua orang ingin memilikinya. Tidak ada
seorangpun yang ingin menderita hidupnya, namun tidak semua orang tahu akan kriteria
bahagia secara kaffah. Dalam pandangan islam,seseorang yang bahagia adalah mukmin
sholeh yang selalu taat akan menunaikan hak-hak tuhannya dan memenuhi hak-hak akan
makhluk lainnya dengan berpedoman kepada syariat, baik lahir maupun batin.
Kebahagiaan bukanlah barang komersil yang dapat dihitung dengan pasti. Kadar
kebahagiaan pun berbeda nilai antarmanusia. Seorang manusia tidak akan pernah bisa
merasakan kebahagiaan apabila dalam dirinya selalu penuh akan keinginan. Ia lupa
bersyukur dengan apa ang dimilikinya. Orang seperti ini masuk ke dalam kategori kufur
nikmat. Ia tidak akan pernah puas akan nikmat yang didapatknnya karena Allah SWT
telah mencabut rahmat dirinya.
b. Makna Bahagia
Bahagia sudah menjadi pembahasan yang klasik, namun masih tetap relevan
dengan zaman modern saat ini. Sebab pembahasannya tidak akan pernah habis seiring
dengan perekembangan teknologi dan sains yang menjadi pemicunya. Ternyata,
kebahagiaan sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Ghazali menjadi kenyataan.
Menurutnya, kebahagiaan adalah sesuatu hal yang hendak dicari semua orang, kaya atau
pun miskin pasti akan selalu mencarinya. Beliau membagi kebahagiaan menjadi dua
klasifikasi; kebahagiaan dunawi dan ukhrawi. Kebahagiaan duniawi bersifat sementara
layaknya manusia yang hidup pada bumi. Sedangkan kebahagiaan ukhrawi bersifat abadi.
Namun beliau menambahkan bahwa, kebahagiaan duniawi bisa menjadi jembatan
penghubung untuk mencapai kebahagiaan yang abadi, jika ia ikhlas dan tulus
melaksanakannya. Seperti membantu orang lain, beribadah kepada tuhan dan masih
banyak cara yang bisa menghantarkannya. Dalam kebahagiaan ukhrawi ada du acara
guna mencapainya yaitu ta’aruf dan mahabbah. Ta’aruf artinya mengenali dan mahabbah
adalah cinta. Untuk mencapai kebahagiaan abadi, hendaklah ia mengenali dahulu cara-
cara yang menghantarkannya kepada kebahagiaan tersebut serta pantangan-
pantangannya. Sebab jika ia tidak mengetahui akan hal ini, bagaimana bisa ia akan
sampai pada tujuannya yaitu mahabbah. Kebahagiaan akan melekat pada diri seseorang
jika mahabbah telah ia raih.
Jatuh bangunnya suatu usaha yang dilakukan manusia, tidak lain merupakan
harapan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan yang didambakan. Sebab kebahagian itu
tidak datang dengan sendirinya. Ia peru diikhtiarkan, diupayakan dan disegerakan dalam
mendapatkan hal tersebut. Tidak jarang banyak yang terjatuh dalam mencarinya.
Sehingga atas keterpurukan yang ia alami membuatnya putus asa untuk bangkit kembali.
Dan yang lebih membuat kebahagiaan itu bervariasi adalah definisi dari setiap orang
dalam mengartikan kebahagiaan bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa
kesuksesan dalam berkarir merupakan hal yang membahagiakan bagi dirinya, ada yang
berkeyakinan kesuksesan berawal dari kegemilangannya dalam ranah akademisi, selain
itu ada yang mendefinisikan kebahagiaan akan tercapai bila memiliki harta yang
melimpah, rumah tangga yang harmonis bahkan jika sekalipun ia menjalani kehidupan
tanpa ada permasalahan yang menimpa dirinya.
c. Bahagia Dalam Pandangan Barat
Kebahagiaan dalam pandangan Barat sangatlah sarat dengan makna yang
terkandung didalamnya. Hal itu tercerminkan dari cendikiwan yang lahir darinya, salah
satunya adalah Sigmund Freud. Ia merupakan seorang ateis, oleh sebab itu ia mengatakan
bahwa agama adalah suatu ilusi atau gejala neurosis. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa
tuhan tidak memilki andil pada makhluk hidup yang ada. Sebab moralitas baginya tidak
memiliki kaitan dengan tuhan. Karena tuhan adalah suatu kekuatan yang lebih tinggi dan
itu digunakan manusia untuk mendapatkan rasa keamanan.
Salah satu cara guna mencapai dalam kebahagiaan dalam konsep dan pandangan
barat adalah hedonisme. Hedonisme merupakan sebuah ideologi yang menyatakan bahwa
kebahagiaan hanya didapatkan dengan mencari kesenangan pribadi sebanyak-banyaknya
dan menghindari perasaaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme mengajarkan bahwa
kenikmatan atau kesenangan merupakan tujuan hidup. Jika dilihat lagi, pemahaman
tersebut sangatlah bermasalah jika diterapkan pada kehidupan seseorang khususnya
seorang muslim. Dalam pandangan Islam, kesenangan pribadi memang dibutuhkan.
