KELAS 1.3
KELOMPOK 6
Dosen Pengampu:
Azlin Atika Putri, M.Pd
T. Zalfala /2286207061
Desmiati /2286207064
Salwati /2286207070
Puspasari /2286207063
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T atas selesainya makalah ini yang
berjudul:”Teori ”. Makalah Teori Kognitif ini telah kami susun dengan semaksimal
mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Selaku dosen pengampu yakni ibu Azlin Atika Putri, M.Pd. yang telah
memberikan kepercayaannya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah membantu memberi ide dan saran kepada kami selaku
penyusun.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi siapa saja yang mambacanya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,
kami selaku penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan
dalam makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari
model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum
prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagi Siswa
Agar siswa lebih mudah memahami setiap kegiatan pembelajaran
2. Bagi Guru
Agar guru lebih mudah melakukan proses belajar mengajar dikelas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi seperangkat alat main
yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor,
main peran, dan main pembangunan. Ada 6 sentra dalam pembelajaran model
BCCT yaitu:
1.Sentra Imtaq (Iman dan Taqwa),
2. Sentra Balok,
3 . Sentra Bermain Peran,
4.Sentra Seni dan Kreativitas,
5.Sentra Musik dan Olah Tubuh,
6.Sentra Bahan Alam dan sentra yang lainnya
2.2 Pendeketan Integratif Terpadu
Pengertian Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan
kebijaksanaan pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran
secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan
bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.
Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam yaitu integratif internal dan integrative
eksternal.
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti
menurut Hilda Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa Pembelajaran Terpadu
memiliki beberapa macam karakteristik diantaranya:
1. Berpusat pada anak (studend centerd).
2. Memberi pengalaman langsung pada anak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran
5. Bersipat luwes.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
7. Holistik,
8. Bermakna,
4
9. Otentik,
10. Aktif,
5
6) Fase Vl : Persentasi kelas
7) Fase Vll : Tes individu
8) Fase Vlll: Rekonisi tim
c. Jenis- jenis pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada anak.
1) Pendekatan Expository
2) Pendekatan Inquiry
3) Pendekatan Deduktif
4) Pendekatan Induktif
5) Pendekatan Konsep
6) Pendekatan Proses
7) Pendekatan Sains, teknologi, masyarakat
6
b. Jenis model pembelajaran Kooperatif
1) Tigsaw adalah siswa diberi materi untuk dipelajari, masing-
masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk
menjadi ahli pada suatu aspek tertentu dari materi.
2) NHT ( Number Heads Together) adalah siswa untuk menomori
diri mereka masing-masing dalam kelompoknya mulai dari 1-
4.
3) STAD ( Studen Teams Achievement Divisions) adalah siswa
dikelompokkan kedalam kelompok kecil yang disebut tim.
4) TAI ( Team Assisted Individualization ) adalah siswa
mengikuti tindakan yang bersifat individual berdasarkan tes
penempatan dan kemudian dapat maju ketahapan selanjutnya
berdasrkan kecepatan belajar.
5) TPS (Think Pair Share) adalah setiap anggota pasangan siswa
untuk berkopetensi terhadap suatu pertanyaan yang diajukan.
6) Picture And Picture adalah memberikan motovasi anak untuk
belajar dengan gambar- gambar dan juga menyenangkan
sehingga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
7) Problem Posing adalah mengajibkan para siswa untuk
mengajukan soal sendiri melalui belajar soal secara mendiri.
8) Problem Solving adalah mengutamakan pemecahan masalah
dalam kegiatan belajar memperkuat daya nalar.
9) Team Games Tournamen (TGT) adalah siswa saling
berkompetensi dari siswa dari kelompok lain agar dapat
memberikan kontribusi poin bagi kelompok.
10) Cooperative Integrated Reading And Compocition ( CIRC)
adalah dirancang untuk mengembangkan kemampuan,
membaca, menulis dan keterampilan bahasa.
11) Learning Cycle (Siklus Belajar) adalah pembelajaran dengan
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur.
12) Cooperative Script (CS) adalah siswa bekerja secara
berpasangan dan bergantian.
7
2.5 Motedo Pembelajaran Proyek
Perencanaan program kegiatan secara menyeluruh membutuhkan suatu
strategi. Strategi kegiatan merupakan penggabungan berbagai macam tindakan
untuk mencapai tujuan kegiatan. Moeslichatoen, (2004:7) menyatakan bahwa:
“Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan
strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang
dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan”. Untuk
pembelajaran pada anak usia dini dibutuhkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan usianya. Kita dapat mengajarkan suatu konsep kepada anak melalui
aktivitas yang dilakukannya. Mulyasa, (2014:112-113) menyatakan bahwa:
“Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “Learning By
Doing”, yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan
tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang
bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah
laku untuk mencapai tujuan. Berkenaan dengan hal tersebut, Piaget mengatakan
bahwa kita tidak dapat mengerjakan tentang suatu konsep pada anak secara
verbal, tetapi kita dapat mengajarkannya jika menggunakan metode yang
didasarkan pada aktivitas anak”.
Metode proyek ini membantu anak memperoleh informasi dan pengalaman
yang mempunyai dorongan untuk menjelajahi dan meneliti lingkungannya.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan kesenangan bagi anak melainkan juga
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sifat-sifat atau manfaat yang
dimiliki suatu benda. Salah satu metode pengajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak usia TK yaitu metode pembelajaran proyek. Anita Yus
(2011:174) menyatakan bahwa metode pembelajaran proyek merupakan salah
satu metode pengajaran yang disarankan untuk digunakan pada pendidikan
prasekolah. Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa metode proyek dapat
digunakan pada pendidikan prasekolah.
8
pengetahuan anak dalam memecahkan persoalan sehari-hari. Alam sekitar dapat
dijadikan objek untuk melakukan kegiatan proyek. Hal ini berdasarkan pernyataan
Kurikulum 2013 PAUD No. 146 tahun 2014 (2015:69) menyatakan bahwa:
“Proyek merupakan suatu tugas yang terdiri atas rangkaian kegiatan yang
diberikan oleh pendidik kepada anak, baik secara individu maupun secara
berkelompok dengan menggunakan objek alam sekitar maupun kegiatan sehari-
hari”.
9
1. Merupakan kegiatan yang bersumber dari pengalaman anak sehari-hari
dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di luar sekolah.
2. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang sedemikian kompleks yang
menuntut bermacam penanganan yang tidak mungkin dilakukan anak
secara perseorangan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.
3. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang dapat membantu mengembangkan
kemampuan berpikir dan menalar, kemampuan bekerja sama dengan anak
lain dan memperluas wawasan anak.
4. Kegiatan itu cukup menantang bagi anak dalam pengembangan kesehatan
fisik dan kesejahteraan.
5. Kegiatan itu dapat memberikan kepuasan masing-masing anak.
Mulyasa (2014: 113) mengatakan banyak manfaat yang dapat kita ambil dari
metode proyek ini, baik ditinjau dari pengembangan pribadi, sosial, intelektual
maupun pengembangan kreativitas, di antaranya sebagai berikut:
10
6. Memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun
kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya,
keterampilan yang sudah dikuasainya yang pada akhirnya dapat
mewujudkan daya kreativitasnya secara optimal.
11
menggunakan cara-cara yang sudah dikuasai untuk diterapkan dalam
situasi sekarang untuk menghilangkan ketegangan itu secara kreatif.
Karena dalam penggunaan metode proyek itu tekanan tanggung jawab
beralih dari guru ke anak, maka dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dan membina sikap kerja sama dan interaksi sosial di
antara anak-anak yang terlibat dalam proyek, agar mampu menyelesaikan
bagian pekerjaannya dalam kebersamaan secara efektif dan harmonis.
Masing-masing belajar tanggung jawab terhadap bagian pekerjaanya
dengan kesepakatan bersama
Pada tahap yang lebih luas, manfaat kerja proyek terkait dengan topik yang
sedang diselidiki. Jumlah topik yang mungkin digunakan begitu banyak sehingga
disarankan untuk menggunakan beberapa jenis proses pemilihan. Guru memiliki
tanggung jawab utama untuk menilai apakah topik tertentu setara dengan waktu
dan energi anak-anak dan sumber daya prasekolah atau sekolah. Roopnarine dan
Johnson (2011:313-316) mengatakan ada beberapa penerapan dalam pendekatan
metode proyek yaitu sebagai berikut:
12
terlihat terlalu besar untuk bisa disikapi dalam satu tahun saja. Oleh karena
itu, guru memerlukan beberapa kriteria untuk menentukan minat mana
yang pantas untuk disikapi.
13
a. Fase 1: Memulai proyek
Pada fase pertama proyek, guru mendorong anak-anak berbagi
pengalaman dan kenangan pribadi mereka yang terkait dengan topik dan
meninjau pengetahuan mereka tentang itu, menggunakan kompetensi
representasional dan ekspresif seperti permainan sandiwara, menggambar,
melaporkan pengalaman mereka, dan menuliskannya.
b. Fase 2: Mengembangkan proyek
Tujuan utama fase kedua adalah memperoleh informasi baru, khususnya
melalui pengalaman langsung dan dari dunia nyata. Sumber informasi
yang digunakan bisa primer ataupun sekunder, tergantung pada usia anak-
anak yang terlibat.
c. Fase 3: Menyelesaikan proyek
Tujuan utama fase terakhir proyek adalah penyelesaian pekerjaan
perorangan dan kelompok dan rangkuman serta tinjauan tentang apa yang
telah dipelajari.
14
1. Rancangan Persiapan yang Dilakukan Guru
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam merancang
persiapan melaksanakan kegiatan pengajaran dengan menggunakan
metode proyek:
a. Menetapkan tujuan dan tema kegiatan pengajaran dengan
menggunakan metode proyek
b. Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan dalam
kegiatan proyek
c. Menetapkan rancangan pengelompokan anak untuk melaksanakan
kegiatan proyek
d. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai
e. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan pengajaran dengan
metode proyek
2. Pelaksanaan Kegiatan Proyek bagi Anak TK
Dalam melaksanakan kegiatan proyek bagi anak TK ada 3 tahap yang
harus dilakukan guru:
1. Kegiatanpra-pengembangan
Pertama-tama guru harus mengkomunikasikan tujuan kegiatan
proyek. Kegiatan proyek memerlukan beberapa kelompok kerja.
Untuk mengerjakan bagian masing-masing kelas dibagi menjadi 4
kelompok kerja sesuai dengan rancangan yang telah dibuat oleh
guru. Guru menyebutkan kelompok kerja apa dan nama-nama
anggota dan ketua kelompok kerja masing-masing. Guru
menunjukkan di mana kelompok-kelompok itu harus bekerja dan
di mana harus mengambil bahan dan alat yang diperlukan.
2. Kegiatan pengembangan
Untuk pemanasan guru menanyakan kepada siswa apakah di antara
mereka sekarang ada yang berulang tahun. Jawaban mungkin ada
atau tidak ada. Jika tidak ada dimisalkan Ani sebagai anak yang
berulang tahun. Guru mengajak anak-anak untuk menyiapkan pesta
ulang tahun bagi Ani. Lalu guru mengajak anak-anak menyanyikan
15
lagu “Selamat ulang tahun”. Demikian seterusnya guru
membimbing dan mengarahkan kelompok-kelompok kerja untuk
berkreasi.
3. Kegiatan penutup
Setelah kegiatan proyek diselesaikan masing-masing kelompok,
maka hiasan dinding dapat dipasang, balon-balon hias dipasang di
ruangan kelas, kue dan buah-buahan yang dibuat ditata di meja
yang telah ditetapkan. Kegiatan proyek diakhiri dengan
mengembalikan bahan dan alat yang dipergunakan pada tempat
semula, membersihkan dan merapikan tempat kerja, dan dengan
dipimpin guru anak-anak sekali lagi diajak menyanyi lagu
“Selamat Ulang Tahun”.
16
3. Dalam kegiatan proyek, pengalaman akan sangat bermakna bagi
anak. Misalnya pengalaman siswa dalam melipat kertas akan
menjadi sanga bermakna untuk membuat hiasan dinding dalam
rangka menyiapkan ruangan untuk suatu pesta.
4. Kegiatan proyek punya dampak dalam pengembangan etos kerja,
etos waktu, dan etos lingkungan.
5. Berlatih untuk berprakarsa dan bertanggung jawab.
6. Berlatih menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan secara bebas
dan kreatif.
2. Kelemahan Metode Proyek
Menurut Nurlaily (2006:12) didalam metode proyek juga terdapat
beberapa kelemahan diantaranya:
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama.
2. Membutuhkan media yang banyak.
3. Membutuhkan energi yang cukup banyak dalam kegiatan proyek.
4. Kesulitan dalam mengatur anak.
5. Guru mengalami kesulitan dalam mengkondisikan kegiatan belajar
mengajar menggunakan metode proyek.
17
ayat (7) merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis
meliputi proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran. Pendekatan yang dapat dijadikan sistem agar tercapainya
pembelajaran yang diharapkan ialah pendekatan saintifik.
18
wawancara dengan narasumber.
19
keduanya terkadang saling berhubungan walaupun banyak juga perbedaan dalam
segi orientasi dan pemanfaatan. Pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran
merupakan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Hal tersebut tentu diiringi oleh
perkembangan zaman saat ini. Dikeluarkannya komputer mini (notebook) oleh
pabrikan komputer di dunia yang niat awalnya didistribusikan untuk konsumsi
pelajar, merupakan salah satu jalan bagi dunia pendidikan dalam memanfaatkan
ICT tersebut dalam proses pembelajaran. Clark dalam Win mengklasifikasinya
media dalam pembelajaran menjadi lima perspektif, yaitu: a. Media sebagai
teknologi dan mesin, b. Media sebagai tutor, c. Media sebagai alat sosialisasi, d.
Media sebagai motivator dalam belajar, e. Media sebagai alat mental untuk
berpikir dan memecahkan masalah.
Dikutip dari buku ICT Dalam Pembelajaran oleh Nanda Septiana, M. Pd,
ada empat macam media pembelajaran berbasis ICT, yakni:
1. Teknologi Komputer
Media pembelajaran ini sering disebut sebagai computer assisted
instructional atau CAI, yakni salah satu pembelajaran yang menggunakan
media komputer sebagai media belajar interaktif.
Pengggunaannya dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, di antaranya
program computer assited learning, konferensi komputer, dan multimedia.
Jenis pembelajaran ini memanfaatkan seluruh kemampuan komputer,
seperti teks, grafis, gambar, photo, audio, video, dan animasi.
2. Teknologi Multimedia
Yang termasuk ke dalam teknologi multimedia adalah kamera digital,
kamera video, pemutar suara, pemutar video, dan masih banyak lagi.
Pembelajaran ini sering diartikan sebagai gabungan dari banyak media
untuk menghasilkan suatu karya berbentuk video maupun audio.
3. Teknologi Komunikasi
Seiring berkembangnya zaman, teknologi komunikasi juga ikut
berkembang pesat. Tidak hanya telepon seluler dan faximile saja, namun
ada macam-macam teknologi komunikasi baru, salah satunya media sosial.
Contohnya adalah Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dan lain-lain.
20
Teknologi komunikasi baru tersebut juga turut berperan menjadi alat
pembelajaran interaktif bagi guru dan siswa. Pemberian tugas berupa video
maupun audio bisa memanfaatkan media sosial seperti Youtube dan
Instagram untuk menunjang kemampuan kreativitas para siswa.
4. Teknologi Jaringan Komputer
Teknologi ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Contoh
perangkat keras yakni LAN, internet, wifi, dan lain-lain. Sedangkan
perangkat lunak atau aplikasi jaringannya yaitu web, email, html, java,
php, dan aplikasi basis data lainnya.
2.8 Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery learning diprakarsai oleh tokoh psikologi konstruktivis bernama
Jerome Bruner (1915-2016). Menurut Bruner, pengetahuan dibangun
berlandaskan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Anak
menggunakan intuisi, imajinasi, serta kreativitas, sehingga dapat memperoleh
informasi dan pengetahuan baru.
Bruner juga berpendapat bahwa proses belajar tidak hanya sekadar
menyerap apa yang dibaca dan didengar. Sebagai pembelajar, anak tidak hanya
berperan sebagai penerima informasi dari guru.
Penerapan model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan sikap
ingin tahu serta membentuk perilaku saintifik dan sosial anak.Dalam metode
pembelajaran discovery learning, anak secara aktif mencari jawaban dan solusi
atas pertanyaan yang muncul di dalam benak melalui interaksi dengan
lingkungannya untuk memperoleh jawaban atas permasalahan.
Bagi anak usia dini, bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain yang
bermakna, anak dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki dengan cara yang lebih menyenangkan.
Peran guru pada metode pembelajaran discovery learning adalah sebagai
fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dengan beragam kegiatan dan sumber
daya agar anak dapat memperoleh informasi baru secara mandiri. Guru juga
berperan sebagai pembimbing agar anak agar mencapai sebuah kesimpulan
pemberian pertanyaan dan umpan balik.
21
Discovery learning merupakan model pembelajaran yang mendorong anak
untuk secara aktif memperoleh pengetahuan dengan menarik kesimpulan atas
aktivitas dan observasi yang ia lakukan. Penerapan model pembelajaran ini
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Mengembangkan kepekaan serta rasa ingin tahu anak;
2. Melatih kemampuan berpikir kritis dan analitis serta kreatif;
3. Mendukung dan mengembangkan kemandirian anak dalam belajar;
4. Proses belajar dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar anak;
5. Kegiatan belajar menjadi lebih bermakna bagi anak.
22
Pada langkah ini, anak diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data
berupa informasi yang relevan dan berguna dalam menjawab
permasalahan, serta untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Anak dapat
mengumpulkan data melalui berbagai kegiatan, seperti membaca buku,
menyimak bahan tayang, melakukan percobaan sederhana, dll. Dengan
melakukan pengumpulan data, anak didorong untuk secara aktif mencari
jawaban atas permasalahan yang ia miliki dengan menggunakan sumber
daya yang ada.
4. Pengolahan data (data processing)
Seluruh data yang telah diperoleh selanjutnya diolah agar melahirkan
informasi baru. Pengolahan dapat dilakukan dengan cara membandingkan,
mencocokkan, mengklasifikasikan, dan/atau melakukan perhitungan.
Informasi baru yang diperoleh berfungsi sebagai alternatif jawaban yang
perlu dibuktikan secara logis.
5. Pembuktian (verification)
Pada langkah ini anak melakukan kegiatan untuk membuktikan benar atau
tidaknya alternatif jawaban yang diperoleh pada langkah sebelumnya.
Pembuktian dilakukan dengan tujuan agar anak dapat mengaitkan
pemahaman yang diperoleh dengan contoh-contoh yang ia temui dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Penarikan simpulan/generalisasi (generalization)
Pada langkah penarikan kesimpulan/generalisasi, anak menarik sebuah
kesimpulan yang dapat diterapkan dan berlaku umum pada kejadian atau
masalah serupa. Proses penarikan kesimpulan perlu dilakukan berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang diperoleh anak selama proses
pembelajaran berlangsung.
23
BAB lll
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulansebagai berikut:
Model-model pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, bukan kepada
guru. Guru hanya sebagai fasilitator. Pendekatan berisikan proses pembelajaran
yang didesain agar peserta didik mengalami belajar secara aktif melalui suatu
tahapan-tahapan.
Langkah-langkah pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik ada 5M,
yaitu: mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Dalam
pengimplementasian pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik,
pendekatan saintifik berperan penting dalam mengaktifkan aktivitas peserta didik.
Pendekatan dengan metode kelompok menjadikan anak aktif berperan dalam
kelompok sebagaimana juga dalam model pembelajaran proyek. Setiap model
pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing dan setiap
model bisa kita gunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar demi
tercapaoinya tujuan pembelajaran kepada anak didik.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari sefi penulisan maupun pengilaha kata. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dari para
pembaca guna untuk perbaikan makalah berikutnya. Penulis juga berharap
makalah ini dapat berguna bagi pendidikan Indonesia.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ardy Wiyani, Novan. & Irham, Muhammad. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori
dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Harianto. & Sugiyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
https://www.kompasiana.com/fkipipthukawkupang/teori-belajar-dan-implikasinya-dalam-
pembelajaran_54ffc47ea33311825c5102db
25