Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
2020
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang utama, kami panjatkan puji syukur atas Rahmat dan Ridho
Allah SWT, karena tanpa Rahmat dan Ridho-Nya, kami tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Halfian Lubis S. H, M. Ag. selaku dosen mata kuliah
Manajemen Pendidikan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu
setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Pembelajaran Sains
Berwawasan Imtaq: Upaya Mewujudkan Islamisasi Ilmu Pengetahuan di Sekolah.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Sebagai manusia biasa, kami terbuka dari saran dan kritikan para
pembaca demi tercapainya makalah yang sempurna di masa mendatang.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
BAB III
PENUTUP........................................................................................................17
A. Kesimpulan........................................................................................................17
B. Saran..................................................................................................................18
2
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
3
sekolah memberikan wawasan akan keislaman yang mendalam kepada para murid
atau siswa nya.
Selaras pada persoalan diatas, pada makalah ini kami akan membahas
mengenai upaya mewujudkan keislaman pada lingkungan sekolah agar
pengetahuan akan sains teknologi digital akan seimbang dengan pengetahuan akan
keislaman.
B. Rumusan Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Tujuan
4
Bab II
PEMBAHASAN
5
dukungan dari beberapa negara Muslim terutama Saudi Arabia, Pakistan ,
dan Malaysia. Beberapa sarjana terkemuka tersebut tidak hanya
mendukung akan tetapi terlibat langsung dalam proses diseminasi konsep
Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Di Indonesia, dukungan kuat terhadap konsep Islamisasi Ilmu
Pengetahuan al-Faruqi dimulai pada tahun 1990-an dimulai dengan
didirikannya Institut For Science and Teknology Studies (ISTECS), yang
bertujuan untuk menyemarakkan Islamisasi sains di Indonesia oleh
sekelompok ilmuwan muda di Badan Penelitian dan Pengembangan
Teknologi (BPPT). Dan puncaknya ditandatanganinya piagam berdirinya
International Islam Forum for Science, Teknology And Human Rescource
Development (IIFTIHAR) di depan ka’bah oleh Prof. Dr. B.J Habibie
(saat Itu Menristek dan ketua ICMI) dan Habibi menjabat sebagai
ketuanya2.
2
Jorjoran.wordpress.com, Makalah : Islamisasi Ilmu Pengetahuan, 2011
(https://jorjoran.wordpress.com/2011/06/19/makalah-islamisasi-ilmu-pengetahuan/) diakses pada
27 September 2020 pukul 22.35
3
Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy and Practice of Syed Muhammad
Naquib al-attas, diterjemahkan oleh Hamid Fahmy dkk, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam
Syed M, Naquib al- Attas (Bandung: Mizan, 1988), hlm. 341
6
Untuk melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan tersebut, menurut al-
Attas, perlu melibatkan dua proses yang saling
berhubungan. Pertama ialah melakukan proses pemisahan elemen-
elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk kebudayaan dan
peradaban Barat, dan kedua, memasukan elemen-elemen Islam dan
konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa
kini yang relevan4.
4
Rosnani Hashim, Gagasan Islamisasi kontemporer: Sejarah, Perkembangan dan Arah
Tujuan, dalan islamia: Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam (INSIST: Jakarta, Thn II No. 6/
Juli-September 2005) hlm.35
5
Osman Bakar, Tauhid dan Sains (Bandung: Pustaka Hidayah, 1994), hlm. 233
7
penalaran intelektual dan kajian-kajian rasional – empirik dan filosofis
dengan tetap merujuk kepada kandungan Al-quran dan Sunnah Nabi.
8
seharusnya memadukan berbagai bentuk ilmu dalam kerangka
pemikiran mereka. Bukan hanya menerima, tetapi juga melakukan
kritik dan menolak struktur dan premis ilmu sains yang tidak sesuai
dengan pandangan Islam dan kemudian menuliskannya kedalam
sebuah buku sebagaimana yang pernah dilakukan Ibnu Sina atau Ibnu
Khaldun di masa lalu8.
2. Golongan kedua sepakat pada tatanan teori dan konsep tetapi tidak
dilakukan secara praktis. Golongan kedua adalah golongan yang
merasa sangsi atas gagasan tersebut karena menurut mereka Ilmu
Pengetahuan itu bersifat Universal, tidak ada yang memiliki, bukan
milik islam, Kristen atau Hindu dan Budha.Menurut Fazlur Rahman
tidak ada yang salah dalam Ilmu Pengetahuan hanya yang
menggunakannya saja yang membawa ilmu pengetahuan kepada hal-
hal yang membahayakan umat islam, baik dan buruk tergantung
kepada si pemakaianya ia mengibaratkan sebuah pisau ditangan
manusia9.
3. Golongan ketiga adalah yang tidak sepakat bahkan mencemooh
gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
4. Golongan keempat yang tidak mempunyai pendirian terhadap gagasan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
8
Ibid, hlm 41
9
Mohammad Shopan, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, dalam Logos: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
dan Humaniora, Vol.4 No.1 Januari 2005, 11
9
semesta;kemudian pemahamannya termaksud dengan metode tertentu
yang disusun dalam satu system (disistemakan)10. Sehingga Ilmu
Pengetahuan hanya mempelajari fenomena alam dan tidak sanggup
menjawab pertanyaan semua pertanyaan manusia yang memilki fitrah
untuk mencari kebenaran tadi. Kita tidak dapat hidup dengan
mengandalkan kebenaran ilmu pengetahuan yang empiric dan filsafat
semata yang bersifat spekulatif. Sehingga Islam yang merupakan sumber
kebenaran yang mutlak perlu dikaji lebih dalam agar permasalahan yang
sedang dirundung umat islam segera hilang.
10
Endang Saifudin Anshari, Kuliah Al-Islam, (Jakarta: CV Rajawali,1980), ed. Ke -3, hlm. 15
11
Mahasiswa Prodi MPI Pascasarjana IAIN SMH Banten, Islamisasi Ilmu Pengetahuan,
(sumber : http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/annidhom/article/view/105/107, diakses pada
tanggal 27 september 2020, pukul 22:00 WIB) 2016
10
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam upaya islamisasi ilmu
pengetahuan di sekolah:
1. Memasukkan ruh keimanan
Menurut Al-Faruqi islamisasi ini dapat dilakukan dengan cara:
Memperbaiki atau mengaitkan konsep-konsep yang diajar
dengan konsep yang didasarkan kepada Islam. Disini yang
penting adalah guru harus mampu memasukkan ruh
keimanan kedalam setiap bidang studi atau pokok bahasan
yang diajar. Sebagai contoh teori evolusi adalah
bertentangan dengan hakikat penciptaan manusia serta
alam. Ini dapat dirujuk kepada ayat-ayat Al-Quran atau
hadist-hadist Rasulallah Ṣallallāhu ‘alayhi wa Sallam.
Mengaitkan setiap satu fenomena alam dan isinya dengan
penciptaan atau kekuasan Allah. Sebagai contoh, terjadinya
siang dan malam, gerhana matahari dan bulan, gempa bumi
dan tsunami dan berbagai kejadian dan siklus alam lainnya
juga dapat dirujuk kepada ayat-ayat Al-Quran atau hadist-
hadist Rasulallah Ṣallallāhu ‘alayhi wa Sallam.
Membuktikan dengan fakta-fakta yang relevan bahwa
manusia bertanggungjawab terhadap kerusakan alam
semesta ini, seperti terjadi banjir, kemarau panjang,
pencemaran laut, darat dan udara adalah akibat kesalahan
perencanaan manusia itu sendiri. Hal ini juga dapat
dikembalikan kepada ayat ayat Al-Quran dan hadist-hadist
Rasulallah Ṣallallāhu ‘alayhi wa Sallam12.
2. Meningkatkan harga diri dan keyakinan diri
Umat Islam harus memiliki harga diri yang tinggi bahwa
umat Islam adalah umat yang terbaik di muka bumi dan yakin
terhadap hasil kajiannya, seperti yang dilakukan oleh umat Islam
12
Al-Faruqi, Ismail Ragi & Omar Naseaf Abdullah. Social and Natural Sciences: The Islamic
Perspective, Jeddah: King Abdul Aziz University, 1981, P. 19-27
11
terdahulu dalam berbagai cabang ilmu, seperti astronomi,
matematika, fisika, kimia, biologi, psikologi dan lain-lain.
Disamping itu guru patut menjelaskan bahwa dimasa kejaan Islam
dahulu pada masa dinasti Abbasiyah dan Umaiyah di Spanyol,
bahwa orang-orang Eropa masih berada dalam zaman kegelapan.
Sebagai contoh hukum Newton, al-jabar, logaritma, kesehatan
botani dan lain-lain dipelopori oleh orang Islam, seperti Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, Al-Khawarizmi
dan lain-lain13.
3. Sadar akan konsep ilmu dan misi
Guru harus memberikan pengertian kepada siswa bahwa
menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban dan mereka juga
berkewajiban menghormati gurunya agar ilmunya mendapat
petunjuk dan keberkatan. Disamping itu Guru harus memberikan
kesadaran kepada siswa tentang missi besar Islam yang harus
dilaksanakan, bahwa Islam bertujuan untuk memakmurkan seluruh
alam ini tanpa batas. Hal ini juga dapat dirujuk kepada ayat-ayat
Al-Quran dan hadist-hadist Rasulallah Ṣallallāhu ‘alayhi wa
Sallam tentang kewajiban dan kelebihan menuntut ilmu; dan missi
kekhalifahan manusia di bumi.
4. Menjadikan diri sebagai model
Seorang guru seharusnya sebelum, sedang dan sesudah ia
menjadi guru baik di sekolah maupun di luar sekolah, ia harus
dapat menjadikan dirinya sebagai model yang dapat dicontohkan
oleh anak didiknya, ia harus melengkapi dirinya dengan sifat-sifat
yang mulia, mewarisi sifat-sifat Rasul. Dewasa ini yang sangat
mendesak adalah usaha untuk melaksanakan islamisasi science
yaitu ilmu-ilmu pengetahuan alam, seperti Fisika, Kimia, Biologi,
Matematika dan lain-lain. Hal ini karena penerbitan buku-buku
13
Al-Habshi, Syed Othman & Nik Mustapha Nik Hassan, Islamic Culture and Civilization, Kuala
Lumpur: Institute of Islamic Understanding Malaysia (IKIM), 1995, hal. 26.
12
science selama ini ditulis berdasarkan pemahaman dari hasil
penelitian secara emperis saja, tidak ada kaitan dengan Allah
Subhanahu wa Ta’ala sebagai Pencipta. Ini sebenarnya adalah
pemahaman-pemahaman sekuler yang secara tidak sadar telah
diakui dan dipraktekkan oleh umat Islam
5. Cara-cara lainnya
Yaitu kepala sekolah atau guru dapat melakukan kerjasama
atau mitra kerja dengan pihak-pihak lain, seperti dengan lembaga
yang membawahinya, DEPAG atau DIKNAS, atau lembaga-
lembaga swadaya masyarakat (LSM), institusi kepolisian,
wilayatul hisbah atau agen-agen keamanan swasta kalau ada. Ini
bertujuan untuk mendukung pelaksanaan islamisasi prilaku siswa
yang membangkang. Pengawasan seperti ini penting untuk
menjaga penyimpangan prilaku yang dilakukan oleh sebahagian
kecil siswa atau masyarakat tidak mempengaruhi siswa lain.
Peluang juga diberikan kepada remaja-remaja lain yang ingin
bergabung dalam kegiatan-kegiatan ini. Ini bertujuan untuk
menarik remajaremaja putus sekolah bergabung dalam kegiatan ini
13
4. Menjelaskan bahwa science itu adalah salah satu cara manusia
mengkaji ciptaan Allah serta hukum-hukum alam (sunnatullah)
yang telah ditetapkan atasnya. Hal ini dilakukan oleh manusian
disamping untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang terpenting
adalah untuk mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala secara ilmiah.
5. Mengaitkan tanda-tanda atau fenomena alam ini dengan keimanan.
6. Menghindari penggunaan istilah-istilah yang tidak jelas atau yang
menjauhkan maknanya dari mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, seperti hukum alam, evolusi dan lain-lain.
7. Menjelaskan kepada siswa bahwa hukum-hukum atau hasil-hasil
dari penelitian science (scientific experiment) hanya mampu
memberikan bukti tentang kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala
secara fisik saja (indrawi), sedangkan bukti-bukti yang hanya dapat
dibuktikan dengan akal budi hanya dapat dibuktikan dengan
wahyu.
8. Walaupun scientific experiment mampu mengkaji sesuatu sampai
sebesar atom atau nuclear sekalipun, namun itu juga perlu kepada
petunjuk wahyu14.
14
El-Najjar, Z. R., The Limitations of Science and the Teachings of Science from the
Islamic Perspective. AJISS. Vol. 3, No. 1, 1986, P. 59-75.
14
utama, karena guru dan siswa tidak memiliki bahan bacaan
apapun yang membahas membahas pelajaran-pelajaran tersebut
melalui Islamic Perspective. Oleh karena itu, hendaknya
sekolah patut membuat sebuah tim yang berusaha menulis
bahan-bahan ajar untuk bidang-bidang studi tersebut yang
secara langsung bersumber kepada Islam baik materinya
maupun metode pembelajarannya. Kalau sekolah tersebut
belum memiliki para ahli yang mampu untuk menulis seperti
itu, maka beberapa sekolah dapat digabungkan, atau persatuan
guru-guru secara lebih luas harus membahas masalah ini
dengan mencari bantuan dengan melibatkan pihak-pihak lain,
seperti institusi-institusi keislaman.
2. Siswa tidak bersedia
Pada umumnya siswa di setiap sekolah datang dari berbagai
latar belakang. Oleh karena itu mereka memiliki pandangan
yang berbeda terhadap proses islamisasi ini. Siswa yang berasal
darikeluarga yang disiplin dalam beragama akan akan lebih
mudah menyesuaikan diri menerima ide-ide dan praktek-
praktek islamisasi ini dibandingkan dengan siswa yang berasal
dari keluarga yang tidak disiplin dalam bergama. Dengan
demikian pendekatan yang berbeda dan penuh hikmah harus
difikirkan.
3. Tidak ada kesediaan guru
Proses islamisasi pendidikan di sekolah seperti ini
memerlukan kepada guru yang memiliki pengetahuan yang
memadai. Mereka pertama harus memiliki ilmu pengetahuan
yang mendalam dalam bidang studi yang diajarkannya, lebih
dari itu mereka juga harus memiliki pemahaman tentang dasar-
dasar atau ide-ide ilmu pengetahuan tersebut dari Islam.
Dengan demikian mereka dapat mempelajari satu bidang ilmu
secara tektual dengan memahami ayat-ayat Al-Quran atau
15
Hadist yang membicarakan masalah tersebut. Disamping itu,
guru dididik dengan pemahaman bahwa proses islamisasi
pendidikan di sekolah adalah hal yang sangat kritikal. Oleh
karena itu mereka harus benar-benar bekerja sebagai amal
shaleh yang ikhlas. Dalam kenyataannya sekarang guru-guru
yang dihasilkan oleh LPTK Islampun belum mampu
menjalankan missi yang tinggi ini. Hal ini disebabkan oleh
hampir sebahagian guru-guru yang dihasilkan oleh LPTK Islam
dibina oleh para sarjana yang sebahagian besar adalah lulusan-
lulusan barat yang pemikiran sudah dipengaruhi oleh faham-
paham sekuler secara mendalam. Akhirnya mereka ini
merupakan agen-agen yang ikut menentang dilakukannya
proses islamisasi.
4. Kurangnya dukungan
Untuk mensukseskan program ini dukungan dari dari
semua pihak sangat diperlukan. Terutama sekali adalah
dukungan dari pemerintah dan lembaga yang membawahi
sebuah sekolah. Disamping itu dukungan dari antar guru
sendiri, karyawan sekolah, wali murid, masyakrakat dan
lembaga-lembaga lain yang mengurus tentang kemasyarakatan.
Tanpa dukungan yang memadai dari semua pihak, maka akan
menghambat pelaksanaannya.
5. Tidak dapat membatasi pengaruh luar
Pengaruh dari unsur-unsur negatif baik dari rekan sebaya
diluar sekolah, media cetak dan elektronik maupun budaya
dalam masyarakat kurang dapat dibatasi, oleh karena itu hal ini
dapat merusakkan usaha-usaha yang dijalankan oleh sekolah.
Hal yang dapat dilakukan adalah membekali para pelajar
dengan pengetahuan mengenai dunia luar serta langkah-langkah
yang dapat menangkal unsur-unsur negatif itu.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
2. Golongan kedua sepakat pada tatanan teori dan konsep tetapi tidak
dilakukan secara praktis
3. Golongan ketiga adalah yang tidak sepakat bahkan mencemooh gagasan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
4. Golongan keempat yang tidak mempunyai pendirian terhadap gagasan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam upaya islamisasi ilmu
pengetahuan di sekolah yaitu, memasukkan ruh keimanan, meningkatkan harga
diri dan keyakinan diri, sadar akan konsep ilmu dan misi, menjadikan diri sebagai
contoh dan cara lainnya.
Hambatan dalam proses pelaksanaan islamisasi ilmu pengetahuan di
sekolah yaitu tidak adanya buku paket modul pengajaran dan referensi, siswa
tidak bersedia, tidak ada kesediaan guru, kurangnya dukungan dan tidak dapat
membatasi pengaruh luar.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Wan Mohd Nor Wan. 1998. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M,
Naquib al- Attas. Terj. oleh Hamid Fahmy dkk. 2020. Bandung: Mizan.
Gazali, et.al. Filsafat Ketuhanan Studi Relasi Tuhan dan Manusia. Yogyakarta:
CV Budi Utama. 2019.
19
Nasional.sindonews.com, "Pro - Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan", Pro -
Kontra Islamisasi Ilmu Pengetahuan, 13 Februari 2015,
https://nasional.sindonews.com/berita/963850/18/pro-kontra-islamisasi-ilmu-
pengetahuan (diakses pada 27 september 2020).
20