Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ISLAM KEDUNIAAN DAN KEAKHIRATAN DALAM KONTEKS KEMODERENAN

Dosen Pengampu:

Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Novia Zantika Safitri (A1C022264)


2. Novaliza Indah Safitri (A1C022263)
3. Shofia Emylia (A1C022281)
4. Taffana Wanda Salsabila (A1C022287)
5. Valina Inka Sawitri Hartati (A1C022291)
6. Wulan Safitri (A1C022293)
7. Wiwin Haerani (A1C022292)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MATARAM

2022
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat- Nya sehingga penulis
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan”Ini.
Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga , sahabat,
dan para pengikutnya yang setia mengikuti jalannya.
Kemudian penulis menyadari bahwa penyusunan tugas makalah ini tidaklepas dari
bimbingan dan dukungan banyak pihak. Mengingat hal itu kami mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rektor Universitas Mataram Prof. Ir. Bambang Hari kusumo, M.Agr., Ph.D.
2. Dosen pengampu mata kuliah Agama Islam Dr. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
3. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan, untuk itu penulis
meminta kritik dan saran agar penulisan makalah ini dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk pembaca.

Mataram, 16 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..........................................................................................................................5
A. Latar Belakang......................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah....................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................................................7
A. Pengertian Modernisasi Islam...............................................................................................7
B. Mozaik Kasus dan Solusi dalam Perspektif Islam................................................................8
1. Bidang Iptek......................................................................................................................8
2. Bidang Politik...................................................................................................................8
3. Bidang Sosial....................................................................................................................9
4. Bidang Ekonomi...............................................................................................................9
5. Bidang Pendidikan............................................................................................................9
C. Kompatibilitas Islam dengan Dunia Modern......................................................................10
D. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Dunia Dan Akhirat.................................................12
a. Pandangan islam tentang kehidupan Dunia:...................................................................13
b. Pandangan islam terhadap kehidupan akhirat.................................................................14
E. Konsep Bahagia Dunia dan Akhirat Dalam Konteks Modern............................................14
a. Definisi Bahagia..............................................................................................................14
b. Makna Bahagia...............................................................................................................15
c. Bahagia Dalam Pandangan Barat....................................................................................15
d. Islam Memandang Bahagia.............................................................................................16
e. Cara Meraih Kebahagiaan Hidup Dalam Islam..............................................................17
f. Golongan Orang yang Dikatakan Bahagia di Akhirat....................................................19
F. Bagaimana Agama Dapat Membahagiakan Manusia.........................................................19
a. Definisi Agama...............................................................................................................19
b. Tujuan Agama.................................................................................................................19
c. Peran Agama Dalam Meraih Kebahagiaan.....................................................................20
BAB III.........................................................................................................................................22
KESIMPULAN............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedatangan agama Islam pada abad ke-7 Masehi ke dunia dianggap
olehsejarawan sebagai pembangun dunia baru dengan pemikiran baru, cita- cita
baru,kebudayaan serta peradaban baru. Pada modernisasi Islam ini banyak ilmu
yang berkembang, diantaranya adalah ilmu yang mempelajari alam seperti
kosmologi,kosmografi, geografi, geologi, botani, dan zoologi, termasuk ilmu hitung
sepertimatematika, astronomi, astrologi, dan fisika. Demikian juga berkembang
ilmuterapan dan juga ilmu yang mempelajari tentang posisi dan fungsi manusia dialam
semesta.
Perubahan- perubahan yang ditimbulkan oleh Islam, baik dalam bidang politik,
sosial, dan peradaban disebabkan karena Islam mengajarkan nilai- nilaiyang mendorong
manusia untuk menjalankan kehidupan yang benar, berpikirdan mengamalkan yang
benar, dan mengorganisasikan sesuatu yang benar.Sehingga terjadilah proses saling
mempengaruhi antar peradaban. Prosestersebut mengakibatkan munculnya banyak kasus
yang mengancamkompatibilitas Islam dalam dunia modern. Untuk itu, sebagai manusia
beradapdalam dunia modern ini harus bisa menjadikan Islam sebagai ujung tombakdalam
menjaga kompatibilitas Islam dari berbagai ancaman yang ada.
Selama beberapa tahun terakhir ini, banyak para pemikir islam dikonfrontasi
dengan pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang agamanya. Masyarakat dan media
masa banyak mempertanyakan ulang kompatybilitas islam dengan dunia modern.
Termasuk mempertanyakan ulang tentang kompatybilitas dengan demokrasi. Umat islam
dalam konteks ini menghadapi banyak tekanan dalam sejarahnya, antara lain munculnya
konflik diberbagai bidang, seperti bidang politik dan militer. Oleh karena itu, diera
modernisasi ini umat islam didunia ini harus mencari solusi dan mengatasi berbagai
ancaman tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud moderenisasi Islam?


2. Bagaimana solusi dari mozaik kasus terkait bidang Iptek, politik, sosial,ekonomi, dan
pendidikan dalam perspektif islam?
3. Bagaimana kompatibilitas islam dengan dunia modern?
4. Bagaimana pandangan islam tentang kehidupan dunia dan akhirat ?
5. Bagaimana memahami dan menerapkan konsep kebahagian dunia dan akhirat dalam konteks
kehidupan modern?
6. Apakah agama dapat membahagiakan manusia?
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian moderenisasi Islam.


2. Untuk mengetahui solusi dari mozaik kasus terkait bidang Iptek, politik,sosial,
ekonomi, dan pendidikan dalam perspektif islam.
3. Untuk mengetahui kompatibilitas islam dengan dunia modern.
4. Untuk mengetahui pandangan islam tentang kehidupan dunia dan akhirat
5. Untuk mengetahui memahami dan menerapkan konsep kebahagian dunia dan akhirat
dalam konteks kehidupan modern.
6. Untuk mengetahui agama dapat membahagiakan manusia
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Modernisasi Islam

Modernisasi adalah rasionalisasi menurut Nurcholish Madjid dalam artikel panjangnya


yang berjudul “Modernisasi ialah Rasionalisasi, bukanWesternisasi”.

Modernisasi yang berarti rasionalisasi untuk memperoleh dayaguna dalam berfikir dan
bekerja yang maksimal, guna kebahagiaan umat manusia adalah perintah Tuhan yang
imperatif dan mendasar.

Modernisasi berarti berfikir dan bekerja menurut fitrah atau sunnatullah (Hukum Ilahi)
yang haq (sebab,alam adalah haq). Sunnatullah telah mengejawantahkan dirinya dalam
hukum alam, sehingga untuk dapat menjadi modern, manusia harus mengerti terlebih dahulu
hukum yang berlaku dalam alam itu (perintah Tuhan). Pemahaman manusia terhadap hukum-
hukum alam, melahirkan ilmu pengeetahuan, sehingga modern berarti ilmiah. Dan ilmu
pengetahuan diperoleh manusia melalui akalnya (rasionya), sehingga modern berarti ilmiah,
berarti pula rasional.

Menjadi modern adalah juga berarti progresif dan dinamis. Jadi tidak dapat bertahan
kepada sesuatu yang telah ada (status quo), dan karena itu bersifat merombak dan melawan
tradisi-tradisi yang terang terang tidak benar,tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dalam
hukum alam, tidak rasional, tidak ilmiah.

Modernisasi yang bermakna pembaharuan dalam Bahasa Indonesia atau dalam bahasa
Arab al-tajdid, mempunyai pengertian “pikiran, gerakan untuk menyesuaikan paham-paham
keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.”

Dengan jalan itu pemimpin-pemimpin islam modern mengharap akan dapat melepaskan
umat islam dari suasana kemunduran kepada kemajuan.

Sumber Islam Alquran dan Hadist tidak dapat diperbarui. Namun, Alquran dan Hadist
telah diijtihadkan oleh para ulama menjadi kitab-kitab tauhid, tafsir, fikih, falsafah Islam, dan
lain-lain dan ini juga menjadi pedoman bagi umat Islam. Kalau Alquran dan Hadist tidak
boleh diubah atau diperbarui, tetapi ijtihad ulama tentang Alquran dan Hadist yang kemudian
menjadi pedoman-pedoman bidang tauhid, fikih, dan lain-lain, itu pada masa ulama-ulama
yang berijtihad mungkin masih sesuai dengan kebutuhan umat, tapi pada masa selanjutnya
mungkin perlu diperbarui. Dalam bidang inilah pembaharuan Islam berkecimpung.

Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam yang mempunyai nilai-nilai universal yang
menyangkut sesuai manusia. Islam yang berarti sikap pasrah, kepatuhan dan ketundukan
kepada Allah merupakan sikap umum yang dimiliki oleh setiap penganutnya. Islam sesuai
dengan jiwanya selali menerima perkembangan, karena Al Qura’an itu sendiri merupakan
wahyu Tuhan yang bersifat universal dan up-to-date memenuhi tuntutan perkembangan
zaman. Universalisme Islam tergambar pada prisip-prinsip nilai yang dapat diterapkan dalam
kehidupan modern.

Pengertian modern mengacu bukan hanya kepada “zaman”, tetapi yang lebih penting
mengacu kepada “cara berfikir dan bertindak”. Peradaban modern ditandai oleh dua ciri
utama, yaitu rasionalisasi (cara berfikir yang rasional) dan teknikalisasi (cara bertindak yang
teknikal).

Modernisasi sendiri merupakan akibat dari perubahan-perubahan tertentu dalam ciri khas
pemikiran keagamaan; dan banyak di antara alasan-alasan yang mendukung maupun
menentangnya terkait secara sadar atau tidak denganprinsip-prinsip pertama yang melandasi
struktur keimanan dan peribadatan umat islam.

B. Mozaik Kasus dan Solusi dalam Perspektif Islam

1. Bidang Iptek
Paradigma IPTEK (sosialis) misalnya tentang NASAKOM. Nasakomisme adalah
suatu semangat atau paham yang tunggal yang di dalamnya terdapat perpaduan antara
unsur- unsur positif dalam nasionalisme, keagamaan, dan komunisme.

Era modern didefinisikan sebagai masyarakat digital. Setiap aktivitas manusia akan
digerakkan melalui seranngkaian teknologi digital. Relasi yang dibangun antar individu
adalah relasi pertukaran digital. Transaksi perdagangan , komunikasi, maupun transaksi
lain yang dilakukan dengan media digital mengkibatkan perubahan sistem sosial yang
menimbulkan dampak negatif. Dambak negative tersebut adalah kemerosotan moral,
kenakalan remaja, dan pola interaksi antar manusia yang berubah.

Dari dampak negative tersebut diperlukan solusi atas suatu masalah. Solusi tersebut
adalah peran keluarga yang harus menanamkan nilai moral kepada anak, menentukan
skala prioritas kebutuhan teknologi bagi keluarga, dan menumbuhkan kesadaran anak
tentang dampak negative yang ditimbulkan teknologi. Selain peran keluarga, peran
sekolah sebagai lembaga pendidikan juga diperlukan untuk mengatasi masalah Iptek pada
dunia modern ini, diantaranya adalah sosialisasi terhadap siswa tentang kemajuan
teknologi, mempertimbangkan pemakaian teknologi di sekolah, dan memberikan etika
pengajaran berteknologi. Adapun peran pemerintah yaitu membuat aturan tentang
penyalahgunaan teknologi. Dalam hal ini, masyarakat juga harus berperan dalam
menanggulangi dampak negative Iptek, yaitu dengan cara melakukan sosialisasi dan
pertemuan rutin sebagaisarana berinteraksi serta memanfaatkan teknologi untuk
memasarkan produk unggulan daerah dan memperkenalkan budaya setempat.

2. Bidang Politik
Dalam modernisasi Islam ini, terdapat kasus pada bidang politik. Salah satunya
adalah terdapat banyak ulama yang turut andil dalam suatu partai. Mereka turut serta
memberikan dukungan terhadap pembangunan struktur politik. Namun, para ulama
membela partai politiknya masing- masing sesuai basis keulamaan mereka. Hal tersebut
mengakibatkan perpecahan dan dampaknya membingungkan rakyat serta akan
memperlemah kekuatan Islam sendiri.

Dari kasus tersebut dapat diperoleh solusi bahwa Islam harus memegang prinsip
persatuan dan kesatuan dalam berdakwah ataupun dalam kegiatan berpolitik sehingga
tidak menimbulkan permasalahan. Para ulama juga harus menghindari politik adu domba
yang dapat menimbulkan pertikaian antar umat.

3. Bidang Sosial
Modernisasi sebagai gerakan sosial sesungguhnya bersifat revolusioner (perubahan
cepat dari tradisi ke moderen). Selain itu modernisasi juga berwatak kompleks melalui
banyak cara dan disiplin ilmu), sistematik, menjadi gerakan global yang akan
mempengaruhi semua gerakan manusia, melalui proses yang bertahap untuk menuju suatu
homogenisasi (convergency) yang bersifat progresif.

