Anda di halaman 1dari 12

HISTORISITAS PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA MASA

LAMPAU DAN MASA KINI UNTUK MEWUJUDKAN PENDIDIKAN


EMANSIPATORIS

Diajukan Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Filosofi


Pendidikan Bahasa Indonesia PPG Prajabatan

Oleh:
Zahna Karisma Daningtyas

NIM : 2200103911027037

PENDIDIKAN PROFESI GURU


BIDANG STUDI SEKOLAHDASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata
kuliah Filosofi.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Nurhasan, M, Kes. selaku rektor Universitas Negeri Surabaya.

2. Prof. Dr. Rusijono, M.Pd. selaku kepala Program Pengembangan Profesi Guru
Pra Jabatan Universitas Negeri Surabaya.

3. Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, MPd selaku Ketua LP3M Unesa.

4. Ganes Gunansyah, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Filosofi PPG
Prajabatan.

5. Rekan-rekan PPL PPG PRAJABATAN Tahap 1 Tahun 2022 program studi


pendidikan Bahasa Indonesia yang selalu memberikan support kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir
kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
semua pembaca.

Surabaya, 20 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan ..................................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6
A. Historitas Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Masa Lampau dengan Masa Kini....... 6
1. Pendidikan Menuntun Kodrat Manusia .............................................................. 6
2. Memanusiakan Manusia ..................................................................................... 7
3. Pembelajaran Berpusat Pada Peserta Didik ........................................................ 9
4. Pendidikan Karakter............................................................................................ 9
BAB III ............................................................................................................................. 11
PENUTUP ........................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada perkembangan pendidikan Indonesia tidak akan bisa lepas dari peran Ki
Hadjar Dewantara. Ki Hajar Dewantara adalah seorang yang disebut-sebut sebagai
bapak pendidikan, dirinya selalu menekankan betapa pentingnya pendidikan.
Karena pendidikan adalah suatu upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran,
dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakat. Pendidikan juga
dapat dikatakan sebagai suatu tuntutan yang mengatur tumbuh kembangnya
seseorang. Peran dalam mentransformasikan pendidikan pada masa kolonial Belanda
menuju gerbang emas kemerdekaan dan kebudayaan bangsa. Masa kolonal pendidikan
hanya untuk menyiapkan tenaga kerja untuk kepentingan penguasa namun konsep
pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara memerdekakan kehidupan manusia. Pemikiran
Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan
dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat
maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Selain itu, Ki Hadjar Dewantara
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan, yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-
anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan bagi Ki Hajar
Dewantara ialah memerdekakan hidup dan kehidupan anak secara lahir dan batin
(Rahardjo, 2009). Pendidikan diibaratkan tempat persemaian benih padi. Kualitas padi
apapun jika ditempatkan atau diperlakukan dengan baik maka akan menghasilkan padi
yang baik.
Namun faktanya Ki Hadjar Dewantara memiliki banyak pemikiran dalam
dunia pendidikan yang „belum‟ banyak dipakai dan dipraktikan dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Padahal pemikiran ki Hadjar Dewantara pendidikan
disandarkan pada penciptaan jiwa merdeka, cakap, berguna bagi masyarakat.
merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian. Dengan demikian, sangat
penting mempelajari dan mengambil makna refleksi kritis pemikiran Ki Hadjar
Dewantara. Sehingga dalam penerapan pendidikan pengajaran di Sekolah dapat
mengaplikasikan transformasi pendidikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sesuai
kodrat alam, kodrat zaman dan kemerdekaan. Pemikiran Ki Hadjar dewantara

4
dalam transformasi pendidikan dari berpusat kepada guru menjadi berpusat
kepada peserta didik, dari penyeragaman menjadi menghargai perbedaan individu,
dari mengejar target menjadi sesuai dengan kodrat, sesuai bakat, minat dan
kecenderungan masing-masing. Dengan kata lain memberikan gambaran
bagaimana trasnformasi proses pendidikan dalam pengajaran di Sekolah dan cara
yang digunakan dalam mengaplikasikan pemikiran Ki Hadjar Dewantara itu
sendiri.
Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui literasi tentang pemikiran Ki
Hadjar Dewantara masa lampau dan masa kini untuk mewujudkan pendidikan
emansipatoris telah banyak disajikan, namun belum ada yang memfokuskan pada
kajian relevansi pemikiran ki Hajar Dewantara pada masa lampau dan masa kini
untuk mewujudkan pendidikan emansipatoris. Oleh sebab itu penulis tertarik
untuk fokus pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara masa lampau dan masa kini
untuk mewujudkan pendidikan emansipatoris.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara masa lampau dan masa kini
untuk mewujudkan pendidikan emansipatoris?

C. Tujuan
Untuk memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara masa lampau dan masa kini
untuk mewujudkan pendidikan emansipatoris.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Historitas Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Masa Lampau dengan


Masa Kini

1. Pendidikan Menuntun Kodrat Manusia

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya menjadi individu manusia yang baik. “Menurut Ki Hadjar Dewantara
pendidikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya
pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Manusia
merdeka merupakan tujuan pendidikan Ki Hadjar Dewantara, merdeka baik
secara fisik, mental, dan kerohanian. Kemerdekaan pribadi dibatasi oleh tertib
damai kehidupan bersama, dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan,
kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi,
tanggungjawab, dan disiplin. Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu
berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaanya dan yang
mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang” (Eka, 2017).
Berdasarkan pemaparan di atas, pemikiran pendidikan yang
dikemukakan oleh Ki. Hajar Dewantara sejalan dengan pendidikan masa kini,
yaitu sama-sama mengarahkan tujuan pendidikan berkaitan dengan individu
dan masyarakat. Pertama, tujuan pendidikan yang berkaitan dengan individu,
Ki. Hajar Dewantara mengarahkan pada kemerdekaan baik secara fisik, mental,
dan kerohanian, sementara pendidikan masa kini tidak hanya merdeka secara
fisik, tetapi mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif. Kedua, tujuan pendidikan yang berkaitan dengan
masyarakat, Ki Hajar Dewantara mendukung sikap-sikap seperti keselarasan,
kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi,
tanggungjawab, dan disiplin, sementara pendidikan masa kini tidak hanya
mengarahkan kontribusi dalam masyarakat, tetapi lebih luas lagi, yaitu

6
berkontribusi pada bangsa, negara, bahkan peradaban dunia yang sesuai
dengan profil pelajar Pancasila.

2. Memanusiakan Manusia

“Menurut Ki. Hajar Dewantara mendidik dalam arti yang


sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia, yakni pengangkatan
manusia ke taraf insani. Mendidik harus lebih memerdekakan manusia dari
aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat,
mentalitas demokratik). Ki Hadjar Dewantara memberikan beberapa pedoman
dalam menciptakan kultur positif seorang pendidik. Semboyan Trilogi
pendidikan memiliki arti yang melibatkan seluruh pelaku pendidikan atau guru
dan peserta didik adalah: Tut wuri handayani, dari belakang seorang guru harus
bisa memberikan dorongan dan arahan. Ing madya mangun karsa pada saat di
antara pesetra didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide. Ing ngarsa sung
tulada, berarti ketika guru berada di depan, seorang guru harus memberi
teladan atau contoh dengan tindakan yang baik.” (Eka, 2017).
Berdasarkan pemaparan di atas, bahwa pendidik masa kini relevansi
dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yaitu menerapkan sistem among.
Pendidikan masa kini peran pendidik sebagai fasilitator. Tugas pendidik tidak
hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi kreatif
memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar
mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, penuh semangat,
tidak cemas, serta berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Peran guru
tidak hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran, tetapi juga menjadi mitra
belajar bagi peserta didik, sehingga peserta didik merasakan kemerdaan dalam
pembelajaran.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai sistem pendidikan yang
sesuai saat ini adalah sistem among, yaitu metode pengajaran dan pendidikan
yang berdasarkan pada asih, asah, dan asuh. Metode ini secara teknik
pengajaran meliputi kepala, hati, dan panca indera. Sehingga hasil pendidikan
yang diperoleh adalah peserta didik yang berkepribadian merdeka, sehat fisik,
sehat mental, cerdas, menjadi anggota masyarakat yang berguna, dan
bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya dan kesejahteraan orang lain.

7
Orientasi asas dan dasar pendidikan dari Ki Hajar Dewantara
diupayakan sebagai asas perjuangan yang diperlukan pada waktu itu. Pengaruh
pemikiran pertama dalam pendidikan adalah dasar kemerdekaan bagi tiap-tiap
orang untuk mengatur dirinya sendiri. Bila diterapkan kepada pelaksanaan
pengajaran maka hal itu merupakan upaya di dalam mendidik peserta didik
supaya dapat berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka demi pencapaian
tujuannya dan perlunya kemajuan sejati untuk diperoleh dalam perkembangan
kodrati. Hak mengatur diri sendiri berdiri bersama dengan tertib, damai dan
bertumbuh menurut kodrat.
Pendidikan di Indonesia akan tetap dan selalu berproses berdasarkan
semboyan “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani” Pada zaman kemajuan teknologi sekarang ini, sebagian besar
manusia dipengaruhi perilakunya oleh pesatnya perkembangan dan
kecanggihan teknologi (teknologi informasi). Banyak orang terbuai dengan
teknologi yang canggih, sehingga melupakan aspek-aspek lain dalam
kehidupannya, seperti pentingnya membangun relasi dengan orang lain,
perlunya melakukan aktivitas sosial di dalam masyarakat, pentingnya
menghargai sesama lebih daripada apa yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain.
Di tengah-tengah maraknya globalisasi komunikasi dan teknologi,
manusia makin bersikap individualis. Mereka “gandrung teknologi”, asyik dan
terpesona dengan penemuanpenemuan/barang-barang baru dalam bidang iptek
yang serba canggih, sehingga cenderung melupakan kesejahteraan dirinya
sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas
dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki
sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas
atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan
pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan
yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.

8
3. Pembelajaran Berpusat Pada Peserta Didik
“Kemerdekaan mengandung arti kebebasan untuk mengatur dirinya
sendiri dengan syarat tertib damai dalam bermasyarakat. Anak didik diberikan
kebebasan berpikir untuk mengembangkan kemampuan berpikir, kreatifitas,
dan bakat yang ada dalam dirinya dan tidak terhambat oleh orang lain. Ki Hajar
Dewantara menjelaskan arti kemerdekaan bagi Taman Siswa, yaitu hak dan
kewajiban untuk mengurus diri sendiri dengan memperhatikan ketertiban dan
kedamaian masyarakat. Kemerdekaan menjadi syarat mutlak dalam
pendidikan, yang berdasarkan keyakinan bahwa manusia karena kodratnya
dapat memelihara, memajukan, mempertinggi, dan menyempurnakan hidupnya
sendiri” (Nurhalita, 2021).
Berdasarkan pemaparan di atas, sesuai dengan pembelajaran masa kini
yang menggunakan kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka didesain sesuai
pemikiran Ki Hadjar Dewantara, bahwa pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Seperti halnya, pendidik memberikan ruang yang cukup untuk
mengembangkan minat dan bakat peserta didik. Pendidik juga memfasilitasi
pembelajaran sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dengan
demikian, peserta didik secara leluasa dapat mengembangkan potensinya tanpa
tuntutan.

4. Pendidikan Karakter
Konsep pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara dan relevansinya
terhadap pendidikan karakter dideskripsikan sebagai berikut: pertama, nilai
religius atau keagamaan yaitu perilaku orang yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya. Kedua, kejujuran yaitu perilaku orang yang
selalu dipercaya dalam perkataannya. Ketiga, toleransi yaitu perilaku orang
yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, dan lainnya.
Keempat, kedisiplinan yaitu perilaku orang yang tertib dan patuh pada berbagai
peraturan. Kelima, kerja keras yaitu perilaku orang yang sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan atau permasalahan. Keenam, kreatif yaitu
perilaku orang yang berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan hasil
yang baru” (Nurhalita, 2022).

9
Pendidikan karakter biasanya lebih dikesampingkan oleh pendidik.
Pendidik pada masa lampau mengejar nilai Ujian Nasional dengan
mendapatkan nilai setinggi-tingginya, hingga lupa akan pendidikan karakter
yang harusnya juga dimiliki oleh peserta didik. Pada masa kini pendidikan
lebih mengutamakan karakter peserta didik untuk mengaktualisasikan dirinya.
Peserta didik yang memiliki karakteristik moral yang baik, maka dengan
mudah atas tanggungjawab terhadap dirinya dan orang lain.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
relevansi pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara pada abad ke 21.
Pembelajaran pada kurikulum merdeka sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Hal ini berkaitan dengan sistem among yang telah digagas oleh Ki Hajar
Dewantara sebelumnya. Sistem among merupakan suatu kemerdekaan atau
kebebasan berpikir yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengembangkan pola pikir, kreatifitas, kemampuan bakat dan minat yang ada
dalam dirinya dan tidak dituntut oleh orang lain. Konsep pemikiran sistem
among Ki Hadjar Dewantara yang terdiri atas (1) Ing Ngarsa Sung Tuladha,
maka pendidik di depan menjadi contoh dan suri tauladhan bagi peserta didik,
(2) Ing Madya Mangun Karsa artinya pendidik di tengah memotivasi dalam
proses pembelajaran, (3) Tut Wuri Handayani, maka pendidik di belakang
mendorong peserta didik untuk mengembangkan potensi bakat dan minatnya.
Pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara juga berbasis pendidikan
karakter pada anak didik seperti religius atau keagamaan, kejujuran, sikap
toleransi, kedisiplinan, kerja keras, mandiri, kreatif, demokratis, rasa ingin
tahu, cinta tanah air, semangat kebangsaan, komunikatif, menghargai prestasi,
cinta damai, peduli sosial, peduli lingkungan, dan bertanggungjawab.

B. Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran:
1. Pendidikan karakter seyogyanya menjadi agenda penting sekolah dalam
melahirkan peserta didik yang memiliki moral, akhlak dan etika, nilai budi
pekerti agar peserta didik menjadi anak yang bermartabat dan berbudaya.
2. Saran untuk sekolah yang menerapkan pendidikan karakter harus bisa
menjalankan nilai – nilai karakter secara keseluruhan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, S. (2009). Ki Hajar Dewantara: biografi singkat, 1889- 1959. Garasi.
https://books.google.co.id/ books?id=Q59iQwAACAAJ
Sugiarta dkk. 2019. “Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur)”
dalam Jurnal Filsafat Indonesia. Vol 2(3)
Nurhalita, Nora.2021. Relevansi Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara pada
Abad ke 21. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 3(2)
Yanuarti, Eka. 2017. Pemikiran Pendidikan Ki. Hajar Dewantara Dan
Relevansinya Dengan Kurikulum 13. Bengkulu: STAIN Curup.
Vol.11. No.2.

12

Anda mungkin juga menyukai