Penulis
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Identifikasi Masalah ............................................................................
C. Batasan Masalah .................................................................................
D. Rumusan Masalah ...............................................................................
E. Tujuan Penelitian ................................................................................
F. Manfaat Penelitian ..............................................................................
G. Penelitian Yang Relevan ......................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dasar menjadi hal yang
perlu diperhatikan. Sebagai calon guru, perlu kiranya mendalami pelaksanan
pembelajaran, salah satunya pada mata pelajaran PAI yang ada di sekolah dasar.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yang dimaksud dengan implementasi
merupakan kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan dan mengacu pada aturan
tertentu untuk mencapai suatu kegiatan. Mata pelajaran PAI yang ada di sekolah dasar
mengacu pada kurikulum 2013 dalam pengimplementasiannya.
Kurikulum 2013 tampaknya dihadapkan dengan berbagai persoalan. Persoalan
tersebut terdiri dari kelengkapan pembelajaran dan kesiapan guru dalam melaksanakan
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013. Salah satu ciri penting yang ada pada
kurikulum 2013 adalah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Menurut Vita (2014:59) pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah proses
ilmiah yang merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis. Pendekatan ilmiah tersebut mencakup kegiatan mengamati (observing),
menanya (questioning), pengumpulan data (experimenting/ explore), mengasosiasi
(associating), dan mengkomunikasikan (communicating). Sedangkan fenomena yang
terjadi di lapangan pendekatan ilmiah ini belum muncul, sehingga pembelajaran masih
cenderung pada metode ceramah.
Dalam pembelajaran guru kurang mengajak siswa melakukan pengamatan dalam
proses pembelajarannya. Jika proses pengalaman tersebut dilakukan, guru juga tidak
melatih semua indra lainnya, padahal dengan melatih semua indra yang ada pada anak
tentunya akan membuat anak lebih terlatih dalam membedakan dan mendeskripsikan
sesuatu yang diamati. Sejalan dengan pendapat Winarni (2012:142), bahwa
keterampilan mengobservasi/mengamati adalah menggunakan segenap panca indra
untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau kejadian. Siswa akan lebih
mudah memahami konsep-konsep yang yang rumit dan abstrak jika disertai contoh
konkret, contoh yang sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktikkan
sendiri upaya penemuan konsep melalui kegiatan fisik dan mental.
Guru juga kurang memberikan permasalahan yang menuntut siswa untuk bertanya
serta guru kurang memberikan pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir kritis.
Berdasarkan kegiatan mengamati maka guru memberikan permasalahan yang membuat
siswa aktif untuk bertanya, kemudian guru memberikan pertanyaan yang menuntut
siswa berpikir kritis. Padahal membuat siswa aktif adalah hal yang dituntut dalam
implementasi kurikulum 2013. Sejalan dengan pendapat Ennis dalam Winarni
(2012:155) bahwa salah satu aspek berpikir kritis adalah memberikan penjelasan secara
sederhana, meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan
menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan.
Selanjutnya guru kurang mengajak siswa untuk melakukan sesuatu percobaan dalam
pembelajaran. Padahal dengan melakukan percobaan tentunya simengalaminya secara
langsung, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa tidak hanya
menghayal dalam pembelajaran. Hal itu sesuai dengan ciri belajar anak, yaitu berpikir
konkrit, integratif, dan hierarkis.
Untuk kegiatan menyaji atau mengkomunikasikan guru juga kurang meminta siswa
untuk menyajikan hasil diskusinya, karena kegiatan percobaan dan pengamatan masih
kurang dilakukan. Padahal dengan kegiatan menyaji tersebut dapat melatih keberanian
siswa untuk menyajikan hasil diskusinya dalam menyusun data hasil
percobaan/pengamatan. Di samping itu siswa juga terlatih dalam menghargai pendapat
orang lain dan mendapatkan kesimpulan berdasarkan hasil percobaannya.
Winarni (2012:144) menjelaskan bahwa keterampilan mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau berhasil
menyampaikan hasil penyelidikan, yang dapat dikembangkan dengan cara menghimpun
informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda/kejadian secara rinci. Siswa
dilatih untuk mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan dalam menjelaskan
benda-benda dan kejadian secara rinci. Kemampuan mengkomunikasikan juga dapat
dilatih melalui penugasan untuk menyusun data dari suatu eksperimen ke dalam tabel
atau grafik dan melaporkan penemuannya kepada teman-temannya. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan, implementasi pelaksanaan PAI di Kelas IV SDN 3
Rejang Lebong terdapat dinamika permasalahan berupa proses implementasi yang
memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu meliputi proses perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi evaluasi PAI yang dilakukan oleh guru.
Penerapan pendekatan ilmiah yang telah dilaksanakan terdapat kelebihan dan
kekurangan, ini terlihat saat guru menyajikan pembelajaran, guru telah memberi
kesempatan siswa untuk memaparkan hasil diskusi, namun guru belum terlihat
menerapkan kegiatan menanya pada siswa. Sedangkan menurut Maryani (2018: 4)
tujuan pembelajaran Scientifict adalah untuk melatih peserta didik dalam
mengkomuniksikan ide-ide.
Dari hasil wawancara kepada guru PAI di Kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan,
dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah membuat RPP sendiri yang berpedoman
pada kurikulum 2013 dan silabus. Selanjutnya pada tahap penilaian atau evaluasi, guru
sudah menggunakan buku guru dan buku siswa sebagai panduan untuk mengukur
sejauh mana kemampuan siswa, namun guru jarang mengevaluasi kemampuan siswa
pada akhir pembelajaran, guru hanya mengevaluasi kemampuan belajar siswa pada
akhir bulanan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2017)
dengan judul “Problematika penilaian autentik kurikulum 2013 dalam pembelajaran
PAI di SD Negeri 1 Ploso Pacitan”. Hasil penelitian menunjukkan belum efektifnya
penilaian autentik dalam pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Ploso Pacitan, karena
kurangnya pemahaman terhadap teknik penilaian. Alasan lainnya adalah karena
penyusunan soal yang terlalu banyak, format penilaian yang terlalu rumit dan waktu
yang diperlukan dirasa kurang cukup oleh guru.
Studi deskriptif yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran
mengenai situasi atau kejadian. Jhon dalam Arief (2011) menyatakan studi deskriptif
adalah melukiskan atau menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Studi atau penelitian
ini berkenaan dengan kondisi atau hubungan yang ada: proses-proses yang sedang
berlangsung, pengaruh yang sedang dirasakan, atau kecendrungan yang sedang
berkembang. Sedangkan Zainal ( 2012) menyatakan studi deskriptif sebagai penelitian
yang digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa
yang terjadi pada saat ini.
Zainal (2012) menyatakan tujuan studi deskriptif, yaitu u tuk menjelaskan secara
sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu,
membuat komparasi atau evaluasi, mengenai apa yang dikerjakanorang lain dalam
menangani masalah atau situasi yang sama dan agara dapat belajar untuk kepentingan
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan. Sehingga dapat juga
dikatakan bahwa tujuan studi deskriptif adalah untuk menghasilkan gambaran yang
akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah mekanisme sebuah proses
atau hubungan memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau
numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat
kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan
atau proses, serta untuk menyimpan informasi yag bersifat kontradiktif mengenai subjek
penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti melaksanakan penelitian
dengan judul “Studi Deskriptif Proses Implementasi Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut :
1. Karakter siswa yang belum terbentuk dengan baik.
2. Guru dituntut untuk lebih aktif dalam melakukan kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah diprogramkan.
3. Dalam proses pembelajaran masih perlu menggunakan berbagai pendekan
pembelajaran.
4. Guru masih belum mampu memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan kegiatan pembelajaran.
5. Warga sekolah yang belum sepenuhnya mengimplementasikan kurikulum
kedalam budaya sekolah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat disimpulkan bahwa batasan
masalah pada proposal penelitian ini yaitu pelaksanaan dari rencana yang telah
disusun dalam melaksanakan proses pembelajaran prndidikan agama islam.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu selatan?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu selatan?
3. Bagaimanakah proses evaluasi pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38 bengkulu
selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan.
2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan.
F. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis dan praktis, dengan
uraian sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan mampu memberikan kajian mengenai
proses implementasi pelaksanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38 Bengkulu
Selatan.
2. Secara Praktis
a) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti
lain yang melakukan penelitian sejenis.
b) Dinas Atau Instansi Terkait
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dinas terkait untuk mengoptimalkan
Pelaksanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan.
G. Penelitian Relevan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap penelitian terdahulu yang membahas
topik yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah dasar,
sebagai rujukan berikut adalah beberapa penelitian relevan yang peneliti temukan:
1. Penelitian oleh Baihaqi tahun 2020 yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran
Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Negeri Palur 04 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran
2019/2020”, hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pembelajaran kurikulum
2013 mata pelajaran PAI di sekolah tersebut sudah berjalan dengan baik dan lancar,
pelaksanaan yang terkoordinasi dengan baik di mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran PAI.
2. Penelitian oleh Vidiarti dkk pada tahun 2019 yang berjudul “Analisis Kemampuan
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013”, hasil penelitiannya adalah bahwa
kemampuan guru PAI dalam penyusunan RPP kurikulum 2013 oleh guru PAI di
SDN 16 Sumber Datar Singingi sudah menunjukkan hasil yang baik sekali yang
mana dalam proses pembelajaran guru telah membuat dan menyusun RPP
kurikulum 2013 secara baik dan benar sesuai acuan dan kebutuhan siswa,
menggunakan metode yang sesuai dengan materi ajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pebedaan penelitian oleh Budiharjo dengan penelitian yang saya laksanakan adalah,
bahwa penelitian Budiharjo dilaksanakan saat sekolah sedang melaksanakan
penilaian oleh supervisor, sedangkan penelitian yang saya lakukan ini dalam
kondisi tidak dilaksanakannya penilaian oleh supervisor. Persamaan skripsi yang
saya laksanakan adalah fokus penelitian yaitu pada implementasi pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI
1) Alquran Hadits
Alquran merupakan kitab yang berisikan kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Melalui malaikat
jibril yang di dalamnya berisikan petunjuk-petunjuk kepada seluruh umat
manusia. Untuk memahami petunjuk-petunjuk tersebut dengan benar perlu
berbagai ilmu yang membahas/mengkaji alquran itu, yaitu Ulumul Quran.
Dalam Ulumul Quran memuat seluruh bahasan tentang alquran mulai dari
tafsir alquran yang merupakan induk dari segala macam kajian mengenai
alquran sampai pada ilmu bacaan alquran.
C. Studi Deskriptif
1. Hakikat Pendidikan
Pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Jalaludin dan Idi (2011: 153)
merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi
dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang
individu dan warga negara, dengan menggunakan materi, menggunakan strategi, dan
menggunakan teknik penilaian yang sesuai. Pendidikan sangat berperan dalam
mengembangkan kemampuan siswa baik dari aspek sikap, pengetahuan, kemudian
aspek keterampilan. Pendidikan memerlukan landasan yang kuat untuk dapat terlaksana
dengan baik, di sini Jalaludin dan Idi (2011: 141) menjelaskan bahwa landasan
pendidikan di Indonesia adalah Pancasila. Dasar pokok pendidikan menegaskan bahwa
pendidikan itu untuk mendidik akhlak dan jiwa, serta untuk menanamkan nilai-nilai
kesopanan yang tinggi. Pancasila sebagai landasan pendidikan di Indonesia berfungsi
sebagai sumber peraturan yang akan digunakan sebagai pegangan hidup dan pegangan
langkah pelaksanaan.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yan diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, dan negara. Sejalan dengan tujuan pendidikan yang disebutkan
sebelummnya, Darmadi (2019: 13) menjelaskan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk
mengembangkan kemampuan anak baik spiritual, sikap, pengetahuan, keterampilan
untuk kehidupan yang baik di masa yang akan datang. Selain itu juga, pendidikan di
Indonesia bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang menjunjung tinggi pancasila
dan menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Kerangka Pikir
Kerangka pikir memuat rumusan dari teori yang relevan, yang isinya
mengintegrasikan teori-teori yang sudah dicantumkan dalam kerangka teori. Guna dari
kerangka pikir adalah sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Kerangka pikir
merupakan sebuah model atau juga gambaran yang berupa konsep yang didalamnya itu
menjelaskan mengenai suatu hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang
lainnya dari berbagai teori yang telah di deskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah
di uraikan, peneliti merancang kerangka pikir untuk melaksanakan penelitian, yaitu
sebagai berikut.
Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam
di Sekolah Dasar
Nama Guru :
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
1. Wawancara
Selanjutnya teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara.
Wawancara menurut Moleong (2017:186) merupakan percakapan dengan maksud
tertentu yang dilakukan kedua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Berikut
adalah jenis-jenis wawancara.
a. Wawancara Terstuktur (Struktured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, dimana
peneliti telah mengetahui pasti data apa yang akan diperoleh. Pada wawancara
terstruktur ini peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-
pertanyaan atau pernyataan yang nantinya akan dijawab oleh respon atau responden.
b. Wawancara Semi Terstruktur (Semi Structure Interview)
Wawancaa ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide- idenya. Peneliti disini berperan
untuk mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang disampaikan oleh respon atau
responden. Wawancara semi terstuktur ini dilakukan secara lebih bebas dibandingkan
dengan wawancara terstruktur.
c. Wawancara Tidak Terstruktur (Unstruktured Interview)
Wawancara tidak terstruktrur adalah wawancara yang dilakukan secara bebas
diamana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pada tahap wawancara ini
pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.
Dari ketiga jenis wawancara di atas, peneliti menggunakan wawancara tak
berstruktur karena peneliti hanya menyiapkan pedoman wawancara berupa garis-garis
besar permasalahan saja, sedangkan pada saat wawancara peneliti akan
mengembangkan pertanyaan berdasarkan jawaban dari responden. Peneliti juga
menerima informasi dari responden secara terbuka, namun tetap berkaitan dengan
konteks penelitian. Karena peneliti tidak mengetahui jawaban yang akan diberikan oleh
responden, maka dari itu peneliti menggunakan wawancara tak berstrukturDari ketiga
jenis wawancara di atas, peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur karena
peneliti hanya menyiapkan pedoman wawancara berupa garis-garis besar permasalahan
saja, sedangkan pada saat wawancara peneliti akan mengembangkan pertanyaan
berdasarkan jawaban dari responden. Peneliti juga menerima informasi dari responden
secara terbuka, namun tetap berkaitan dengan konteks penelitian. Karena peneliti tidak
mengetahui jawaban yang akan diberikan oleh responden, maka dari itu peneliti
menggunakan wawancara tak berstruktur.
Nama Siswa :
Hari/tanggal :
2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
mendukung dalam penelitian ini adalah RPP yang digunakan, serta bentuk instrumen
penilaian yang digunakan guru. Teknik yang dimaksud adalah teknik dokumentasi, di
mana data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan dan wawancara akan dicocokkan
dengan dokumen yang akan dikumpulkan.
Penilaian
No. Komponen
Ya Tidak
1 Identitas sekolah
14 Penilaian
a. Pengetahuan
b. Keterampilan
c. Sikap
Peneliti menggunakan model analisis data kualitatif Miles, Huberman, dan Saldana.
Gambar 3. Analisis Data Model Interaktif
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data yang didapat dari hasil
observasi, hasil wawancara, dan hasil dokumentasi. Data dikumpulkan lalu dipilih mana
data yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Peneliti telah mengumpulkan data mengenai proses pelaksanaan PAI di
kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan. Setelah data terkumpul kemudian data
dikondensasi.
Menurut Miles, Huberman, dan Saldana dalam Sugiyono (2019) Kondensasi data
adalah proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, membuat abstraksi data hasil
dari catatan lapangan, interview, transkip, berbagai dokumen, dan catatan lapangan.
Kondensasi pada penelitian ini merujuk pada pelaksanaan PAI di kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan. catatan lapangan yang telah diperoleh peneliti saat penelitian diolah
hingga mendapatkan data yang diinginkan untuk menjawab rumusan masalah.
Setelah data dikondensasi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data digunakan agar data hasil dari kondensasi terorganisasikan, sehingga
semakin mudah dipahami. Penyajian data yang digunakan oleh peneliti berupa uraian
deskripsi narasi, yaitu menceritakan serta menjelaskan hasil penelitian yang dibutuhkan.
Langkah yang dilakukan setelah penyajian data yakni menarik kesimpulan dan
verifikasi. Verifikasi merupakan sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Penarikan
kesimpulan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan ketiga data
yang telah diperoleh, yakni data observasi, wawancara, dan dokumentasi, sehingga dari
perbandingan tersebut dapat disimpulkan tentang pelaksanaan PAI di kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan.
Dahwadin & Nugraha, (2019), Motivasi dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Jawa Tengah: Penerbit CV Mangku Bumi Media.
Harisudin, M. N., (2019), Pengantar Ilmu Fiqh. Surabaya: Penerbit Pena Salsabila.
Jalaludin & Idi A., (2011), Filsafat Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rajawali Press.
Moleong, L. J., (2017), edisi revisi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Penerbit Rosdakarya.
Vidiarti dkk., (2019), Analisis Kemampuan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013: Jurnal
Pendidikan Agama Islam. Vol. 5, No. 2.
Vita, Y., (2014), Metode-metode Pembelajaran PAI & Budi Pekerti. Semarang:
Penerbit RaSAIL Media Group.