Pada dunia modern saat ini banyak berbagai kasus di bidang sosial. Salah satunya
adalah banyak manusia yang terpengaruh oleh budaya negara asing yang menyimpang
dengan ajaran Islam dan norma-norma di dalammasyarakat. Misalnya cara berpakaian,
gaya hidup, pergaulan dan lain-lain. Solusi dari permasalahan tersebut adalah menyaring
berbagai pengaruh dari budaya asing dan mengambil nilai-nilai positif dari perubahan
sosial tersebut.

4. Bidang Ekonomi
Di era moderenisasi ini terdapat kasus di bidang ekonomi. Salah satunya adalah
adalah perbedaan prinsip dalam kegiatan ekonomi. Prinsip ekonomi konvensional berbeda
dengan prinsip ekonomi islam. Ekonomi konvensional berprinsip “berkorban sekecil-
kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.” Prinsip ekonomi
tersebut dipergunakan oleh pedagang dan pengusaha semata-mata untuk mencari
keuntungan. Dengan modal seadanya, pedagang dan pengusaha berusaha memenuhi
kebutuhan sebesar-besarnya atau dengan alat sekecil-kecilnya, pedagang dan pengusaha
berusaha memenuhi kebutuhan secara maksimal. Dari perbedaan prinsip tersebut dapat di
cari solusinya. Dalam Islam, ekonomi ialah berkorban secara tidak kikir dan tidak boros
dalam rangka mendapatkan keuntungan yang layak. Dengan demikian, pengorbanan tidak
boleh sekecil-kecilnya ataupun tertentu saja, melainkan pengorbanan yang tepat harus
sesuai dengan keperluan yang sesungguhnya sehingga mutu produksi dapat terjamin.
Demikian pula keuntungan tidak perlu dikejar sebesar-besarnya dan tidak perlu melewati
batas. Jadi, keuntungan monopoli dilarang dalamIslam. Oleh karena itu, keuntungan harus
sewajarnya dan tidak merugikan orang lain.

5. Bidang Pendidikan
Adanya keterbelakangan dan ketertinggalan Dunia Muslim dalam sains dan
teknologi disebabkan lenyapnya cabang ilmu-ilmu aqliyah dari tradisi keilmuan dan
pendidikan Muslim. Ilmu aqliyah mengalami transmisike dunia Eropa untuk selanjutnya
mereka kembangkan sehingga mendorongterjadinya percerahan sehingga menghasilkan
renaisans dan revolusi industri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan
upaya yaitu menata kembali semua struktur yang dikenal sebagai pembaruan pemikiran
dan kelembagaan islam. Budaya literasi juga dapat dilakukan sebagai pembaharuan
pendidikan pada esensinya adalah pembaruan pemikiran dan prespektif intelektual.

C. Kompatibilitas Islam dengan Dunia Modern

Modern mengandung arti maju dan berkemajuan dalam segala aspek kehidupan:
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Modern adalah perubahan sikap dan
pandangan dari tradisional ke rasional, dari primordial ke logis dan nalar. Modernisasi
merupakan proses terjadinya pemoderenan untuk kemajuan dalam segala bidang kehidupan
melalui akselerasi pendidikan dan aktualisasi teknologi. Modernisasi telah mengubah wajah
dunia dari kusam menjadi bersinar, dari yang lamban menjadi serba cepat, dari yang
tradisional menjadi rasional, dari yang primordial menjadi nalar.
Bagi seorang Muslim, yang sepenuhnya meyakini kebenaran Islam sebagai way of life,
semua nilai dasar way of lifeIslam (dalam rangka beragama “Islam”), dengan sendirinya juga
menganut cara berpikir Islami. Demikianlah, dalam menetapkan penilaian tentang modernis,
juga berorientasi kepada nilai-nilai besar Islam. Singkatnya penulis berpendapat, begitu pula
orang-orang yang sebangsa dengan penulis, bahwa modernisasi adalah suatu keharusan,
malahan kewajiban yang mutlak. Modernisasi merupakan pelaksanaan perintah dan ajaran
Tuhan Yang Maha Esa. Dan modernisasi yang dimaksudkan di sini ialah menurut pengertian
di atas. Dasar sikap itu ialah sebagai berikut:
a. Allah menciptakan seluruh ala mini dengan haq (benar), bukan bathil (benar) (QS.
16:3, 38:27).
ِّ ‫ض بِ ْٱل َح‬
َ‫ق ۚ تَ ٰ َعلَ ٰى َع َّما يُ ْش ِر ُكون‬ َ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
َ َ‫َخل‬
“ Diamenciptakanlangit dan bumidenganhak. Maha Tinggi Allah daripadaapa yang
merekapersekutukan.”(QS. 16:3)

b. Dia mengaturnya dengan dengan peraturan Ilahi (Sunatullah) yang menguasai dan
pasti (QS. 7:54, 25:2).
‫ىٱل ُم ْل ِك َو َخلَقَ ُكلَّ َش ْى ٍءفَقَ َّد َر ۥهُتَ ْق ِديرًا‬
ْ ِ‫ًاولَ ْميَ ُكنلَّهۥُ َش ِري ٌكف‬
َ ‫ض َولَ ْميَتَّ ِخ ْذ َولَد‬
ِ ْ‫ٱلَّ ِذىلَ ۥهُ ُم ْل ُكٱل َّس ٰ َم ٰ َوتِ َوٱَأْلر‬
“Yang kepunyaan-Nya-lahkerajaanlangit dan bumi, dan Diatidakmempunyaianak,
dan tidakadasekutubagi-Nya dalamkekuasaan(Nya), dan
diatelahmenciptakansegalasesuatu, dan Diamenetapkanukuran-
ukurannya denganserapi-rapinya” (QS. 25:2)

c. Sebagai buatan Tuhan Maha Pencipta, ala mini adalah baik, menyenangkan
(mendatangkan kebahagiaan duniawi) dan harmonis (QS 67:3)
ٍ ُ‫ص َر هَلْ ت ََر ٰى ِمن فُط‬
‫ور‬ ٍ ‫ق ٱلرَّحْ ٰ َم ِن ِمن تَ ٰفَ ُو‬
َ َ‫ت ۖ فَٱرْ ِج ِع ْٱلب‬ ِ ‫ت ِطبَاقًا ۖ َّما تَ َر ٰى فِى خَ ْل‬ َ َ‫ٱلَّ ِذى خَ ل‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َس ٰ َم ٰ َو‬
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”(QS 67:3)
d. Manusia diperintah oleh Allah untuk mengamati dan menelaah hukum-hukum yang
ada dalam ciptaan-Nya (QS. 10:101).
۟ ‫قُ ِل ٱنظُر‬
َ‫ت َوٱلنُّ ُذ ُر عَن قَوْ ٍم اَّل يُْؤ ِمنُون‬ ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
ُ َ‫ض ۚ َو َما تُ ْغنِى ٱلْ َءا ٰي‬ ِ ‫ُوا َما َذا فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman".(QS. 10:101)

e. Allah menciptakan seluruh alam raya untuk kepentingan manusia, ksejahteraan hidup
dan kebahagiaannya, sebagai rahmat dari-Nya. Akan tetapi, hanya golongan manusia
yang berpikir atau berasional yang akan mengerti dan kemudian memanfaatkan
karunia itu (QS. 45:13).
َ‫ض َج ِميعًا ِّم ْنهُ ۚ ِإنَّفِى ٰ َذلِ َك َل َءا ٰيَتٍلِّقَوْ ٍميَتَفَ َّكرُون‬
ِ ْ‫َو َس َّخ َرلَ ُكم َّمافِىٱل َّس ٰ َم ٰ َوتِ َو َمافِىٱَأْلر‬
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.(QS.
45:13).

f. Karena adanya perintah untuk mempergunakan akal-pikiran (rasio) itu, maka Allah
meralang segala sesuatu yang menghambat pemikiran, yaitu terutama berupa
pewarisan membuta terhadap tradisi-tradisi lama, yang merupakan cara berpikir dan
tata kerja generasi sebelumnya (QS. 2:170, 43:22-25).
۟ ُ‫ُوا مٓا َأن َز َل ٱهَّلل ُ قَال‬
َ‫وا بَلْ نَتَّبِ ُع َمٓا َأ ْلفَ ْينَا َعلَ ْي ِه َءابَٓا َءنَٓا ۗ َأ َولَوْ َكانَ َءابَٓاُؤ هُ ْم اَل يَ ْعقِلُونَ َش ْيـًٔا َواَل يَ ْهتَ ُدون‬ ۟
َ ‫َوِإ َذا قِي َل لَهُ ُم ٱتَّبِع‬
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?"(QS. 2:170).
Islam merupakan agama yang berwawasan ke masa depan, fleksibel dengan
perubahan jaman, sistematis. Sehingga pada dunia modern Islam dapat beradaptasi dengan
segala perubahan di berbagai bidang dalam kehidupan dan tetap berpedoman pada ajaran-
ajaran Islam. Sehingga kompatibilitas Islam dengan dunia modern tidak dapat diragukan
lagi. Ajaran Islam memiliki beberapa karakteristik yang dapat dijadikan pedoman di dunia
modern. Adapun beberapa karakteristik dalam ajaran islam, yaitu:
1. Rasional
Ajaran Islam adalah ajaran yang sesuai dengan akal dan nalar manusia. Dalam
ajaran Islam nalar mendapat tempat yang tinggi sehingga salah satu cara untuk
mengetahui sahih atau tidaknya sebuah hadis dari sisi matan dan sanad adalah sesuai
dengan akal. Hadis yang sahih pasti rasional. Sebaliknya, hadis yang tidak rasional itu
menjadi indikator bahwa hadis itu tidak sahih. Betapa banyak ayat-ayat Al-Quran yang
menyuruh kepada kita untuk menggunakan akal dalam sikap beragama. Demikian pula,
hadis nabi menyuruh umat Islam menggunakan akal.
2. Sesuai dengan Fitrah Manusia
Tidak ada satu pun ajaran Islam yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Orang
beragama (ber-Islam) berarti ia hidup sesuai dengan fitrah. Sebaliknya, orang yang
tidak beragama berarti menjalani hidup tidak sesuai dengan fitrah. Orang yang
menjalani hidup tidak sesuai dengan fitrah, maka ia hidup dalam ketakutan,
kegalauan, ketidakpastian, dan kebimbangan. Akhirnya, dalam menjalani hidup tidak
ada

Kenikmatan dan kenyamanan. Sekadar contoh agar Anda paham. Makrifatullah


dan Tauhidullah adalah fitrah manusia karena sesudah bermakrifat dan bertauhid
kepada Allah, orang akan mengabdi hanya kepada Allah, meminta tolong hanya
kepada Allah, dan memohon perlindungan hanya kepada Allah. Jika orang masih
beribadah kepada selain Allah, minta tolong dan perlindungan kepada selain Allah,
maka akan terjadi kegalauan dalam batinnya, kecemasan, keraguan dan kemunafikan,
dan sakit secara rohani. Orang yang hidup dalam kondisi tidak sehat rohaninya,
maka ia tidak akan mendapatkan ketenangan dan kenikmatan.

3. Tidak Mengandung Kesulitan


Ajaran Islam itu mudah dan masih dalam batas-batas kekuatan kemanusiaan. Tidak ada
aspek ajaran Islam yang dalam pelaksanaannya di luar kemampuan manusia. Allah sendiri
menyatakan, “Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam
beragama.” (QS Al-Baqarah/2: 185).
‫ي ُِريدُاللَّهُبِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِري ُدبِ ُك ُم ْال ُعس َْر‬
“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS
2: 185).
4. Tidak mengandung banyak Taklif
Ajaran Islam tidak mengandung banyak taklif (beban). Kerangka dasar ajaran
Islam hanya tiga pilar, yaitu: akidah, syariat dan hakikat (atau biasa disebut akhlak).
Landasan ketiga pilar tadi adalah iman, Islam, dan ihsan. Secara keilmuan, ketiga pilar
tadi dapat dipisahkan yaitu dari akidah lahir ilmu akaid, ilmu tauhid atau ilmu kalam.
Dari syariat lahir ilmu syariat atau ilmu fikih (hukum Islam). Adapun dari hakikat lahir
ilmu tasawuf atau disebut juga ilmu hakikat atau ilmu akhlak. Ketiga pilar tadi dalam
aktualisasinya tidak bisa dipisahkan, tetapi harus terintegrasi.

5. Bertahap
Ajaran Islam diturunkan Allah kepada Rasulullah secara bertahap. Demikian juga, proses
pembumiannya di tengah masyarakat pada saat itu juga bertahap.
D. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Dunia Dan Akhirat

Islam adalah agama Allah yang di wahyukan kepada para Rasul, sebagai
hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin
kesejahteraan hidup material dan spiritual, duniawi dan ukharawi. Agama islam,
yakni agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman,
ialah ajaran yang di turunkan Allah yang tercantum dalam al-qur’an dan sunnah
nabi yang shahih (maqbul) berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan
petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ajaran
islam bersifat menyeluruh yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah- pisahkan
meliputi bidang-bidang aqidah, ahklak, ibadah, dan mu’amalah duniawiyah.

Dengan beragama islam maka setiap muslim memiliki dasar atau landasan
hidup Tauhid kepada Allah, fungsi atau peran dalam keidupan berupa ibadah, dan
menjalankan kekhalifahan, dan bertujuan untuk meraih ridho serta karunia Allah
SWT. Islam yang mulia dan utama itu akan menjadi kenyataan dalam kehidupan
di dunia apabila bena-benar diimani, dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh
seluruh pemeluknya (orang islam, umat islam) secara total atau kaffah dan penuh
ketundukan atau penyerahan diri.

Dalam perspektif islam, dunia bukanlah tujuan akhir dari perjalanan hidup
manusia. Karena itulah dunia ini tidaklah kekal, karena akan selalu ada kematian
sebagai akhir dari kehidupan di dunia ini. Akan tetapi, dunia adalah lading untuk
kehidupan yang abadi dan kekal, yaitu di akhirat kelak.
a. Pandangan islam tentang kehidupan Dunia:

1. Kehidupan Masyarakat

Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dengan


sesame seperti dengan tetangga maupun masyarakat lainnya, masing-masing
dengan memelihara dan kehormatan baik dengan sesama muslim maupun dengan
non muslim, dalam hubungan ketetanggan bahkan islam memberikan perhatian
sampai ke area 40 rumah yang dikatagorikan sebagai tetangga yang harus
dipelihara hak-haknya.

2. Kehidupan Berorganisasi

Dalam menyelesaikan masaah-masalah dan konflik-konflik yang timbul di


perserikatan hendaknya mengutamakan musyawarah dan mengacu pada peraturan
organisasi yang memberikan permasalahan dan kebaikan di jauhkan tindakan-
tindakan anggota pimpinan yang tidak terpuji dan dapat merugikan kepentingan
organisasi.
 Kehidupan Dalam Berbangsa Dan Bernegara
Beberapa prinsip dalam beroliti harus ditegakkan dengan
sejujur-jujurnya dan sesungguh-sungguhnya yaitu dengan menunaikan
amanat dan tidak boleh menghianatinya, menegakkan keadialan,
hokum dan kebenaran, keteaatan kepada pemimpin sejauh sejalan
dengan perintah Allah dan rasul, mengemban risalah islam, dan
mengajak orang untuk beriman kepada Allah.
Berpolitik dalam dan demi kepentingan umat dan bangsa
sebagai wujud dan ibadah kepada Allah serta ikhsan kepada sesame
dan jangan mengorbankan kepentingan yang lebih luas dan utama itu
demi kepentingan diri sendiri dan kelompok yang sempit.
b. Pandangan islam terhadap kehidupan akhirat

Prinsip imam kepada kehidupan kehidupan abadi akhirat merupakan salah


satu poin penting dalam konsepsi islam tentang kosmos (alam semesta) dan
merpakan ajaran dasar islam. Imam kepada akhirat merupaka syarat mutlak untuk
menjadi muslim. Tidak berimam kepada akhirat berarti bukan muslim.

Setelah syahadat (pengakuan akan monotaisme), imam kepada akhirat


merupakan ajaran paling penting yang disampaikan semua nabi tanpa terkecuali.
Dalam al-qur’an terdapat ratusan ayat mengenai hari pengadilan, kehidupan
setelah mati, bangkit dari kematian, buku amal, syurga, neraka, keabadiaan
akhirat dan soal-soal lain yang berkaitan dengan alam seelah kematian.

Al-qur’an menggunakan beragam ungkapan untuk menunjukkan hari


kebangkitan. Dengan menggunakan ungkapan ini al-qur’an ingin kita
memperhatikan 2 point:
 Bahwa kehidupan manusia dan sungguh seoanang waktu eksistensi
dunia dibagi menjadi dua priode. Hari pertama (priode durasi dunia
ini) akan berakhir, namun hari terakhir ( priode durasi akhirat) tak
ada akhirnya. Al-qur’an menyebut kehidupan dunia ini hari
pertama dan menyebut kehidupan akhirat hari terahir.
 Bahwa sekarang pun ketika kita masi berada dalam priode pertama
dan belum mencapaii priode kedua dan hari kedua, sukses dan
keselamatan kita selama hari ini maupun hari itu tergantung pada
iman kita.
E. Konsep Bahagia Dunia dan Akhirat Dalam Konteks Modern
a. Definisi Bahagia
Bahagia itu adalah sebuah pikiran atau perasaan yang ditandai dengan
rasapandangan Islam adalah saat kita sebagai umat muslim dapat mempertahankan
keimanan atau keyakinan dan mampu melaksanakan perilaku yang sesuai dengan
keyakinan tersebut. Tentu, hal ini berkaitan dengan sejauh apa kita yakin terhadap
ketentuan-ketentuan yang Allah SWT berikan di setiap langkah kehidupan kita, baik atau
buruknya yang kita jalani, itu adalah tanda kasih sayang-Nya terhadap kita semua.

Kebahagiaan adalah impian dimana semua orang ingin memilikinya. Tidak ada
seorangpun yang ingin menderita hidupnya, namun tidak semua orang tahu akan kriteria
bahagia secara kaffah. Dalam pandangan islam,seseorang yang bahagia adalah mukmin
sholeh yang selalu taat akan menunaikan hak-hak tuhannya dan memenuhi hak-hak akan
makhluk lainnya dengan berpedoman kepada syariat, baik lahir maupun batin.

Kebahagiaan bukanlah barang komersil yang dapat dihitung dengan pasti. Kadar
kebahagiaan pun berbeda nilai antarmanusia. Seorang manusia tidak akan pernah bisa
merasakan kebahagiaan apabila dalam dirinya selalu penuh akan keinginan. Ia lupa
bersyukur dengan apa ang dimilikinya. Orang seperti ini masuk ke dalam kategori kufur
nikmat. Ia tidak akan pernah puas akan nikmat yang didapatknnya karena Allah SWT
telah mencabut rahmat dirinya.
b. Makna Bahagia

