Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

KELAS 1.3
KELOMPOK 6

Dosen Pengampu:
Azlin Atika Putri, M.Pd

T. Zalfala /2286207061
Desmiati /2286207064
Salwati /2286207070
Puspasari /2286207063

FAKULTAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T atas selesainya makalah ini yang
berjudul:”Teori ”. Makalah Teori Kognitif ini telah kami susun dengan semaksimal
mungkin dan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Selaku dosen pengampu yakni ibu Azlin Atika Putri, M.Pd. yang telah
memberikan kepercayaannya kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah membantu memberi ide dan saran kepada kami selaku
penyusun.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi siapa saja yang mambacanya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,
kami selaku penyusun merasa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi tercapainya kesempurnaan
dalam makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB 1PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................................2
1.4 Manfat Penulisan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................3
2.1 Model Pembelajaran BCCT ........................................................................................3
2.2 Pendeketan Integratif Terpadu ...................................................................................4
2.3 Model Pembelajaran Kontruktivis ..............................................................................5
2.4 Pembelajaran Kooperatif Kelompok ...........................................................................6
2.5 Metodo Pembelajaran Proyek .....................................................................................8
2.6 Pengertian Pendekatan Saintifik................................................................................17
2.7 Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication ................................19
Technology) ...............................................................................................................19
2.8 Model Pembelajaran Discovery Learning .................................................................21
BAB lll PENUTUP ............................................................................................................24
3.1 KESIMPULAN .........................................................................................................24
3.2 SARAN .....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Model-model pembelajaran sangat penting pada pemberlangsungan


proses ajar mengajar. Model pembelajaran merupakan salah satu komponen
penting yang menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat, akan berdampak pada keberhasilan belajar siswa serta
tercapainya tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu desain
pembelajaran yang dirancang untuk memperlancar proses pembelajaran.
Model pembelajaran diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru
di sekolah, tidak terkecuali pada pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar.
Model pembelajaran diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru di
sekolah, tidak terkecuali pada pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar.
Guru harus memahami betul pelaksanaan model pembelajaran yang akan
diguanakan dalam proses pembelajaran. Karena dengan menguasai model
pembelajaran, guru akan merasakan adanya kemudahan dalam pentransferan
ilmu berupa sikap, pengetahauan, dan keterampilan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan tepat. Banyak model pembelajaran
yang menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
model pembelajaran merupakan cara yang dilakukan guru untuk
mengajak peserta didik dalam menelusuri suatu permasalahan yang diperoleh
dari dunia nyata ataupun duniaa maya berdasarkan maateri yang sedang dibahas.
Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model
pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu
sendiri.

1
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari
model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan
menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum
prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengetian model-model pembelajaran?


2. Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
3. Ciri-ciri Model Pembelajaran?
4. Macam- macam model pembelajaran?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan model-model pembelajaran


2. Untuk mengetahui apa saja dasar pertimbangan pemilihan model
pembelajaran
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri model pembelajaran
4. Untuk mengetahui apa saja macam-macam model pembelajaran

1.4 Manfat Penulisan

1. Bagi Siswa
Agar siswa lebih mudah memahami setiap kegiatan pembelajaran
2. Bagi Guru
Agar guru lebih mudah melakukan proses belajar mengajar dikelas

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model Pembelajaran BCCT


Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 2 0
Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Upaya pengembangan
potensi peserta didik tersebut dilakukan melalui berbagai jalur
pendidikan formal dan non formal serta jenis dan jenjang pendidikan
mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai bagian dari sistem
pendidikan nasional (Pasal 1 butir 14 UU No. 20/2003) menegaskan
bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Selanjutnya penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dalam UU No.
20/2003 Pasal 28 ayat (3) dan (4) disebutkan bahwa: ”Pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak
(TK)/Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat, sedangkan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat.
BCCT adalah Untuk mengembangkan potensi dan minat tersebut dapat
dilakukan melalui BCCT (Beyond Centers and Circle Time) atau yang biasa
disebut pendekatan sentra dan saat lingkaran yang berpusat pada anak. Sentra

3
main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi seperangkat alat main
yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung
perkembangan anak dalam tiga jenis permainan, yakni main sensorimotor,
main peran, dan main pembangunan. Ada 6 sentra dalam pembelajaran model
BCCT yaitu:
1.Sentra Imtaq (Iman dan Taqwa),
2. Sentra Balok,
3 . Sentra Bermain Peran,
4.Sentra Seni dan Kreativitas,
5.Sentra Musik dan Olah Tubuh,
6.Sentra Bahan Alam dan sentra yang lainnya
2.2 Pendeketan Integratif Terpadu
Pengertian Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan
kebijaksanaan pengajaran bahasa dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran
secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan
bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.
Pendekatan terpadu terdiri dari dua macam yaitu integratif internal dan integrative
eksternal.
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti
menurut Hilda Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa Pembelajaran Terpadu
memiliki beberapa macam karakteristik diantaranya:
1. Berpusat pada anak (studend centerd).
2. Memberi pengalaman langsung pada anak.
3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses
pembelajaran
5. Bersipat luwes.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
7. Holistik,
8. Bermakna,

4
9. Otentik,
10. Aktif,

2.3 Model Pembelajaran Kontruktivistik


Teori pembelajaran kontruktivisme mengakui bahwa peserta didik akan
dapat mengmenginterpretasikan informasi kedalam pikirannya, hanya pada
konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar
belakang dan minatnya. Teori pembelajaran kontruktivisme adalah sebuah teori
pendidikan yang mengedepankan peningkatan perkembangan logika dan
konseptual pembelajaran.
Kontruktivisme percaya bahwa pembelajaran membagun pengetahuan untuk
dirinya, peran seorang guru sangat penting dalam teori pembelajaran
kontruktivisme, ketimbang memberikan ceramah seorang guru berfungsi sebagai
fasilitator dimana yang membantu pembelajaran dan pemahamannya.
Teori Behavionisme, pembelajaran merupakan sebuah hasil dari respon
seseorang atas stimulus yang diberikan, behavionisme merupakan pandangan
yang menganggap seseorang pembelajar pada dasarnya pasif, namun merespon
stimulus dan lingkungan. Pembelajaran lebih efektif dan bermakna ketika siswa
mampu berinteraksi dengan masalah atau konsep.
Contoh pembelajaran dengan menggunakan prinsip teori belajar kontruktivisme
adalah gagasan pembelajaran bahasa kolaboratif membelajaran berbasis proyek.
a. Ciri-ciri dari pembelajaran kontruktivisme, yaitu:
1) Belajar aktif
2) Bersifat otentik
3) Menarik dan menantang
4) Pengaitan pengetahuan lama dengan informasi baru
5) Merefleksikan pengetahuan
b. Sintak model pembelajaran kontruktivisme metakognitif ada 8 tahapan
1) Fase l : Pembentukan kelompok
2) Fase ll : Aktivasi skemata awal
3) Fase lll : Menciptakan konflik kognitif
4) Fase lV : Perencanaan pembentukan konsep
5) Fase V : Pembentukan konsep, pemantauan dan evaluasi

5
6) Fase Vl : Persentasi kelas
7) Fase Vll : Tes individu
8) Fase Vlll: Rekonisi tim
c. Jenis- jenis pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada anak.
1) Pendekatan Expository
2) Pendekatan Inquiry
3) Pendekatan Deduktif
4) Pendekatan Induktif
5) Pendekatan Konsep
6) Pendekatan Proses
7) Pendekatan Sains, teknologi, masyarakat

2.4 Pembelajaran Kooperatif Kelompok


Pembelajaran kooperatif yang artinya menegrjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu sama lainnya atau satu tim. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja
sama antar peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran,
peserta didik dibagi dalam kelompok- kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pembelajaran yang telah ditentukan.
a. Ciri- ciri model pembelajaran kooperatif dan kelompok:
1) Belajar bersama teman.
2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
3) Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok
4) Belajar dari teman sendiri dalam bentuk kelompok
5) Belajar dalam kelompok kecil
6) Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat

Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk memaksimalkan hasil


belajar yang ingin dicapai dari tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Hal ini didasarkan karena anggota dari kelompok belajar ini
memiliki tingkatan pengetahuan yang berbeda yaitu dari rendah, sedang dan
tinggi.

6
b. Jenis model pembelajaran Kooperatif
1) Tigsaw adalah siswa diberi materi untuk dipelajari, masing-
masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk
menjadi ahli pada suatu aspek tertentu dari materi.
2) NHT ( Number Heads Together) adalah siswa untuk menomori
diri mereka masing-masing dalam kelompoknya mulai dari 1-
4.
3) STAD ( Studen Teams Achievement Divisions) adalah siswa
dikelompokkan kedalam kelompok kecil yang disebut tim.
4) TAI ( Team Assisted Individualization ) adalah siswa
mengikuti tindakan yang bersifat individual berdasarkan tes
penempatan dan kemudian dapat maju ketahapan selanjutnya
berdasrkan kecepatan belajar.
5) TPS (Think Pair Share) adalah setiap anggota pasangan siswa
untuk berkopetensi terhadap suatu pertanyaan yang diajukan.
6) Picture And Picture adalah memberikan motovasi anak untuk
belajar dengan gambar- gambar dan juga menyenangkan
sehingga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
7) Problem Posing adalah mengajibkan para siswa untuk
mengajukan soal sendiri melalui belajar soal secara mendiri.
8) Problem Solving adalah mengutamakan pemecahan masalah
dalam kegiatan belajar memperkuat daya nalar.
9) Team Games Tournamen (TGT) adalah siswa saling
berkompetensi dari siswa dari kelompok lain agar dapat
memberikan kontribusi poin bagi kelompok.
10) Cooperative Integrated Reading And Compocition ( CIRC)
adalah dirancang untuk mengembangkan kemampuan,
membaca, menulis dan keterampilan bahasa.
11) Learning Cycle (Siklus Belajar) adalah pembelajaran dengan
rangkaian kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur.
12) Cooperative Script (CS) adalah siswa bekerja secara
berpasangan dan bergantian.

7
2.5 Motedo Pembelajaran Proyek
Perencanaan program kegiatan secara menyeluruh membutuhkan suatu
strategi. Strategi kegiatan merupakan penggabungan berbagai macam tindakan
untuk mencapai tujuan kegiatan. Moeslichatoen, (2004:7) menyatakan bahwa:
“Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan
strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang
dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan”. Untuk
pembelajaran pada anak usia dini dibutuhkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan usianya. Kita dapat mengajarkan suatu konsep kepada anak melalui
aktivitas yang dilakukannya. Mulyasa, (2014:112-113) menyatakan bahwa:
“Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “Learning By
Doing”, yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan
tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama proses penguasaan anak tentang
bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah
laku untuk mencapai tujuan. Berkenaan dengan hal tersebut, Piaget mengatakan
bahwa kita tidak dapat mengerjakan tentang suatu konsep pada anak secara
verbal, tetapi kita dapat mengajarkannya jika menggunakan metode yang
didasarkan pada aktivitas anak”.
Metode proyek ini membantu anak memperoleh informasi dan pengalaman
yang mempunyai dorongan untuk menjelajahi dan meneliti lingkungannya.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan kesenangan bagi anak melainkan juga
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sifat-sifat atau manfaat yang
dimiliki suatu benda. Salah satu metode pengajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak usia TK yaitu metode pembelajaran proyek. Anita Yus
(2011:174) menyatakan bahwa metode pembelajaran proyek merupakan salah
satu metode pengajaran yang disarankan untuk digunakan pada pendidikan
prasekolah. Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa metode proyek dapat
digunakan pada pendidikan prasekolah.

Moeslichatoen (2004:137) menyatakan bahwa metode pembelajaran proyek


merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak
pada persoalan sehari-hari yang harus dikerjakan secara berkelompok. Selain anak
mendapatkan pengalaman, metode proyek ini juga dapat menambah wawasan dan

8
pengetahuan anak dalam memecahkan persoalan sehari-hari. Alam sekitar dapat
dijadikan objek untuk melakukan kegiatan proyek. Hal ini berdasarkan pernyataan
Kurikulum 2013 PAUD No. 146 tahun 2014 (2015:69) menyatakan bahwa:
“Proyek merupakan suatu tugas yang terdiri atas rangkaian kegiatan yang
diberikan oleh pendidik kepada anak, baik secara individu maupun secara
berkelompok dengan menggunakan objek alam sekitar maupun kegiatan sehari-
hari”.

Proyek membahas sebuah topik yang diperluas dan kemudian diperdalam


pembahasannya. Roopnarine dan Johnson (2009:107) mengatakan bahwa: Proyek
adalah penelitian sebuah topik yang diperluas dan mendalam yang idealnya
merupakan topik yang layak bagi perhatian, waktu, dan energi anak-anak. Proyek
biasanya dilakukan oleh seluruh kelas, terkadang oleh kelompok-kelompok kecil
di dalam kelas, dan sesekali oleh individual.

Metode pembelajaran proyek merupakan salah satu cara pemecahan masalah


yang diterapkan secara luas dalam setiap pemecahan masalah yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari (Bossing dalam Moeslichatoen, 2004:139-141). Misalnya
masalah menyiapkan sarapan pagi, masalah membersihkan lantai, masalah
merapikan tempat tidur, masalah bertanam bunga, masalah menjamu tamu, dan
sebagainya. Karena berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari, metode
proyek diharapkan dapat menjadi wahana untuk menggerakkan kemampuan kerja
sama dengan sepenuh hati, dan meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan
minat dalam memecahkan masalah tertentu secara efektif dan kreatif.

Berdasarkan pemaparan tersebut, metode proyek merupakan strategi


pengajaran yang melibatkan anak dalam belajar memecahkan masalah dengan
melakukan kerja sama dengan anak lain, masing-masing melakukan bagian
pekerjaannya secara individual atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan
yang menjadi milik bersama.

Menurut Moeslichatoen (2004:144-145) dalam menggunakan metode proyek


agar tujuan pengajaran tercapai kegiatan proyek perlu memperhatikan hal-hal
berikut:

9
1. Merupakan kegiatan yang bersumber dari pengalaman anak sehari-hari
dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di luar sekolah.
2. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang sedemikian kompleks yang
menuntut bermacam penanganan yang tidak mungkin dilakukan anak
secara perseorangan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.
3. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang dapat membantu mengembangkan
kemampuan berpikir dan menalar, kemampuan bekerja sama dengan anak
lain dan memperluas wawasan anak.
4. Kegiatan itu cukup menantang bagi anak dalam pengembangan kesehatan
fisik dan kesejahteraan.
5. Kegiatan itu dapat memberikan kepuasan masing-masing anak.

Melalui kegiatan proyek, anak mendapat kesempatan untuk menggunakan


kemampuan, keterampilan, dan minat, serta kebutuhan anak lain dalam mencapai
tujuan kelompok. Salah satu tujuan pendidikan bagi anak adalah memberi
pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
berimajinasi. Kegiatan proyek merupakan salah satu bentuk pemecahan masalah,
jadi pengembangan kemampuan berpikir dapat diperoleh melalui metode proyek.

Mulyasa (2014: 113) mengatakan banyak manfaat yang dapat kita ambil dari
metode proyek ini, baik ditinjau dari pengembangan pribadi, sosial, intelektual
maupun pengembangan kreativitas, di antaranya sebagai berikut:

1. Memberikan pengalaman kepada anak dalam mengatur dan


mendistribusikan kegiatan.
2. Belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing. Hal ini
memberikan peluang kepada setiap anak untuk dapat mengambil peran dan
tanggung jawab dalam memecahkan masalah yang dihadapi kelompok.
3. Memupuk semangat gotong royong dan kerjasama diantara anak yang
terlibat.
4. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan sikap
kerjasama dan kebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat.
5. Mampu mengeksplorasi bakat, minat, dan kemampuan anak.

10
6. Memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun
kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya,
keterampilan yang sudah dikuasainya yang pada akhirnya dapat
mewujudkan daya kreativitasnya secara optimal.

Metode proyek dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk


mengekspresikan pola berpikir, keterampilan, dan kemampuannya untuk
memaksimalkan sejumlah permasalahan yang dihadapi mereka sehingga mereka
memiliki peluang untuk terus berkreasi dan mengembangkan diri seoptimal
mungkin.

Moeslichatoen (2004:142) mengatkan bahwa manfaat metode proyek bagi


anak TK, yaitu:

1. Memberikan pengalaman belajar dalam memecahkan masalah yang


memiliki nilai praktis yang sangat penting bagi pengembangan pribadi
yang sehat dan realistik. Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki
ciri-ciri sikap kemandirian, percaya diri, dapat menyesuaikan diri, dapat
mengembangkan hubungan antarpribadi yang saling memberi dan
menerima, serta mau menerima kenyataan dan mengakui bahwa dirinya
berbeda dengan anak yang lain. Pribadi yang realistik merupakan pribadi
yang menerima tanggung jawab sesuai kemampuannya, bersikap optimis
yang beranggapan dengan usaha yang keras seseorang akan berhasil, dapat
menarik pelajaran dari pengalaman-pengalaman yang lampau.
2. Dapat diterapkan secara luas untuk memecahkan masalah dalam lingkup
kehidupan anak sehari-hari. Kehidupan anak sehari-hari dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat yang lebih luas. Anak memperoleh pemahaman
yang utuh tentang bagaimana memecahkan masalah tertentu yang
memerlukan kerja sama dengan anak lain secara terpadu, anak
memperoleh pengalaman belajar dalam pengembangan sikap positif dalam
kegiatan bekerja dengan anak lain.
3. Dapat membangkitkan kegiatan mental yang mendorong anak untuk dapat
menghilangkan ketegangan atau keadaan yang mengganggu dengan

11
menggunakan cara-cara yang sudah dikuasai untuk diterapkan dalam
situasi sekarang untuk menghilangkan ketegangan itu secara kreatif.
Karena dalam penggunaan metode proyek itu tekanan tanggung jawab
beralih dari guru ke anak, maka dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dan membina sikap kerja sama dan interaksi sosial di
antara anak-anak yang terlibat dalam proyek, agar mampu menyelesaikan
bagian pekerjaannya dalam kebersamaan secara efektif dan harmonis.
Masing-masing belajar tanggung jawab terhadap bagian pekerjaanya
dengan kesepakatan bersama

Pada tahap yang lebih luas, manfaat kerja proyek terkait dengan topik yang
sedang diselidiki. Jumlah topik yang mungkin digunakan begitu banyak sehingga
disarankan untuk menggunakan beberapa jenis proses pemilihan. Guru memiliki
tanggung jawab utama untuk menilai apakah topik tertentu setara dengan waktu
dan energi anak-anak dan sumber daya prasekolah atau sekolah. Roopnarine dan
Johnson (2011:313-316) mengatakan ada beberapa penerapan dalam pendekatan
metode proyek yaitu sebagai berikut:

1. Memilih Topik Untuk Proyek


Banyak hal yang memengaruhi ketepatan sebuah topik. Sebagian besar
tergantung pada karakteristik kelompok anak tertentu, pengetahuan dan
pengalaman guru yang terkait dengan topik tersebut dan minat guru sendiri
pada topik tersebut, sumber daya lokal yang tersedia, konteks sekolah atau
masyarakat yang lebih luas, dan beragam gabungan semua faktor ini.
Lebih lanjut lagi, penting untuk diingat bahwa banyak topik penting yang
tidak sesuai dengan proyek-proyek ini. Sulit juga untuk meramalkan topik
apa yang akan berjalan dengan baik dalam kelompok anak tertentu.
2. Menanggapi Minat Anak-Anak
Guru terkadang memilih topik proyek berdasarkan pada minat yang
ditunjukkan anak atau anggapan tentang minat anak pada topik tersebut.
Namun, minat perorangan, kelompok, atau seluruh kelas mewakili
sejumlah potensi perangkap dalam pemilihan topik. Pada tahap praktis,
dalam kelas yang berisi 25 orang anak, jumlah minat yang mungkin

12
terlihat terlalu besar untuk bisa disikapi dalam satu tahun saja. Oleh karena
itu, guru memerlukan beberapa kriteria untuk menentukan minat mana
yang pantas untuk disikapi.

Orang dewasa memiliki tanggung jawab penting untuk mendidik minat


anak-anak dan memperingatkan mereka pada kejadian dan fenomena di
sekitar mereka yang patut mereka perhatikan dan pahami. Ini tidak berarti
bahwa guru menunjukkan rasa tidak hormat atau meremahkan minat yang
diungkapkan oleh anak. Namun, kesadaran anak pada minat guru yang
nyata dan mendalam pada suatu topik (misalnya perubahan dalam
lingkungan alam selama periode 6 minggu) mungkin bisa menyebabkan
beberapa tingkat ketertarikan pada suatu topik di antara anak-anak yang
menghormati guru. Dengan cara ini, orang dewasa mengambil tanggung
jawab untuk mendidik minat anak-anak.
3. Persiapan untuk Peran Serta dalam Masyarakat Demokratis
Pertimbangan penting dalam pemilihan topik proyek adalah komitmen
untuk membangun kemampuan anak-anak agar, pada akhirnya, mampu
berperan serta dengan kompeten dalam masyarakat yang demokratis.
Dalam mencapai tujuan ini, topik-topik yang baik adalah yang
memperdalam pemahaman, pengetahuan, dan penghargaan anak-anak
pada kontribusi orang lain demi kesejahteraan bersama. Sebagai tambahan
salah satu dari banyak potensi manfaat kerja proyek yang bagus adalah
bahwa kerja proyek memberikan berbagai macam pengalaman di dalam
kelas yang membentuk peran serta dalam proses demokratis: kerja sama,
menyimak dan merespons ide satu sama lain, mengoordinasikan upaya dan
kontribusi yang berbeda dari anggota dan seluruh sub kelompok,
menyelesaikan perselisihan, meraih kesepakatan bagaimana memecahkan
masalah dan menyelesaikan tugas, dan sebagainya.

Beberapa rancangan kegiatan proyek yang perlu diperhatikan sebelum


melaksanakan kegiatan tersebut. Menurut Chard dalam Roopnarine dan Johnson,
(2009:317-319) mengatakan bahwa proyek bisa direncanakan dan dilakukan
dalam kira-kira tiga fase urutan, yaitu:

13
a. Fase 1: Memulai proyek
Pada fase pertama proyek, guru mendorong anak-anak berbagi
pengalaman dan kenangan pribadi mereka yang terkait dengan topik dan
meninjau pengetahuan mereka tentang itu, menggunakan kompetensi
representasional dan ekspresif seperti permainan sandiwara, menggambar,
melaporkan pengalaman mereka, dan menuliskannya.
b. Fase 2: Mengembangkan proyek
Tujuan utama fase kedua adalah memperoleh informasi baru, khususnya
melalui pengalaman langsung dan dari dunia nyata. Sumber informasi
yang digunakan bisa primer ataupun sekunder, tergantung pada usia anak-
anak yang terlibat.
c. Fase 3: Menyelesaikan proyek
Tujuan utama fase terakhir proyek adalah penyelesaian pekerjaan
perorangan dan kelompok dan rangkuman serta tinjauan tentang apa yang
telah dipelajari.

Adapun tahapan kegiatan yang dapat dipersiapkan guru dalam merencanakan


proyek kegiatan, sebagaimana yang dikembangkan oleh Lilian G. Katz et. at
dalam Mulyasa (2014), yaitu:

1. Guru memilih topik


2. Guru membuat peta konsep topik
3. Mengorganisasi topik proyek ke dalam kurikulum
4. Guru menentukan lingkup proyek
5. Guru menentukan lima kriteria (aktivitas anak, keterampilan yang dapat
dilakukan anak, sumber materi, minat, dan penguasaan guru tentang topik
yang akan dibahas, serta penyesuaian topik dengan jadwal tahunan).
6. Guru dan anak dapat mengunjungi tempat menarik yang sesuai dengan
topik.

Menurut Moeslichatoen (2004:145-151) ada tiga tahap dalam merancang


kegiatan proyek bagi anak TK yaitu sebagai berikut:

14
1. Rancangan Persiapan yang Dilakukan Guru
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam merancang
persiapan melaksanakan kegiatan pengajaran dengan menggunakan
metode proyek:
a. Menetapkan tujuan dan tema kegiatan pengajaran dengan
menggunakan metode proyek
b. Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlukan dalam
kegiatan proyek
c. Menetapkan rancangan pengelompokan anak untuk melaksanakan
kegiatan proyek
d. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai
e. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan pengajaran dengan
metode proyek
2. Pelaksanaan Kegiatan Proyek bagi Anak TK
Dalam melaksanakan kegiatan proyek bagi anak TK ada 3 tahap yang
harus dilakukan guru:

1. Kegiatanpra-pengembangan
Pertama-tama guru harus mengkomunikasikan tujuan kegiatan
proyek. Kegiatan proyek memerlukan beberapa kelompok kerja.
Untuk mengerjakan bagian masing-masing kelas dibagi menjadi 4
kelompok kerja sesuai dengan rancangan yang telah dibuat oleh
guru. Guru menyebutkan kelompok kerja apa dan nama-nama
anggota dan ketua kelompok kerja masing-masing. Guru
menunjukkan di mana kelompok-kelompok itu harus bekerja dan
di mana harus mengambil bahan dan alat yang diperlukan.
2. Kegiatan pengembangan
Untuk pemanasan guru menanyakan kepada siswa apakah di antara
mereka sekarang ada yang berulang tahun. Jawaban mungkin ada
atau tidak ada. Jika tidak ada dimisalkan Ani sebagai anak yang
berulang tahun. Guru mengajak anak-anak untuk menyiapkan pesta
ulang tahun bagi Ani. Lalu guru mengajak anak-anak menyanyikan

15
lagu “Selamat ulang tahun”. Demikian seterusnya guru
membimbing dan mengarahkan kelompok-kelompok kerja untuk
berkreasi.
3. Kegiatan penutup
Setelah kegiatan proyek diselesaikan masing-masing kelompok,
maka hiasan dinding dapat dipasang, balon-balon hias dipasang di
ruangan kelas, kue dan buah-buahan yang dibuat ditata di meja
yang telah ditetapkan. Kegiatan proyek diakhiri dengan
mengembalikan bahan dan alat yang dipergunakan pada tempat
semula, membersihkan dan merapikan tempat kerja, dan dengan
dipimpin guru anak-anak sekali lagi diajak menyanyi lagu
“Selamat Ulang Tahun”.

Penilaian kegiatan proyek merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan


kegiatan pemberian pengalaman belajar dengan menggunakan metode proyek.
Tanpa adanya penilaian kegiatan ini guru tidak dapat mengetahui secara rinci
apakah tujuan pengajaran yang ingin dicapai melalui metode proyek itu dapat
dicapai secara memadai. Berdasarkan rancangan kegiatan proyek yang telah
dipaparkan tersebut, dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksakan kegiatan
proyek mulai dari merancang persiapan yang dilakukan guru, merancang
pelaksanaan kegiatan proyek bagi anak, dan merancang penilaian kegiatan proyek
bagi anak TK.

1. Kelebihan Metode Proyek


Menurut Moeslichatoen (2004:28) terdapat kelebihan dari metode proyek
untuk meningkatkan kreativitas anak yaitu:
1. Berkaitan dengan kehidupan anak sehari-hari yang dapat
dihubungkan satu dengan yang lain dan dipadukan menjadi suatu
hal yang menarik bagi anak, selain itu juga besifat fleksibel.
2. Di dalam kegiatan bersama, anak belajar mengatur dri sendiri
untuk bekerja sama dengan teman dalam memecahkan suatu
masalah.

16
3. Dalam kegiatan proyek, pengalaman akan sangat bermakna bagi
anak. Misalnya pengalaman siswa dalam melipat kertas akan
menjadi sanga bermakna untuk membuat hiasan dinding dalam
rangka menyiapkan ruangan untuk suatu pesta.
4. Kegiatan proyek punya dampak dalam pengembangan etos kerja,
etos waktu, dan etos lingkungan.
5. Berlatih untuk berprakarsa dan bertanggung jawab.
6. Berlatih menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan secara bebas
dan kreatif.
2. Kelemahan Metode Proyek
Menurut Nurlaily (2006:12) didalam metode proyek juga terdapat
beberapa kelemahan diantaranya:
1. Membutuhkan waktu yang cukup lama.
2. Membutuhkan media yang banyak.
3. Membutuhkan energi yang cukup banyak dalam kegiatan proyek.
4. Kesulitan dalam mengatur anak.
5. Guru mengalami kesulitan dalam mengkondisikan kegiatan belajar
mengajar menggunakan metode proyek.

2.6 Pengertian Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang berpusat kepada
peserta didik, bukan kepada guru. Guru hanya sebagai fasilitator. Pendekatan
saintifik berisikan proses pembelajaran yang didesain agar peserta didik
mengalami belajar secara aktif melalui suatu tahapan-tahapan. Pendekatan
saintifik dilahirkan atas munculnya kurikulum 2013. Adapun skenario
pembelajaran terkait dengan elemen pendekatan saintifik terhadap kegiatan
belajar peserta didik. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua
jenjang dilaksanakan menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran
saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) menggunakan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan.
Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis keilmuan sebagaimana dimaksud pada

17
ayat (7) merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis
meliputi proses pembelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran. Pendekatan yang dapat dijadikan sistem agar tercapainya
pembelajaran yang diharapkan ialah pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik dapat dijadikan sebagai pemecah masalah


terhadap belajar peserta didik. Pendekatan saintifik dapat mendorong
peserta didik untuk aktif, kreatif, inovatif, produktif, dan berkarakter dalam
proses pembelajaran tematik. Selain itu dapat menjadikan peserta didik
lebih aktif dalam ranah sikap pengetahuan, keterampilannya, juga dapat
mendorong peserta didik untuk melakukan penelusuran guna menemukan
fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungannya.

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 65 Tahun 2013 tentang


standar proses, pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi 5M yaitu:
mengamati, menaya, mencoba, mengasosiasi dan mengkomunikasika.

Aktivitas mengamati dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan


secra sadar dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba, dan perasa pada fakta atau peristiwa tertentu.
Mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses
pembelajaran (meaning full learning). Kegiatan belajar yang dilakukan
dalam proses mengamati ialah dengan membaca, mendengar, menyimak,
dan melihat.

Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan


cara mengajukan pertanyaan suatu penjelasan yang belum dimengerti dari
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati.

Eksperimen merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa


perlakuan melalui percobaan dalam mencari informasi, seperti: membaca
buku teks atau website, melihat suatu objek/ kejadian/ aktivitas. Dan

18
wawancara dengan narasumber.

Menalar merupakan berfikir secara logis. Sedangkan


mengasosiasikan/ mengolah informasi merupakan kegiatan pembelajaran
yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan percobaan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan
mengumpulkan informasi.

Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran berupa


menyampaikan atau mempresentasikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil secara lisan
dan tulis.
2.7 Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication
Technology)

Istilah Information and Communication Technology (ICT) dalam bahasa


Indonesia diterjemahkan dengan Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK)
adalah segala bentuk teknologi (perangkat keras danperangkat lunak) yang
digunakan untuk memproses, menangkap, mentransmisikan, mengambil,
memanipulasi, atau menampilkan data.
Pembelajaran berbasis ICT (Information and Communication
Technology)/TIK adalah suatu sistem pembelajaran di mana dalam proses belajar
mengajarnya disesuaikan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Salah satu media pembelajaran berbasis ICT yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya menggunakan komputer multimedia. Yang dimaksud
dengan komputer multimedia di sini adalah komputer yang dilengkapi dengan
perangkat multimedia yang mendukung proses pembelajaran interaktif. Perangkat
multimedia tersebut diantaranya adalah: LCD dan Speaker.
ICT dalam pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa di samping sebagai pendukung kinerja sistem
pendidikan, ICT juga bermanfaat sebagai media dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran berbasis ICT bagi anak usia dini telah membawa kita pada
cara yang baru dalam mengembangkan teknologi pembelajaran.Pembelajaran ICT
pada anak usia dini ini memiliki banyak persepsi, diataranya, pemanfaatan ICT
sebagai media belajar atau mengajarkan ICT pada mereka. Namun demikian,

19
keduanya terkadang saling berhubungan walaupun banyak juga perbedaan dalam
segi orientasi dan pemanfaatan. Pemanfaatan ICT sebagai media pembelajaran
merupakan hal yang baru dalam dunia pendidikan. Hal tersebut tentu diiringi oleh
perkembangan zaman saat ini. Dikeluarkannya komputer mini (notebook) oleh
pabrikan komputer di dunia yang niat awalnya didistribusikan untuk konsumsi
pelajar, merupakan salah satu jalan bagi dunia pendidikan dalam memanfaatkan
ICT tersebut dalam proses pembelajaran. Clark dalam Win mengklasifikasinya
media dalam pembelajaran menjadi lima perspektif, yaitu: a. Media sebagai
teknologi dan mesin, b. Media sebagai tutor, c. Media sebagai alat sosialisasi, d.
Media sebagai motivator dalam belajar, e. Media sebagai alat mental untuk
berpikir dan memecahkan masalah.
Dikutip dari buku ICT Dalam Pembelajaran oleh Nanda Septiana, M. Pd,
ada empat macam media pembelajaran berbasis ICT, yakni:
1. Teknologi Komputer
Media pembelajaran ini sering disebut sebagai computer assisted
instructional atau CAI, yakni salah satu pembelajaran yang menggunakan
media komputer sebagai media belajar interaktif.
Pengggunaannya dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, di antaranya
program computer assited learning, konferensi komputer, dan multimedia.
Jenis pembelajaran ini memanfaatkan seluruh kemampuan komputer,
seperti teks, grafis, gambar, photo, audio, video, dan animasi.
2. Teknologi Multimedia
Yang termasuk ke dalam teknologi multimedia adalah kamera digital,
kamera video, pemutar suara, pemutar video, dan masih banyak lagi.
Pembelajaran ini sering diartikan sebagai gabungan dari banyak media
untuk menghasilkan suatu karya berbentuk video maupun audio.
3. Teknologi Komunikasi
Seiring berkembangnya zaman, teknologi komunikasi juga ikut
berkembang pesat. Tidak hanya telepon seluler dan faximile saja, namun
ada macam-macam teknologi komunikasi baru, salah satunya media sosial.
Contohnya adalah Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dan lain-lain.

20
Teknologi komunikasi baru tersebut juga turut berperan menjadi alat
pembelajaran interaktif bagi guru dan siswa. Pemberian tugas berupa video
maupun audio bisa memanfaatkan media sosial seperti Youtube dan
Instagram untuk menunjang kemampuan kreativitas para siswa.
4. Teknologi Jaringan Komputer
Teknologi ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Contoh
perangkat keras yakni LAN, internet, wifi, dan lain-lain. Sedangkan
perangkat lunak atau aplikasi jaringannya yaitu web, email, html, java,
php, dan aplikasi basis data lainnya.
2.8 Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery learning diprakarsai oleh tokoh psikologi konstruktivis bernama
Jerome Bruner (1915-2016). Menurut Bruner, pengetahuan dibangun
berlandaskan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Anak
menggunakan intuisi, imajinasi, serta kreativitas, sehingga dapat memperoleh
informasi dan pengetahuan baru.
Bruner juga berpendapat bahwa proses belajar tidak hanya sekadar
menyerap apa yang dibaca dan didengar. Sebagai pembelajar, anak tidak hanya
berperan sebagai penerima informasi dari guru.
Penerapan model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan sikap
ingin tahu serta membentuk perilaku saintifik dan sosial anak.Dalam metode
pembelajaran discovery learning, anak secara aktif mencari jawaban dan solusi
atas pertanyaan yang muncul di dalam benak melalui interaksi dengan
lingkungannya untuk memperoleh jawaban atas permasalahan.
Bagi anak usia dini, bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain yang
bermakna, anak dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki dengan cara yang lebih menyenangkan.
Peran guru pada metode pembelajaran discovery learning adalah sebagai
fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dengan beragam kegiatan dan sumber
daya agar anak dapat memperoleh informasi baru secara mandiri. Guru juga
berperan sebagai pembimbing agar anak agar mencapai sebuah kesimpulan
pemberian pertanyaan dan umpan balik.

21
Discovery learning merupakan model pembelajaran yang mendorong anak
untuk secara aktif memperoleh pengetahuan dengan menarik kesimpulan atas
aktivitas dan observasi yang ia lakukan. Penerapan model pembelajaran ini
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Mengembangkan kepekaan serta rasa ingin tahu anak;
2. Melatih kemampuan berpikir kritis dan analitis serta kreatif;
3. Mendukung dan mengembangkan kemandirian anak dalam belajar;
4. Proses belajar dapat disesuaikan dengan kecepatan belajar anak;
5. Kegiatan belajar menjadi lebih bermakna bagi anak.

Model pembelajaran discovery learning memiliki enam langkah


pembelajaran yang menjadi alur proses pembelajaran agar dapat berjalan efektif.
Penjelasan tiap langkah pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Pemberian rangsangan (stimulation)
Guru sebagai fasilitator memberikan kegiatan yang dapat merangsang
keingintahuan anak. Fasilitator dapat menampilkan media (video/gambar)
atau alat peraga yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Pada langkah ini, guru tidak melakukan generalisasi atau menarik
kesimpulan. Tujuannya agar menimbulkan pertanyaan dalam benak anak,
sehingga muncul keinginan dalam diri anak untuk menemukan sendiri
jawaban atas pertanyaan yang ia miliki.

2. Identifikasi masalah (problem statement)


Setelah memperoleh stimulasi pada langkah sebelumnya, fasilitator
memberikan kesempatan pada anak untuk mengidentifikasi masalah-
masalah yang berkaitan dengan stimulasi yang diberikan.
Masalah-masalah tersebut kemudian dirumuskan menjadi sebuah hipotesis,
yaitu dugaan atau jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Langkah ini dapat membantu mengembangkan kemampuan anak dalam
menemukan masalah dan membuat solusi dan prediksi.
3. Pengumpulan data (data collection)

22
Pada langkah ini, anak diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data
berupa informasi yang relevan dan berguna dalam menjawab
permasalahan, serta untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Anak dapat
mengumpulkan data melalui berbagai kegiatan, seperti membaca buku,
menyimak bahan tayang, melakukan percobaan sederhana, dll. Dengan
melakukan pengumpulan data, anak didorong untuk secara aktif mencari
jawaban atas permasalahan yang ia miliki dengan menggunakan sumber
daya yang ada.
4. Pengolahan data (data processing)
Seluruh data yang telah diperoleh selanjutnya diolah agar melahirkan
informasi baru. Pengolahan dapat dilakukan dengan cara membandingkan,
mencocokkan, mengklasifikasikan, dan/atau melakukan perhitungan.
Informasi baru yang diperoleh berfungsi sebagai alternatif jawaban yang
perlu dibuktikan secara logis.
5. Pembuktian (verification)
Pada langkah ini anak melakukan kegiatan untuk membuktikan benar atau
tidaknya alternatif jawaban yang diperoleh pada langkah sebelumnya.
Pembuktian dilakukan dengan tujuan agar anak dapat mengaitkan
pemahaman yang diperoleh dengan contoh-contoh yang ia temui dalam
kehidupan sehari-hari.
6. Penarikan simpulan/generalisasi (generalization)
Pada langkah penarikan kesimpulan/generalisasi, anak menarik sebuah
kesimpulan yang dapat diterapkan dan berlaku umum pada kejadian atau
masalah serupa. Proses penarikan kesimpulan perlu dilakukan berdasarkan
pengalaman dan informasi baru yang diperoleh anak selama proses
pembelajaran berlangsung.

23
BAB lll
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan paparan diatas dapat diambil kesimpulansebagai berikut:
Model-model pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, bukan kepada
guru. Guru hanya sebagai fasilitator. Pendekatan berisikan proses pembelajaran
yang didesain agar peserta didik mengalami belajar secara aktif melalui suatu
tahapan-tahapan.
Langkah-langkah pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik ada 5M,
yaitu: mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Dalam
pengimplementasian pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik,
pendekatan saintifik berperan penting dalam mengaktifkan aktivitas peserta didik.
Pendekatan dengan metode kelompok menjadikan anak aktif berperan dalam
kelompok sebagaimana juga dalam model pembelajaran proyek. Setiap model
pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing dan setiap
model bisa kita gunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar demi
tercapaoinya tujuan pembelajaran kepada anak didik.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari sefi penulisan maupun pengilaha kata. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dari para
pembaca guna untuk perbaikan makalah berikutnya. Penulis juga berharap
makalah ini dapat berguna bagi pendidikan Indonesia.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ardy Wiyani, Novan. & Irham, Muhammad. 2013. Psikologi Pendidikan: Teori
dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Driscoll, P. Marcy. 2005. Psychology of Learning for Instruction. Boston: Pearson


Education, Inc.

Harianto. & Sugiyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hildayani Rini, dkk. 2011. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas


Terbuka

Jamaris, Martini. 2012. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta:


Ghalia Indonesia.

Subini, Nini dkk. 2012. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Mentari Pustaka

Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY press.

https://www.kompasiana.com/fkipipthukawkupang/teori-belajar-dan-implikasinya-dalam-
pembelajaran_54ffc47ea33311825c5102db

25

Anda mungkin juga menyukai