Anda di halaman 1dari 27

TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Manajemen Lembaga Pendidikan
Islam

Dosen Pengampu : Dr. Edi Kusnadi, M.Fil. I

Disusun Oleh :
Jangcik Mohza
NIM :
801220068

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh


Maha suci Allah l dan segala puji hanya milik-Nya.Penggenggam segala
sesuatu yang telah memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dalam
melakukan segala aktivitas. Shalawat beserta salam semoga di limpahkan selalu
kepada sebaik-baiknya manusia yaitu Nabi Muhammad n, dan kepada para
sahabatnya, keluarganya, Thabi‟in, Thabi‟ut-thabiin dan pada umatnya yang tetap
berpegang teguh memegang risalahnya.
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah swt, kami dapat
menyelesaikan penulisan tugas makalah “Lembaga Pendidikan Islam dan
Tantangan Dunia Global” ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan serta
sebagai syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah Manajemen Lembaga
Pendidikan Islam di Perkuliahan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan.untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga segala
partisipasi dan bantuan dari semua pihak dalam penyusunan makalah ini baik itu
secara materil ataupun formil menjadi amal ibadah di sisi Allah swt dan mendapat
balasan yang tak terhingga. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan umumnya bagi seluruh mahasiswa.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi. Wabarokatuh.

Jambi, Juni 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
D. Metode Penulisan ......................................................................... 2

BAB II GLOBALISASI DAN PENDIDIKAN ............................................ 3


A. Pengertian Globalisasi.................................................................. 3
B. Pengertian Pendidikan Islam ........................................................ 3
C. Globalisasi dalam Pendidikan Islam ............................................ 4
D. Globalisasi antara Peluang dan Ancaman .................................... 6

BAB III TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL .......... 8


A. Tantangan Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa Mendatang... 8
1. Sistem Pendekatan Orientasi yang Non islami ...................... 9
2. Pengaruh Sains dan Teknologi ............................................... 10
3. Berbagai Kecendrungan di Era Global .................................. 11
B. Krisis Pendidikan Islam ............................................................... 12
C. Upaya Mengatasi Tantangan Pendidikan Islam dalam Era
Globalisasi.................................................................................... 16
1. Islamisasi Ilmu Pengetahuan.................................................. 16
2. Pendekatan Pendidikan Akhlak bagi Remaja ........................ 18
3. Mengembangkan Model Pendidikan Karakter....................... 20
4. Meningkatkan Sikap Profesionalisme di Lembaga
Pendidikan Islam .................................................................... 21
5. Mengembangkan Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan
Islam ....................................................................................... 22

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 24


A. Kesimpulan .................................................................................. 24
B. Saran............................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara historis pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Indonesia
sangat terkait erat dengan dakwah Islamiyyah. Pendidikan Islam berperan sebagai
mediator dalam memasyarakatkan ajaran Islam kepada masyaarakat di berbagai
tingkatannya. Melalui pendidikan inilah, masyarakat Indonesia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sesuai ketentuan Al-Qur‟an dan
Sunnah. Sehubungan dengan itu tingkat kedalaman pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan masyarakat terhadap ajaran Islam sangat tergantung pada kualitas
pendidikan Islam yang diterimanya. Pendidikan Islam tersebut berkembang
setahap demi setahap hingga mencapai tingkat seperti sekarang ini 1. Namun pada
perkembangannya, pendidikan Islam di Indonesia seringkali berhadapan dengan
berbagai problematika yang tidak ringan. Masuknya Indonesia dalam era
globalisasi dunia menjadikan berbagai sektor dalam tatanan kehidupan manusia
mengharuskan mengikuti perspektif global termasuk sektor pendidikan.
Diketahui bahwa pendidikan merupakan sebuah sistem, Pendidikan Islam
mengandung berbagai komponen yang antara satu dengan yang lainnya saling
berkaitan. Komponen tersebut meliputi visi, misi, landasan tujuan, kurikulum,
metode pembelajaran dan lain sebagainya. Berbagai komponen yang terdapat
dalam pendidikan ini seringkali berjalan apa adanya, alami, tradisional serta
dilakukan tanpa perencanaan yang matang. Akibat dari keadaan demikian, maka
mutu pendidikan Islam pun seringkali menunjukkan keadaan yang kurang
menggembirakan.2 Seiring dengan masuknya dunia pada tatanan globalisasi, maka
sudah seharusnya wajah pendidikan Islam mulai berubah ke arah yang lebih baik.
Banyak tantangan pendidikan Islam yang membutuhkan penanganan khusus dari
setiap komponen-komponen yang ada dalam lembaga pendidikan Islam. Selain
itu, landasan pendidikan Islam yang berasal dari Al-Qur‟an dan Sunnah pun harus
senantiasa digalakkan kembali serta disesuaikan dengan metode pengajarannya

1
Abbudin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Prenada Media Group, 2008.
Hlm. 1.
2
Ibid, hlm. 2.

4
yang mengikuti perkembangan zaman dalam artian penyampaian ilmu berikut
fasilitas pendukung lainnya diharapkan dapat menumbuhkan minat pembelajaran
agama dan juga memudahkan bagi siapapun yang ingin mempelajarinya.
Berbagai tantangan pendidikan Islam yang ada memang sudah seharusnya
dihadapi dengan kesiapan yang matang secara bertahap karena Islam merupakan
Sebuah agama yang tak mengenal aspek ibadah ritual saja namun berbicara pula
mengenai aspek pendidikan yang khas dan bersifat universal. Dengan begitu
memasukinya pendidikan Islam ke dalam era globalisasi bukan berarti bersikap
menutup diri dari kemajuan-kemajuan yang ada, namun harusnya wajah
pendidikan ini dibawa ke arah yang lebih modern tanpa melepas ruh Islamiyyah
dalam berbagai aktivitasnya.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di
rumuskan beberapa rumusan masalah tentang Lembaga Pendidikan Islam dan
Tantangan Dunia Globalisasi, diantaranya :
1. Apa itu Globalisasi dan Pendidikan Islam?
2. Apa saja tantangan-tantangan pendidikan Islam dalam era globalisasi?
3. Bagaimana strategi dan upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi
tantangan pendidikan Islam dalam era globalisasi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
mempelajari tentang Lembaga Pendidikan Islam dan Tantangan Dunia
Globalisasi serta pembahasan yang mencakup ruang lingkup di dalamnya seperti
upaya menghadapi tantangan pendidikan Islam dalam era globalisasi.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan menggunakan
metode pustaka yaitu mencari dan mengumpulkan data yang relevan dengan tema
yang akan dibahas, terutama yang terdapat dalam kitab-kitab yang mempelajari
tentang Lembaga Pendidikan Islam dan Tantangan Dunia Globalisasi.

5
BAB II
GLOBALISASI DAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Globalisasi
Globalisasi merupakan suatu tatanan di mana dunia begitu menjadi terbuka
dan transparan, sehingga ada kesan seolah-olah tak ada lagi batas Negara.
Globalisasi ini dimulai dalam bidang informasi dan ekonomi yang kemudian
mempunyai implikasi pada bidang-bidang lainnya termasuk bidang pendidikan.
Era globalisasi ini telah masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan yang
menjadikan setiap bangsa menjadi bagian dari sistem nilai dunia.3
Globalisasi bermakna kepada istilah menyatunya sesuatu dengan sesuatu yang
lai, yakni menyatu dan saling berpengaruhnya antara satu bangsa dengan bangsa
lain di dunia, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, budaya, ilmu pengetahuan
dan lainnya yang terjadi akibat adanya komunikasi dan interaksi global yang di
dukung oleh adanya ilmu dan teknologi canggih.4

B. Pengertian Pendidikan Islam


Kata “Islam” dalam “Pendidikan Islam” menunjukan warna pendidikan
tertentu, yaitu pendidikan yang bewarna Islam, pendidikan yang Islami, yaitu
pendidikan yang berdasarkan Islam. Marimba (1989:19) menyatakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara tidak sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.5 Menurut Aan Hasanah Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta
ketrampilan dibutuhkan dirinya.6

3
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2004.
Hlm. 122-123.
4
Abuddin Nata, Pendidikan di Era Global. Jakarta: Penerbit UIN Jakarta Press, 2005.
Hlm. 67.
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya, 2005. Hlm. 24.
6
Aan Hasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam. Bandung: Penerbit Insan
Komunika, 2013. Hlm. 24.

6
Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan adalah pengembangan
pribadi dalam semua aspeknya, pengembangan pribadi adalah yang mencakup
pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh
orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal dan hati. Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam, singkatnya pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang
agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin.7
Rumusan di atas tersebut menunjukan bahwa pendidikan Islam mempunyai
cakupan yang sama luasnya dengan peendidikan umum bahkan melebihinya,
karena pendidikan Islam juga membina dan mengembangkan pendidikan agama,
dimana titik terberatnya terletak pada internalisasi nilai-nilai, Islam dan ihsan
dalam pribadi manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas. Dengan
demikian, tujuan dari pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia sebagai
Hamba Allah dan terbentuknya orang yang berkepribadian muslim, beriman,
bertakwa sekaligus membina dan mendasari kehidupan anak didik dengan nilai-
nilai agama sekaligus mengajarkan ilmu agama Islam sehingga ia mampu
mengamalkan syariat Islam secara benar berdasarkan pengetahuan agama.8

C. Globalisasi dan Pendidikan Islam


Ketika bangsa Indonesia sedang membangun menuju cita-cita suatu
masyarakat yang adil dan makmur, modernisasi dan industrialisasi menjadi
sesuatu yang tidak dapat dielakkan dengan menempatkan sains dan teknologi
sebagai tulang punggungnya. Perkembangan ini, disamping membawa banyak
manfaat, ternyata juga menyertakan dampak mudharatnya bagi umat manusia.
Kemajuan sains dan teknologi memang telah mampu membuka semakin lebar
rahasia alam semesta. Komunikasi makin mendekatkan pemahaman dan saling
pengertian antar berbagai kebudayaan, tata nilai, dan norma. Tetapi, gerak
kemajuan dan modernisasi rupanya juga membawa limbah peradaban yang dapat

7
Ibid, hlm. 26.
8
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
2009. Hlm. 6.

7
mencemari akhlak mulia seseorang. Kemajuan itu ternyata sarat beban pergeseran
tata nilai dan moral yang dapat menjerumuskan manusia
Industrialisasi membawa berbagai perubahan pada banyak aspek kehidupan
manusia. Perubahan cara kerja, gaya hidup, tata ekonomi, kebijakan politik, pada
akhirnya membawa pula dampak sosial yang sulit diperkirakan. Diantara berbagai
kecendrungan sosial pada era ini, yang menonjol adalah berkembangnya orientasi
yang berlebihan terhadap materi (fasilitas) berikut konsumerismenya. Bila tidak
terkendali , kecendrungan ini dapat mengguncang keseimbangan antara orientasi
keduniaan (linner wordly) dan keakhiratan (other wordly). Banyak anggota
masyarakat yang terperangkap dalam arus materialisme, hedonistik atau
sebaliknya, sufisme yang terlalu jauh.
Pada masyarakat yang di situ tingkat persaingannya untuk dapat hidup layak
sedemikian ketat, dan pembagian pendapatan tidak merata, disana sikap ananiyah
berkembang sedemikian pesat. Ironisnya, dalam sebuah masyarakat di mana
komunikasi mudah dilakukan, justru disana hubungan antar manusia menjadi
semakin merenggang. Relasi umumnya baru terjadi manakala terdapat
kepentingan materi tertentu. Maka dapat dipahami bahwa salah satu permasalahan
serius dunia modern sekarang ini adalah kurangnya komunikasi dan pemahaman
antar individu dan antar kelompok, rendahnya kepedulian sosial serta seringnya
terjadi berbagai perilaku yang tidak manusiawi.
Kompleksitas masyarakat dunia modern seperti itu, bagi banyak orang,
membawa konsekuensi meningkatnya kesulitan dalam adaptasi. Sehingga,
fenomena kebingungan, ketegangan, kecemasan, dan konflik-konflik berkembang
begitu rupa yang pada akhirnya menyebabkan orang mengembangkan pola –pola
perilaku yang menyimpang dari norma-norma umum, berbuat semaunya sendiri
dan menggangu orang lain.
Fenomena demikian, ditambah lagi dengan kenyataan sosial yang terjadi
belakangan ini, semakin menambah kekhawatiran orang tua berkenaan dengan
masa depan anak cucu mereka. Meningkatnya angka kriminalitas yang disertai
tindak kekerasan, pemerkosaan dan penyelewengan seksual, pembunuhan sadis,
semakin meningkatnya hubungan seks pra nikah, perkelahian pelajar, penyalahan
obat/narkotika/minuman keras dan lain sebagainya semuanya memenuhi deretan

8
kelam dunia globalisasi dari sisi gelapnya. Akibatnya, semakin banyak dorongan
keluarga untuk berpikir ulang mengenai efektifitas pendidikan formal, utamanya
pendidikan Islam dalam mengembangkan kepribadian anak.9

D. Globalisasi antara Peluang dan Ancaman


Globalisasi adalah sebuah babak baru dalam proses perkembangan bangsa.
Pertanyaannya kemudian, sejauh mana kesiapan bangsa ini dalam memasuki era
baru tersebut? Apakah secara psikologis anak-anak bangsa ini telah benar-benar
dipersiapkan untuk menyongsong datangnya zaman industrialisasi dan revolusi
informasi dengan segala konsekuensinya? Proses industrialisasi dengan penerapan
teknologi modern memaksa manusia dan masyarakat untuk melakukan berbagai
adaptasi agar penghayatan teknologi serta pemakaian produknya dapat berjalan
lancar. Kalaupun ada hambatannya, itu karena struktur pribadi dan sistem nilai.10
Disamping banyaknya ancaman dari dampak globalisasi, maka disisi lain pun
pendidikan harus terus di dorong guna mengembangkan karakter bangsa, sehingga
pada gilirannya bangsa Indonesia akan mampu membangun peradaban pendidikan
yang maju seiring gencarnya globalisasi. Sebab peradaban modern setidaknya
dibangun dalam empat pilar utama, yaitu ; (1) Induk budaya (mother culture) dan
agama yang kuat, (2) Sistem pendidikan yang maju, (3) Sistem ekonomi yang
berkeadilan serta (4) Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis.
Keempat pilar tersebut sesungguhnya telah ada, namun belum dilaksanakan
secara sungguh-sungguh dan menjadi prioritas utama dalam setiap pelaksanaan
pembangunan. Apabila empat pilar tersebut dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh dan berjalan secara fungsional melalui pengembangan pendidikan maka
akan melahirkan masyarakat yang kompetitif dan berperadaban maju. Tentu tidak
hanya dari sisi teknologi industri saja tapi kemajuan taraf pendidikan nya juga.
Pendidikan Islam saat ini memang sudah menjadi kebutuhan setiap manusia.
Ganasnya era globalisasi masa kini menjadikan dan menuntut manusia harus
mampu bertahan ditengah-tengah kerusakan yang terjadi. Dan agama Islam
melalui sistem pendidikan Islamnya tentu mampu menjawab tantangan tersebut.

9
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2008.
Hlm. 110-112.
10
Ibid, hlm. 108.

9
Globalisasi dapat menjadi peluang ketika dimanfaatkan sebaik mungkin dan
menggangapnya sebagai anugerah dari Allah yang harus disyukuri.
Implementasinya, segala sesuatu yang termanfaatkan dari produk globalisasi
hendaknya disesuaikan dengan perintah dan larangan-Nya. Dengan demikian
segala sesuatunya akan bernilai ibadah.11

11
Aan Hasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam. Bandung: Penerbit Insan
Komunika, 2013. Hlm. 13-15.

10
BAB III
TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM ERA GLOBALISASI

A. Tantangan Pendidikan Islam Masa kini dan Masa Mendatang


Agama Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah mengandung implikasi
kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Dalam
agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu pada kedua fenomena
perkembangan yaitu :
(1) Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk
menjadi pribadi yang berkualitas baik dan menyandang derajat mulia
melebihi makhluk-makhluk lainnya.
(2) Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi
yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang alamiah maupun yang ijtimaiyah dimana Allah
menjadi potensi sentral perkembangannya.
Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut diatas
diperlukan ikhtiar kependidikan yang sistematis berencana berdasarkan
pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Karena manusia semakin terlibat ke
dalam perkembangan social itu sendiri menunjukan adanya interaksi dari berbagai
fungsi. Agama Islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan
bagi kepentingan hidup manusia di atas bumi, baru aktual dan fungsional bila
diinternalisasikan ke dalam pribadi melalui proses kependidikan yang konsisten,
terarah kepada tujuan.
Karena itu proses pendidikan Islam memerlukan konsep-konsep yang pada
gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dan praksiasi di
lapangan operasional. Bangunan teoritis kependidikan Islam itu akan berdiri tegak
di atas fondasi pandangan dasar (filosofi) yang telah digariskan oleh Allah
dalam Al-Qur‟an dan terus berkembang mengacu kepada tuntutan masyarakat
yang dinamis konstruktif menuju masa depan yang sejahtera dan maju.
Bila pendidikan Islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah, maka ia
dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang bernafaskan Islam
yang lebih efektif dan lebih efesien. Kita mengetahui dan mengakui bahwa sejak

11
Islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam masyarakat sampai kini, proses
kependidikan Islam yang telah mengacu dalam masyarakat yang beraneka ragam
kultur dan struktur. Selama itu pula jasa-jasanya telah Nampak mewarnai sikap
dan kepribadian manusia yang tersentuh oleh dampak-dampak positif dari proses
keberlangsungannya.
Namun akhir-akhir ini, akibat timbulnya perubahan sosial di berbagai sektor
kehidupan manusia utamanya karena pengaruh globalisasi, maka nilai-nilai
kemanusiaan pun ikut mengalami pergeseran yang belum mapan. Maka dari itu
tantangan pendidikan Islam dalam era globalisasi pun semakin besar. Pendidikan
Islam yang dikehendaki umat Islam yakni harus mengubah strategi dan taktik
operasional. Strategi dan taktik itu tak pelak lagi menuntut perombakan model-
model sampai dengan institusinya sehingga lebih efektif dan efisien, dalam artian
pedagogis, sosiologis dan kultural.
Bila diibaratkan seorang pemimpin, ilmu pendidikan Islam dalam mengamati
dinamika kehidupan masyarakat yang seringkali menggejalakan perubahan
sosiokultural dalam proses pertumbuhannya harus meneliti esensi dan implikasi-
implikasi di belakang perubahan itu dalam rangka menemukan sumber sebabnya.
Dari sanalah pendidikan Islam mengadakan modifikasi-modifikasi terhadap
strategi dan taktik yang inovatif terhadap program pembelajarannya, sehingga
kondusif terhadap aspirasi masyarakatnya.12 Adapun tantangan pendidikan Islam
lainnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1) Adanya sistem pendekatan dan orientasi yang non Islami


Di tengah gelombang krisis nilai-nilai kultural pendidikan berkat
pengaruh ilmu dan teknologi ternyata berdampak pada perubahan sosial.
Pendekatan pendidikan Islam memandang bahwa kebenaran Islam yang
mutlak pasti mampu mengalahkan kebatilan yang merajalela diluar
kehidupan Islam. Ini sesuai dengan Firman Allah :
“Dan katakanlah :”Yang benar telah datang dan yang batil telah
lenyap. Sesunggguhnya sesuatu yang batil itu adalah sesuatu yang
pasti akan lenyap” (QS. Al-Israa’ :81)

12
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
2009. Hlm. 3-5.

12
Ringkasnya, ayat diatas menunjukan bahwa jika datang perkara yang
hak, maka hancurlah perkara yang batil. Namun, ketika melihat realita
saat ini malah yang terjadi adalah sebaliknya bahkan terkesan
mencampuradukkan. Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada
tantangan yang jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa
permulaan penyebaran Islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya
aspirasi dan idealitas umat manusia yang serba multiinteres. Banyaknya
paham-paham barat yang merasuki dunia pendidikan Islam seakan
dikemas secara rapi dan berkeyakinan bahwa itu berasal dari ajaran
agama Islam padahal tidak sama sekali dan bahkan menghancurkan.
Seperti paham demokrasi yang diyakini dalam Islam adalah musyawarah
padahal antara keduanya pun berbeda antara hakikat maupun
pelakasanaannya.
Orientasi pendidikan Islam dalam zaman teknologi pun perlu
dirubah. Tidak hanya berorientasi kepada kehidupan ukhrawi saja
melainkan harus menjadi duniawi-ukhrawi secara bersamaan.
Pendidikan Islam yang masih banyak ditemukannya pergeseran nilai-
nilai tentu dituntut untuk menerapkan pendekatan dan orientasi baru
yang relevan dengan perkembangan zaman.13

(2) Pengaruh Sains dan teknologi


Sebagaimana kita ketahui bahwa dampak positif dari kemajuan
teknologi masa kini adalah bersifat fasilitatif atau memudahkan
kehidupan manusia yang sehari-hari sibuk dengan berbagai problema
yang semakin rumit. Teknologi menawarkan berbagai macam kesantaian
dan kesenangan yang semakin luas hingga memasuki ruang-ruang dan
celah-celah kehidupan kita. Dampak negatif dari teknologi modern telah
mulai menampakkan diri di depan mata. Pada prinsipnya berkekuatan
melemahkan daya mental spiritual jiwa yang sedang tumbuh
berkembang dalam berbagai bentuk penampilan dan gaya-gaya nya.

13Ibid, hlm. 6-
7.

13
Tidak hanya nafsu mutmainah yang dapat diperlemah oleh
rangsangan negatif dari teknologi elektronik dan informatika, melainkan
juga fungsi-fungsi kejiwaan lainnya seperti kecerdasan pikiran, ingatan,
kemauan, perasaan diperlemah. Kemampuan aktualnya dipermudah
dengan alat-alat teknologis-elektronis dan informatika seperti komputer
yang tentunya tidak bisa menginternalisasi dan mentransformasikan
nilai-nilai iman dan takwa ke dalam lubuk hati manusia. Maka dari itu,
perlu adanya dehumanisasi pendidikan Islam berupa netralisasi nilai-
nilai agama atau upaya pengendalian dan mengarahkan nilai-nilai
tersebut dengan kokoh dan tahan banting baik dalam dimensi individual
maupun sosiokultular.
Pendidikan Islam harus dijadikan sebagai pusat pengembangan
peradaban dan kebudayaan umat manusia dalam bermasyarakat. Aspek
kekeliruan pandang mengenai lembaga pendidikan Islam saat ini adalah
lembaga pendidikan hanya dijadikan sumber pengembangan sains dan
teknologi belaka. Menteknologikan proses kependidikan yang
berlangsung untuk mencapai outcomes yang seirama dengan kemajuan
teknologi yang bebas dari nilai apapun, baik nilai moral maupun spiritual
tentu menyebabkan pandangan yang bersifat pragmatis.14

(3) Penjajahan Baru dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan


Kecendrungan semakin tergesernya kebudayaan dan tradisi masa
lalu oleh kebudayaan dan tradisi baru yang selanjutnya menimbulkan
apa yang disebut sebagai new colonization in culture (penjajahan baru
dalam bidang kebudayaan). Terjadinya perubahan pola pikir, sikap,
perilaku dalam berpakaian, tempat tinggal, pergaulan, pola konsumsi dan
sebagainya telah menimbulkan ketegangan dan benturan kebudayaan.
Berbagai kebudayaan dan tradisi yang selama ini berbasis pada agama,
telah diganti dengan kebudayaan dan tradisi yang berbasis pada paham
individualisme, hedonisme, materialisme, pragmatisme, sekulerisme,
dan atheisme. Demikian pula dengan penyebaran informasi yang sangat

14Ibid, hlm. 10-


11.

14
cepat tentang obat-obatan yang mengandung narkotika, literatur
pornografi, pengangguran, penggunaan senjata api, serta alat-alat
mikroelektronika untuk melakukan tindakan kejahatan. Informasi-
informasi seperti ini telah mendorong banyak orang melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan masyarakat. Inilah akibat yang
ditimbulkan oleh perubahan gaya hidup sebagai implikasi dari adanya
penjajahan baru dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.15

B. Krisis Pendidikan Islam


Hubungan antara pendidikan dengan masyarakat sangatlah erat sekali, maka
dalam proses pengembangannya pun saling mempengaruhi. Mesin pendidikan
yang dinamakan dengan sekolah dalam proses pengembangannya tidaklah
terlepas dari gerakan mesin sosial. Mesin sosial menggerakan segenap komponen
kehidupan manusia. Komponen itu terdiri dari sektor sosial, ekonomi,
kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik dan agama. Masing-masing
sektor ini bergerak dan berkembang saling mempengaruhi menuju ke arah tujuan
sosial yang telah ditetapkan.
Bilamana gerakan masing-masing sektor itu berada di dalam pola yang
harmonis dan serasi, maka masyarakatnya pun bergerak dan berkembang secara
harmonis. Akan tetapi, jika salah satu atau beberapa sektornya mengalami
ketidakharmonisan (inequilibrium), maka sektor-sektor lainnya akan terpengaruh.
Dari sinilah awal dari terjadinya krisis kehidupan masyarakat yang pada
gilirannya melanda sekolah, bahkan sekolah ditekan dan dibebani tugas untuk
memberikan konsep-konsep penyelesaiannya.
Krisis pendidikan dimanapun selalu sepadan intensitasnya dengan krisis yang
melanda masyarakatnya. Dimensi-dimensi sosiokultularnya mengalami perubahan
dan pergeseran dalam nilai-nilai yang disebabkan oleh adanya kekuatan baru yang
mempengaruhinya. Pada masa kini, masyarakat sedang berada dalam krisis akibat
pengaruh dari kekuatan ilmu dan teknologi modern yang melaju dengan cepatnya
meninggalkan sektor-sektor kehidupan lainnya.

15
Abbudin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Prenada Media Group, 2008.
Hlm. 67.

15
Fenomena sosial yang telah diteliti oleh para ahli perencanaan kebijaksanaan
pendidikan misalnya, menunjukan bukti bahwa setiap tahap kemajuan Islam dan
teknologi canggih, selalu membawa perubahan social yang sepadan atau bahkan
lebih besar daripada perkiraan atau peramalan mereka. Dampak positif dan
negatifnya terhadap kehidupan manusia terkadang tak dapat lagi dikontrol atau
diarahkan oleh lembaga-lembaga sosial dan kultular atau moral yang sengaja
dibangun oleh masyarakat seperti sekolah.
Akibat dari dampak negatif IPTEK dalam bidang moral dan spiritual
menimbulkan keresahan batin yang menyakitkan, karena kejutan-kejutan tidak
terkendali lagi. Maka dari itu, masyarakat kini sedang dihinggapi kerawanan
sosial dan kultular yang obatnya sedang „dicari‟ oleh para ahli dari berbagai
bidang keilmuan. Di sana sini para ahli sedang melakukan diagnosis, namun
proses diagnosis mereka kalah cepat dari serbuan penyakit baru yang saling susul
menyusul, sehingga kronitas penyakit itu tak dapat dibendung lagi. Maka makin
membengkaklah akumulasi virus teknososial yang ditularkan oleh kepesatan
kemajuan IPTEK itu sendiri.
Kita tidak menyalahkan kemajuan IPTEK, karena IPTEK telah menjadi
tumpuan harapan manusia. Kita mengharapkan suatu bentuk kehidupan yang
paling baik berkat kemajuan yang telah kita raih, namun pada gilirannya kita
justru menanggung resiko yang makin kompleks dan mencemaskan batin kita.
Itulah peta kehidupan umat manusia masa kini dan masa depan yang hanya
mengandalkan kemampuan intelektualitas dan logika tanpa memperhatikan
perkembangan mental-spiritual dan nilai-nilai agama
Beberapa ahli perencanaan kependidikan masa depan telah
mengidentifikasikan krisis pendidikan yang bersumber dari krisis orientasi
masyarakat masa kini yang mencakup fenomena-fenomena antara lain16 :

(1) Krisis Nilai-nilai


Krisis nilai berkaitan dengan masalah sikap menilai sesuatu
perbuatan tentang baik buruk, pantas dan tidak pantas, benar atau salah

16
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
2009. Hlm. 38-41.

16
dan hal-hal lain yang menyangkut perilaku etis individual dan sosial.
Sikap penilaian yang dahulu ditetapkan sebagai “benar, baik, sopan, atau
salah, buruk, tak sopan” mengalami perubahan drastis menjadi
ditoleransi, sekurang-kurangnya diacuhkan orang.

(2) Krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik


Masyarakat mulai mengubah pandangan tentang cara hidup
bermasyarakat yang baik dalam bidang ekonomi, politik,
kemasyarakatan, dan implikasinya terhadap kehidupan individual. Nilai-
nilai apa yang dijadikan ukuran menjadi kabur. Sekolah yang
menjadikan cermin idealitas masyarakat, risau tentang adanya kekaburan
konsep tersebut, sehingga sulit untuk dipantulkan ke dalam program-
program kependidikan. Kalau mau mengambil konsep etika Islam,
sekolah tentu tidak akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai sarana pembudidayaan manusia

(3) Adanya kesenjangan kredibilitas


Dalam masyarakat manusia saat ini dirasakan adanya erosi
kepercayaan di kalangan kelompok penguasa dan penanggung jawab
sosial. Di kalangan orang tua, guru, pengkhutbah, agama di mimbar
rumah ibadah, penegak hukum dan sebagainya mengalami keguncangan
wibawa, mulai diremehkan orang yang semestinya menaati atau
mengikuti petuah-petuahnya.

(4) Beban institusi sekolah menjadi besar melebihi kemampuannya


Sekolah dituntut untuk memikul beban tangung jawab moral dan
sosiokultular yang tidak termasuk program intruksaional yang di desain,
oleh karenanya sekolah tidak siap memikul tanggung jawab tersebut.
Sistem birokrasilah yang telah memperberat yang diluar kemampuan
sekolah. Seperti membebani titipan-titipan mata pelajaran yang bersifat
menunjang kebijakan teknis departemental atau sektoral.

17
(5) Kurangnya sikap idealisme dan citra remaja tentang peranannya di
masa depan
Sekolah dituntut untuk mengembangkan idealisme dan self-image
generasi muda untuk berwawasan masa depan yang realistis sehingga
mereka mau mempersiapkan diri untuk berperan serta dalam
pembangunan bangsanya sesuai dengan keahlian, keterampilan dan ilmu
pengetahuan serta teknologi yang amat diperlukan oleh negaranya.

(6) Kurang sensitif terhadap kelangsungan masa depan


Falsafah hidup yang dogmatis dan statis yang tidak mengacu kepada
kelangsungan hidup masa depan, tidak lagi dapat diandalkan untuk
menjadi landasan sikap sekolah masa kini. Tradisi-tradisi yang
membelenggu kebebasan berpikir dan berkreasi anak didik harus
dibuang jauh, sehingga sekolah kita akan menjadi institusi pendidikan
yang dinamis. Ini mendorong anak didik belajar secara intensif
berorientasi ke masa depan tekno, sosio dan bio yang realistis tapi
moralistis

(7) Kurangnya relevansi program pendidikan di sekolah dengan


kebutuhan pembangunan
Sekolah yang mendukung kepentingan etnis nonpopulis tidak
demokratis, tidak berorientasi ke arah kepentingan pembangunan tidak
akan dapat mempertaruhkan eksistensi dalam masyarakat yang sedang
membangun.

(8) Makin bergesernya sikap manusia ke arah pragmatisme sosial


Sikap pragmatisme akan melahirkan sikap materialisme dan
individualisme. Pada saat ini kecendrungan manusia modern mulai
melengahkan nilai-nilai agama, dimana prinsip-prinsip hidup yang
berorientasi ke arah ukhrawi semakin mengendor bahkan mengerosi jiwa
pribadi dan masyarakat. Hubungan antar sesama manusia bukan lagi
berdasarkan sambung rasa, tetapi berdasarkan hubungan industrial,

18
keuntungan materil dan status. Alhasil sikap dan pola hidup yang lebih
mengedepankan dekadensi moral dan kekayaan materi, mengurangi
sikap dan pola hidup sederhana dan berorientasi kepada nilai-nilai
agama.

(9) Makin menyusutnya jumlah ulama dan kualitasnya


Prospek dari inovasi sosiopendidikan kita masih mempunyai
kesempatan untuk mengharapkan cahaya cerah di masa depan dengan
persiapan-persiapann yang lebih sensitif dan inovatif. Peranan ulama
sangat penting untuk memberikan nafas agama yang sangat bermanfaat
bagi jiwa manusia yang kering akan keimanan dan rasa berserah diri
pada Allah

C. Upaya Mengatasi Tantangan Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi


Saat ini dunia pendidikan dihadapkan kepada berbagai masalah pelik
globalisasi yang apabila tidak segera diatasi secara tepat, tidak mustahil dunia
pendidikan akan ditinggalkan oleh zaman. Kesadaran akan tampilnya dunia
pendidikan dalam memecahkan masalah dan merespon berbagai tantangan baru
yang timbul pada setiap zaman adalah suatu hal yang logis bahkan suatu
keharusan. Hal yang demikian dapat dimengerti mengingat dunia pendidikan
merupakan salah satu pranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa
depan umat manusia. Maka dari itu perlu dirumuskan upaya untuk mengatasi
tantangan pendidikan Islam dalam era globalisasi, diantaranya :

(1) Islamisasi ilmu pengetahuan


Islamisasi ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah suatu respon
terhadap krisis masyarakat modern yang disebabkan karena pendidikan
barat yang bertumpu pada suatu pandangan dunia yang lebih berdasar
pada paham materialisme dan relativisme ; yang menganggap bahwa
pendidikan bukan untuk membuat manusia bijak, yakni mengenali dan
mengakui posisi masing-masing dalam tertib realitas, tetapi memandang
realitas sebagai sesuatu yang bermakna secara material bagi manusia,

19
dan karena itu hubungan manusia dengan tertib realitas bersifat
eksploitatif bukan harmonis. Ini adalah salah satu penyebab penting
munculnya krisis masyarakat modern.
Islamisasi ilmu pengetahuan adalah suatu upaya pembebasan
pengetahuan dari asumsi-asumsi atau penafsiran-penafsiran barat
terhadap realitas dan kemudian menggantikannya dengan pandangan
dunia Islam. Selain itu Islamisasi ilmu pengetahuan juga muncul sebagai
reaksi tehadap adanya konsep dikotomi antara agama dan ilmu
pengetahuan yang dimasukan masyarakat barat dan budaya masyarakat
modern. Misalnya memandang sifat, metode, struktur sains, dan agama
saling berbeda jauh maka munculah ide sekulerisme yang memandang
wajibnya pemisahan agama dalam kehidupan, ringkasnya memisahkan
antara sains dan hubungannya dengan agama. Selanjutnya,
bermunculanlah penyimpangan-penyimpangan diantaranya sifat
konsumtif dan materialisme, menjajah bangsa-bangsa yang lemah
karena didorong kemajuan dan haus akan hawa nafsu yang bebas tanpa
diatur oleh agama,
Penyimpangan dari tujuan penggunaan ilmu pengetahuan itulah yang
direspon melalui konsep Islamisasi ilmu pengetahuan, yaitu
menempatkan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi dalam bingkai
Islam dengan tujuan agar perumusan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan
tersebut dapat mempertinggi harkat dan martabat manusia,
melaksanakan fungsi kekhalifahan di muka bumi serta tujuan-tujuan
luhur lainnya. Adapun Islamisasi ilmu pengetahuan dapat direalisasikan
dalam bentuk :
a) Ilmu pengetahuan dikembangkan dalam kerangka tauhid, yakni
memahamkan aktivitas mental kesadaran manusia dalam perihal
hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia
dengan sesamanya dan manusia dengan Allah
b) Ilmu pengetahuan dalam Islam hendaknya dikembangkan dalam
rangka bertakwa dan beribadah kepada Allah

20
c) Ilmu pengetahuan harus dikembangkan oleh orang-orang Islam
yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan akal dan
kecerdasan moral yang dibarengi dengan kesungguhan untuk
beribadah kepada Allah dalam arti yang seluas-luasnya.
d) Ilmu pengetahuan harus dikembangkan dalam kerangka yang
integral. Yakni bahwa antara ilmu agama dan ilmu umum walau
bentuk formalnya berbeda-beda, namun hakikatnya sama, yaitu
sama-sama sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah 17

(2) Pendekatan Pendidikan Akhlak bagi Para Remaja


Melihat realita zaman sekarang, banyak keluhan yang disampaikan
orang tua, para guru dan orang yang bergerak di bidang sosial
mengeluhkan tentang perilaku sebagian para remaja yang amat
mengkhawatirkan. Diantara mereka ada yang sudah banyak terlibat
tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, minuman keras, penodongan,
pelanggraan seksual dan juga perbuatan kriminal. Kedua orang tua di
rumah, guru di sekolah dan masyarakat pada umumnya, tampak seperti
sudah kehabisan akal untuk mengatasi krisis akhlak tersebut. Pendidikan
Islam dengan menjadikan akhlak sebagai fondasi utama karakter
manusia dan pembinaannya merupakan inti ajaran Islam. Fazlur Rahman
dalam bukunya Islam mengatakan bahwa inti ajaran Islam sebagaimana
terdapat dalam Al-Qur‟an adalah akhlak yang bertumpu keimanan
kepada Allah (hablum minallah), dan keadilan sosial (hablum
minannas).
Akhlak yang mulia sebagaimana dikemukakan para ahli bukanlah
terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
terutama lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat pada
umumnya. Dengan demikian tanggung jawab pembinaan akhlak anak
terletak pada kedua orang tua. Pembinaan akhlak terhadap para remaja
amat penting dilakukan, mengingat secara psikologis usia remaja adalah

17
Abbudin Nata, Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Prenada Media Group, 2008.
Hlm. 107-111.

21
usia yang berada dalam goncangan dan mudah terpengaruh sebagai
akibat dari keadaan dirinya yang masih belum memiliki bekal
pengetahuan, mental, dan pengalaman yang cukup. Akibat dari keadaan
demikian, para remaja mudah sekali terjerumus ke dalam perbuatan-
perbuatan yang menghancurkan masa depannya.
Sejalan dengan berbagai kerusakan yang ditimbulkan dari krisis
akhlak maka pendekatan pendidikan akhlak bagi para remaja sangat
urgen untuk dilakukan dan tidak dapat dipandang ringan. Dengan
terbinanya akhlak para remaja ini berarti kita telah memberikan
sumbangan yang besar bagi penyiapan masa depan bangsa yang lebih
baik. Pembinaan remaja juga berguna baik bagi remaja yang
bersangkutan, karena dengan cara demikian masa depan kehidupan
mereka akan penuh harapan yang menjanjikan. Dengan terbinanya
akhlak para remaja, keadaan lingkungan sosial juga semakin baik, aman,
tertib, dan tentram yang memungkinkan masyarakat akan merasa
nyaman. Berbagai gangguan lingkungan yang diakibatkan ulah sebagian
para remaja pun sedikit demi sedikit akan teratasi.
Sejalan dengan sebab-sebab timbulnya krisis akhlak tersebut, maka
cara untuk mengatasinya dapat ditempuh dengan langkah-langkah
berikut, diantaranya :
a) Pendidikan akhlak dapat dilakukan dengan menetapkan
pelaksanaan pendidikan agama baik di rumah, sekolah maupun
masyarakat
b) Mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran. Hampir
semua ahli pendidikan sepakat bahwa pengajaran hanya berisikan
pengalihan pengetahuan (transfer of knowledge), sedangkan
pendidikan tertuju kepada upaya membantu kepribadian, sikap dan
pola hidup yang berdasarkan nilai-nilai luhur, karena pada setiap
pengajaran sesungguhnya terdapat pendidikan.
c) Pendidikan akhlak bukan hanya menjadi tanggung jawab guru
agama saja, melainkan juga tanggung jawab seluruh guru bidang

22
studi, semua nya turut andil dan mendapatkan kewajiban untuk
membina para akhlak mereka.
d) Pendidikan akhlak harus didukung oleh kerja sama yang kompak
dan usaha yang sungguh-sungguh dari orang tua (keluarga),
sekolah, dan masyarakat. Orang tua di rumah pun harus berupaya
menciptakan rumah tangga yang harmonis, tenang, tentram,
sehingga anak akan merasa tenang jiwanya dan dengan mudah
dapat diarahkan kepada hal-hal yang positif.18

(3) Mengembangkan Model Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-
komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah , pelaksanaan aktivitas atau kegiatan co-
kurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan dan etos
kerja warga sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus
berkarakter.
Pendidikan karakter adalah sesuatu yang dilakukan oleh guru, yang
mmapu mempengaruhi karakter peserta didik, guru pun membentuk
watak peserta didik yang mencakup keteladanan, cara berbicara atau
menyampaikan materi.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang
bersumber dari nilai moral universal dan bersumber dari ajaran agama.
Adapun nilai-nilai karakter dasar tersebut diantaranya cinta kepada Allah
dan ciptaan-Nya (alam dan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat
dan santun, kasih saying, peduli terhadap sesame dan yang lainnya.19

18
Ibid, hlm. 225-226.
19
Aan Hasanah, Pendidikan Karakter Berperspektif Islam. Bandung: Penerbit Insan
Komunika, 2013. Hlm. 44-45.

23
(4) Meningkatkan Sikap Profesionalisme di lembaga pendidikan Islam
Istilah profesionalisme berasal dari profesion. Profesion
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian yang dapat diperoleh melalui pendidikan atau
latihan khusus. Dengan kata lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu
bidang keahlian yang khusus untuk menanagani lapangan kerja tertentu
yang membutuhkannya. Profesionalisme berarti suatu pandangan bahwa
suatu kahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang manma
keahlian itu hanya diperoleh melalui pendiudikan khusus atau latihan
khusus.
Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain adalah seperangkat
fungsi dan tugas lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang
diperoleh melalui pendidkan dan latihan khusus di bidang pekerjaan
yang mampu mengembangklan kekayaan itu secara ilmiah disamping
mampu menekuni bidang profesinya selama hidupnya. Mereka itu
adalah para guru yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan
atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu. Di
samping tugas keguruan, mereka pun harus mampu bertugas dalam
manajemen kelas dalam rangka proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien.20 Adapun poin-poin penting yang harus dilaksanakan demi
profesionalitas seorang tenaga pendidik diantaranya21 :
a) Menguasai bahan studi
b) Menguasai program belajar
c) Mengelola Kelas
d) Menggunakan Media/sumber pembelajaran
e) Menguasai landasan-landasan pendidikan
f) Mengelola interaksi belajar-mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk kependidikan dan pengajaran
h) Menguasai fungsi dan program pelayanan bimbingan di sekolah

20
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
2009. Hlm. 158-159.
21
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya, 2005. Hlm. 114-115.

24
(5) Mengembangkan Madrsah sebagai lembaga pendidikan Islam
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang menjadi
cermin umat Islam. Fungsi dan tugasnya adalah merealisasikan cita-cita
umat Islam yang menginginkan agar anak-anaknya dididik menjadi
manusia beriman dan berilmu pengetahuan dalam rangka untuk meraih
hidup sejahtera duniawi dan kebahagiaan hidup di akhirat.22
Kebijakan pendidikan di madrasah hendaknya dirancang dan
diarahkan untuk membantu, membimbing, melatih serta mengajar atau
menciptakan suasana agar para peserta didik (lulusannya) menjadi
manusia muslkim yang berkualitas. Dalam arti mampu mengembangkan
pandangan hidup, sikap dan ketrampilan hidup yang berperspektif
Islami. Makna pendidikan Islami sebagai aktivitas (formal dan
nonformal) dan sebagai fenomena atau persitiwa (informal) semuanya
perlu termuat dan perlu terkondisikan di madrasah. Selain itu perlu
adanya upaya pengembangan suasana agamis di madrasah, tentu bukan
hanya bermakna simbolik tapi lebih kepada berupa penanaman dan
pengembangan nilai-nilai religious (keislaman) pada setiap bidang
pelajaran yang termuat dalam program pendidikan. Tentu
konsekuensinya diperlukan guru-guru yang mampu mengintegrasikan
wawasan IMTAQ dan IPTEK.
Dalam konteks pengembangan pendididkan di madrasah, sebagai
sekolah umum yang berciri khasa agama Islam, maka faktor mutu guru
dan tenaga kependidikan lainnya tersebut perlu disiapkan secara matang
terutama dari segi wawasan akademis-religiusnya, agar makna substansi
madrasah dapat tertangkap dengan baik.23

22
Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara,
2009. Hlm. 159.
23
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Penerbit Pustaka
Pelajar, 2004. Hlm. 179-115.

25
BAB IV
PENUTU
P

A. Kesimpulan
1. Globalisasi merupakan suatu tatanan di mana dunia begitu menjadi terbuka
dan transparan, sehingga ada kesan seolah-olah taka da lagi batas Negara.
Globalisasi ini dimulai dalam bidang informasi dan ekonomi yang
kemudian mempunyai implikasi pada bidang-bidang lainnya termasuk
bidang pendidikan. Era globalisasi ini telah masuk ke dalam berbagai
aspek kehidupan yang menjadikan setiap bangsa menjadi bagian dari
sistem nilai dunia.
2. Tantangan pendidikan Islam di era globalisasi diantaranya (1) Adanya
sistem pendekatan dan orientasi yang non Islami, (2) Pengaruh Sains dan
teknologi, (3) Penjajahan baru dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
3. Strategi dan upaya yang dilakukan untuk menjawab tantangan pendidikan
Islam di era globalisasi dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Islamisasi
ilmu pengetahuan, (2) Pendekatan Pendidikan Akhlak bagi Para Remaja,
(3) Mengembangkan Model Pendidikan Karakter, (4) Meningkatkan Sikap
Profesionalisme di lembaga pendidikan Islam, dan (5) Mengembangkan
Madrsah sebagai lembaga pendidikan Islam

B. Saran
Pendidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan
karakter suatu bangsa karena dalam pendidikan Islam manusia diajarkan
mengenai hal yang baik dan buruk maka sudah sepantasnya pendidikan Islam
menjadi pendidikan yang wajib ada di semua jenjang pendidikan baik itu SD,
SMP, SMA dan juga Perguruan Tinggi. Sebaiknya dalam setiap mata
pembelajaran di sekolah umum para pengajar selalu mengaitkan materi
pembelajaran dengan nilai-nilai agama sehingga siswa dapat lebih memahami
fungsi dari mempelajari agama dan korelasinya terhadap kehidupan sehari-hari.

26
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, 2008. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Prenada Media


Group.
Sufyarma, 2004. Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Bandung:
PenerbitAlfabeta.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya.
Hasanah, Aan, 2013. Pendidikan Karakter Berperspektif Islam. Bandung:
Penerbit Insan Komunika.
Arifin, Muzayyin, 2009. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.
Mahfud, Chairul, 2008. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
Muhaimin, 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Penerbit
Pustaka Pelajar.

27

Anda mungkin juga menyukai