Bahagia sudah menjadi pembahasan yang klasik, namun masih tetap relevan
dengan zaman modern saat ini. Sebab pembahasannya tidak akan pernah habis seiring
dengan perekembangan teknologi dan sains yang menjadi pemicunya. Ternyata,
kebahagiaan sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Ghazali menjadi kenyataan.
Menurutnya, kebahagiaan adalah sesuatu hal yang hendak dicari semua orang, kaya atau
pun miskin pasti akan selalu mencarinya. Beliau membagi kebahagiaan menjadi dua
klasifikasi; kebahagiaan dunawi dan ukhrawi. Kebahagiaan duniawi bersifat sementara
layaknya manusia yang hidup pada bumi. Sedangkan kebahagiaan ukhrawi bersifat abadi.
Namun beliau menambahkan bahwa, kebahagiaan duniawi bisa menjadi jembatan
penghubung untuk mencapai kebahagiaan yang abadi, jika ia ikhlas dan tulus
melaksanakannya. Seperti membantu orang lain, beribadah kepada tuhan dan masih
banyak cara yang bisa menghantarkannya. Dalam kebahagiaan ukhrawi ada du acara
guna mencapainya yaitu ta’aruf dan mahabbah. Ta’aruf artinya mengenali dan mahabbah
adalah cinta. Untuk mencapai kebahagiaan abadi, hendaklah ia mengenali dahulu cara-
cara yang menghantarkannya kepada kebahagiaan tersebut serta pantangan-
pantangannya. Sebab jika ia tidak mengetahui akan hal ini, bagaimana bisa ia akan
sampai pada tujuannya yaitu mahabbah. Kebahagiaan akan melekat pada diri seseorang
jika mahabbah telah ia raih.

Jatuh bangunnya suatu usaha yang dilakukan manusia, tidak lain merupakan
harapan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan yang didambakan. Sebab kebahagian itu
tidak datang dengan sendirinya. Ia peru diikhtiarkan, diupayakan dan disegerakan dalam
mendapatkan hal tersebut. Tidak jarang banyak yang terjatuh dalam mencarinya.
Sehingga atas keterpurukan yang ia alami membuatnya putus asa untuk bangkit kembali.
Dan yang lebih membuat kebahagiaan itu bervariasi adalah definisi dari setiap orang
dalam mengartikan kebahagiaan bermacam-macam. Ada yang menganggap bahwa
kesuksesan dalam berkarir merupakan hal yang membahagiakan bagi dirinya, ada yang
berkeyakinan kesuksesan berawal dari kegemilangannya dalam ranah akademisi, selain
itu ada yang mendefinisikan kebahagiaan akan tercapai bila memiliki harta yang
melimpah, rumah tangga yang harmonis bahkan jika sekalipun ia menjalani kehidupan
tanpa ada permasalahan yang menimpa dirinya.
c. Bahagia Dalam Pandangan Barat
Kebahagiaan dalam pandangan Barat sangatlah sarat dengan makna yang
terkandung didalamnya. Hal itu tercerminkan dari cendikiwan yang lahir darinya, salah
satunya adalah Sigmund Freud. Ia merupakan seorang ateis, oleh sebab itu ia mengatakan
bahwa agama adalah suatu ilusi atau gejala neurosis. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa
tuhan tidak memilki andil pada makhluk hidup yang ada. Sebab moralitas baginya tidak
memiliki kaitan dengan tuhan. Karena tuhan adalah suatu kekuatan yang lebih tinggi dan
itu digunakan manusia untuk mendapatkan rasa keamanan.

Kebahagiaan dalam pandangan Freud menjadi topik utama dalam segala


penelitiannya. Ia menyatakan bahwa jika manusia manapun diberi pertanyaan mengenai
tujuan hidup, pasti mereka memiliki banyak perbedaan. Namun dari semua perbedaan
yang ada, mereka semua akan sepakat jika salah satu tujuan hidup adalah guna meraih
kebahagiaan. kebahagiaan dalam pemikirannya adalah sebuah kenikmatan yang
kemudian berkembang menjadi sebuah konsep yang bernama pleasure principle (prinsip
kenikmatan). Konsep ini mendorong manusia untuk memenuhi segala hajatnya agar
tercapai kebahagiaan. Dalam mencapai kebahagiaan atau merealisasikan konsep ini,
terkadang jalan atau cara yang ditempuh bertabrakan dengan sebuah realitas dan etika
moral yang berlaku pada suatu masyarakat. Karenanya manusia hendaknya mendudukan
konsep ini pada semua element yang mungkin akan bersinggungan dengannya.

Salah satu cara guna mencapai dalam kebahagiaan dalam konsep dan pandangan
barat adalah hedonisme. Hedonisme merupakan sebuah ideologi yang menyatakan bahwa
kebahagiaan hanya didapatkan dengan mencari kesenangan pribadi sebanyak-banyaknya
dan menghindari perasaaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme mengajarkan bahwa
kenikmatan atau kesenangan merupakan tujuan hidup. Jika dilihat lagi, pemahaman
tersebut sangatlah bermasalah jika diterapkan pada kehidupan seseorang khususnya
seorang muslim. Dalam pandangan Islam, kesenangan pribadi memang dibutuhkan.
Namun ada hal yang terlupakan dari ideologi tersebut berupa cara yang ditempuh untuk
mendapatkannya, merugikan bagi dirinya dan orang lain atau tidak serta selaras dengan
ajaran di dalam Islam atau tidak dan masih banyak lagi. Seperti dikatakan sebelumnya,
mengenai definisi dan arti dari kebahagiaan tersebut setiap individu memiliki standard
dan arti tersendiri. Ada yang bahagia ketika memiliki keluarga yang sakinah, mawadah
wa rahma, ada yang bahagia ketika apa yang ia perbuat dapat bermanfaat bagi orang lain,
ada yang ketika bersedekah memiliki rasa bahagia karena telah membantu orang lain
yang sedang membutuhkan serta contoh yang lainnya. Dari hal tersebut, kebahagiaan
dapat dilihat dengan berbagai kacamata seseorang.

d. Islam Memandang Bahagia

Jika melihat konsep bahagia dalam sudut pandang Islam, maka kita tidak lupa
untuk melihat bagaimana para ulama mendefinisikan makna dari kebahagiaan itu sendiri.
Menurut Ibnu Miskawaih bahagia yang dialami dan dirasakan seseorang dibagi menjadi
dua kelompok. Yang pertama adalah kebahagiaan yang bersifat materi (duniawi) dan
kebahagiaan yang melekat di jiwa (metafisik). Kebahagiaan materi adalah kebahagiaan
yang bersifat semu. Sebab ia selalu dilekatkan oleh hal-hal duniawi saja. Seperti
kecintaan terhadap harta, keduduakan sosial, cinta kepada suatu makhluk ciptaannya
entah pria maupun wanita dan masih banyak yang lainnya. Jika ditelusuri lebih dalam
lagi, hal tersebut memanglah bersifat semu atau sementara. Lantaran jika seseorang telah
wafat, hal tersebut bukanlah miliknya lagi. Melainkan sudah diambil kembali oleh sang
pemiliknya yang hakiki, yaitu Allah SWT. Sedangkan kebahagiaan yang terletak pada
jiwa itu lawan dari hal tersebut, yaitu abadi. Kebahagiaan yang terletak pada jiwa
seseorang akan mengakibatkan kebahagiaan yang akan terpancar pada dirinya baik lahir
maupun batin. Ia akan mudah bermuamalah pada manusia maupun kepada sang pencipta.
Sebab kebahagiaan ini tidak hanya terpikat atas kecintaanya pada seseuatu yang bersifat
duniawi, melainkan akan juga memikirkan kebahagiaan untuk di akhirat kelak yang mana
kehidupan disana akan lebih abadi.

Sejalan dengan apa yang dikatakan sebelumnya, Sayyid Quthub juga


mengomentari makna bahagia melalui tafsir surat at-Taubah ayat 72.17 Baginya
kebahagiaan adalah ketika jiwa manusia mampu berhubungan dengan Allah SWT guna
menyaksikan keagungan-Nya, saat jiwa lepas dari belenggu jasmani dan dari beban serta
keresahan yang bersifat pada duniawi. Lebih dari itu, saat jiwa mendapatkan pancaran
cahaya Nur Ilahi yang mana cahaya tersebut tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
dan hanya mampu dilihat dengan penglihatan mata hati (bashirah). Selain itu, Sa’id
Abdul ‘Azhim berpendapat bahwa kebahagiaan merupakan sebuah kondisi psikologi dan
ketenangan yang dirasakan oleh seseorang tak kala ia berada pada suatu kondisi.

e. Cara Meraih Kebahagiaan Hidup Dalam Islam


1. Kenali tuhanmu
Semua makhluk hidup dan alam semesta berasal dari Allah. Dengan
meningkatkan pengetahuanmu tentang Allah dan sifat-sifat-Nya, seorang Muslim
dapat mulai memiliki hubungan yang lebih baik dengan-Nya. Pada akhirnya ini
membantu seseorang menerima situasi apapun. Dengan sering mengingat-Nya,
melalui dzikir, kesulitan dan masalah dapat menjadi jauh dan memungkinkan
anda untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda.

Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi:

ْ ‫َط َم ِٕى ُّن قُلُوْ بُهُ ْم بِ ِذ ْك ِر هّٰللا ِ ۗ اَاَل بِ ِذ ْك ِر هّٰللا ِ ت‬


  ُ‫َط َم ِٕى ُّن ْالقُلُوْ ب‬ ْ ‫ۗ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َوت‬

Allażīna āmanụ wa taṭma`innu qulụbuhum biżikrillāh, alā biżikrillāhi


taṭma`innul-qulụb.

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram.”

2. Berdoa

Jika kita menginginkan sesuatu, berdoa adalah cara terbaik. Ketika anda
ingin merasa bahagia, terbebas dari kesulitan dan mengalami kepuasan dalam
hidup anda, jangan berpaling dari Allah. Sebab, semua yang anda dapatkan itu
berkat Allah, baik sesuatu kecil maupun besar, Allah yang dapat
mewujudkannya.Berdoalah dengan tulus, terutama pada waktu-waktu penerimaan
doa seperti sepertiga terakhir malam dan antara Ashar dan Maghrib pada hari
Jumat.

3. Berbuat kebaikan

Habiskan waktumu untuk melakukan perbuatan baik. Mengapa? Karena


tindakan yang disukai oleh Allah akan menuntun anda untuk memiliki iman yang
lebih kuat. Hubungan ini akan membantu meringankan anda dari kesulitan yang
sedang dihadapi.Banyak hal yang termasuk perbuatan baik. Bisa ibadah langsung,
seperti puasa, sholat, dan membaca Alquran guna meningkatkan amalan anda.
Bisa juga anda luangkan waktu bersama keluarga, menjadi sukarelawan dalam
membantu sesama, dan bersedekah. Ingatlah selalu untuk menjaga niat anda
karena Allah dan Insya Allah anda akan diberi pahala yang sesuai.Dikisahkan
oleh Umar bin Al-Khattab, dia mendengar Rasulullah SAW berkata: “Pahala
perbuatan tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapatkan pahala sesuai
dengan yang diinginkannya. Jadi siapa pun yang hijrahnya untuk keuntungan
duniawi atau untuk dinikahi wanita, maka hijrahnya kepada apa yang ia tuju,”
(Sahih al-Bukhari).

4. Cari pengampunan

Terkadang, kesedihan kita berasal dari pikiran masa lalu. Kita semua
melakukan hal-hal yang tidak kita banggakan dan terkadang hal ini dapat
menghantui kita. Pertama, kita harus berusaha untuk tidak mengingat kejadian itu
lagi. Sebaliknya, kita harus menghabiskan waktu kita dengan berdoa dan meminta
pengampunan dari Allah. Pengampunan dari Allah adalah cara untuk
memperbaiki dosa dan kesalahan masa lalu, bukan menyiksa diri sendiri yang
dilakukan sejak awal.

Diriwayatkan Abdullah ibn Umar, kami menghitung Rasulullah SAW


akan mengatakan seratus kali selama pertemuan: “Tuhanku, maafkan aku dan
maafkan aku; Engkau adalah Yang Maha Pengampun dan Pemaaf,” (Sunan Abi
Dawud 1516).

5. Selalu ingat itu bisa menjadi buruk

Apa pun situasi yang anda alami saat ini, ingatlah itu selalu bisa lebih
buruk. Banyak sekali berita yang menunjukkan orang-orang dalam kesulitan.
Meskipun kesulitan kita mungkin sangat memengaruhi kita, dengan melihat orang
lain dan menghargai kita tidak berada dalam situasi itu, kita dapat menemukan
kedamaian dalam hidup yang kita miliki.
Allah telah menempatkan kita di bumi ini untuk jangka waktu tertentu
yang pada akhirnya akan musnah. Sama halnya dengan kesulitan. Dengan
menerima hidup kita bisa jadi lebih buruk, kita harus berbahagia dengan apa yang
kita miliki dan mensyukuri apa yang memang kita miliki, bukan apa yang tidak
kita miliki.

