(Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah pengembangan pendidikan IPS di kelas
tinggi)
Dosen pembimbing :
Disusun oleh :
MUTIARA (2002090110)
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan
inquiry dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial” pada waktu yang telah ditentukan.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang
dinantikan syafa’atnya di hari akhir kelak.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengembangan
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ibu Chairunnisa Amelia, S.Pd,.M.Pd atas bimbingannya.
Penyusun juga berterima kasih kepada pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini.
Penusun berharap makalah ini dapat membantu memahami materi dan menambah wawasan
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan mapupun materi, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan makalah ini. Terima kasih,
Wassalamualaikum. Wr.Wb
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Cara guru mengajar menjadi salah satu penentu keberhasilan proses belajar
mengajar. Salah satu caranya adalah dengan penerapan model pembelajaran. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencakan
pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dikembangkan guru adalah dengan memilih
dan menerapkan strategi pembelajaran memberikan tantangan sekaligus
menyenangkan yakni dengan menerapkan strategi pembelajaran inquiry.
Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata
lain, inquity adalah suatu perluasan proses-proses discovery. Sebagai tambahan pada
proses-proses inquiry mengandung proses-proses mental misalnya merumuskan
problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Karena strategi pembelajaran inquiry sangat
penting maka kami akan membahasnya pada makalah ini.
PEMBAHASAN
1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada
kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang peserta didik
atau problematik) dan sesuai dengan daya nalar peserta didik.
2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dan
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.
3. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.
4. Adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi.
5. Partisipasi setiap peserta didik dalam setiap proses pembelajaran.
6. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan peserta
didik.
Dari semua konsep tentang pendekatan inquiry i atas, maka yang dimaksud
dengan pendekatan pembelajaran inquiry adalah serangkaian proses pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik (student centered) dengan penekanannya pada
kemampuan berpikir kritis, analitik, mencari, menemukan dan mengolah informasi-
informasi dan pengetahuan-pengetahuan sendiri oleh peserta didik, yang berguna
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
Jadi jelas, bahwa dalam pendekatan pembelajaran inquiry ini, siswa terlibat
secara mental maupun fisik untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru.
Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti sikap para ilmuwan IPS yang
teliti, tekun, ulet, objektif, jujur, menghormati pendapat orang lain, dan kritis serta
analitis.
2.3 Ciri-ciri pendekatan pembelajaran inquiry
Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran
inquiry lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang
terbatas pada disiplin ilmu, serta berlandaskan pada masalah yang ada pada disiplin
ilmu. Lebih lanjut, model pembelajaran inquiry ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Dahlan (1990: 169) menyatakan bahwa ada tiga ciri pokok dalam pendekatan
pembelajaran inquiry, yaitu: (1) adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat
menumbuhkan terciptanya suasana diskusi kelas; (2) adanya penetapan hipotesis
sebagai arah dalam pemecahan masalah; dan (3) menggunakan fakta sebagai
pengujian hipotesis.
Menurut Sanjaya (2007: 194-195) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama
dari pembelajaran inquiry, yaitu: 1) menekankan pada aktivitas peserta didik secara
maksimal untuk mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang
dipertanyakan; 3) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian
dari proses mental.
Ketika proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan inquiry
berlangsung guru hendaknya dapat berperan sebagai pembimbing. Dalam
membimbing siswa, guru bukanlah sebagai pemberi perintah, akan tetapi guru sebagai
motivator, fasilitator, dan reflektor.
Untuk tujuan di atas, maka dalam proses pembelajaran guru diharapkan dapat
merancang pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung
masalah-masalah yang berkaitan dengan realitas kehidupan peserta didik, sehingga
dapat memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses mencari informasi-
informasi atau pengetahuan yang relevan untuk memecahkan problem-problem yang
dikemukakan.
Sejalan dengan hal ini Djamarah (2005: 66) mengatakan bahawa dalam kegiatan
interaksi edukatif, guru perlu menciptakan suatu masalah untuk dipecahkan oleh anak
didik di kelas. Salah satu indikator kepandaian anak didik banyak ditentukan oleh
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah
dapat mendorong anak didik untuk tegar dalam menghadapi berbagai masalah belajar.
Anak didik yang terbiasa dihadapkan pada masalah dan berusaha memecahkannya
akan cepat tanggap dan kreatif. Apalagi bila masalah yang diciptakan oleh guru itu
bersentuhan dengan kebutuhannya, ia akan bersemangat untuk memecahkannya
dalam waktu yang relatif singkat. Karena itu, dalam interaksi edukatif, guru perlu
menciptakan suatu masalah berdasarkan pokok bahasan tertentu dalam pelajaran
tertentu untuk di pecahkan oleh anak didik.
Tugas dan peran guru dalam pembelajaran inquiry ini berperan sebagai
motivator yang hendaknya mampu memberikan dorongan dan daya tarik yang kuat
kepada peserta didiknya untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan
menyenangkan. Makin tinggi dan kuat motivasi, makin tinggi dan kuat proses
kegiatan belajar peserta didik, dan makin besar kemungkinan keberhasilan kuantitas
dan kualitas hasil belajarnya.
Secara lebih perinci, Gulo (2002: 86-87) menjelaskan peran guru dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan inquiry, yaitu guru sebagai:
1. Motivator; yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan bergairah berpikir.
2. Fasilitator; yang menunjukkanjalan keluarjika ada hambatan dalam proses
berpikir siswa.
3. Penyanya; untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri.
4. Administrator; yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
5. Pengarah; yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan.
6. Manajer; yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas;
7. Rewarder; yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik ada siswa.
1. Metode Socratic (The Socratic Teaching Method) adalah model inquiry yang
digunakan untuk merangsang siswa berpikir melalui pengajuan pertanyaan-
pertanyaan yang diarahkan agar siswa memperoleh konsep atau kesimpulan
tertentu.Prosedur pelaksanaannya dilakukan dengan : pertama, siswa mengajukan
pertanyaan yang mengandung nilai, atau pertanyaan kontroversial; kedua, guru
bertanya sesuai dengan konsep yang terkandung dalam pertanyaan siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang melacak atau menyelidik, sampai siswa dapat
menjawab sendri kesimpulan dari pertanyaan yang dikontro- versialkan itu.
3. Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah model inquiry yang cukup kompleks
baik dilihat dari jenis pertanyaannya maupun dalam prosedur pelaksanaannya.
Proses pemecahan masalah dapat dilakukan secara berkelompok maupun secara
individual yang harus didukung oleh data yang jelas dan pasti. Oleh sebab itu,
pelaksanaannya bisa lebih lama dibandingkan dengan model yang pertama dan
kedua.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan