UNIVERSITAS DIPONEGORO
BUKU AJAR
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Disusun oleh:
Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno.,M.Hum
Dra. Ana Irhandayaningsih.,M.Si
Dr. Dra. Sri Sudarsih., M.Si
Diterbitkan oleh:
UNDIP PRESS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
ISBN : 978-979-097-907-9
BUKU AJAR
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Mata Kuliah:
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraa
Disusun oleh:
Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno.,M.Hum
Dra. Ana Irhandayaningsih.,M.Si
Dr. Dra. Sri Sudarsih.,M.Si
Disusun oleh:
Prof. Dr. Iriyanto Widisuseno.,M.Hum
Dra. Ana Irhandayaningsih.,M.Si
Dr. Dra. Sri Sudarsih., M.Si
Diterbitkan oleh:
UNDIP PRESS
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Jl. Prof. Sudarto, SH – Kampus Tembalang,
Semarang
ISBN : 978-979-097-907-9
Penulis:
Email: widisusenoiriyanto@yahoo.co.id
Persembahan ............................................................................. 3
Analisis Pembelajaran ................................................................ 4
Kata Pengantar ........................................................................... 5
Daftar Isi ...................................................................................... 6 – 7
Flowchart Analisis Pembelajaran ................................................ 8
I. Deskripsi Singkat
Mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) membahas Pancasila dari berbagai aspek yang dihubungkan
dengan tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara di era Global,
serta masalah negara hukum, demokrasi, hak asasi, kewargaan
negara, wawasan nusantara, ketahanan nasional dan bela negara.
II. Relevansi
Mata kuliah PPKn memberikan kemampuan kepada
mahasiswa menganalisa tentang fungsi dan kedudukan Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta berbagai masalah
kewargaan negara dengan segala kemungkinan persoalannya di
bidang ideologi, politik, ekonomi, hukum, agama, dan sosial budaya.
Berbekal kemampuan ini mahasiswa dapat menganalisis praktik
penyelenggaraan negara secara ilmiah dan mengkonsepsikan
alternatif jalan pemecahan masalahnya. Manfaat lainnya dari mata
kuliah ini adalah memperluas wawasan, pengetahuan, dan daya kritis
serta kepekaan mahasiswa sebagai bekal kesiapan untuk
membangun diri sebagai warganegara yang siap menjadi generasi
kepemimpinan bangasa.
IV. Indikator
Untuk menilai keberhasilan sub-capaian pembelajaran mata
kuliah, digunakan beberapa indikator:
a. Ketepatan menjelaskan dan menunjukkan evidensi kebenaran
Pancasila digali dari nilai kehidupan Bangsa Indonesia sendiri,
khususnya melalui bukti sejarah perjuangan bangsa Indonesia
merebut kemerdekaan RI.
b. Kemampuan menunjukkan contoh sikap dan perilaku sosial,
politik, ideologi, ekonomi, hukum, dan budaya yang
mereplikasikan nilai-nilai Pancasila.
c. Memiliki rasa cinta tanah air dan bangga sebagai anak Indonesia
1.2. Manfaat/Relevansl
Pokok bahasan ini memberi wawasan kepada
mahasiswa, sehlngga mahasiswa mampu memahami dan
menguraikan korelasl esensial antara Pancasila dengan karakter
keprlbadian bangsa Indonesia dan ekslstensi Pancasila sebagai
jawaban imeratlf terhadap kebutuhan historls-politik Indonesia.
2.2 Pendahuluan
Sebagal sebuah istilah politik, Pancasila baru dicetuskan
di hadapan publik pada tanggal 1 Juni 1945 oleh Ir Sukarno di
hadapan sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakal atau Sadan
Penyelidik Usaha Perslapan KemerdekaanIndonesia (BPUPKI).
Mulanya, la menimbang-nimbang untuk memakal lstilah Panca
Dharma, tetapi terasa kurang cocok karena dharma berartl
"kewajlban", padahal yang dlkehendaki adalah "dasar". Kemudian
atas saran seorang teman yang ahli bahasa, Ir. Soekarno memilih
lstilah Panca Slla. "Slla artlnya asas atau dasar, dan di atas kelima
dasar ltulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi ! "
serunya, dlsambut tepuk tangan riuh hadirin sidang. Selama pldato
Lahlrnya Pancasila ini total ada dua belas kali tepuk tangan, suatu
pertanda dlterimanya secara aklamasl kelima prinsip tersebut sebagal
dasar negara Republik Indonesia.
Demikianlah Pancasila lahir sebagai salah satu produk historis
yang paling penting bagi eksistensl Negara Kesatuan Republlk
Indonesia. Kedudukannya sebagal dasar negara secara formal
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, saat UUD 1945 secara resml
menjadl konstitusl NKRI dengan Pancasila tercantum dalam alinea IV
Pembukaannya. Sebagai dasar negara, Pancasila akan menjadi
landasan dari segala kebijakan pemerintahan dan pengelolaan
negara, sekaligus sebagal sumber segala sumber hukum (sumber
hukum tertinggi).
Hal yang perlu dllngat adalah bahwa kedudukan formal
yurldis Pancasila sebagal dasar negara tersebut tidak terjadi begltu
saja. Diterlmanya Pancaslla secara aklamasl oleh tokoh-tokoh BPUPKI
hanyalah pengakuan bahwa kelima prlnsip Pancasila secara
4. Kesejahteraan soslal
Secara alamlah, para tokoh wllayah bekas jajahan merasa
curlga dan tldak suka terhadap kapltallsme. Antlsipasl terhadap
ekses kapltallsme lnllah yang menjadl roh darl prlnslp
kesejahteraan soslal. Oleh karena kapltallsme dapat
menyebabkan tlmbulnya eksploltasi terhadap kaum mlskln dan
lemah,maka slstem ekonoml harus dlatur sedemlklan rupa
sehlngga kekayaanIndonesia nantlnya bisa dlbagl secara merata
kepada seluruh rakyat Indonesia. Demokrasl polltlk lewat lembaga
perwakllan rakyat harus dltambah dengan demokrasl ekonoml,
yaltu keadllan soslal dalam wujud slstem ekonomi pro rakyat.
Perpaduan demokrasi polltlk dan demokrasl ekonoml lnl dlsebut
Soekarno sebagal prlnslp sosio- demokrasi.
2.7 Contoh-Contoh
1. Kemajemukan bangsa Indonesia dapat terlihat darl banyaknya
bahasa daerah. Satu kata dalam satu bahasa daerah blsa
punya arti berbeda dengan kata berbunyi sama (homofon)
dalam bahasa daerah lain. Misalnya, kata gedhang dalam
bahasa Jawa berartl "pisang", sedangkan dalam bahasa
Sunda berarti "pepaya"; atos dalam bahasa Jawa berartl
"keras", dalam bahasa Sunda berarti "sudah".
2. Pengalaman menderita dan senang bersama menimbulkan
persatuan juga dirasakan oleh mahaslswa saat menempuh
Orlentasi Siswa dan Pengenalan Kampus (OSPEK).
3. Dominannya tiga kekuatan nasionalis,Islam, dan
sosialis/komunis di kalangan rakyat ndonesia dapat dilihat darl
hasil Pemilu 1955. Partai Nasional ndonesia (nasionalls),
Masyuml (Islam), Nahdlatul Ulama (Islam), PKI (komunis), dan
2.8 Latihan
1. Perbedaan-perbedaan apakah yang terdapat antara fungsl
Pancasila sebagal pandangan hldup bangsa dan sebagal
dasar negara?
2. Bagalmana kecocokan antara teorl Ernest Renan tentang
bangsa dengan pengalaman terbentuknya ldentltas
bangsaIndonesia?
3. Nllal-nllal apakah dalam sejarah Indonesia kuno yang
melatarbelakangi Pancasila?
4. Mengapa Pancasila berslfat lmperatlf bagl bangsa Indonesia
5. Mengapa tujuh kata dalam slla pertama versl Plagam
Jakarta akhlrnya dlhapuskan darl rumusan akhlr Pancaslla?
III. Rangkuman
Lahlrnya Pancaslla merupakan suatu kebutuhan soslal,
hlstorls, dan polltik yang mendasarl terbentuknya ldentltas bangsa
Indonesia secara final. Pancaslla sangat tepat menjadl dasar
negara RepubllkIndonesia karena mengandung nllal- nllal yang
melekat pada keprlbadlan rakyatIndonesia dan mampu menjawab
tantangan hlstoris-politlk selama proses perumusan identltas
negara, khususnya memperdamalkan dan menjembatanl kubu-
kubu ideologis yang domlnan dalam pergerakan
politikIndonesia.Itu sebabnya Pancasila disebut memilikl dlmensi
imperatlf bagl bangsa Indonesia.
Daftar Pustaka
Senarai
Majemuk: slfat beragamnya masyarakat, terdlrl darl banyak unsur.
Imperatlf: slfat tak terelakkan,harus atau mustl,tldak dapat dltawar-
tawar lagl.
Formulaal: proses menyusun suatu materl hlngga mencapal
bentuk (form) tertentu.
Soslo-naslonallsme: konsep Soekarno tentang perpaduan
antara nllal peri kebangsaan (naslonallsme) dan perl
kemanuslaan (lnternaslonallsme).
Soslo-demokrasl : konsep Soekarno tentang perpaduan antara
nllai demokrasl dan keadllan soslal.
I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan gambaran ringkas
mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada pokok
bahasan ini diuraikan mengenai pengertian negara, tujuan negara,
konsep dan urgensi Pancasila sebagai dasar negara.
1.2. Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan bekal agar mahasiswa
mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan menganalisis Pancasila
sebagai dasar Negara
2.4. Latihan
1. Jelaskan pengertian dan tujuan negara!
2. Jelaskan Fungsi Pancasila sebagai dasar Negara
III. Penutup
3.1. Rangkuman
a. Sebelum Pancasila disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), nilai-
nilai kearifan lokal yang dimiliki Indonesia telah menjadi
pandangan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai
tersebut diangkat dan dirumuskan secara formal oleh
para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar filsafat
negara Indonesia.
b. Pancasila itu sendiri bersumber dari nilai-nilai kearifan
lokal yang sudah hidup di tengah-tengah masyarakat
sejak dulu. Pola-pola yang sudah ada di tengah-tengah
masyarakat yang berbeda-beda memancarkan falsafah
Pancasila
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [37]
c. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara memiliki
fungsi kedudukan sebagai kaidah negara yang
fundamental atau mendasar. Sehingga sifatnya tetap,
kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun.
