PENGEMBANGAN MODEL
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
PENGEMBANGAN MODEL
PENDIDIKAN AGAMA HINDU
BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER
Ni Ketut Srie Kusuma Wardhani
Ni Ketut Srie Kusuma Wardhani
Surabaya: Pàramita, 2020
X+128 hal ; 148 mm x 210 mm0
ISBN : 978-602-204-728-5
Pemasaran “PÀRAMITA”
Jl. Letda Made Putra 16B Telp. (0361) 226445, 8424209
Denpasar Fax : (0361) 226445
Cetakan 2020
Om Suastyastu,
Peneliti,
KATA PENGANTAR...............................................................v
DAFTAR ISI.............................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................9
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................9
1.3.1 Tujuan Umum......................................................9
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................10
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................10
1.4.1 Manfaat Teoretis..................................................10
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI DAN MODEL
PENELITIAN...............................................................13
2.1 Kajian Pustaka...........................................................13
2.2 Konsep.......................................................................18
2.2.1 Pengembangan.....................................................18
2.2.2 Pembelajaran Agama Hindu......................... 22
2.3 Landasan Teori...........................................................24
2.3.1 Teori Psikologi.....................................................24
2.2 Konsep
2.2.1 Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Pustaka
Phoenix, 1993: 538) disebutkan bahwa kata pengembangan
berasal dari kata dasar kembang yang artinya meluas, membesar.
Kata dasar “kembang” mendapat konfik “pe + an”, sehingga
menjadi pengembangan. Munculnya kata “peng” karena frefik
“pe” menilai tiga bentuk yaitu: “pe”, “pen”, “peng”, sehingga
kata dasar kembang diletakan dengan konfiks pe-an, dan
1) Paradigma Humanis
Bagan 2.1
MODEL PENELITIAN
PENDIDIKAN
FORMAL NON-FORMAL
INFORMAL
Keterangan bagan:
yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa, untuk itu butuh cara untuk
Penjelasan Model penelitan
Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini mempengaruhi
perilaku anak yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa,
untuk itu butuh cara untuk mengatasinya dan menyelesaikannya.
Dalam pelaksanaan pengembangan pendidikan karakter
memang tidak mudah, butuh proses yang cukup lama untuk
mengimplementasikannya. Pengembangan pendidikan karakter
tidak sepenuhnya dibebankan kepada sekolah saja namun butuh
kerja sama dan tanggung jawab bersama antara keluarga, lembaga
pendidikan, masyarakat, institusi kepolisian, dan media cetak dan
elektronik dalam pembentukan karakter seorang anak.
Pihak yang pertama yang sangat berpengaruh dalam
Pengembangan pendidikan karakter adalah keluarga atau orang
tua, bagaimana orang tua dalam bertindak dan berperilaku
dalam kehidupan sehari-hari yang dilihat oleh anaknya , anak
lebih banyak meniru dan meneladan dari orang tua yang akan
menyebabkan suatu kebiasaan untuk anak-anaknya.
Kerangka berfikir pelaksanaan Pengembangan Model
Pendidikan Agama Hindu berbasis Pendidikan karakter pada masa
kanak-kanak dalam lingkungan keluarga sangat perlu ditanamkan
sehingga terbentuk ana yang sadhu dan berkarakter mulia.
3.6.1 Observasi
Suparlan sebagaimana dikutip Sudikan (2001: 87) dalam
melakukan pengamatan, ada 8 (delapam) hal yang harus
diperhatikan yaitu (1) ruang dan waktu, (2) pelaku, (3) kegiatan,
(4) benda-benda atau alat-alat, (5) waktu, (6) Peristiwa, (7) tujuan,
(8) perasaan. Kedelapan hal tersebut saling mengait sehingga
dibutuhkan perhatian secara total terhadap sesuatu yang diamati,
dan dilakukan secara intens dalam kurun waktu yang cukup lama.
Observasi merupakan pengamatan dan penglihatan,
sedangkan dalam dunia penelitian observasi berarti mengamati dan
mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari
bukti terhadap fenomena sosial keagamaan (perilaku, kejadian-
kejadian, keadaan, benda, dan simbol-simbol tertentu) selama
beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi
dengan mencatat, merekam, memotret, fenomena tersebut guna
penemuan dan analisis (Suprayoga,2016:167). Dalam penelitian
ini peneliti mengumpulkan data dengan mengadakan pencatatan
langsung maupun tidak langsung dengan cara sistematis pada
obyek yang diteliti untuk mengetahui keadaan yang sesungguhnya
di lapangan sesuai dengan permasalahan yang akan dikaji.
Dengan melakukan pengamatan / non partisipatif di
lapangan dalam waktu yang cukup lama diharapkan dapat
Data
Reduction
Conclution
Drawing &
verification
Tanda panah dua arah menunjukkan alur analisis data bersifat timbal balik.
(Sumber : Huberman dan Miles sebagaimana dikutip Faisal dalam Bungin ed.,
2003: 69)
Penjelalajahan
Pelakcakan
Kenyataan
Lapangan
Pemahaman Deskripsi
Ikhtisar dan Pilihan
Teoretis
Data
Pola-pola
Tema-tema,
Konsep-Konsep
Kategori-
Kategori
Tanda panah menunjukkan alur pengolahan data yang berlangsung secara siklus
Diambil dari tulisan Sanafiah Faisal dalam Bungin, ed., 2003 : 71.
PENGEMBANGAN MODEL
kompleksitas permasalahan PENDIDIKAN
yang hendak AGAMA
dijawab. Juga tergantung HINDU
pada seberapa 41
tajam pisau analisis yang dipakai saat mengumpulkan data. Pisau analisis yang
Seberapa banyak proses perputaran tersebut sangat
tergantung pada kompleksitas permasalahan yang hendak
dijawab. Juga tergantung pada seberapa tajam pisau analisis yang
dipakai saat mengumpulkan data. Pisau analisis yang dimaksud
menurut Sanafiah (2003, 71) adalah kepekaan dan ketajaman
daya lacak si peneliti dalam melakukan komparasi pada saat si
peneliti melakukan proses pengumpulan data di lapangan.
Km dari kota Negara berada di ketinggian 1600 M dari pemukaan air laut
tahun Tahun 2012 s/d 2016 dan di tahun 2017-sekang ini adalah
I Suyasa
Wayan Ardana
Raidari tahun Tahun (PLT).
Gelgel,S.Pd. 2012 s/d 2016
Daridan di tahun
tahun 2017-sekang
1990-an ini
sampai
sekarang SMARai
adalah I Wayan Negeri 1 Pekutatan
Gelgel,S.Pd. (PLT). Darimengalami
tahun 1990-anperubahan yang
sampai sekarang
cukup pesat dari masa ke masa. Dari jumlah peserta didik yang
SMA Negeri 1 Pekutatan mengalami perubahan yang cukup pesat dari masa ke
awalnya berjumlah 54 orang dan sekarang menjadi 745 Orang.
masa. Dari jumlah peserta didik yang awalnya berjumlah 54 orang dan sekarang
(wawancara dengan IGusti Ngurah Komang Kusumayadi,S.Pd,
M.Pd
menjaditanggal
745 10 September
Orang. 2018)dengan IGusti Ngurah Komang
(wawancara
Gambar: 4.2
Peta Kecamatan Pekutatan
Kecamatan Pekutatan
Kecamatan merupakan
Pekutatan daerah yangdaerah
merupakan sangat potensial dalam
yang sangat
potensial dalam
pengembangan pengembangan
pariwisata dan kegiatanpariwisata dan
ekonomi serta kegiatanLokasi
pendidikan. ekonomi
dan
serta pendidikan. Lokasi dan letak SMA Negeri 1 Pekutatan Letak
letak SMA Negeri 1 Pekutatan Letak sekolah dekat dengan pusat perkantoran
sekolah dekat dengan pusat perkantoran kecamatan Pekutatan
kecamatan Pekutatan merupakan tempat yang sangat strategis bagi komunikasi
untuk belajar bagi peserta didik tentang lingkungan hidup. Letaknya yang dekat
merupakan tempat yang sangat strategis bagi komunikasi
aktivitas pendidikan dan perkantoran serta pelayanan publik.
Disebelah utara SMAN 1 Pekutatan adalah Kantor Perkebunan
Propinsi, yang merupakan tempat untuk belajar bagi peserta didik
tentang lingkungan hidup. Letaknya yang dekat dengan Polsek
Pekutatan merupakan potensi yang positif dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang aman dan kondusif, terutama dalam
mengatasi berbagai permasalahan remaja dan peserta didik.
Letak yang strategis lain adalah Puskesmas Pekutatan, Hotel Puri
Dajuma, Perkampungan Nelayan, Monumen Pangkung Jukung,
Pasar Pekutatan , yang semuanya merupakan potensi dinamis bagi
pengembangan sumber belajar antara sekolah dengan lingkungan
masyarakat.
Sejak berdiri tahun 1990 sampai sekarang berarti sekolah
ini telah berjalan melaksanakan kegiatan belajar selama 19 tahun.
Dari kurun waktu itu telah berhasil menamatkan banyak peserta
didik selain itu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
SMA Negeri 1 Pekutatan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan sebagaimana diharapkan, baik dari segi kualitas
maupun kuantitas output yang dihasilkan sekolah ini. Hal ini
ditunjukkan dengan data kelulusan dan data peserta didik yang
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Demikain
juga sambutan dari masyarakat dari tahun ketahun yang
mempercayakan anaknya didiknya dan dibina di SMA Negeri 1
Pekutatan Kabupaten Jembrana.
2.Keadaan Guru
Mengenai guru-guru di SMA Negeri 1 Pekutatan
pendidikannya cukup memadai, setiap tahun semakin meningkat.
Jumlah keseluruhan peserta didik pada saat sekarang tepatnya
pada tahun pelajaran 2018/2019 adalah berjumlah 745 orang,
dimana diantaranya 396 orang laki-laki dan 348 orang perempuan.
Seluruh peserta didik tersebut dibina oleh 47 orang personil yang
terdiri atas 1 orang kepala sekolah, 25 orang guru PNS, 11 orang
guru Kontrak, 6 Orang pegawi PNS, dan 5 Pegawai kontrak..
Dilihat dari segi kelengkapan guru dan pegawai sudah dipandang
memadai.
Selain para guru yang secara formal mendidik di sekolah,
pembinaan terhadap peserta didik secara tidak langsung juga
dibantu oleh orang tua peserta didik dan masyarakat (komite
sekolah), dimana peran komite tersebut sangat penting di dalam
kelangsungan dan kelancaaran proses kegiatan belajar mengajar.
Tanpa adanya dukungan dari orang tua peserta didik dan
masyarakat atau komite sekolah, maka proses belajar mengajar
tidak akan berlangsung secara maksimal sesuai dengan apa yang
menjadi harapan para peserta didik, guru dan juga orang tua
peserta didik ataupun masyarakat. Keadaan guru dan pegawai
SMA Negeri 1 Pekutatan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1
Keadaan Guru dan Staf Tata Usaha SMA N 1 Pekutatan
Pembinaan parapara
Pembinaan peserta didik yang
peserta didikadayangdi pegawai
ada diSMA Negeri SMA
pegawai 1
Negeri 1selain
Pekutatan, Pekutatan, selain
pendidikan formalpendidikan
atau interaksi formal atau interaksi
belajar mengajar belajar
di kelas, juga
mengajar di kelas, juga diisi dengan kegiatan yang dilakukan di
diisi
luardengan kegiatan yang
jam sekolah yang dilakukan
disebut di luar jam sekolah
dengan kegiatanyang ekstrakurikuler.
disebut dengan
di pegawai SMA Negeri 1 Pekutatan mengembangkan kegiatan
kegiatan ekstrakurikuler. di pegawai SMA Negeri 1 Pekutatan mengembangkan
ekstrakurikuler berupa kegiatan kepramukaan, yang diikuti oleh
pesertaekstrakurikuler
kegiatan didik kelasberupaX sampai dengan kelas
kegiatan kepramukaan, yang XII.
diikuti Peserta didik
oleh peserta
bebas (boleh mengikuti atau tidak mengikuti). Selain ekstra
didik kelas X sampai dengan kelas XII. Peserta didik bebas (boleh mengikuti atau
kepramukaan juga diadakan ekstrakurikuler olahraga yaitu
permainan
tidak bulutangkis,
mengikuti). Selain ekstra taekondo
kepramukaanyangjuga dibina
diadakan oleh guru olah
ekstrakurikuler
raga, yang mana para pemainnya adalah peserta didik-peserta
olahraga yaitu permainan
didik yang memilikibulutangkis, taekondodan
minat, bakat yangprestasi
dibina oleh guru tinggi
yang olah raga,pada
permainan tersebut.
yang mana para pemainnya adalah peserta didik-peserta didik yang memiliki
Gambar 4.5
JABATAN GURU
SISWA
1) Observasi Awal
Observasi awal dilakukan dengan tujuan: (1) mengobservasi
aktifitas pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas,
(2) mengidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi yang
mencakup penentuan KI dan KD, tema/sub tema bahan ajar,
pendekatan, metode dan strategi pembelajaran, materi dan media
pembelajaran, dan jenis serta bentuk asesmen. Dari hasil observasi
yang dilakukan ditemukan hal-hal sebagai berikut :
Kelas X
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan 1.1 Menghayati ajaran Catur
ajaran agama yang dianutnya Asrama
1.2 Menghayati ajaran Catur
Warna
1.3 Menghayati konsep Astika
dan Nastika
1.4 Menghayati kitab Upaveda
1.5 Menghayati wewaran dan
wuku dalam wariga
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku 2.1 Mengembangkan perilaku cinta
jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli damai, responsif dan proaktif
(gotong royong, kerjasama, toleran, melalui contoh ajaran Catur
damai), santun, responsif dan pro-aktif Asrama
dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan 2.2.Mengembangkan perilaku
dalam berinteraksi secara efektif gotong royong dan kerjasama
dengan lingkungan sosial dan alam melalui konsep Catur Warna
serta dalam menempatkan diri sebagai dalam sastra Veda
cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
Kelas XI
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran 1.1 Mengamalkan ajaran Catur
agama yang dianutnya Purusārtha
1.2 Mengamalkan ajaran Astangga
Yoga
1.3 Menghayati ajaran Wiwaha/
Perkawinan dalam agama
Hindu
1.4 Mengamalkan ajaran Catur
Marga sebagai jalan
berhubungan dengan Hyang
Widhi
1.5 Mengamalkan ajaran Wibuthi
Marga
1.6 Menghayati isi kitab Manawa
Dharma Sastra
Fase 1 Fase 2
Fase 3 Fase 4
Fase 5
Bagan 4.2
Sintaks pembelajaran berbasis perkembangan penalaran nilai
Fase 1 Fase 2
Fase 3 Fase 4
Fase 5 Fase 6
Fase 1 Fase 2
Fase 3 Fase 4
Fase 5 Fase 6
Bagan 4.4
. Langkah-langkah Pembelajaran Klarifikasi Nilai
Fase 1 Fase 2
Fase 3 Fase 4
Fase 1 Fase 2
Fase 3 Fase 4
Fase 5
agama buta, dan agama tanpa ilmu lumpuh. Pembelajaran nilai-nilai dan moral
Fase 1 Fase 2
Fase 3 Fase 4
Fase 3 Fase 4
81
Selain model
Selain model aktivitas
aktivitas di karakter
di atas, nilai atas, yang
nilai karakter
dimasukkan dalamyang
dimasukkan dalam
kompetensi dasarnya kompetensi
adalah dasarnya adalah sebagai berikut:
sebagai berikut:
Tabel 4.7
. Pengembangan Karakter pada Beberapa KD Berdasarkan
Hasil Uji Ahli
Kelas Kompetensi Dasar Karakter Karakter yang Perlu
yang Ada Ditambahkan
X 4.1.Melakukan kunjungan ke Religius, Ingin Disiplin dan Patuh pada
tempat suci Tahu, Cerdas, Aturan Sosial
Percaya Diri
XI 3.1.Melatih diri membuat sarana Religius, Ingin Disiplin dan Kerja Keras
persembahyangan Tahu, Cerdas,
Percaya Diri
4.1.Melaksanakan hari-hari suci Religius, Ingin Bertanggung Jawab dan
keagamaan dalam kehidupan Tahu, Cerdas, Sadar Akan Kewajiban
Percaya Diri
5.1.Melatih diri melaksanakan Religius, Ingin Menghargai Keberagaman,
Catur Paramitha dan Tri Tahu, Cerdas, Patuh pada Aturan social,
Parartha dalam kehidupan Percaya Diri dan Sadar Akan Kewajiban
XI 5.4 Menerapkan ajaran Panca Yama Religius, Ingin Jujur,Demokratis,Santun
dan Nyama Bratha dalam Tahu, Cerdas, Disiplin,Bertanggung
kehidupan sehari-hari Percaya Diri jawab,Menghargai
Keberagaman,
Patuh pada aturan social,
Bergaya hidup sehat,
Sadar akan hak dan
kewajiban,Kerja keras
XII 2.1.Mengunjungi peninggalan- Religius, Ingin Disiplin,Santun,
peninggalan kerajaan Hindu Tahu, Cerdas, Beranggung jawab,
setempat dan wilayah lain Percaya Diri Patuh pada aturan sosial
3.3 Melaksanakan Panca Yadnya Religius, Ingin Sadar pada hak dan
dalam kehidupan sehari-hari Tahu, Cerdas, kewajiban
Percaya Diri
PENGEMBANGAN MODEL
Berdasarkan draft awal PENDIDIKAN
model aktivitas AGAMA
di atas selanjutnya HINDU
dilaksanakanlah 79
tahapan berikutnya yaitu tahap uji ahli. Dalam tahap ini model aktivitas
Tindakan
menunjukkanKelas menunjukkan
perbaikan sebagai berikut perbaikan
. sebagai berikut.
Tabel 4.3
Hasil Pelaksanaan Penelitian Tindakan
saat
terjadiimplementasi model
adalah dari rerata pre-testaktivitas
65 menjadipembelajaran yang berbasis
83 pada saat post-test. Sedangkan
budaya spiritual. Peningkatan yang terjadi adalah dari
penilaian karakter berubah dari rerata yang cukup baik menjadi sangat baik.
rerata
pre-test 65 menjadi 83 pada saat post-test. Sedangkan penilaian
Peningkatan yang cukup signifikan juga terjadi pada model aktivitas yang lain.
karakter berubah dari rerata yang cukup baik menjadi sangat
baik. Peningkatan yang cukup signifikan juga terjadi pada model
Hanya saja ada sedikit perbedaan dengan model aktivitas pembelajaran klarifikasi
aktivitas yangkonten
nilai yang secara lain. hanya
Hanya saja ada
meningkat sedikit
mencapai rerataperbedaan dengan
65 pada pretest dan 80
model
pada post aktivitas pembelajaran
test namun klarifikasi
dapat meningkatkan nilai
karakter yangdari
mereka secara
cukupkonten
menjadi
hanya meningkat mencapai rerata 65 pada pretest dan 80 pada
sangat baik. Selain melihat adanya peningkatan pada nilai, disebarkan pula
post test namun dapat meningkatkan karakter mereka dari cukup
kuesioner terhadap guru sebagai pengguna dari model APAHBPK .
menjadi sangat baik. Selain melihat adanya peningkatan pada
nilai, disebarkan
(b) Hasil pula kuesioner terhadap guru sebagai pengguna
Penilaian Guru
dari model APAHBPK .
(b) Hasil Penilaian
Berdasarkan kuesioner Guru
yang diberikan kepada guru setelah melaksanakan RPP
Kurang Sangat
No Pernyataan Setuju
setuju setuju
Tabel 4.5
Kurang Sangat
No Pernyataan Setuju
setuju setuju
Tabel 4.6
Kurang Sangat
No Pernyataan Setuju
setuju setuju
Tabel 4.7
Hasil Penilaian Guru terhadap implementasi
model aktivitas Pembelajaran Klarifikasi Nilai
Kurang Sangat
No Pernyataan Setuju
setuju setuju
Tabel 4.8
Hasil Penilaian Guru terhadap implementasi Model
Aktivitas Pembelajaran berbasis Budaya Spiritual
Kurang Sangat
No Pernyataan Setuju
setuju setuju
Terjemahannya:
Tetapi, melalui bhakti yang tak tergoyahkan Aku dapat melihat dalam
Terjemahannya:
Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan
sehelai
Daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, seteguk air, Aku terima
Sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci (Pudja,
2005: 239).
Gambar 4.6
Peserta didik sedang mengikuti gerakan yoga Asanas
Sutra 1
Terjemahannya :
Kesederhanaan (tapah), mempelajari kitab-kitab suci (swadyaya),
dan penyerahan hasilnya (pengabdian) pada Tuhan, semuanya ini
merupakan disiplin yoga yang disebut kriya yoga .
4.4 PEMBAHASAN
Dalam proses belajar-mengajar dikenal istilah pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Istilah-istilah tersebut
adakalanya digunakan dengan pengertian yang sama. Artinya,
orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang
sama dengan pengertian metode, dan sebaliknya menggunakan
istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan,
demikian pula dengan istilah teknik dan metode.
Sebenarnya, ketiga istilah tersebut mempunyai makna
yang berbeda walaupun dalam penerapannya ketiga-tiganya
saling berkaitan. Anthony (Ramelan, 1982) mengatakan bahwa
pendekatan mengacu pada seperangkat asumsi yang saling
berkaitan dan merupakan dasar teoretis untuk suatu metode.
Pendekatan adalah prosedur yang digunakan guru untuk
mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin
dicapai, misalnya pendekatan inkuiri, menemukan sendiri,
pemecahan masalah (Sudjana, 1993).
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan
(Moelyono, 1990). Dalam metode terdapat unsur-unsur prosedur,
sistematis, logis, terencana dan aktivitas untuk mencapai tujuan
yang disasar. Metode juga mencakup pemilihan dan penentuan
bahan ajar, penyusunan serta kemungkinan pengadaan remedi
dan pengembangan bahan ajar tersebut. Dalam hal ini, setelah
guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai, ia mulai memilih
bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Sesudah itu,
5.1. Simpulan
5.2. Saran
Kesuma Dharma, dkk. (2011) Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Koesoema A, Doni. 2011. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern.
Jakarta: PT. Grasindo.
Lickona, Thomas. Shapes, dan C. Lewis, CEP’s Eleven. 2003. CEP’s Eleven Principles of
Effective Character Education. Washington: Character Education Partnership.
Lickona, Thomas. 1992. Educating for Character, How our Schools Can Teach Respect and
Responsibility. New York: Bantam Books.
Maswinara, I Wayan. 2004. Rg. Veda Samhita (Sakala Sakha) Mandala IV, V, VI, VII. Surabaya:
Paramita.
Mertayuda, I Made. 2012 Peranan Guru Agama Hindu Dalam Pembelajaran Budhi Pekerti Bagi
Siswa di Smp N 1 Kerambitan Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. Tesis (tidak
diterbitkan). Denpasar: Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muchlas Samani dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Munir. 2010. Pendidikan Karakter; Membangun Karakter Sejak dari Rumah. Yogyakarta:
Pedagogia.
Mahadiputra. 2013.Implementasi Tri Hita Karana Dalam Meningkatkan Karakter Siswa Hindu
di Sekolah Dasar Negeri No.2 Nyambu Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan. (Tesis)
Denpasar: IHDN Denpasar.
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.
Jakarta: BPMGAS.
Milles, M.B, & Huberman, AM. (1984). Qualitative Data Analysis. SagePublication Inc.
Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Muthatari, Mohammad. 1990. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Rahmat, Mudjia. 1991. Sosiologi Pedesaan: Studi Perubahan Sosial, Malang: UIN-Malang
Press.
Titib, I Made. 2003 Menumbuhkembangkan pendidikan budi pekerti pada anak (persefektif
agama Hindu). Bandung: Ganeca Excat.
Tim Penyusun Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Kedua Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Penyusun Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi Program Pasca Sarjana Institut
Hindu Dharma Negeri Denpasar, 2016. Denpasar: IHDN Denpasar.
Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK).
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan.
Permendikbud RI Nomor 57 tahun 2014 tentang tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum
Suprayoga dan Tabroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suprayoga dan Tabroni. 2016. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Suteler, I Ketut, 2013. “Peranan Guru Agama Hindu Dalam Menumbuhkembangkan Karakter
Siswa Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kediri Tabanan”(Tesis) Denpasar: IHDN
Denpasar.
Titib, I Made. 2003 Menumbuhkembangkan pendidikan budi pekerti pada anak (persefektif
agama Hindu). Bandung: Ganeca Excat.
Triyanto, Abas dan Charles Tedlie, 2007. Mixed Methodologi Mengombinasikan Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Wardhani, Ni Ketut Srie Kusma. 2012. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Karakter Siswa
Hindu Pada SMA Negeri di Propinsi Bali. Disertasi ( tdak dipublikasikan). Denpasar:
UNHI Denpasar.