Namun ada hal yang terlupakan dari ideologi tersebut berupa cara yang ditempuh untuk
mendapatkannya, merugikan bagi dirinya dan orang lain atau tidak serta selaras dengan
ajaran di dalam Islam atau tidak dan masih banyak lagi. Seperti dikatakan sebelumnya,
mengenai definisi dan arti dari kebahagiaan tersebut setiap individu memiliki standard
dan arti tersendiri. Ada yang bahagia ketika memiliki keluarga yang sakinah, mawadah
wa rahma, ada yang bahagia ketika apa yang ia perbuat dapat bermanfaat bagi orang lain,
ada yang ketika bersedekah memiliki rasa bahagia karena telah membantu orang lain
yang sedang membutuhkan serta contoh yang lainnya. Dari hal tersebut, kebahagiaan
dapat dilihat dengan berbagai kacamata seseorang.
Jika melihat konsep bahagia dalam sudut pandang Islam, maka kita tidak lupa
untuk melihat bagaimana para ulama mendefinisikan makna dari kebahagiaan itu sendiri.
Menurut Ibnu Miskawaih bahagia yang dialami dan dirasakan seseorang dibagi menjadi
dua kelompok. Yang pertama adalah kebahagiaan yang bersifat materi (duniawi) dan
kebahagiaan yang melekat di jiwa (metafisik). Kebahagiaan materi adalah kebahagiaan
yang bersifat semu. Sebab ia selalu dilekatkan oleh hal-hal duniawi saja. Seperti
kecintaan terhadap harta, keduduakan sosial, cinta kepada suatu makhluk ciptaannya
entah pria maupun wanita dan masih banyak yang lainnya. Jika ditelusuri lebih dalam
lagi, hal tersebut memanglah bersifat semu atau sementara. Lantaran jika seseorang telah
wafat, hal tersebut bukanlah miliknya lagi. Melainkan sudah diambil kembali oleh sang
pemiliknya yang hakiki, yaitu Allah SWT. Sedangkan kebahagiaan yang terletak pada
jiwa itu lawan dari hal tersebut, yaitu abadi. Kebahagiaan yang terletak pada jiwa
seseorang akan mengakibatkan kebahagiaan yang akan terpancar pada dirinya baik lahir
maupun batin. Ia akan mudah bermuamalah pada manusia maupun kepada sang pencipta.
Sebab kebahagiaan ini tidak hanya terpikat atas kecintaanya pada seseuatu yang bersifat
duniawi, melainkan akan juga memikirkan kebahagiaan untuk di akhirat kelak yang mana
kehidupan disana akan lebih abadi.
2. Berdoa
Jika kita menginginkan sesuatu, berdoa adalah cara terbaik. Ketika anda
ingin merasa bahagia, terbebas dari kesulitan dan mengalami kepuasan dalam
hidup anda, jangan berpaling dari Allah. Sebab, semua yang anda dapatkan itu
berkat Allah, baik sesuatu kecil maupun besar, Allah yang dapat
mewujudkannya.Berdoalah dengan tulus, terutama pada waktu-waktu penerimaan
doa seperti sepertiga terakhir malam dan antara Ashar dan Maghrib pada hari
Jumat.
3. Berbuat kebaikan
4. Cari pengampunan
Terkadang, kesedihan kita berasal dari pikiran masa lalu. Kita semua
melakukan hal-hal yang tidak kita banggakan dan terkadang hal ini dapat
menghantui kita. Pertama, kita harus berusaha untuk tidak mengingat kejadian itu
lagi. Sebaliknya, kita harus menghabiskan waktu kita dengan berdoa dan meminta
pengampunan dari Allah. Pengampunan dari Allah adalah cara untuk
memperbaiki dosa dan kesalahan masa lalu, bukan menyiksa diri sendiri yang
dilakukan sejak awal.
Apa pun situasi yang anda alami saat ini, ingatlah itu selalu bisa lebih
buruk. Banyak sekali berita yang menunjukkan orang-orang dalam kesulitan.
Meskipun kesulitan kita mungkin sangat memengaruhi kita, dengan melihat orang
lain dan menghargai kita tidak berada dalam situasi itu, kita dapat menemukan
kedamaian dalam hidup yang kita miliki.
Allah telah menempatkan kita di bumi ini untuk jangka waktu tertentu
yang pada akhirnya akan musnah. Sama halnya dengan kesulitan. Dengan
menerima hidup kita bisa jadi lebih buruk, kita harus berbahagia dengan apa yang
kita miliki dan mensyukuri apa yang memang kita miliki, bukan apa yang tidak
kita miliki.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan manusia dengan
lingkungannya. Agama (Ad-din) diartikan secara bahasa sebagai agama. Adapun arti
sesungguhnya adalah menyembah, menundukkan diri atau memuja.
b. Tujuan Agama
Agama adalah sebagai tatanan Tuhan yang dapat membimbing manusia yang
berakal untuk berusaha mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Selain itu,
agama juga mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar mendapatkan
kebahagiaan untuk dirinya maupun masyarakat yang ada disekitarnya.
Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati atau ketenangan jiwa yang
merupakan suatu anugrah dari Allah SWT yang sangat berharga. Setiap orang pasti
menginginkannya, namun hanya sedikit sekali orang yang mendapatkannya.
Artinya Agama merupakan unsur penting dalam meraih kebahagiaan yang hakiki
atau kebahagiaan yang sesungguhnya. Agama yang kuat, maka di dalam diri manusia
tertanam sifat-sifat seperti malu (menjaga kehormatan dan kemuliaan), amanat (bisa
dipercaya), shiddiq (benar). Dengan demikian, agama, iman, Islam dan i’tiqad yang kuat,
sudah dapat mencapai bahagia batin dan hubungan yang baik dengan Allah.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA