Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDEKATAN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN


SOSIAL

(Disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah pengembangan pendidikan IPS di kelas
tinggi)

Dosen pembimbing :

CHAIRUNNISA AMELIA, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

NADIYAH NURFADHILA NASUTION (2002090100)

MUTIARA (2002090110)

MUSTIKA NATASYA TAMBUNAN (2002090123)

PUTRI AZZIZAH PANJAITAN (2002090136)

ULHA AULIA AFFANDI (2002090137)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan
inquiry dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial” pada waktu yang telah ditentukan.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang
dinantikan syafa’atnya di hari akhir kelak.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Pengembangan
pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ibu Chairunnisa Amelia, S.Pd,.M.Pd atas bimbingannya.
Penyusun juga berterima kasih kepada pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini.
Penusun berharap makalah ini dapat membantu memahami materi dan menambah wawasan
pembaca. Dalam penyusunan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan mapupun materi, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan makalah ini. Terima kasih,

Wassalamualaikum. Wr.Wb

Medan, 19 Mei 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .............................................................................................


1.2 Rumusan masalah ........................................................................................
1.3 Tujuan masalah ...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya penerapan pendekatan inquiry ................................................


2.2 Pengertian Pendekatan Pembelajaran inquiry ..........................................
2.3 Ciri-ciri Pendekatan pembelajaran inquiry ...............................................
2.4 Tujuan pendekatan pembelajaran inquiry .................................................
2.5 Implementasi pendekatan inquiry dalam pembelajaran IPS ....................
2.6 Kelebihan dan keterbatasan pendekatan inquiry ......................................
2.7 Peran guru dalam pembelajaran inquiry ...................................................
2.8 Jenis pendekatan pembelajaran inquiry ....................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................


3.2 Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap


individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya, (akal, rasa, dan
kehendak), sosialnya dan moralitasnya. Pada saat proses belajar-mengajar maka akan
terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan
mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah
lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit
menetukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar
siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif terhadap diri siswa,
strategi mana yang dapat membantu siswa dalam belajar.

Cara guru mengajar menjadi salah satu penentu keberhasilan proses belajar
mengajar. Salah satu caranya adalah dengan penerapan model pembelajaran. Model
pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencakan
pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dikembangkan guru adalah dengan memilih
dan menerapkan strategi pembelajaran memberikan tantangan sekaligus
menyenangkan yakni dengan menerapkan strategi pembelajaran inquiry.

Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih banyak lagi. Dengan kata
lain, inquity adalah suatu perluasan proses-proses discovery. Sebagai tambahan pada
proses-proses inquiry mengandung proses-proses mental misalnya merumuskan
problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Karena strategi pembelajaran inquiry sangat
penting maka kami akan membahasnya pada makalah ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari pendekatan inquiry?
2. Apa tujuan dari pendekatan inquiry?
3. Mengapa pendekatan inquiry penting di lakukan saat proses belajar-mengajar?
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan inquiry
2. Untuk mengetahui tujuan dari pendekatan inquiry
3. Untuk mengapa pendekatan inquiry penting dilakukan saat proses belajar-mengajar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya penerapan pendekatan inquiry


Untuk mengantisioasi agar pembelajaran IPS ini tidak membuat jenuh dan
membosankan bagi siswa. Maka diharapkan guru mampu menciptakan kondisi belajar
yang dapat menghasilkan tujuan pembelajaran yang berkualitas dan berbobot. Salah
satu upaya untuk menciptakan kondisi belajar yang berkualitas dan berbobot tersebut
adalah dengan menggunakan model pembelajaran inquiry.Melalui model
pembelajaran inquiry,siswa dilatih untuk berpikir kritis, terutama dalam mempelajari
pelajaran IPS, yang salah satunya menuntut siswa kritis terhadap sumber dalam
menggunakan fakta yang benar.

Diharapkan, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model


pembelajaran inquiry, siswa dapat menunjukkan antusias dalam mengikuti
pembelajaran IPS, baik dilihat dari tingkat partisipasi aktif dalam setiap langkah
pembelajaran maupun kesediaan mereka dalam melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan. Selain itu, diharapkan pula dapat meningkatkan minat dan perhatian dalam
mempelajari IPS, yang sebelumnya menurut mereka mungkin hanya sekadar untuk
melaksanakan kewajiban saja. Setelah melalui pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran inquiry, belajar IPS dirasakan menjadi suatu kebutuhan. Lebih
jauh lagi, siswa akan merasa nyaman, tidak bosan, dan tidak mengantuk waktu belajar.
Mempunyai minat dan mencapai hasil pembelajaran yang tinggi. Bila ini terjadi, maka
yang menjadi tujuan akan tercapai.

Sebagaimana yang disinyalir oleh Piaget (1971), bahwa tahapan perkembangan


kognitif dikategorikan ke dalam empat tahap, yakni:

1. Tahap sensorimotor (sensorimotor period); yang dimulai sejak lahir hingga


kurang lebih usia 2 tahun. Pada tahap ini bayi memahami dunia melalui tindakan
fisik dan nyata terhadap rangsangan dari luar. Perilaku berkembang melalui
refleks-refleks sederhana melalui beberapa tahap menuju seperangkat skema
yang terorganisasi (perilaku yang terorganisasi).
2. Tahap pra-operasional (preoperationalperiod); tahap ini dimulai sejak usia 2
tahun hingga kurang lebih usia 6 atau 7 tahun. Pada tahap ini berpikir simbolik
dan bahasa mulai jelas terlihat untuk menggambarkan objek dan kejadian,
namun cara berpikir yang menyerupai orang.
3. Tahap operasi konkret (concrete operatioanalperiod); tahap ini dimulai sejak
usia 6 atau 7 tahun hingga kurang lebih usia 11 atau 12 tahun. Dewasa mulai
muncul, namun masih dibatasi oleh kemampuan penalaran yang sifatnya masih
berdasarkan realitas konkret.
4. Tahap operasi formal (formal operatioperiod); tahap ini dimulai sejak usia 11
atau 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini proses berpikir logis sudah ada,
meliputi ide-ide abstrak, tidak lagi terbatas pada objek-objek yang bersifat
konkret.

Agar kegiatan pembelajaran inquiry ini dapat mencapai tujuan yang


ditentukan, peneliti bersama guru mitra diharapkan memperhatikan Hal-hal berikut:
1. didik diarahkan kepada pokok permasalahan yang akan dicari jawabannya atau
Yang akan dipecahkan. Untuk itu guru hendaknya menjelaskan pokok
permasalahannya dan tuiuan Yang ingin dicapai.
2. Guru hendaknya memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk
berdiskusi, mengemukakan kemungkinan pilihan jawaban ataupun bertanya.
Guru hanya membatasi agar jangan keluar dari pokok permasalahan yang
sedang didiskusikan.
3. Guru diharapkan mampu untuk memberikan pertanyaan yang merangsang,
apabila peserta didik kurang mampu menganalisis permasalahan.
4. Guru mengawasi, membatasi agar kegiatan peserta didik tidak menyimpang dari
nilai-nilai.
5. Guru tidak diperbolehkan untuk memberikan jawaban langsung atas masalah
yang dihadapi.
Pendekatan inquiry dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut
ini, yaitu:

1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada
kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang peserta didik
atau problematik) dan sesuai dengan daya nalar peserta didik.
2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dan
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan.
3. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.
4. Adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi.
5. Partisipasi setiap peserta didik dalam setiap proses pembelajaran.
6. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan peserta
didik.

2.2 Pengertian pendekatan pembelajaran inquiry


Inkuiri (inquiry), berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuiri
sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami
informasi. Pendekatan inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Adapun menurut Jarolimek (1977: 72) pendekatan pembelajaran inquiry adalah


"the major goal of inquiry-oriented teaching is to develop in pupils those attitudes and
skills that will enable them to be independent problem solver. This involves more than
simply knowing where to go to get needed information It requires an attitude of
curiosity, the ability to analyze a problem, the ability to make and test hunches and
the ability to use information in validiting conclusions. Jadi, menurut Jarolimek
inquiry tidak hanya terbatas kepada pertanyaan atau pemeriksaan, melainkan meliputi
pula proses penelitian, keingintahuan, analisis, sampai kepada penarikan kesimpulan
tentang hal-hal yang diperiksa atau diteliti. Dalam rangka pendidikan IPS, pendekatan
inquiry ini diarahkan kepada kemampuan anak didik berpikir kritis dan menjadi orang
yang secara bebas dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.
Filosofi dasar pendekatan penyelesaian masalah menurut Skeel (1995: 170),
sebagai berikut: The basic philosophy of the problem-solving approach is one of
developing thinking skills in children that enable to formulate generalization
aboutgiven situation. These generalization should be one that can be applied in new
situations, specifically in the problem in the everyday lives of the children, as well as
the problem of our global world. If teachers are to help children develop thinking
skills, they must know to ask the right question.

Maksud pernyataan di atas adalah bahwa filosofi dasar dari pendekatan


penyelesaian masalah merupakan salah satu dari upaya untuk mengembangkan
keterampilan berpikir pada peserta didik yang memungkinkan mereka untuk mampu
merumuskan kesimpulan tentang sesuatu yang diberikan. Kesimpulan tersebut
seharusnya adalah sesuatu yang dapat diterapkan dalam situasi yang baru, secara
spesifik dalam kaitan dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik. Jika guru ingin membantu peserta didik mengembangkan
keterampilanketerampilan berpikir, maka guru harus mengetahui bagaimana
pertanyaan yang baik, yang tepat sesuai dengan kemampuan peserta didik.

Dari semua konsep tentang pendekatan inquiry i atas, maka yang dimaksud
dengan pendekatan pembelajaran inquiry adalah serangkaian proses pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik (student centered) dengan penekanannya pada
kemampuan berpikir kritis, analitik, mencari, menemukan dan mengolah informasi-
informasi dan pengetahuan-pengetahuan sendiri oleh peserta didik, yang berguna
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

Jadi jelas, bahwa dalam pendekatan pembelajaran inquiry ini, siswa terlibat
secara mental maupun fisik untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru.
Dengan demikian, siswa akan terbiasa bersikap seperti sikap para ilmuwan IPS yang
teliti, tekun, ulet, objektif, jujur, menghormati pendapat orang lain, dan kritis serta
analitis.
2.3 Ciri-ciri pendekatan pembelajaran inquiry
Dari definisi yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran
inquiry lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang
terbatas pada disiplin ilmu, serta berlandaskan pada masalah yang ada pada disiplin
ilmu. Lebih lanjut, model pembelajaran inquiry ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. sangat memperhatikan proses pengumpulan data dan pengujian hipotesis.


2. proses pengumpulan data dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tradisi
keilmuan disiplin tertentu (walaupun perlu adanya penyederhanaan proses
sehingga sesuai dengan kemampuan peserta didik).
3. Adanya proses pengolahan data dan pengujian hipotesis (yang merupakan suatu
keharusan dalam inquiry dan bukan alternatif seperti pemecahan masalah).
4. pembelajaran inquiry maupun pemecahan masalah mempunyai keunggulan yang
sama yaitu kemampuan berpikir aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
5. Langkah yang dilakukan dalam inquiry terdiri atas: perumusan masalah,
pengembangan hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data, pengujian
hipotesis, dan penarikan kesimpulan.

Dahlan (1990: 169) menyatakan bahwa ada tiga ciri pokok dalam pendekatan
pembelajaran inquiry, yaitu: (1) adanya aspek-aspek sosial dalam kelas yang dapat
menumbuhkan terciptanya suasana diskusi kelas; (2) adanya penetapan hipotesis
sebagai arah dalam pemecahan masalah; dan (3) menggunakan fakta sebagai
pengujian hipotesis.

Menurut Sanjaya (2007: 194-195) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama
dari pembelajaran inquiry, yaitu: 1) menekankan pada aktivitas peserta didik secara
maksimal untuk mencari dan menemukan; 2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang
dipertanyakan; 3) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian
dari proses mental.
Ketika proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan inquiry
berlangsung guru hendaknya dapat berperan sebagai pembimbing. Dalam
membimbing siswa, guru bukanlah sebagai pemberi perintah, akan tetapi guru sebagai
motivator, fasilitator, dan reflektor.

2.4 Tujuan pendekatan pembelajaran inquiry


Melalui pendekatan inquiry anak didik mampu mengembangkan sikap positif
seperti memiliki sikap jujur, objektif, saksama, cermat, menumbuhkan rasa
keingintahuan, tekun, mau menerima saran dan kritik orang lain, mengembangkan
rasa solidaritas dan hubungan sosial antarsiswa, serta menghargai pendapat orang lain
(Dahar, 1996: 103). Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan IPS di sekolah dasar yang
tertuang dalam GBPP kurikulum Sekolah Dasar Suplemen 1999 dan KBK IPS
Sekolah Dasar tahun 2003, bahwa tujuan dari penggunaan pendekatan pembelajaran
inquiry, sebagai berikut:

1. Mengembangkan sikap, keterampilan, kepercayaan siswa dalam memecahkan


masalah atau memutuskan sesuatu secara cepat.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap, cermat dan nalar
(kritis, analitis, dan logis).
3. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh.
4. Mengungkapkan aspek pengetahuan maupun sikap.

Skeel (1995: 179) mengemukakan tujuan pembelajaran dengan menggunakan


model atau pendekatan inquiry adalah sebagai berikut:
The goals/outcomes for the method ofproblem solving through inquiry are basic
on the processes or steps in which children are involves (identifying a problem stating
and testing hypotheses, and generalizig). The broadgoals/ outcomes are outlined as
follows: develop the student's ability to:

1. Identify and define a problem situation;


2. Use a variety ofmateriels to scure information relative to the problem;
3. Formulate hypotheses of tentative problem solutions utilizing the information
presented and previously acquired knowledge;
4. Use rational thought processes by constructing hypotheses and testing, revising,
and refining those hypotheses;
5. Discover the relationships between proviously and newly aquired information to
acquire new insight into solution of a problem;
6. Compare and evaluate various theories, data and generalizations in testing
tentatifhypotheses.
7. Select relevant facts necesarry for testing hypotheses;
8. Express opinions on issues after an analysis of available information;
9. State generalizations from results and apply them to new situations.

Maksud pernyataan di atas adalah bahwa tujuan arl me o epenye_ lesaian


masalah melalui pendekatan inquiry didasarkan pada proses atau langkah di mana
peserta didik diikutsertakan untuk mengidentifikasikan suatu pernyataan yang
mengandung masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, dan merumuskan
kesimpulan. Tujuan-tujuan tersebut secara garis besarnya dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal-hal sebagai berikut: 1)
mengidentifikasikan dan mendefinisikan sebuah pernyataan yang mengandung
masalah; 2) menggunakan beragam data untuk mendukung informasi dan yang
berkaitan dengan masalah di atas; 3) merumuskan hipotesis untuk menjawab
permasalahan tersebut yang bersifat sementara, dengan memanfaatkan informasi yang
ada dan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya; 4) menggunakan proses-
proses pemikiran yang logis untuk merumuskan hipotesis, menguji hipotesis,
meninjau ulang, dan menyeleksi hipotesis tersebut;5)menemukan antara informasi
yang diperoleh sebelumnya dan yang baru untuk memperoleh pengertian yang
mendalam dan baru,untuk mencari solusi atas masalah; 6) membandingkan dan
mengevaluasi berbagai teori, data, dan generalisasi dalam menguji hipotesis atau
jawaban sementara; 7) memilih fakta atau data yang relevan yang diperlukan untuk
menguji hipotesis; 8) menyatakan pendapat sendiri setelah informasi-informasi yang
tersedia; dan 9) merumuskan kesimpulan-kesimpulan dan menerapkannya dalam
situasi-situasi yang baru dalam kehidupan nyata.

Untuk tujuan di atas, maka dalam proses pembelajaran guru diharapkan dapat
merancang pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung
masalah-masalah yang berkaitan dengan realitas kehidupan peserta didik, sehingga
dapat memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses mencari informasi-
informasi atau pengetahuan yang relevan untuk memecahkan problem-problem yang
dikemukakan.

2.5 Implementasi pendekatan inquiry dalam pembelajaran ips

Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan inquiry, guru perlu memberikan


keleluasaan kepada peserta didik untuk belajar memecahkan masalah. Masalah perlu
dicarikanjalan keluarnya, bukan untuk dihindari. Menghindari masalah sama halnya
dengan kehilangan kesempatan untuk membina diri agar terbiasa memecahkan
masalah. Untuk itu dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan inquiry ini,
peran guru sangat penting untuk merancang pembelajaran dalam bentuk problem atau
masalah.

Sejalan dengan hal ini Djamarah (2005: 66) mengatakan bahawa dalam kegiatan
interaksi edukatif, guru perlu menciptakan suatu masalah untuk dipecahkan oleh anak
didik di kelas. Salah satu indikator kepandaian anak didik banyak ditentukan oleh
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah
dapat mendorong anak didik untuk tegar dalam menghadapi berbagai masalah belajar.
Anak didik yang terbiasa dihadapkan pada masalah dan berusaha memecahkannya
akan cepat tanggap dan kreatif. Apalagi bila masalah yang diciptakan oleh guru itu
bersentuhan dengan kebutuhannya, ia akan bersemangat untuk memecahkannya
dalam waktu yang relatif singkat. Karena itu, dalam interaksi edukatif, guru perlu
menciptakan suatu masalah berdasarkan pokok bahasan tertentu dalam pelajaran
tertentu untuk di pecahkan oleh anak didik.

Pada umumnya pendekatan pembelajaran inquiry dilaksanakan dengan


mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) orientasi; 2) perumusan masalah; 3)
mengajukan hipotesis; 4) mengumpulkan data; 5) menguji hipotesis; dan 6)
merumuskan kesimpulan.

2.6 Kelebihan dan keterbatasan pendekatan inquiry

Sebagai model pembelajaran, tentunya model pembelajaran inquiry mempunyai


beberapa keunggulan dan keterbatasan. Menurut Sanjaya (2007: 206) keunggulan
model pembelajaran inquiry, ini antara lain:
1. Merupakan model pembelajaran yang menekankan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2. Memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka.
3. Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang memandang belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Memfasilitasi berbagai karakter peserta didik.

Adapun keterbatasan model pembelajaran inquiry antara lain :


Keterbatasan dari model pembelajaran inquiry, antara lain :

1. Sulit dalam mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik


2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan
peserta didik dalam belajar.
3. Kadang- kadang dalam pelaksanaannya memerlukan waktu yang lebih lama,
sehingga menantang guru dalam menyesuaikan waktu dengan yang telah
ditentukan.
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik
menguasai materi pelajaran, maka model pembelajaran inquiry akan sulit
dimplementasikan oleh setiap guru.

2.7 Peran guru dalam pembelajaran inquiry

Dalam pembelajaran inquiry, guru lebih banyak menempatkan dirinya sebagai


pembimbing atau pemimpin belajar, dan fasilitator belajar. peserta didik lebih banyak
melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok untuk memecahkan
permasalahan dengan bimbingan guru. strategi ini merupakan metode mengajar yang
berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Strategi ini
menempatkan peserta didik lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar ditempatkan sebagai subjek
yang belajar. Tugas utama guru, memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas
untuk dipecahkan oleh peserta didik. Selain itu menyediakan sumber belajar bagi
peserta didik dalam rangka pemecahan masalah. Intervensi guru terhadap kegiatan
peserta didik dalam memecahkan masalah harus dikurangi.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inquiry menghendaki guru


untuk menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final. Atau dengan kata
lain, guru hanya menyajikan sebagian saja. selebihnya diserahkan kepada peserta
didik untuk mencari dan menemukannya sendiri. Kemudian guru memberikan
kesempatan seluasluasnya kepada peserta didik untuk mendapatkan apa-apa yang
belum disampaikan oleh guru dengan pendekatan pembelajaran problem solving.

Tugas dan peran guru dalam pembelajaran inquiry ini berperan sebagai
motivator yang hendaknya mampu memberikan dorongan dan daya tarik yang kuat
kepada peserta didiknya untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan
menyenangkan. Makin tinggi dan kuat motivasi, makin tinggi dan kuat proses
kegiatan belajar peserta didik, dan makin besar kemungkinan keberhasilan kuantitas
dan kualitas hasil belajarnya.

Secara lebih perinci, Gulo (2002: 86-87) menjelaskan peran guru dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan inquiry, yaitu guru sebagai:

1. Motivator; yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan bergairah berpikir.
2. Fasilitator; yang menunjukkanjalan keluarjika ada hambatan dalam proses
berpikir siswa.
3. Penyanya; untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan
memberi keyakinan pada diri sendiri.
4. Administrator; yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
5. Pengarah; yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan.
6. Manajer; yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas;
7. Rewarder; yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka
peningkatan semangat heuristik ada siswa.

Dalam pembelajaran inquiry guru harus berperan untuk menciptakan suasana


kelas yang menyenangkan, suasana yang terbuka yang mengundang peserta didik
untuk berdiskusi. Guru harus mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
menggugah dan menantang peserta didik untuk mencari data atau informasi-informasi
yang relevan agar dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

2.8 Jenis pendekatan pembelajaran inquiry

Clark dalam Sanjaya (1998: 71-73) mengintiflkasi jenis-jenis pendekatan


pembelajaran inquiry dalam tiga macam, yaitu; metode socratic, diskusi terbimbing,
dan pemecahan masalah. Ketiga macam pendekatan pembelajaran inquiry tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Metode Socratic (The Socratic Teaching Method) adalah model inquiry yang
digunakan untuk merangsang siswa berpikir melalui pengajuan pertanyaan-
pertanyaan yang diarahkan agar siswa memperoleh konsep atau kesimpulan
tertentu.Prosedur pelaksanaannya dilakukan dengan : pertama, siswa mengajukan
pertanyaan yang mengandung nilai, atau pertanyaan kontroversial; kedua, guru
bertanya sesuai dengan konsep yang terkandung dalam pertanyaan siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan yang melacak atau menyelidik, sampai siswa dapat
menjawab sendri kesimpulan dari pertanyaan yang dikontro- versialkan itu.

2. Diskusi Terbimbing (The Controled or Guided Discussion) adalah model inquiry


yang menggunakan dialog atau diskusi dengan mengajukan serangkaian pertanyaan
yang harus dijawab siswa. Prosedur penggunaannya dilakukan dengan langkah-
langkah: pertama, menyajikan kepada siswa informasi mengenai topik yang dapat
diambil dari buku bacaan, film, gambar, lingkungan masyarakat sekitar atau apa
saja. Kedua, mendorong siswa untuk menggambarkan atau menangkap prinsip-
prinsip dan kesimpulan dari topik yang disajikan itu melalui pertanyaan-pertanyaan.

3. Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah model inquiry yang cukup kompleks
baik dilihat dari jenis pertanyaannya maupun dalam prosedur pelaksanaannya.
Proses pemecahan masalah dapat dilakukan secara berkelompok maupun secara
individual yang harus didukung oleh data yang jelas dan pasti. Oleh sebab itu,
pelaksanaannya bisa lebih lama dibandingkan dengan model yang pertama dan
kedua.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pendekatan inquiry (penelitian) merupakan metode pembelajaran yang efektif dalam


mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial. Pendekatan ini mendorong siswa untuk menjadi aktif dalam proses
pembelajaran dan melibatkan mereka dalam penyelidikan, penelitian, dan refleksi.
2. Dalam pendekatan inquiry, siswa didorong untuk bertanya, mencari informasi, dan
memecahkan masalah yang relevan dengan konten Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini
membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan
reflektif.
3. Pendekatan inquiry juga memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan
berkomunikasi dan kerjasama, karena mereka sering bekerja dalam kelompok atau
tim untuk menjalankan penyelidikan mereka. Ini membantu siswa memahami
perspektif orang lain, memperluas pemahaman mereka tentang berbagai isu sosial,
dan memperdalam pemikiran mereka sendiri melalui diskusi dan pertukaran ide.
4. Pentingnya guru dalam pendekatan inquiry adalah sebagai fasilitator dan
pendukung. Guru berperan dalam merancang tugas dan lingkungan pembelajaran
yang memicu minat siswa, memberikan bimbingan, dan membantu siswa memahami
konsep-konsep yang kompleks. Guru juga membantu siswa menginterpretasikan
temuan mereka dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, pendekatan inquiry merupakan pendekatan yang sangat
berharga dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial karena mendorong siswa
untuk menjadi aktif, kritis, dan reflektif dalam memahami isu-isu sosial. Pendekatan
ini membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis,
komunikasi, dan kerjasama yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan persiapan
untuk masa depan.
3.2 Saran
Dari makalah ini, adapun saran menerapkan pendekatan inquiry dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial:
1. Rencanakan dengan baik: Sebagai guru, penting untuk merencanakan
pembelajaran dengan baik sebelumnya. Identifikasi tujuan pembelajaran yang
jelas dan desainlah rangkaian pertanyaan atau tantangan yang akan mendorong
siswa untuk melakukan penyelidikan.
2. Dukungan yang memadai: Siswa perlu diberikan dukungan yang memadai
selama proses pembelajaran inquiry.
3. Libatkan siswa dalam proses: Dorong siswa untuk menjadi aktif dalam proses
pembelajaran.
4. Kembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis: Berikan siswa
kesempatan untuk menganalisis berbagai sumber informasi, mempertanyakan
asumsi, dan mengevaluasi argumen yang ada. Ajarkan mereka cara
mengidentifikasi bias dan manipulasi informasi dalam konteks sosial.
5. Kolaborasi dan diskusi: Mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok
atau tim untuk menjalankan penyelidikan mereka.
6. Evaluasi formatif: Selama proses pembelajaran inquiry, berikan umpan balik
formatif secara teratur kepada siswa. Tinjau kemajuan mereka, berikan
bimbingan tambahan jika diperlukan, dan dorong mereka untuk merefleksikan
proses pembelajaran mereka
7. Kaitkan dengan kehidupan nyata: Buatlah hubungan antara pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan kehidupan nyata dan situasi yang relevan
DAFTAR PUSTAKA

Susanto Ahmad.2019.Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah


Dasar.Jakarta:Prenadamedia Group

Anda mungkin juga menyukai