Senarai
I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan gambaran ringkas mengenai
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Pada pokok bahasan ini diuraikan
mengenai pengertian ideologi, Ideologi Pancasila.
1.2. Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan bekal agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi, menjelaskan dan menganalisis Pancasila sebagai
ideologi nasional.
II. Penyajian
1.2.1. Uraian
a. Pengertian Ideologi
Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan
asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup; cara berfikir seseorang atau suatu golongan;
dan paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial
politik (https://typoonline.com/kbbi/ideologi).
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [40]
Kata ideologi berasal dari bahasa Yunani idein yang memiliki
arti melihat, atau idea yang memiliki arti gagasan, buah fikiran, dan
kata logia memiliki arti sebagai ajaran. Oleh karena itu maka ideologi
dipahami sebagai ilmu mengenai gagasan dan hasil fikiran (science
des ideas (Almarsudi, 2001: 57).
Ideologi merupakan keseluruhan prinsip yang berlaku dalam
masyarakat yang berkaitan dengan berbagai aspek, misalnya
ekonomi, budaya, sosial politik, dan pertahanan keamanan.
Keseluruhan prinsip atau disebut juga normatif sebagai dasar dan
pedoman tingkah laku manusia atau masyarakat dalam mencapai
cita-cita. Ideologi sebagai rangkaian cita-cita yang mendasar
merupakan suatu sistem yang logis yang mengacu pada suatu filsafat
(Abdulgani, 1978:2).
Idea yang dalam pengertian sehari-hari berarti cita-cita yang
sifatnya tetap sekaligus merupakan paradigma dalam memaknai
dunia. Idea tersebut diperjuangkan secara terus- menerus sebagai
upaya untuk mewujudkan sesuatu yang ada dalam idea tersebut
dalam kehidupan nyata. Melihat beberapa uraian tentang pengertian
ideologi tersebut, dapat ditegaskan bahwa pada hakikatnya antara
dasar dan tujuan menjadi satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena ada
tujuan yang akan dicapai, begitu sebaliknya cita-cita diperjuangkan
berdasrkan atas landasan, asas atau dasar yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu.
Pranarka (1985) menyatakan istilah ideologi secara historis
pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy, seorang Perancis,
pada tahun 1796. Tracy memiliki impian untuk membangun suatu
sistem pengetahuan dan Tracy menyebutnya sebagai ideologie yaitu
science of ideas merupakan suatu program yang diharapkan mampu
membawa perubahan-perubahan institusional dalam masyarakat
Perancis. Pranarka lebih lanjut menyatakan ideologi adalah
1. Ideologi dipahami sebagai weltanscauung atau science of ideas,
artinya pengetahuan yang mengandung pemikiran-pemikiran
besar, cita-cita, sejarah, manusia, sosial, dan negara. Pemahaman
ideologi seperti ini sering disebut juga sebagaoi filsafat dalam
pengeratian luas.
2. Ideologi mengarah pada belief system sehingga berbeda dengan
filsafat, ilmu, maupun teologi yang secara formal sebagai suatu
knowledge system.
1.2.2. Latihan
1. Jelaskan pengertian ideologi!
2. Jelaskan manfaat ideologi!
3. Jelaskan makna Pancasila sebagai idelogi!
4. Jelaskan manfaat ideologi Pancasila bagi bangsa dan negara
Indonesia!
III. Penutup
1.3.1. Rangkuman
a. Ideologi merupakan sekumpulan nilai yang merupakan satu
kesatuan system yang dijadikan pedoman hidup dan diyakini
kebenarannya yang ingin diwujudkan dalam realitas kehidupan.
b. Ideologi sifatnya ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Ideologi
yang tertutup merupakan dotrin yang tidak bisa dipertanyakan
kebenarannya. Doktrin ini membutuhkan pengorbanan bagi
kelompok pendukungnya.
c. Sedangkan ideologi terbuka, merupakan hasil kesepakatan dan
masyawarah Bersama dan menjadi milik Bersama. Sumber
ideologi ini digali dari pandangan hidup bangsa, karena sudah
dipraktekan, dialui dalam kehidupan Masyarakat atau para
pendukungnya.
d. Pancasila merupakan padangan hidup bangsa Indonesia dan
menjadi identitas bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan
ideologi yang bersumber dari filsafat Pancasila. Sebagai sebuah
ideologi, Pancasila sifatnya terbuka, dan bisa menerima paham
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [48]
dari luar. Tapi pengaruh dari luar mesti disaring dengan nilai-nilai
yang terkandung di dalam pandangan hidup tersebut, dengan
selektif inkoporatif.
e. Nilai-nilai dalam ideologi Pancasila menjadi cita-cita bangsa untuk
direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Karen itu reinterpretasi nilai-nilai perlu dilakukan sesuai
tantangan jaman. Pasang surut dalam penafsiran nilai-nilai
Pancasila merupakan dinamika perkembangan berbangsa dan
bernegara.
Senarai
Ideologi adalah sekumpulan nilai-nilai atau gagasan-gagasan yang
merupakan sistem yang diperjuangkan secara terus-menerus untuk
diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Ideologi terbuka adalah sekumpulan nilai-nilai atau gagasan-
gagasan yang sudah hidup dan berkembang dalam masyarakat yang
diyakini kebenaraannya dan tetap perkembangan jaman.
Ideologi Pancasila adalah ideologi yang berdasarkan pada nilai-nilai
Pancasila yang dijadikan landasan dalam mewujudkan cita-cita yang
terkandung di dalam nilai-nilai Pancasila.
I. Pendahuluan
1.4. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan gambaran ringkas mengenai
Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Pada pokok bahasan ini diuraikan
mengenai pengertian filsafat, rumusan kesatuan sila-sila Pancasila
sebagai suatu sistem, dan kesatuan sila – sila Pancasila sebagai
sistem filsafat.
1.5. Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan bekal agar mahasiswa
mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan menganalisis Pancasila
sebagai sistem filsafat.
b. Segi kuantitas
1. Monisme adalah aliran ontologi yang menyatakan bahwa
kenyataan fundamental itu hanya ada satu. Kenyataan
tersebut dapat merupakan jiwa, materi, Tuhan atau substansi
lainnya yang tidak dapat diketahui. Monisme ini berasal dari
kata monas-adis, padanan kata dari monade yang artinya
kesatuan. Monisme dalam sejarah perkembangan sejarah
filsafat Barat mengandung dua pengertian. Pertama,
monisme secara metafisik berarti pandangan yang
menganggap adanya satu kenyataan dasar. Aliran ini sering
disebut dengan singularalisme. Kedua, monisme secara
epistemologis berarti pandangan yang menganggap bahwa
objek yang nyata dan idea tentang persepsi atau konsepsi
adalah satu dalam bentuknya sebagai pengetahuan (Runes,
1979: 201).
2. Dasar Epistemologis
Epistemologi berasal dari kata Yunani episteme yang memiliki arti
pengetahuan, sedangkan logos adalah studi. Kattsoff (1953:71)
menyatakan epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat
yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode, dan
sahnya pengetahuan. Ada tiga persoalan mendasar dalam
epistemologi.
1. Apakah sumber pengetahuan itu?
2. Apakah watak pengetahuan itu?
3. Apakah pengetahuan manusia itu benar?
3. Dasar Aksiologis
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios dan logos. Axios
artinya nilai atau sesuatu yang berguna dan logos artinya akal
(reason) atau teori (theory). Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai
(theory of value), penyelidikan tentang kriteria, kodrat, dan status
metafisik dari nilai (Runes, 1979: 32).
Kattsoff (1953-297) berpandangan adanya keterkaitan antara
pengertian baik dengan nilai, misalnya kalimat: Pisau ini baik.
Pernyataan ini dipahami bahwa pisau yang baik adalah pisau yang
bernilai atau memiliki kegunaan untuk mengiris sesuatu. Intinya
nilai (kualitas) meliputi kebaikan-kebaikan yang ada terkandung
dalam sesuatu dan sejumlah manfaat atau keberhargaan untuk
yang lain.
Nilai menurut Notonagoro seperti yang dikutip Kaelan (2009: 216)
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang bermanfaat untuk
kehidupan jasmani maupun kebutuhan material ragawi
manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang bermanfaat bagi
manusia untuk bisa melakukam aktivitas.
2.2. Latihan
1. Jelaskan pengertian filsafat!
2. Jelaskan manfaat belajar filsafat!
3. Jelaskan makna Pancasila sebagai suatu sistem!
4. Jelaskan makna Pancasila sebagai sistem filsafat!
III. Penutup
3.1. Rangkuman
a. Filsafat adalah ilmu yang menelaah persoalan-persoalan sampai
pada akar-akarnya.
b. Filsafat berkaitan dengan ilai-nilai, oleh karena itu filsafat
bermanfaat sebagai andasan hidup sehari-hari.
(https://kbbi.web.id/sistem).
Senarai
Filsafat adalah ilmu yang mengkaji persoan-persoalan sampai pada
hakikat.
Ontologi adalag cabang filsafat yang membahas tentang „yang ada‟
(being).
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat
pengetahuan.
Aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat nilai.
I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan gambaran ringkas
mengenai Pancasila sebagai Sistem Etika. Pada pokok bahasan ini
diuraikan mengenai pengertian etika, nilai-nilai etika dalam Pancasila,
dan Pancasila sebagai sumber etika politik di Indonesia.
1.1.2. Relevansi
Pokok bahasan ini memberikan bekal agar mahasiswa
mampu mengidentifikasi, menjelaskan dan menganalisis Pancasila
sebagai sistem etika.
II. Penyajian
2.1. Uraian
a. Pengertian Paradigma
Pengertian etika menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah ilmu tentang sesuatu yang baik dan buruk; tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak) (https://kbbi.web.id/etika). Etika
mempersoalkan perilaku seseorang yang diukur dari nilai baik dan
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [64]
buruk. Etika mengandung pengertian moral. Moral merupakan objek
kajian etika. Etika memberikan norma bagi perbuatan itu sendiri. Etika
berkaitan erat dengan persoalan apakah suatu perbuatan boleh
dilakukan atau tidak (Bertens, 2007: 4-10).
Etika berisi nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral sebagai dasar
dalam menuntun perilaku manusia. Etika sekaligus memberi kriteria
bagi penilaian moral tentang apa yang harus dilakukan dan tentang
apakah suatu tindakan dan keputusan dinilai sebagai baik atau buruk
secara moral. Secara luas etika dipahami sebagai suatu pedoman
bagaimana manusia harus hidup, dan bertindak sebagai orang yang
baik. Etika di sini berperan sebagai petunjuk, orientasi, dan arah
bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia (Keraf, 2002:
3). Etika menjadi landasan dalam bersikap dan bertingkah laku sehari-
hari.
Etika berhubungan dengan tata cara hidup yang baik, baik
kaitannya dengan individu atau masyarakat. Kehidupan yang baik
diwariskan dari satu generasi ke generasi lain. Kenudian kebiasaan ini
dibakukan dalam suatu kaidah atau norma. Kaidah ini pada dasarnya
berkaitan dengan baik atau buruknya perilaku manusia. Etika
dipahami sebagai suatu ajaran yang memuat aturan mengenai
bagaimana manusia hidup dengan cara yang baik. Etika juga berisi
perintah dan larangan mengenai baik atau buruknya perilaku
manusia, perintah yang mestinya dipatuhi dan larangan yang harus
dihindari (Keraf, 2002: 2).
Ada dua hal pokok yang menjadi objek material etika, yaitu
pernyataan moral yang terkait dengan pernyataan tindakan manusia
dan pernyataan manusianya sendiri, seperti motif, maksud, dan
wataknya. Sedangkan pernyataan yang tidak terkait dengan moral
tidak dapat dinilai secara dikhotomis benar-salah, baik-buruk.
Misalnya jeruk itu manis, anak ini sehat. Dua persoalan tersebut akan
menemukan jawaban dalam rumusan wajib-tidak wajib yang disebut
dengan pernyataan kewajiban. Betul atau salah disebut penilaian
moral, misalnya baik-buruk, mengagumkan, bertanggung jawab
(Magnis, 2002: 17)
2.2. Latihan
1. Jelaskan pengertian etika!
2. Jelaskan pengertian etika politik!
3. Jelaskan macam-macam nilai kaitannya dengan sumber derivasi!
4. Jelaskan makna Pancasila sebagai sistem etika!
III. Penutup
3.1. Rangkuman
a. Etika merupakan cabang filsafat yang berkaitan erat dengan
persoalan nilai karena etika pada substansinya menelaah
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan predikat nilai benar
(right) dan salah (wrong) dalam pemahaman nilai susila atau tidak
susila, baik dan buruk.
b. Norma moral dan etika selalu berkaitan dengan prinsip dasar nilai
yang dianut oleh suatu masyarakat. Prinsip nilai bersumber pada
dasar filsafat yang dianut oleh masyarakat tersebut. Implementasi
moral dalam kehidupan masyarakat senantiasa mempunyai kaitan
yang sistematik dengan sumber nilai sebagai dasar filsafat yang
dianut.
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [71]
c. Nilai-nilai kaitannya dengan derivasi atau penjabaran meliputi nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
d. Etika politik kaitannya dengan penyelenggaraan suatu negara
mengharuskan sesuai dengan legitimasi hukum, legitimasi
demokrasi, dan legitimasi moral.
e. Pancasila sebagai dasar filsafat negara merupakan sumber
derivasi peraturan perundang-undangan juga merupakan sumber
moralitas terutama kaitannya dengan hukum, kekuasaan, dan
kebijakan-kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan
bernegara.
Senarai
Etika adalah ilmu yang menelaah mengenai manusia yang berkaitan
dengan moralitas.
Politik adalah berbagai macam kegiatan dalam suatu sistem politik
untuk mencapai tujuan tertentu.
Etika politik adalah filsafat moral mengenai dimensi politik kehidupan
manusia.
Norma adalah aturan yang mengikat setiap warga negara sebagai
landasan dalam bersikap dan bertingkah laku sehari-hari baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai adalah kualitas abstrak yang melekat pada sesuatu hal.
I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan gambaran ringkas mengenai
sebagai dasar dalam Pengembangan IPTEK. Pokok bahasan ini
menguraikan mengenai beberapa sub pokok bahasan seperti konsep
Pancasila sebagai pengembangan IPTEK, Pancasila sebagai sumber
nilai dan moral dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, Pancasila sebagai paradigma pengembangan IPTEK.
1.2. Capaian Pembelajaran
1.2.1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
a. Mampu menganalisis (C4) Pancasila sebagai dasar
dalam Pengembangan IPTEK
a. Aspek Ontologi
Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak
mengenal titik henti dalam upayanya untuk mencari dan
menentukan kebenaran dan kenyataan. Ilmu pengetahuan harus
dipandang secara utuh, dalam dimensinya sebagai : Sebagai
masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic community
yang dalam hidup keseharian para warganya untuk terus
menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebagai
proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang
melalui abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi,
eksperimentasi, komparasi dan eksplorasi mencari dan
menemukan kebenaran dan kenyataan. Sebagai produk, adalah
hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud karya-karya
ilmiah berbentuk fisik maupun non-fisik.
b. Aspek Epistemologi
Bahwa Pancasila dengan nilai–nilai yang terkandung di dalamnya
dijadikan metode berpikir.
c. Aspek Aksiologi
Dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila sebagai metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek
pengembangan ilmu pengetahuan secara negatif tidak
bertentangan dengan cita-cita dari Pancasila dan secara positif
mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila. (Kaelan,
2010: 78).
2.2. Latihan
1. Jelaskan pengertian Pancasila sebagai dasar
Pengembangan IPTEK!
2. Jelaskan mengapa Pancasila sebagai dasar nilai dan moral
dalam Pengembangan IPTEK!
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [79]
2.3 Jawaban Latihan
Bacalah dengan teliti dan pahami materi tersebut di atas
kemudian evaluasi jawaban Anda. Jika jawaban Anda belum semua
benar maka silakan pelajari kembali dengan lebih cermat.
III. Penutup
3.1. Rangkuman
Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila dalam
perkembangan IPTEK sangatlah penting dimana Pancasila dapat
menjadi rambu-rambu normatif bagi pengembangan dan juga
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi agar tetap sesuai
dengan kepribadian masyarakat Indonesia yang luhur dan mulia.
Pengembangan IPTEK juga harus senantiasa berakar pada budaya
bangsa, serta IPTEK harus senantiasa menghormati dan terbuka
dengan segala kritik yang ada dari masyarakat yang tentunya untuk
arah yang lebih baik.
Sebagai masyarakat Indonesia kita semua harus selalu
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, bijak menggunakan teknologi dan berusaha tidak terpengaruh
oleh dampak negatif dari perkembangan IPTEK. Jadilah masyarakat
yang cerdas yang dapat memanfaatkan teknologi untuk hal-hal baik
yang dapat berguna untuk diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
juga bangsa Indonesia.
Senarai
IPTEK adalah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Paradigma adalah landasan, acuan, tolok ukur
adalah filsafat moral mengenai dimensi politik kehidupan
manusia.
Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya.
Nilai adalah kualitas abstrak yang melekat pada sesuatu hal.
2.2. Pendahuluan
Indonesia adalah sebuah negara bangsa (nation-state),
gabungan dari identitas rakyat Indonesia sebagai bangsa dan
negara. Jika ditinjau dari teori substansl-forma, maka bangsa adalah
substansi dari forma negara. Hal lnl berartt, karakter
bangsaIndoneslalah yang menjadl penentu dari bentuk negara
Indonesia.
Dalam pengelolaan (tata) negara, hukum menjadi elemen
yang sangat pentlng. Negara adalah organlsasi kekuasaan yang
menyelenggarakan urusan- urusan rakyat di suatu wllayah,
dengan demikian negara berkepentingan untuk menclptakan
ketertlban dan pemerintahan yang efektif. Untuk melaksanakan
fungsi ltu, negara harus menjadl pemegang kekuasaan tertinggl
yang berhak untuk menetapkan hukum yang dltaatl oleh seluruh
rakyat dalam wilayahnya. Kekuasaan tersebut pada akhirnya
ditujukan untuk mengintegraslkan dan memblmblng kegiatan-
kegiatan sosial dari penduduknya ke arah tujuan bersama.
Dalam rangka ltu, negara mempunyai dua tugas. Pertama,
mengendalikan dan mengatur gugus-gugus kekuasaan di dalam
wilayahnya sehingga tldak menjadi antagonisme _ (pertentangan
satu sama lain) yang membahayakan. Kedua, mengelola dan
mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan dalam
wilayahnya untuk mencapal tujuan-tujuan bersama seluruh
masyarakat. Pengendallan negara terhadap slapa pun yang ada
dalam wilayahnya dljalankan lewat slstem hukum dengan
perantaraan pemerintah beserta segala alat-alat perlengkapannya.
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [83]
Pada umumnya, hukum berartl peraturan-peraturan
mengenal tingkah laku orang dalam masyarakat dengan dlsertal
sanksl yang bisa dipaksakan. Sanksl lnllah yang membedakan
hukum darl aturan tlngkah laku lain, sepertl norma agama, norma
moral, atau norma kesopanan. Dengan adanya sanksl, hukum
memlllkl kekuasaan memaksa, dengan mellbatkan kekuasaan
negara.
Hukum dlclptakan untuk mengatur dan menyelaraskan
kepentingan yang berbeda-beda di antara anggota-anggota
masyarakat, balk hubungan antar - lndlvldu, antara lndividu
(person) dengan badan hukum ( rechtsperson ), atau antara badan
hukum dengan badan hukum. Jlka badan hukum ltu berwujud
negara, maka peraturan hukum yang mengatur hubungan dengan
negara inl masuk ke dalam lingkup hukum tata negara. Apabila
disederhanakan, hukum tata negara adalah peraturan tlngkah laku
mengenal hubungan antara lndlvidu dengan negaranya (Mahfud,
2001:64).
Hukum tata Negara merupakan landasan pajak bagi suatu
slstem ketatanegaraan. Slstem secara denotatlf bermakna
rangkalan darl bagian-bagian yang terlntegrasi dan sating
berhubungan dalam suatu fungsl bersama. Hal penataan negara
adalah suatu slstem karena akan mellbatkan jabatan-jabatan
organlsaslonal yang berkaltan dengan kekuasaan negara. Sepertl
dldeflnlslkan oleh Logemann, hal-hal fundamental tentang negara
yang dlatur oleh hukum tata negara mellputi:
1. Jabatan-jabatan yang ada dalam susunan suatu negara;
2. Slapa yang mengadakan jabatan-jabatan itu;
3. Bagalmana cara menglsl orang untuk jabatan-jabatan ltu;
4. Apa fungsl jabatan-jabatan ltu;
5. Apa kekuasaan hukum jabatan-jabatan ltu;
6. Bagaimana hubungan maslng-maslng jabatan ltu;
7. Sampal batas mana kekuasaan jabatan-jabatan ltu (Mahfud,
2001:70)
1. Negara Ketuhanan
Masalah poslsl agama dalam negara sangat kruslal dalam
sejarah berdirinya negara Indonesia. Perdebatan terutama berpusat
pada dua kubu ideologls yang terkuat di dalam pergerakan politik
Indonesia, yaknl kaum nasionalis dan kaum agamis. Benlh-benlh
polemik tentang masalah tersebut sudah mulai muncul sejak tahun
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [86]
1918, saat komlte untuk kebangsaan Jawa (Comite voor het.
Javanche Nasionalisme ) mengecam kalangan Sarekat Islam dengan
menandaskan bahwa politik dan agama haruslah dipisah, sedangkan
plhak Sarekat Islam menolak dengan mengatakan bahwa mereka
adalah Islam Naslonalls (Noer, 1986: 186). Perdebatan terbuka yang
pertama terjadl tahun 1940 antara Soekarno (wakil kelompok
naslonalls) dengan Muhammad Natslr (wakll kelompokIslam) tentang
"hubungan antara agama dan negara".
Perdebatan tentang masalah lni muncul lagi dalam sidang
BPUPKI dan menyerap begltu banyak energl. Dalam sldang-sldang
BPUPKI, perblncangan tentang berbagal masalah pokok yang harus
dlputusk n, sepertl masalah bentuk dan batas negara, cenderung
berjalan lancar, tetapl sekall persoalan dasar Negara disentuh, lklim
politik dalam sldang menjadl sangat hangat (Ma'arif, 1985: 103). Lagi-
lagi persoalan peran agama dalam negara dipersellsihkan. Pada
awalnya kelompok naslonalis sekuler dan kelompok naslonalis
agama (Islam) sama-sama kukuh berpegang pada pendapat mereka
masing-maslng. Yang satu lngln urusan agama dlplsahkan darl
urusan negara, yang lain lngln negara dldasarkan pada hukum-
hukum agama.
Atas dasar semangat untuk menghlndarl perpecahan dan
menyelesalkan perbedaan-perbedaan pendapat, akhlrnya pada
tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah oleh Panltia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) UUD 1945 dengan Pembukaan
yang mencantumkan Pancasila sebagal kaldah fundamental negara (
staatsfundamental norm) dan hukum dasar tertulis Indonesia
erdeka. Secara resmi telah lahlr negaraIndonesia baru yang bukan
negara agama seperti yang dlmaksud dalam konsepslIslam ortodoks,
juga bukan negara sekuler yang memandang agama semata-mata
masalah pribadi, melainkan negara Pancasila yang berketuhanan
(Mahfud, 2001:51).
Konsep negara yang berketuhanan ini menclptakan
keselmbangan antara paham negara (Islam) dan negara sekuler.
Dicapalnya konsep ini merupakan refleksl darl konsensus bersama
yang mempertemukan cita-clta golonganIslam di satu pihak dengan
golongan nasionalis di pihak lain untuk menegakkan negara
. Pancasila sebagal negara Tels Demokratls, dan oleh
karena ltu dapat menyatukan "seluruh rakyatIndonesia (Bakry,
1987:39).
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [87]
Perlncian darl asas negara ketuhanan lnl dljabarkan dalam
pasal 29 UUD 1945 .Intl dari pasal lnl adalah negara menganggap
penting nilal-nllai agama, terutama keyakinan kepada Tuhan YME,
sebagal landasan moral pelaksa':laan fungsi dan tugasnya . Selaln
itu, negara juga menjamln bahwa setlap warga negara punya
kebebasan untuk beragama dan beribadah sesual dengan
keyaklnannya . Hal ini juga berarti negara tidak akan membeda-
bedakan status, hak, dan kewajiban warga negara atas dasar
agama yang dlanutnya.
2. Perlindungan HAM
Keseimbangan lain yang diupayakan Pancasila adalah
antara nasionalisme dengan peri kemanuslaan. Rasa cinta akan
bangsa dan kebanggaan nasional tidak semestinya diwujudkan
secara agreslf dengan menglnvasl wllayah bangsa lain, apalagi
sampai melakukan genoslda terhadap sesama manusla seperti
yang dllakukan gerakan fasts Jerman. Kesadaran terhadap harkat
martabat manusia yang sejajar lnl dltuangkan dalam sila
"Kemanuslaan yang adll dan beradab".
Wujud yang paling pentlng dari nilai kemanusiaan ini
adalah perlindungan terhadap hak-hak manusla ( human rights),
khususnya hak-hak asasi manusia. Oleh karena sejak awal
Indonesia menganut slstem konstitusional, perllndungan terhadap
HAM ini menjadi salah satu hal terpenting yang harus dlwujudkan
dalam konstitusl. Sebab, esensl konstitusionalisme pada dasarnya
ada dua, yaitu perlindungan tcrhadap HAM dan adanya pembaglan
kekuasaan negara dengan sistem checks and balances agar
pemerintah dapat memberi perlindungan terhadap HAM (Mahfud,
2001:131).
Berbagai pernyataan dan rumusan perlindungan terhadap
HAM didapati dalam UUD 1945, balk baglan Pembukaan maupun
batang tubuhnya. Di dalam allnea IPembukaan UUD 1945 disebutkan
bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, maka setiap jenis
penjajahan yang menghambat kemerdekaan harus dihapuskan darl
muka bumi. Pernyataan ini sangat jelas menunjukkan dukungar'l
konstitusl Indonesia terhadap perllndungan HAM. Selanjutnya, dalam
allneaIV, dirumuskan tujuan naslonal, yakni "mellndungl segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan ikut
Rumusan HAM dalam UUD 1945 yang asli lni terlihat singkat
dan kurang terperinci. Sebabnya antara lain selama proses menyusun
UUD 1945, terjadi pertentangan antara kubu yang menghendakl
masuknya rumusan tentang HAM secara terperlncl dalam konstltusi
dengan plhak yang menolak. Di dalam risalah sidang BPUPKI terbaca
ada dua plhak yang berbeda pendapat secara tajam tentang lnl, yaltu
Soekarno dan Soepomo pada satu plhak dengan Hatta dan Yamin
pada pihak lain. Soekarno dan Soepomo tidak setuju pasal-pasal
HAM masuk di dalam UUD karena dlkuatirkan akan merusak konsep
"gotong-royong" dengan lndividuallsme Barat. Menurut mereka
negara gotong royong meniadC!kan garis antara pemerlntah dan
rakyat, semuanya satu keluarga. Hatta dan Yamin mengusulkan
pasal-pasal HAM dlrlncl agar rakyat beranl menyatakan pendapatnya
dan pemerlntah tldak berlaku sewenang-wenang. Perlnclan HAM
dalam konstltusl dlperlukan untuk menghlndarl terjadlnya ·
absolutlsme kekuasaan (Mahfud, 2001:139).
Kekuatlran Hatta dan Yamin kemudlan terbuktl dalam praktek
perlindungan negara yang minim terhadap HAM, bahkan pemerlntah
juga lkut menlndas HAM. Oleh karena ltu, pada masa pasca gerakan
Reformasl tahun 1998, ada dorongan untuk membaharul polltik
hukum tentang HAM dengan mengelaborasi pengaturan HAM dalam
konstitusl. Hal ini akan kita bahas pada sub bab berikutnya.
6. Dihapuskannya DPA
Sebelum amandemen, UUD 1945 mengatur adanya Dewan
Pertimbangan Agung (DPA) yang berkewajlban menjadi penasihat
Presiden dan berhak mengajukan usul kepada Pemerintah (pasal 16
ayat 2). Menurut Penjelasan UUD 1945, DPA memang semata-mata
bertugas menjadl badan penasihat.
Pasca amandemen, tldak dltemukan lagl ketentuan dalam
UUD yang mengatur tentang DPA. Sebagai gantlnya, diatur tentang
adanya sebuah badan yang bertugas untuk menaslhatl Preslden.
Bedanya, badan inl sepenuhnya dlbentuk dan anggota-anggotanya
diangkat oleh Presiden sendiri (pasal 16).
III. Penutup
Sampai tahun 2005, UUD 1945 telah mengalami empat kali
amandemen . Tampaknya amandemen keempat tahun 2002 yang lalu
bukanlah amandemen yang terakhir. Sampai saat ini masih ada
ketidakpuasan-ketidakpuasan terhadap hasil amandemen, bahkan
ada pula gerakan yang ingin agar UUD 1945 dikembalikan kepada
rumusan aslinya. Ketidakpuasan terutama dltujukan kepada besarnya
wewenang DPR yang dilimpahkan oleh UUD 1945. Sebagian orang
mengkuatlrkan terjadinya tlrani leglslatlf karena domlnasl DPR dalam
berbagal aspek pemerlntahan. Semua fenomena lni menunjukkan
bahwa bangsa dan negara Indonesia masih dalam proses
mencarl bentuk untuk mendefinlslkan slstem demokrasl Pancaslla.
Namun, perubahan apa pun yang terjadl pada batang tubuh UUD
1945, ada suatu consensus nasional untuk tidak bergeser dari dasar
negara yang telah dipilih, yakni Pancasila.
3.1. Contoh-Contoh
1. Untuk melindungl hak untuk hldup, KUH Pldana merumuskan
dellk pembunuhan (pasal 338) yang akan menghukum orang
yang menghllangkan nyawa orang lain.
2. Diberlkannya kesempatan kepada partai-partai polltik berasaskan
agama dan dibolehkannya penggunaan slmbol-slmbol agama
dalam praktek kenegaraan menunjukkan bahwaIndonesia bukan
negara sekuler.
3. Anak seorang gubernur atau anak seorang petanl, jika dldapatl
mencuri, maka keduanya akan menjalani proses hukum yang
sama. Hal lni adalah contoh kesamaan kedudukan warga negara
di hadapan hukum.
3.6. Rangkuman
Pancasila sebagai dasar negara dimanifestasikan dalam UUD
1945. Pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila menjadi pokok
kaidah dasar atau staats fundamental norm yang menjiwai isi seluruh
batang tubuh UUD 1945. .Olh karena slfatnya yang slngkat dan supel,
implementasi UUD 1945 dalam praktek kenegaraan Republlk
Indonesia mengalami dinamika sesuai penafsiran masing- maslng
pemerlntahan. Derengan untuk menyempurnakan rumusan batang
tubuh UUD 1945 menguat setelah gerakan Refermasi tahun 1998.
Setelah empat kali amandemen, UUD 1945 mengalaml beberapa
perubahan mendasar.
Daftar Pustaka
I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan penjelasan mengenai
pengertian identitas nasional serta menjelaskan berbai
implementasinya pada bangsa Indonesia. Identitas Nasional
mencakup tentang sejarah timbulnya identitas nasional, faktor-faktor
identitas nasional, dan contoh-contoh pelaksanaan maupun
pelanggaran identitas nasional serta memberikan solusi untuk
mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan identitas nasional
1.2. Relevansi
Penjelasan tentang materi identitas nasional ini akan
memberikan wawasan kepada mahasiswa untuk lebih memahami
makna dan arti identitas nasional bukan hanya sekedar mengerti akan
tetapi bisa meng implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah mahasiswa memahami konsep identitas nasional, bisa
membantu dalam menyelesaikan segala permasalahan yang
berkaitan dengan identitas nasional.
2. Faktor subjektif
Faktor subjektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis yang
dimiliki Indonesia ikut memengaruhi proses pembentukan masyarakat
dan bangsa Indonesia beserta identitasnya melalui interaksi berbagai
faktor yang ada di dalamnya.
Selain kedua faktor di atas, sebagaimana dikutip oleh Suryo
(2002), Robert de Ventos mengemukakan bahwa munculnya identitas
nasional suatu bangsa merupakan hasil interaksi antara empat faktor
penting, yaitu faktor primer, faktor pendorong, faktor penarik, dan
faktor reaktif (Kaelan, 2016: 45)
1. Faktor primer, mencakup etnisitas, teritorial, bahasa, agama, dan
yang sejenisnya. Meskipun beraneka ragam, bagi bangsa
Indonesia hal-hal tersebut merupakan suatu kesatuan dengan ciri
khasnya masing-masing.
2. Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan
teknologi, lahirnya angkatan bersenjata modern, dan
pembangunan lainnya dalam kehidupan negara. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan negara dan
bangsanya merupakan suatu identitas nasional yang bersifat
dinamis.
3. Faktor penarik, mencakup kodifikasi bahasa dalam gramatika yang
resmi, tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan sistem pendidikn
nasional. Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia merupakan
bahasa resmi yang merupakan bahasa persatuan. Demikian pula
menyangkut birokrasi dan pendidikan nasional yang telah
dikembangkan sampai saat ini.
4. Faktor reaktif, meliputi penindasan, dominasi, dan pencarian
identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat Indonesia.
Penderitaan dan kesengsaraan pada masa penjajahan di masa
lampau membangkitkan semangat perjuangan dan pengorbanan
bersama untuk menegakkan kebenaran yang akhirnya merupakan
identitas untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara Indonesia.
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [116]
c. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Pancasila pertama kali dicetuskan oleh Ir. Soekarno dalam
sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Kemudian Pancasila
ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia pada sidang pertama
PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Rumusan Pancasila terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Sejak awal kelahirannya tanggal 1 Juni 1945, Pancasila
dimaksudkan sebagai dasar falsafah Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau lebih dikenal sebagai Dasar Negara (Philosofische
Grondslag). Arti penting Pancasila merupakan salah satu tolok ukur
dan pegangan hidup bagi kehidupan bermasyarakat (Susanto, 2016).
Dengan demikian, Pancasila merupakan pedoman hidup bangsa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
sesungguhnya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman
dahulu, yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan sebelum negara berdiri.
Hal ini berarti Pancasila bukanlah hal terberi melainkan tumbuh dari
dalam masyarakat Indonesia. Presiden Soekarno hanyalah penggali
the living law yang kemudian dikonsensuskan secara politik sebagai
dasar negara. Pancasila adalah pengukuhan dari pola kebiasaan dan
tingkah laku yang berada dari dalam masyarakat. Pancasila sebagai
landasan yang menjiwai tertib hukum dan menjadi dasar negara
bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh pemerintah, melainkan
ditemukan dalam masyarakat (Susilowati, 2016).
Bangsa merupakan suatu persekutuan hidup dalam suatu
wilayah tertentu serta memiliki suatu tujuan tertentu. Menurut Muh.
Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu bangsa
dalam panggung politik internasional, yaitu suatu bangsa yang
modern yang memiliki kemerdekaan dan kebebasan, berlangsung
melalui tiga fase, yakni zaman kebangsaan Sriwijaya, negara
kebangsaan zaman Majapahit, dan Nationals Staat atau suatu Etat
Nationale.
Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara
di dunia memiliki suatu ciri khas yaitu mengangkat nilai-nilai yang
telah dimilikinya sebelum membentuk negara modern. Bangsa
Indonesia mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila,
2.2. Latihan
Soal 1;
Identitas nasional adalah ciri yang membedakan bangsa Indonesia
dengan bangsa lain. Jelaskan apa yang dimaksud!
Jawaban soal 2;
Jelaskan apa pentingnya identitas nasional bagi eksisten suatu
bangsa dan negara
III. Penutup
3.1. Rangkuman
1. Identitas Nasional adalah suatu ciri yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lain yang secara filosofis bangsa itu
berbeda. Hal ini karena setiap bangsa harus memiliki identitas atau
ciri khas untuk bisa dikenal semua orang.
2. Identitas nasional Indonesia sudah tertuang di dalam UUD NRI
1945, antara lain bendera merah putih, bahasa Indonesia, lagu
kebangsaan Indonesia Raya, dan lain sebagainya
Soal 1.
a. Faktor objektif
Faktor objektif meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai
wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak di
persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia
Tenggara ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan
demografis, ekonomis, sosial, dan kultural bangsa Indonesia.
Soal 2.
Tantangan-tantangan identitas nasional antara lain :
a. Globalisasi diikuti dengan lalu lintas arus barang dan jasa lintas
negara, lintas benua. Masing-masing negara berusaha
meningkatkan jumlah produksi dalam negerinya. Hal ini berakibat
berkurangnya waktu yang dimiliki oleh para pekerja untuk
bersosialisasi atau untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.
Apalagi pada saat ini, merupakan jaman dimana kedua orang tua
bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
b. Semakin tingginya intensitas pekerjaan pada masyarakat
perkotaan berpengaruh terhadap semakin minimnya waktu yang
dapat mereka gunakan untuk menjalankan peran pendidikan dan
penanaman nilai-nilai kehidupan sehari-hari.
c. Kebutuhan untuk membentuk suatu komunitas berdasarkan
kesamaan tujuan dan cita-cita bersama, membuat negara-negara
membangun koordinasi dan kerjasama regional dalam rangka
memajukan perekonomian global. Hal ini, bagi bangsa Indonesia
merupakan tantangan tersendiri, karena artinya kesempatan bagi
produk, barang dan jasa serta tenaga kerja dari luar negeri akan
semakin banyak masuk ke Indonesia.
Senarai
Identitas Nasional: ciri-ciri atau keadaan khusus yang mensifati
bangsa Indonesia, sehingga membedakan dengan bangsa yang lain.
Globalisasi : kecenderungan setiap bangsa saling terikat dan
ketergantungan satu sama lain. Sekat di antara bangsa semakin
menyatu, terjadi transformasi nilai-nilai asing ke dalam nilai lokal.
Pancasila: nilai-nilai dasar kehidupan bangsa Indonesia sebagai
sumber orientasi nilai
I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini menjelaskan mengenai makna integrasi
secara umum yang juga meliputi Integrasi nasional dan pluralitas
masyarakat Indonesia, strategi integrasi dan integrasi nasional
Indonesia. Selain itu akan disertakan juga contoh-contoh integrasi
beserta tantangan-tantangan dalam mempertahankan integrasi
nasional Indonesia.
1.2. Relevansi
Penjelasan materi integrasi nasional ini akan memberikan
wawasan kepada mahasiswa mengenai hal – hal yang kaitan dengan
integrasi nasional Indonesia. Bukan hanya mengerti tapi juga
memahami dan dapat mengimplentasikan dan ikut menjaga integrasi
nasional. Selain itu mahasiswa juga mampu menghadapi berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan integrasi nasional yang
terjadi disekitarnya dan membantu menemukan solusi
pemecahannya.
2. Strategi Akulturasi
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam
kebudayaan atau lebih sehingga memunculkan kebudayaan yang
baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih tampak dalam
kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian berarti bahwa
kebudayaan baru yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur
budaya pembentuknya. Apabila akulturasi ini menjadi strategi
integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara, berarti
bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan adanya identitas budaya bersama namun tidak
menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya lokal.
Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan
integrasi nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur
budaya kelompok atau budaya lokal, walaupun penghargaan tersebut
dalam kadar yang tidak terlalu besar. Sebagaimana asimilasi,
proses akulturasi juga bisa terjadi dengan sendirinya tanpa sengaja
dikendalikan oleh negara. Namun bisa juga akulturasi menjadi
bagian dari strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan
masyarakatnya. Dihat dari perspektif demokrasi, strategi integrasi
nasional melalui upaya akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang
cukup demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional, karena
masih menunjukkan penghargaan terhadap unsur-unsur budaya
kelompok atau budaya lokal.
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [132]
3. Strategi Pluralis
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai
terdapatnya perbedaan dalam masyarakat. Paham pluralis pada
prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan memberi
kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam
masyarakat untuk hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dengan
strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi nasional negara
memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam negara,
baik suku, agama, budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya
untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup berdampingan secara
damai. Jadi integrasi nasional diwujudkan dengan tetap menghargai
terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Hal ini
sejalan dengan pandangan multikulturalisme, bahwa setiap unsur
perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga
masing-masing berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang.
3. Penutup
3.1. Rangkuman
a. Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai
kelompok budaya dan sosial dalam satu wilayah dan proses
pembentukan identitas nasional, membangun rasa
kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada ikatan-
ikatan yang lebih sempit.
b. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang
unik. Secara horizontal masyarakat Indonesia ditandai oleh
kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat,
serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertikal
struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya
perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan
bawah yang cukup tajam
c. Untuk menuju integrasi nasinal ada beberapa strategi yang
akan ditempuh yaitu, starategi asimilasi, strategi akulturasi
dan strategi pluralis.
Senarai
Integrasi bangsa : kesatuan bangsa tanpa harus menyamakan.
Multkulturalisme : sikap hidup yang memandang perbedaan di
antara anggota masyarakat sebagai kenyataan yang wajar
dan tidak menjadikan perbedaan tersebut sebagai alasan
untuk berkonflik.
Strategi integrasi: cara tepat dalam menyatukan ragam budaya
bangsa dengan tanpa harus melebur jati diri masing-masing.
I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini memberikan penjelasan mengenai
pengertian konstitusi dan UUDNRI 1945 serta menjelaskan
implementasinya di negara Indonesia. Materi Konstitusi dan UUD NRI
1945 ini mencakup tentang hukum dasar secara umum dan
khususnya hukum dasar yang berlaku di negara kita. Dan selanjutnya
akan dijelaskan juga pelaksanaan dan pelanggaran dari UUDNRI
1945 dan perkembangan dari mulai lahirnya sampai sekarang ini.
1.2. Relevansi
Penjelasan tentang materi Konstitusi dan UUDNRI 1945 ini
akan memberikan wawasan kepada mahasiswa untuk lebih
memahami makna dan arti Konstitusi dan UUDNRI 1945 bukan hanya
sekedar mengerti akan tetapi bisa memahami dan juga bisa
mengkritisi pelaksanaan Kontitusi dan UUDNRI1945 di negara
Indonesia. Hal ini sebagai cara generasi muda untuk memperhatikan
perkembangan yang ada di negara Indonesia.
2. Penyajian
2.1. Uraian
a. Pengertian Konstitusi
Menurut Astim Riyanto pada bukunya yang berjudul Teori
Konstitusi, istilah “Konstitusi” pertama kali dikenal di Negara Perancis,
yaitu berasal dari bahasa Perancis “Constituer”, yang berarti
membentuk. Kata membentuk disini merujuk pada pembentukan
suatu negara. Bisa diartikan bahwa konstusi merupakan dasar
peraturan-peraturan yang membentuk suatu negara. Jadi, konstitusi
merupakan salah satu aspek penting dalam pembentukan negara.
Pada kehidupan sehari-hari, kita terbiasa menerjemahkan kata
constitution sebagai undang-undang dasar. Pemakaian kata-kata
undang-undang dasar membuat kita langsung membayangkan
sebuah naskah yang tertulis karena undang-undang itu sendiri suatu
hal yang tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana ilmu
politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan
peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagimana suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat (Miriam Budiardjo, 2007).
Terdapat pula beberapa pengertian konstitusi menurut para
ahli, sebagai berikut:
1. K. C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem
ketatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan
yang membentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan
suatu negara.
2. Herman Heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD.
Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan
politis.
3. Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaan yang
terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai
kedudukan nyata di dalam masyarakat, misalnya kepala negara
angkatan perang, partai politik, dsb.
4. L.J Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis
maupun peraturan tak tertulis.
b. Sifat Konstitusi
Konstitusi secara umum memiliki sifat-sifat formil dan materiil.
Konstitusi dalam arti formil berarti konstitusi yang tertulis dalam
suatu ketatanegaraan suatu negara, Dalam pandangan ini suatu
konstitusi baru bermakna apabila konstitusi tersebut telah berbentuk
naskah tertulis dan diundangkan, misalnya UUD 1945, Sedangkan
konstitusi materiil adalah suatu konstitusi jika orang melihat dari segi
isinya, isi konstitusi pada dasarnya menyangkut hal-hal yang bersifat
dasar atau pokok bagi rakyat dan negara (Titik Triwulan Tutik,
2006). Sebenarnya terdapat pula konstitusi yang tidak tertulis.
Negara yang menerapkan konstitusi tidak tertulis ini adalah Inggris.
Selain itu, konstitusi juga bersifat kaku, tetapi juga flexible.
Maksudnya, konstitusi akan sangat sulit untuk diubah karema tentu
saja akan banyak yang kontra dengan hal ini. Maka dari itu,
perubahan konstitusi harus didasari dengan alasan yang kuat..
Namun, bukan berarti hal tersebut mustahil terjadi. Salah satu
contohnya yaitu adanya amandemen pada Undang-Undang Dasar
1945.
2.2. Latihan
Soal 1;
Apa yang dimaksud Kontistusi? Jelaskan konstitusi di Indonesia!
Jawaban soal 1;
Konstitusi merupakan dasar peraturan-peraturan yang membentuk
suatu negara. Jadi, konstitusi merupakan salah satu aspek penting
dalam pembentukan negara. Kontitusi di Indonesia tertulis dan tidak
tertulis. Yang tertulis UUDNRI 1945 yang tidak tertulis Konvensi
yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis, contohnya pidato
kenegaraan setiap tanggal 16 Agustus.
Soal2:
3. Penutup
3.1. Rangkuman
1. Konstitusi adalah hukum dasar, dan hukum dasar di negara kita
ada 2 yaitu tertulis dan tidak tertulis. Yang tertulis Namanya
konvensi yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara
dalam prakek penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis.
Sedangkan konstitusi yang tertulis UUDNRI 1945
Senarai
Konstitusi : yaitu keseluruhan peraturan-peraturan baik yang tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara
bagimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat. Konstitusi lebih luas pengertiannya daripada UUD.
UUD NRI 1945 : Undang-Undang Dasar NRI 1945 merupakan
konstitusi negara Indonesia.
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini menjelaskan tentang kewajiban dan hak
warganegara dan negara secara umum yang juga meliputi
pengertian negara, pengertian kewajiban dan hak, serta implementasi
dan contoh tentang kewajiban dan hak warganegara dan negara.
1.2. Relevansi
Penjelasan materi integrasi nasional ini akan memberikan
wawasan kepada mahasiswa mengenai hal – hal yang kaitan dengan
kewajiban dan hak warganegara dan negara. Bukan hanya mengerti
tapi juga memahami dan dapat mengimplentasikan dan ikut
mendukung dan melaksanakan kewajiban sebagai warganegara.
Selain itu mahasiswa juga mampu menghadapi berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan kewajiban dan hak yang
terjadi disekitarnya dan membantu menemukan solusi
pemecahannya.
Salah satu hak yang dapat kita miliki sebagai warga negara
adalah menerima dan mendapatkan pendidikan yang layak. Menurut
Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah proses menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak peserta didik, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan
merupakan hal yang penting, karena akan mencerdaskan kehidupan
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [154]
bangsa (pembukaan UUD 1945), menumbuhkan keterampilan dan
kreativitas dalam berdemokrasi, membangun jiwa-jiwa yang kuat.
Hakikat pendidikan sendiri adalah memanusiakan manusia.
Memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia
sebagai suatu keseluruhan di dalam ekosistem (Tilaar, 2002:435).
Pendidikan menjadi aspek terpenting dalam dasar mengembangkan
kepribadian serta kemampuan dalam kesatuan yang organis harmonis
dinamis, baik di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur
hidup. Yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
(1) yang menyebutkan bahwa:” Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan” diperjelas lagi pada pasal 31 (2) :” Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintahan
wajib membiayainya”. Selanjutnya pada pasal 31 (3) yang berbunyi ;”
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang.”. Pendidikan merupakan pilar
utama dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga memegang
peran penting dalam kehidupan bangsa dan negara, serta sebagai
wadah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Memiliki
sumber daya yang berkualitas akan menjadi elemen kekuatan bagi
negara itu sendiri.
Kewajiban adalah sisi lain yang tidak dapat dilepaskan.
Hampir setiap pembahasan tentang hak selalu mensyaratkan konsep
kewajiban. Kewajiban dapat diartikan sebagai suatu keharusan yang
tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara. Kewajiban suatu tindakan
atau sikap yang harus diambil atau dilakukan oleh seseorang sesuai
dengan kemampuannya (Yasin, 2009). Dengan kata lain, kewajiban
adalah sesuatu yang harus dilakukan. Oleh karena itu, sama dengan
hak yang dijelaskan sebelumnya, kewajiban juga harus memiliki
legitimasi, moral atau nilai. Dengan demikian orang yang tidak
melakukan kewajiban akan menerima sanksi dan hukuman.
Kewajiban dapat dikatakan pula sesuatu yang harus kita lakukan demi
mendapatkan hak kita dan menjadi wujud tanggung jawab terhadap
negara. Bisa saja kewajiban merupakan hal yang harus kita lakukan
sebab telah menerima hak kita, tergantung pada situasi yang kita
hadapi.
Jawaban soal 1
Kewajiban adalah sesuatu yang seharusnya kita lakukan yang
sifatnya memaksa sebelum kita menuntut hak, sedangkan hak adalah
sesuatu yang harus kita terima setelah melakukan kewajiban.
Soal 2;
Jelaskan landasan hukum hak dan kewajiban warga negara
Jawaban soal 2;
Hak dan kewajiban warga negara Indonesia diatur oleh UUD NRI
1945, sehingga pelaksanaan mengikat secara hukum bagi setiap
warga negara Indonesia.
III. Penutup
3.1. Rangkuman
1. Kewajiban dapat diartikan sebagai suatu keharusan yang tidak
boleh ditinggalkan oleh warga negara. Kewajiban suatu tindakan
atau sikap yang harus diambil atau dilakukan oleh seseorang
sesuai dengan kemampuannya (Yasin, 2009). Dengan kata lain,
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan.
2. Hak adalah unsur normatif yang memandu tindakan,
melindungi kebebasan, dan menjamin kesempatan bagi orang
untuk mempertahankan martabat dan nilai
Senarai
Negara : suatu organisasi yang berada pada wilayah tertentu yang
didalamnya terdiri dari rakyat, wilayah serta dengan pemerintah yang
berdaulat
Kewajiban warganegara : Kewajiban dapat diartikan sebagai suatu
keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara.
Hak warganegara : hak adalah unsur normatif yang memandu
tindakan, melindungi kebebasan, dan menjamin kesempatan bagi
orang untuk mempertahankan martabat dan nilai.”
Kewajiban negara : negara berkewajiban memberikan perlindungan
kepada semua warga negaranya terutama melindungi hak asasi
manusia demi tercapainya kesejahteraan hidup.
Hak Negara. : Negara memiliki hak pengelolaan atas aset dan
kekayaan alam untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini menjelaskan dinamika Demokrasi
Indonesia yang meliputi konsep dasar demokrasi Indonesia, prinsip
dan indikator demokrasi, demokrasi Indonesia dan Pendidikan
demokrasi beserta contoh-contoh implementasinya serta kasus-
kasus pelanggarannya.
1.2. Relevansi
Penjelasan materi Demokrasi Indonesia ini akan
memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai hal – hal yang
berkaitan dengan Demokrasi Indonesia. Bukan hanya mengerti tapi
juga memahami dan dapat mengimplentasikan dan ikut mendukung
dan melaksanakan Demokrasi Indonesia. Selain itu mahasiswa juga
mampu menghadapi berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan Demokrasi Indonesia yang terjadi disekitarnya dan membantu
menemukan solusi pemecahannya.
2. Indikator Demokrasi
Kerangka kerja penilaian demokratisasi di antaranya
dirumuskan APA yang diinspirasi konsep yang dikembangkan oleh
David Beetham dalam membuat indikator demokrasi. Beetham
menerjemahkan “kedaulatan rakyat” (rule of the people) secara lebih
spesifik menjadi faktor kontrol popular (popular control) dan faktor
kesetaraan politik (political equality). Kontrol populer
memanifestasikan hak-hak yang dimiliki oleh masyarakat untuk
mengontrol dan mempengaruhi kebijakan publik dan para pembuat
kebijakan. Perlakuan terhadap masyarakat harus didasari pada
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [164]
keyakinan bahwa setiap orang harus diperlakukan dengan rasa
hormat yang setara. Setiap orang memiliki kapasitas yang setara
dalam menentukan pilihan. Pilihan tersebut dapat mempengaruhi
keputusan kolektif dan semua kepentingan yang mendasari pilihan
tersebut harus diperhatikan (Christine Sussana Tjhin, 2005: 11-13, 19-
21).
Kerangka kerja utama dibagi menjadi 3 komponen utama.
Pertama, Kerangka Kerka Hak-hak Warga Negara yang
Kesetaraannya Terjamin (Guaranteed Framework of Equal Citizen
Rights). Termasuk di dalamnya adalah akses pada keadilan dan
supremasi hokum, juga kebebasan berekspresi, berserikat dan
berkumpul, dan hak-hak dasar yang memungkinkan masyarakat untuk
memperoleh/menjalankan hak-haknya secara efektif. Komponen
pertama ini terdiri dari 2 tema, yaitu: 1) Kewarganegaraan yang
Setara (Common Citizenship), dan 2) Hak-hak Sipil dan Politik (Civil
and Political Rights).
Komponen kedua, Institusi-institusi Pemerintah yang
Representatif dan Akuntabel (Institutions of Representative and
Accountable Government). Tercakup di dalamnya adalah pemilu yang
bebas dan adil yang menyediakan perangkat agar pilihan dan control
populer atas pemerintah dapat dilaksanakan. Termasuk juga di
dalamnya adalah prosedur-prosedur yang menjamin akuntabilitas
pejabat publik (yang dipilih maupun tidak dipilih melalui pemilu).
Komponen kedua terdiri dari 6 tema, yaitu: 1) Pemilu yang Bebas dan
Adil (Free and Fair Elections), 2) Partai Politik yang Demokratis
(Democratic Political Parties), 3) Hubungan Sipil-Militer (Civil-Military
Relations), 4) Transparansi dan Akuntabiltas Pemerintahan
(Governmental Transparency and Accountability), 5) Supremasi
Hukum (Rule of Law), dan 6) Desentralisasi (Decentralization).
Komponen ketiga adalah Masyarakat yang Demokratis atau
Sipil (Civil or Democratic Society). Cakupan komponen ini meliputi
media komunikasi, asosiasi-asosiasi sipil, proses-proses konsultatif
dan forum-forum lainnya yang bebas dan pluralistik. Kebebasan dan
pluralisme tersebut harus menjamin partisipasi popular dalam setiap
proses politik dalam rangka mendorong sikap responsif pemerintah
terhadap opini publik dan terselenggaranya pelayanan public yang
lebih efektif. Komponen ketiga mencakup 2 tema, yaitu: 1) Media yang
Independen dan Bebas (Independent and Free Media), dan 2)
Partisipasi Populer (Popular Participation).
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [165]
2.1.3. Praktik Demokrasi di Indonesia
Praktik demokrasi Indonesia berhubungan dengan
periodisasi demokrasi yang pernah dan berlaku dan sejarah
Indonesia. Mirriam Budiardjo (2008:127-128) menyatakan bahwa
dipandang dari sudut perkembangan sejarah demokrasi Indonesia
sampai masa Orde Baru dapat dibagi dalam 4 (empat) masa, yaitu:
a. Masa pertama Republik Indonesia (1945-1959) yang dinamakan
masa demokrasi konstitusional yang menonjolkan peranan
parlemen dan partai-partai dan karena itu dinamakan Demokrasi
Parlementer
b. Masa kedua Republik Indonesia (1959-1965) yaitu masa
Demokrasi Terpimpin yang banyak aspek menyimpang dari
demokrasi konstitusional yang secara formal merupakan
landasannya dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat
c. Masa ketiga Republik Indonesia (1965-1998) yaitu masa
demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi konstitusional
yang menonjolkan sistem presidensiil
d. Masa keempat Republik Indonesia (1998-sekarang) yaitu masa
reformasi yang menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia
sebagai koreksi terhadap praktik-praktik politik yang terjadi pada
masa ketiga Republik Indonesia.
III. Penutup
3.1. Rangkuman
Secara historis negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri bertumpu
pada akar-akar budaya demokratis. Namun dalam perkembangan,
demokrasi mengalami dinamikanya yang dipengaruhi oleh politik
kekuasaan pemerintahan negara pada setiap jamannya. Seperti
nampak dalam periode awal kemerdekaan menganut sistem
demokrasi konstitusional, pereiode pemerintahan kedua berubah
sistem demokrasi terpimpin, periode pemerintahan ketiga beralih ke
sistem demokrasi Pancasila, dan terakhir adalah periode reformasi
terjadi gerakan demokratisasi di segala bidang kehidupan berbangsa
dan bernegara, sebagai koreksi terhadap praktik politik pada masa
repiblik ketiga
Daftar Pustaka
I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini menjelaskan dinamika wawasan
nusantara secara umum yang juga meliputi pengertian geopolitik,
teori geopolitik, pengertian wawasan nusantara, unsur dasar
wawasan nusantara, serta implementasi dan contoh tentang
geopolitik dan wawasan nusantara.
1.2. Relevansi
Penjelasan materi wawasan nusantara ini akan memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa mengenai hal – hal yang berkaitan
dengan wawasan nusantara dan geopolitik Indonesia. Bukan hanya
mengerti tapi juga memahami dan dapat mengimplentasikan dan ikut
mendukung pelaksanaan wawasan nusantara. Selain itu mahasiswa
juga mampu menghadapi berbagai permasalahan yang berhubungan
dengan wawasan nusantara yang terjadi disekitarnya dan membantu
menemukan solusi pemecahannya.
II. Penyajian
2.1. Uraian
2.1.1 Konsep Geopolitik (Asal istilah Geopolitik).
Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederic Ratzel
(1844-1904) sebagai ilmu bumi politik (Political Geogrephy). Istilah ini
kemudian dikembangkan dan diperluas oleh sarjaan ilmu politik
Swedia, Rudolph Kjellen (1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-
1964)dari Jerman menjadi Geographical Politic dan disingkat
Geopolitik. Perbedaan dari dua istilah di atas terletak pada titik
perhatian dan tekanannya, apakah pada bidang geografi ataukah
politik. Ilmu bumi politik (Political Geography) mempelajari fenomena
geografi dari aspek politik, sedangkan geopolitik mempelajari
fenomena politik dari aspek geography.
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa
Yunani) yang berarti bumi yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan
politik dari kata polis yang berarti kesatuan masyarakat yang berdiri
sendiri atau negara; dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna
kepentingan umum warga negara suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195).
Sebagai acuan bersama, geopolitik dimaknai sebagai ilmu
penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan
masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa
1. Teori-Teori Geopolitik.
Untuk lebih memahami konsep geopolitik secara global,
berikut ini adalah teori-teori mengenai geopolitik yang pernah ada di
dunia;
a) Teori Geopolitik Frederich Ratzel
Frederich Ratzel (1844–1904) berpendapat bahwa negara itu
seperti organisme yang hidup. Negera identik dengan ruangan
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [173]
yang ditempati oleh sekelompok masyarakat (bangsa)
pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme yang
memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang cukup agar dapat
tumbuh dengan subur. Semakin luas ruang hidup maka negara
akan semakin bertahan, kuat, dan maju. Oleh karena itu, jika
negara ingin tetap hidup dan berkembang butuh ekspansi
(perluasan wilayah sebagai ruang hidup). Teori ini dikenal
seabgai teori organisme atau teori biologis.
C. Wilayah Indonesia
Wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan
kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya, yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan pada aspek administratif
dan atau aspek fungsional (Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 2000
tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah
Presiden Republik Indonesia).
Sedangkan definisi lain mengatakan bahwa wilayah adalah
sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah
kedaulatan. Pada masa lampau, seringkali sebuah wilayah dikelilingi
oleh batas-batas kondisi fisik alam, misalnya sungai, gunung, atau
laut. Sedangkan setelah masa kolonialisme, batas-batas tersebut
dibuat oleh negara yang menduduki daerah tersebut, dan berikutnya
dengan adanya negara bangsa, istilah yang lebih umum digunakan
adalah batas nasional (www.wikipedia.com).
Adapun ruang mengandung pengertian sebagai “wadah yang
meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya”.
Ruang itu terbatas dan jumlahnya relatif tetap. Sedangkan aktivitas
manusia dan pesatnya perkembangan penduduk memerlukan
ketersediaan ruang untuk beraktivitas senantiasa berkembang setiap
hari. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan ruang semakin tinggi.
III. Penutup
3.1. Rangkuman
Senarai
Wawasan: Cara pandang bangsa dalam melihat diri dan
lingkungannya dengan segala potensi yang ada
Nusantara : dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah
perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia yang terletak diantara
samudra Pasifik dan samudra Indonesia, serta diantara benua Asia
dan benua Australia.
Wilayah : adalah sebuah area teritorial yang dikuasai atau menjadi
sebuah kedaulatan suatu negara
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Pokok bahasan ini menjelaskan Ketahanan Nasional dan Bela
Negara secara umum yang juga meliputi pengertian tentang
ketahanan nasional, ruang lingkup ketahanan nasional, konsep bela
negara, dan bela negara yang dilakukan oleh bangsa Indonesia
1.2. Relevansi
Penjelasan materi ketahanan nasional dan bela negara ini
akan memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai hal – hal
yang berkaitan dengan ketahanan nasional dan bela negara. Bukan
hanya mengerti tapi juga memahami dan dapat mengimplentasikan
dan ikut mendukung dan melaksanakan ketahanan nasional dan bela
negara. Selain itu mahasiswa juga mampu menghadapi berbagai
permasalahan yang berhubungan dengan ketahanan nasional dan
bela negara yang terjadi disekitarnya dan membantu menemukan
solusi pemecahannya.
2. Penyajian
2.1. Uraian
2.1.1. Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional merupakan istilah khas Indonesia yang
muncul pada tahun 1960-an. Istilah ketahanan nasional dalam bahasa
Inggris bisa disebut sebagai national resillience. Dalam terminologi
Barat, terminologi yang kurang lebih semakna dengan ketahanan
nasional, dikenal dengan istilah national power (kekuatan nasional).
Teori national power telah banyak dikembangkan oleh para
ilmuwan dari berbagai negara. Hans J Morgenthau dalam bukunya
Politics Among Nation ia menjelaskan tentang apa yang disebutnya
sebagai “The elements of National Powers” yang berarti beberapa
unsur yang harus dipenuhi suatu negara agar memiliki kekuatan
nasional. Secara konsepsional, penerapan teori tersebut di setiap
negara berbeda, karena terkait dengan dinamika lingkungan strategis,
kondisi sosio kultural dan aspek lainnya, sehingga pendekatan yang
digunakan setiap negara juga berbeda. Demikian pula halnya dengan
konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia, yang unsur-unsurnya
mencakup Asta Gatra dan pendekatannya menggunakan Pendekatan
Asta Gatra. Dari sini terlihat jelas bahwa konsep Ketahanan Nasional
(National Resillience) dapat dibedakan dengan konsepsi Kekuatan
Nasional (National Power).
Pada tahun 1968 pemikiran tersebut dilanjutkan oleh
Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional). Kesiapan menghadapi
tantangan dan ancaman itu harus diwujudkan dalam bentuk
ketahanan bangsa yang dimanifestasikan dalam bentuk perisai
(tameng) yang terdiri dari unsur-unsur ideologi, ekonomi, sosial
budaya dan militer. Tameng yang dimaksud adalah sublimasi dari
konsep kekuatan dari SSKAD. Secara konseptual pemikiran
Lemhanas merupakan langkah maju dibanding sebelumnya, yaitu
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [202]
ditemukannya unsur-unsur dari tata kehidupan nasional yang berupa
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan militer.
Pada tahun 1969 lahir istilah Ketahanan Nasional, yang
dirumuskan sebagai : “Keuletan dan daya tahan suatu bangsa yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional yang
ditujukan untuk menghadapi segala ancaman yang membahayakan
kelangsungan hidup negara dan bangsa Indonesia”.
Kesadaran akan spektrum ini pada tahun 1972 diperluas
menjadi hakekat ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
(ATHG). Saat itu konsepsi Ketahanan Nasional diperbaharui dan
diartikan sebagai : “Kondisi dinamis suatu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional, didalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik
yang datang luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak
langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mengejar tujuan
perjuangan nasional”.
1. Dimensi Globalisasi
Globalisasi yang dipicu oleh kemajuan di bidang
teknologi komunikasi, transportasi dan perdagangan
berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia dan bangsa
di segala bidang. Malcolm Waters menyebut ada 3 (tiga) tema
atau dimensi utama globalisasi, yaitu : economic globalization
, political globalization dan cultural globalization. Economic
globalization atau globalisasi ekonomi ditunjukkan dengan
tumbuhnya pasar uang dunia, zona perdagangan bebas,
pertukaran global akan barang dan jasa serta tumbuhnya
korporasi internasional. Political globalization atau globalisai
politik ditandai dengan digantikannya organisai internasional
dan munculnya politik global. Cultural globalization atau
Buku Ajar : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan [206]
globalisasi budaya ditandai dengan aliran informasi, simbol
dan tanda ke seluruh bagian dunia (Kalijernih, 2009:40).
Pendapat lain mengatakan bahwa aspek globalisasi, meliputi:
economic, cultural dan environmental yang memiliki implikasi
penting bagi suatu negara bangsa (Kate Nash, 2000 : 95).
Masing masing dimensi tersebut membawa pengaruh
bagi suatu bangsa. Pengaruh globalisasi terhadap ideologi
dan politik ialah semakin menguatnya pengaruh ideologi
liberal dalam perpolitikan negara-negara berkembang, yang
ditandai oleh menguatnya ide kebebasan dan demokrasi.
Pengaruh globalisasi terhadap bidang politik, antara lain
maraknya internasionalisasi dan penyebaran pemikiran serta
nilai-nilai demokratis, termasuk di dalamnya masalah hak
asasi manusia (HAM). Disisi lain ialah masuknya pengaruh
ideologi lain, seperti ideologi Islam yang berasal dari Timur
Tengah. Implikasinya adalah negara semakin terbuka dalam
pertemuan berbagai ideologi dan kepentingan politik dunia.
Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain
menguatnya kapitalisme dan pasar bebas. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin tumbuhnya perusahaan-perusahaan
transnasional yang beroperasi tanpa mengenal batas-batas
negara. Selanjutnya juga akan semakin ketatnya persaingan
dalam menghasilkan barang dan jasa dalam pasar bebas.
Kapitalisme juga menuntut adanya ekonomi pasar yang lebih
bebas untuk mempertinggi asas manfaat, kewiraswastaan,
akumulasi modal, membuat keuntungan dan manajemen
yang rasional. Ini semua menuntut adanya mekanisme global
baru berupa struktur kelembagaan baru yang ditentukan oleh
ekonomi raksasa.
Pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya adalah
masuknya nilai-nilai dari peradaban lain. Hal ini berakibat
terjadinya erosi nilai-nilai sosial budaya, atau bahkan jati diri
suatu bangsa. Pengaruh ini semakin lancar sejalan dengan
pesatnya kemajuan teknologi media informasi dan
komunikasi seperti televisi, komputer, satelit, internet, dan
sebagainya. Masuknya nilai budaya asing akan membawa
pengaruh pada sikap, perilaku dan kelembagaan masyarakat.
Menghadapi perkembangan ini diperlukan suatu upaya yang
mampu mensosialisasikan budaya nasional sebagai jati diri
bangsa.
III. Penutup
3.1. Rangkuman
Senarai
Ketahanan nasional : istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kemampuan suatu negara dalam menghadapi segala bentuk
tantangan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun luar
negeri.
Asta Gatra : Untuk menjelaskan bahwa dalam ketahanan nasional
terdapat 8 unsur yang mempengaruhinya.
Bela negara : Secara konstitusional bela negara merupakan hak
sekaligus kewajiban warga negara yang dijelaskan dalam Pasal 27
ayat (3) UUD NRI 1945 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
IDENTITAS DIRI
Nama : Dr. Dra. Sri Sudarsih, M. Hum
NIP/NIK : 196803242005012001
JenisKelamin : Perempuan
Tempat danTanggal Lahir : Purworejo, 24 Maret 1968
Status Perkawinan : Nikah
Agama : Islam
Golongan Kepangkatan : IIIC
Golongan Fungsional Akademik : Lektor
Bidang Keahlian : Ilmu Filsafat
Mata Kuliah yang Diampu : Filsafat Ilmu (S1 dan S2)
Filsafat Ilmu Sosial
Dasar – Dasar Filsafat PPKN
Institusi : Universitas Diponegoro Semarang
Alamat Kantor : Jalan Prof. Soedharto, Tembalang, Semarang.
Alamat Rumah : Sembung Rt 03 Rw 15 No. 41 Sendangtirto, Berbah,
Sleman, Yogyakarta.
Telp. : 081393189977
E-mail : srisudarsih012005@yahoo.com
Pendidikan Tinggi
Tahun
Program Institusi Jurusan
Lulus
1992 S1 Universitas Gadjah Mada Ilmu Filsafat
2004 S2 Universitas Gadjah Mada Ilmu Filsafat
2016 S3 Universitas Gadjah Mada Ilmu Filsafat
Menulis Buku
Tahun Judul Penerbit
2011 Sepotong Tradisi, Seuntai Makna: Sebagai Khomsa
Upaya Menggali Filsafat Nusantara