f. Golongan Orang yang Dikatakan Bahagia di Akhirat

1. Pertama, manusia yang termasuk “Sa’iidun fiddunyaa wa sa’iidun fil akhirat”


orang yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Itulah karakter orang
yang menemukan ‘hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat”. Jabatan tinggi,
harta berlimpah, keluarga sehat, dia taat beribadah kepada Allah dan banyak
memberi kemanfaatan terhadap sesama.
2. Kedua, manusia yang termasuk “Sa’iidun fiddunya, saqiyyun fi aakhirat”
orang yang “bahagia” hidup di dunianya tapi tidak bahagia (celaka) kehidupan
akhiratnya. Terdapat tanda petik dalam kalimat bahagia, karena kebahagiaan
yang dimaksud sebatas pengertian lahiriah manusia, dia bahagia dalam segala
keberlimpahan materi, tapi dia jauh dari Allah, tidak pernah mau berbagi dan
memberi manfaat pada sesama manusia.
3. Ketiga, manusia yang termasuk “Saqiyyun fiddunya, Wa Sa’iidun fil aakhirat”
orang yang tidak bahagia atau sengsara hidup di dunianya, tetapi dia bahagia
hidup di akhiratnya. Boleh jadi dia hidup dalam serba kekurangan, tidak
bahagia dalam pandangan manusia kebanyakan, miskin harta, tapi dia rajin
beribadah kepada Allah, memiliki sikap yang baik dalam menjalani
kehidupan, menikmati kemiskinannya dan baik pergaulannya dengan sesama
manusia, banyak memberi manfaat dengan apapun yang dimilikinya
4. Keempat, manusia yang tergolong “Saqiyyun Fiddunya wa Saqiyyun fil
akhirat” orang yang tidak bahagia di dunia dan tidak bahagia juga hidupnya di
akhirat, pada golongan inilah yang paling sengsara dan celakanya manusia.
Dia hidup miskin, serba kurang, sombong, malas beribadah, sama orang
bermusuhan, dan ketika meninggal dalam kehidupan akhirat kelak lebih
celaka.

F. Bagaimana Agama Dapat Membahagiakan Manusia


a. Definisi Agama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan manusia dengan
lingkungannya. Agama (Ad-din) diartikan secara bahasa sebagai agama. Adapun arti
sesungguhnya adalah menyembah, menundukkan diri atau memuja.
b. Tujuan Agama

Agama adalah sebagai tatanan Tuhan yang dapat membimbing manusia yang
berakal untuk berusaha mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Selain itu,
agama juga mengajarkan para penganutnya untuk mengatur hidupnya agar mendapatkan
kebahagiaan untuk dirinya maupun masyarakat yang ada disekitarnya.

c. Peran Agama Dalam Meraih Kebahagiaan

Sumber kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati atau ketenangan jiwa yang
merupakan suatu anugrah dari Allah SWT yang sangat berharga. Setiap orang pasti
menginginkannya, namun hanya sedikit sekali orang yang mendapatkannya.

Adapun modal utama untuk meraih kebahagiaan adalah kekuatan atau


kemampuan diri dalam menanggung beban kehidupan, tidak mudah tergoyahkan, tidak
mudah menyerah dan senantiasa bersabar dan bersyukur.

Keimanan adalah rahasia di balik kerelaan, ketenangan, dan rasa aman.


Sebaliknya, kebingungan dan kesengsaran selalu mengiringi kekufuran dan keraguan.

Artinya Agama merupakan unsur penting dalam meraih kebahagiaan yang hakiki
atau kebahagiaan yang sesungguhnya. Agama yang kuat, maka di dalam diri manusia
tertanam sifat-sifat seperti malu (menjaga kehormatan dan kemuliaan), amanat (bisa
dipercaya), shiddiq (benar). Dengan demikian, agama, iman, Islam dan i’tiqad yang kuat,
sudah dapat mencapai bahagia batin dan hubungan yang baik dengan Allah.

Seseorang dikatakan mencapai kebahagiaan jikalau tercapai empat perkara yaitu,


i’tikad yang bersih, yakin, iman, dan Agama.25 Jadi agama benar-benar dapat membantu
orang dalam mengendalikan dirinya dan membimbingnya dalam segala tindakan. Begitu
pula kesehatan jiwa dapat dipulihkan dengan cepat apabila keyakinan kepada Allah
(iman) dan ajarannya dilaksanakan.

Marilah bina diri masing-masing dengan menjalankan ajaran agama sehingga


kebahagiaan dapat dicapai dan dipertahankan. Meskipun kekayaan, pangkat, kedudukan
dan atribut-atribut kesenangan dunia lainnya tidak menjadi syarat mutlak untuk mencapai
kebahagiaan, tetapi semuanya itu merupakan sarana yang dapat menghantarkan manusia
menuju tercapainya kebahagiaan. Oleh karena itu, Islam tidak melarang untuk menuntut
kenikmatan dunawi tersebut, malah menyuruhnya untuk kebahagiaan hidup manusia
sebagai khalifah dan sekaligus sebagai hamba Allah. Tetapi, Islam memperingatkan agar
kenikmatan duniawi itu jangan sampai menghalangi manusia untuk mengabdi kepada
Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia dan alam lingkungannya. Jadi, meskipun
kebahagiaan hanya dapat dirasakan oleh hati sanubari seseorang, namun kebutuhan fisik
juga perlu dipenuhi, diantaranya kesehatan badan, selain itu membukakan pikiran,
mencerdaskan akal, juga dapat menyebabkan kebersihan jiwa. Karena jiwa yang sehat
adalah awal dari bahagia.
Pada dasarnya kekayaan, keamanan, kesehatan, dan agama adalah pilar
kebahagiaan. Logikanya saat orang tidak punya apa-apa, yang dilanda ketakutan,
kekawatiran, orang yang sakit dan tidak memiliki agama, semua itu tidak akan
mendapatkan kebahagiaan. Mereka semua berada dalam kesengsaraan. Namun perlu
diingat Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak hidup menganggur berpangku
tangan menunggu datangnya kenikmatan. Namun juga melarang umatnya yang hanya
semata-mata bekerja mengejar dunia sampai berlebihan tidak tahu waktu hingga
melupakan akhiratnya. Jalan yang terbaik yang ditempuh Islam adalah hidup penuh
keseimbanganantara dunia dan akhirat, di satu sisi lain manusia mengerjakan untuk
akhiratnya karena pada akhirnya ia akan mati.

Jadi dapat disimpulkan, puncak dari segala kebahagiaan adalah kebahagiaan


akhirat. Kebahagiaan akhirat merupakan titik kebahagiaan terakhir yakni ketika
kehidupan manusia di dunia berganti dengan kehidupan akhirat. Dalam menjalankan
kehidupan disana yang menjadi parameternya bukan harta kekayaan, pangkat dan jabatan
yang tinggi,ataupun ketenangan, tetapi keseluruhan amal yang mendatangkan keridhaan
Allah swt.
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai