Anda di halaman 1dari 43

STUDI DESKRIPTIF PROSES IMPLEMENTASI

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI KELAS IV SDN 38


BENGKULU SELATAN
PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi tugas metodologi penelitian pendidikan

pada jurusan tarbiyah

program studi pendidikan guru sekolah dasar

Dosen Pengampu : Alfin Julianto, M.Pd


Oleh

Atika Dwi Putri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’ANIYAH
MANNA BENGKULU SELATAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillah, puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya peneliti dapat menyusun draf proposal yang berjudul “Studi
Deskriptif Proses Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Kelas
IV SDN 38 Bengkulu Selatan”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. beserta sahabat dan kaum muslimin agar
tetap istiqomah dalam menegakkan kebenaaran. Adapun isi dari draf proposal ini yaitu
mendeskripsikan bagaimana proses pelaksanaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Kelas IV SDN 38 Bengkulu selatan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasi. Dalam hal untuk memenuhi tugas menyusun draf proposal pada mata kuliah
metodologi penelitian pendidikikan yang diampuh oleh bapak Alfin Julianto M. pd
Selama menyelesaikan tugas ini, peneliti banyak menerima bantuan serta semangat dari
berbagai pihak, untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya. Yang telah memberikan semangat serta nasehatnya kepada
saya.
2. Bapak Alfin Julianto, M.Pd., selaku Dosen pengampuh mata kuliah metodologi
penelitian pendidikan Fakultas Keguruan dan Pendidikan Sekolah tinggi ilmu
tarbiyah Al-quraniyah Bengkulu selatan yang telah memberi tugas dan memberi
penjelasan prosedur kerja tugas ini.
3. Ibu Yeni Meylani, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PGMI sekolah tinggi Al –
quraniyah Manna Bengkulu selatan.
4. Teman-teman sekelas yang telah membantu mengarahkan dalam penyusunan draf
proposal ini Keluarga Besar SDN 38 Bengkulu selatan yang telah memberikan
kesempatan dan mendukung dalam penyusunan draf proposal dan yang telah
memberikan bantuan dan dukungan sehingga peneliti dapat menyusun draf
proposal ini dengan baik.
Terima kasih, semoga Allah Subhanahu Wataala memberikan hidayah dan pahala
kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam memberikan bantuannya. Peneliti
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu peneliti
mengharapkan kritik dan saran dai semua pihak dalam perbaikan di masa mendatang.
Akhrinya dengan kerendahan hati, peneliti berharap semoga draf proposal ini dapat
dilaksanakan oleh peneliti dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Manna, Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................
B. Identifikasi Masalah ............................................................................
C. Batasan Masalah .................................................................................
D. Rumusan Masalah ...............................................................................
E. Tujuan Penelitian ................................................................................
F. Manfaat Penelitian ..............................................................................
G. Penelitian Yang Relevan ......................................................................

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pendidikan Agama Islam .....................................................................
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .............................................
2. Kurikulum 2013 Pembelajaran PAI Sekolah Dasar ......................
3. Materi PAI di Sekolah Dasar .........................................................
4. Metode Pendidikan PAI di Sekolah Dasar ....................................
B. Proses Implementasi PAI .....................................................................
1. Pengertian Implementasi ...............................................................
2. Tahapan Implementasi Pelaksanaan PAI .......................................
3. Fungsi PAI di Sekolah Dasar .........................................................
C. Studi Deskriptif ...................................................................................
1. Hakikat Pendidikan ........................................................................
2. Kerangka Pikir ...............................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ....................................................................................
B. Waktu Dan Tempat Penelitian .............................................................
C. Sumber Data ........................................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................
E. Teknik Analisa Data ............................................................................
F. Teknik Validitas Data ..........................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Implementasi Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dasar menjadi hal yang
perlu diperhatikan. Sebagai calon guru, perlu kiranya mendalami pelaksanan
pembelajaran, salah satunya pada mata pelajaran PAI yang ada di sekolah dasar.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yang dimaksud dengan implementasi
merupakan kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan dan mengacu pada aturan
tertentu untuk mencapai suatu kegiatan. Mata pelajaran PAI yang ada di sekolah dasar
mengacu pada kurikulum 2013 dalam pengimplementasiannya.
Kurikulum 2013 tampaknya dihadapkan dengan berbagai persoalan. Persoalan
tersebut terdiri dari kelengkapan pembelajaran dan kesiapan guru dalam melaksanakan
pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013. Salah satu ciri penting yang ada pada
kurikulum 2013 adalah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Menurut Vita (2014:59) pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah proses
ilmiah yang merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis. Pendekatan ilmiah tersebut mencakup kegiatan mengamati (observing),
menanya (questioning), pengumpulan data (experimenting/ explore), mengasosiasi
(associating), dan mengkomunikasikan (communicating). Sedangkan fenomena yang
terjadi di lapangan pendekatan ilmiah ini belum muncul, sehingga pembelajaran masih
cenderung pada metode ceramah.
Dalam pembelajaran guru kurang mengajak siswa melakukan pengamatan dalam
proses pembelajarannya. Jika proses pengalaman tersebut dilakukan, guru juga tidak
melatih semua indra lainnya, padahal dengan melatih semua indra yang ada pada anak
tentunya akan membuat anak lebih terlatih dalam membedakan dan mendeskripsikan
sesuatu yang diamati. Sejalan dengan pendapat Winarni (2012:142), bahwa
keterampilan mengobservasi/mengamati adalah menggunakan segenap panca indra
untuk memperoleh informasi atau data mengenai benda atau kejadian. Siswa akan lebih
mudah memahami konsep-konsep yang yang rumit dan abstrak jika disertai contoh
konkret, contoh yang sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktikkan
sendiri upaya penemuan konsep melalui kegiatan fisik dan mental.
Guru juga kurang memberikan permasalahan yang menuntut siswa untuk bertanya
serta guru kurang memberikan pertanyaan yang menuntut siswa untuk berpikir kritis.
Berdasarkan kegiatan mengamati maka guru memberikan permasalahan yang membuat
siswa aktif untuk bertanya, kemudian guru memberikan pertanyaan yang menuntut
siswa berpikir kritis. Padahal membuat siswa aktif adalah hal yang dituntut dalam
implementasi kurikulum 2013. Sejalan dengan pendapat Ennis dalam Winarni
(2012:155) bahwa salah satu aspek berpikir kritis adalah memberikan penjelasan secara
sederhana, meliputi memfokuskan pertanyaan, menganalisis pertanyaan, bertanya dan
menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan.
Selanjutnya guru kurang mengajak siswa untuk melakukan sesuatu percobaan dalam
pembelajaran. Padahal dengan melakukan percobaan tentunya simengalaminya secara
langsung, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa tidak hanya
menghayal dalam pembelajaran. Hal itu sesuai dengan ciri belajar anak, yaitu berpikir
konkrit, integratif, dan hierarkis.
Untuk kegiatan menyaji atau mengkomunikasikan guru juga kurang meminta siswa
untuk menyajikan hasil diskusinya, karena kegiatan percobaan dan pengamatan masih
kurang dilakukan. Padahal dengan kegiatan menyaji tersebut dapat melatih keberanian
siswa untuk menyajikan hasil diskusinya dalam menyusun data hasil
percobaan/pengamatan. Di samping itu siswa juga terlatih dalam menghargai pendapat
orang lain dan mendapatkan kesimpulan berdasarkan hasil percobaannya.
Winarni (2012:144) menjelaskan bahwa keterampilan mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau berhasil
menyampaikan hasil penyelidikan, yang dapat dikembangkan dengan cara menghimpun
informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda/kejadian secara rinci. Siswa
dilatih untuk mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan dalam menjelaskan
benda-benda dan kejadian secara rinci. Kemampuan mengkomunikasikan juga dapat
dilatih melalui penugasan untuk menyusun data dari suatu eksperimen ke dalam tabel
atau grafik dan melaporkan penemuannya kepada teman-temannya. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan, implementasi pelaksanaan PAI di Kelas IV SDN 3
Rejang Lebong terdapat dinamika permasalahan berupa proses implementasi yang
memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu meliputi proses perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi evaluasi PAI yang dilakukan oleh guru.
Penerapan pendekatan ilmiah yang telah dilaksanakan terdapat kelebihan dan
kekurangan, ini terlihat saat guru menyajikan pembelajaran, guru telah memberi
kesempatan siswa untuk memaparkan hasil diskusi, namun guru belum terlihat
menerapkan kegiatan menanya pada siswa. Sedangkan menurut Maryani (2018: 4)
tujuan pembelajaran Scientifict adalah untuk melatih peserta didik dalam
mengkomuniksikan ide-ide.
Dari hasil wawancara kepada guru PAI di Kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan,
dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah membuat RPP sendiri yang berpedoman
pada kurikulum 2013 dan silabus. Selanjutnya pada tahap penilaian atau evaluasi, guru
sudah menggunakan buku guru dan buku siswa sebagai panduan untuk mengukur
sejauh mana kemampuan siswa, namun guru jarang mengevaluasi kemampuan siswa
pada akhir pembelajaran, guru hanya mengevaluasi kemampuan belajar siswa pada
akhir bulanan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2017)
dengan judul “Problematika penilaian autentik kurikulum 2013 dalam pembelajaran
PAI di SD Negeri 1 Ploso Pacitan”. Hasil penelitian menunjukkan belum efektifnya
penilaian autentik dalam pembelajaran PAI di SD Negeri 1 Ploso Pacitan, karena
kurangnya pemahaman terhadap teknik penilaian. Alasan lainnya adalah karena
penyusunan soal yang terlalu banyak, format penilaian yang terlalu rumit dan waktu
yang diperlukan dirasa kurang cukup oleh guru.
Studi deskriptif yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran
mengenai situasi atau kejadian. Jhon dalam Arief (2011) menyatakan studi deskriptif
adalah melukiskan atau menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Studi atau penelitian
ini berkenaan dengan kondisi atau hubungan yang ada: proses-proses yang sedang
berlangsung, pengaruh yang sedang dirasakan, atau kecendrungan yang sedang
berkembang. Sedangkan Zainal ( 2012) menyatakan studi deskriptif sebagai penelitian
yang digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa
yang terjadi pada saat ini.
Zainal (2012) menyatakan tujuan studi deskriptif, yaitu u tuk menjelaskan secara
sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu,
membuat komparasi atau evaluasi, mengenai apa yang dikerjakanorang lain dalam
menangani masalah atau situasi yang sama dan agara dapat belajar untuk kepentingan
pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan. Sehingga dapat juga
dikatakan bahwa tujuan studi deskriptif adalah untuk menghasilkan gambaran yang
akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah mekanisme sebuah proses
atau hubungan memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau
numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat
kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan
atau proses, serta untuk menyimpan informasi yag bersifat kontradiktif mengenai subjek
penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti melaksanakan penelitian
dengan judul “Studi Deskriptif Proses Implementasi Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut :
1. Karakter siswa yang belum terbentuk dengan baik.
2. Guru dituntut untuk lebih aktif dalam melakukan kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah diprogramkan.
3. Dalam proses pembelajaran masih perlu menggunakan berbagai pendekan
pembelajaran.
4. Guru masih belum mampu memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan kegiatan pembelajaran.
5. Warga sekolah yang belum sepenuhnya mengimplementasikan kurikulum
kedalam budaya sekolah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat disimpulkan bahwa batasan
masalah pada proposal penelitian ini yaitu pelaksanaan dari rencana yang telah
disusun dalam melaksanakan proses pembelajaran prndidikan agama islam.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses perencanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu selatan?
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu selatan?
3. Bagaimanakah proses evaluasi pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38 bengkulu
selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan.
2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan.
F. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis dan praktis, dengan
uraian sebagai berikut:
1. Secara Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan mampu memberikan kajian mengenai
proses implementasi pelaksanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38 Bengkulu
Selatan.
2. Secara Praktis
a) Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti
lain yang melakukan penelitian sejenis.
b) Dinas Atau Instansi Terkait
Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dinas terkait untuk mengoptimalkan
Pelaksanaan pembelajaran PAI di Kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan.
G. Penelitian Relevan
Peneliti melakukan pengamatan terhadap penelitian terdahulu yang membahas
topik yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah dasar,
sebagai rujukan berikut adalah beberapa penelitian relevan yang peneliti temukan:
1. Penelitian oleh Baihaqi tahun 2020 yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran
Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Negeri Palur 04 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran
2019/2020”, hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pembelajaran kurikulum
2013 mata pelajaran PAI di sekolah tersebut sudah berjalan dengan baik dan lancar,
pelaksanaan yang terkoordinasi dengan baik di mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran PAI.
2. Penelitian oleh Vidiarti dkk pada tahun 2019 yang berjudul “Analisis Kemampuan
Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013”, hasil penelitiannya adalah bahwa
kemampuan guru PAI dalam penyusunan RPP kurikulum 2013 oleh guru PAI di
SDN 16 Sumber Datar Singingi sudah menunjukkan hasil yang baik sekali yang
mana dalam proses pembelajaran guru telah membuat dan menyusun RPP
kurikulum 2013 secara baik dan benar sesuai acuan dan kebutuhan siswa,
menggunakan metode yang sesuai dengan materi ajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pebedaan penelitian oleh Budiharjo dengan penelitian yang saya laksanakan adalah,
bahwa penelitian Budiharjo dilaksanakan saat sekolah sedang melaksanakan
penilaian oleh supervisor, sedangkan penelitian yang saya lakukan ini dalam
kondisi tidak dilaksanakannya penilaian oleh supervisor. Persamaan skripsi yang
saya laksanakan adalah fokus penelitian yaitu pada implementasi pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam yang ada di sekolah dasar.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam


Pendidikan Islam menurut Omar dalam Umar (2010:27) adalah proses
mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi , masyarakat, dan alam
sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asas dalam
masyarakat. Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia
yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut
menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreativitas manusia dalam
peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
Muhammad (Bangladesh) dalam Umar (2010:27) mengemukakan
pengertian pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seseorang) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai
dengan ajaran Islam. Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan
manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip Islami yang
diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehingga manusia mampu memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup seiring dengan perkembangan zaman.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAI di
Sekolah Dasar adalah pengajaran nilai-nilai Islam kepada siswa di Sekolah
Dasar agar dapat hidup dengan nilai-nilai Islam seiring perkembangan zaman.
Berkaitan dengan pengertian Pendidikan Agama Islam, Dahwadin dan Nugraha
(2019:7) dalam bukunya menjelaskan Pendidikan Agama Islam merupakan
upaya yang sadar dan terencana, dalam menyiapkan siswa untuk mengenal
ajaran agama Islam, serta dapat memahaminya dan mengamalkannya sesuai
dengan Alquran dan Hadits melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran.

2. Kurikulum 2013 Pembelajaran PAI di Sekolah Dasar


Kata “kurikulum” mulai dikenal sebagai istilah dalam dunia pendidikan
lebih kurang sejak satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama
kalinya dalam kamus Webster tahun 1856. Pada Tahun itu kurikulum digunakan
dalam bidang olahraga, yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai
ke finish. Barulah pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang
pendidikan dalam arti sejumlah mata pelajaran di suatu perguruan. Dalam Tafsir
(2007: 530) kurikulum diartikan dua macam, yaitu sebagai berikut.
1) Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di
sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2) Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan
atau jurusan.
Materi kurikulum bagi pemula dalam Umar (2010) difokuskan pada
pembelajaran Alquran dan As-Sunnah. Ibnu Khaldun memandang bahwa
Alquran merupakan asal agama, sumber berbagai ilmu pengetahuan, dan asas
pelaksana pendidikan Islam. Di samping itu, mengingat isi Alquran mencakup
materi penanaman aqidah dan keimanan pada jiwa siswa, serta memuat akhlak
mulia, dan pembinaan pribadi menuju prilaku yang positif.
Kurikulum 2013 disusun dalam upaya peningkatan mutu siswa dalam
bersikap ke arah yang lebih baik dan memperkuat kemampuan siswa dari sisi
pengetahuan, keterampilan secara utuh. Proses pencapaiannya melalui
pembelajaran sejumlah kegiatan siswa yang dirangkai sebagai suatu kesatuan
yang saling mendukung pencapaian kemampuan tersebut.
Pembelajaran PAI di sekolah dasar menurut kurikulum 2013 dalam Vita
(2014:59) menjelaskan bahwa sekarang pembelajaran PAI sudah 4 jam dalam
seminggu, sehingga guru dapat mengembangkan pembelajaran. Sedangkan
sebelum kurikulum 2013 pembelajaran PAI hanya 2 jam dalam seminggu,
dengan materi yang banyak guru hanya fokus untuk mencapai targer
penyelesaian materi.
3. Materi PAI di Sekolah Dasar
Materi PAI disekolah dasar dalam konteks kurikulum K13
menunggunakan pendekatan tematik atau sering dikenal dengan istilah tematic
aproach. Selaras dengan kurikulum K13 yang dirancancang untuk
mengembangakan kompetensi yang utuh antara pengetahuan, keterampilan serta
sikap, maka pembelajaran dengan pendekatan tematik menjadi jalan terbaik agar
pembelajaran mencapai tujuan yang diharapkan,
Materi Pendidikan yang diajarkan di Sekolah Dasar seperti yang ada
dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Tentang Pedoman Implementasi
Kurikulum Pada Madrasah No. 184 Tahun 2019 adalah Alquran Hadits, Aqidah
Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Berikut adalah penjelasan dari
keempat materi tersebut.

1) Alquran Hadits
Alquran merupakan kitab yang berisikan kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Melalui malaikat
jibril yang di dalamnya berisikan petunjuk-petunjuk kepada seluruh umat
manusia. Untuk memahami petunjuk-petunjuk tersebut dengan benar perlu
berbagai ilmu yang membahas/mengkaji alquran itu, yaitu Ulumul Quran.
Dalam Ulumul Quran memuat seluruh bahasan tentang alquran mulai dari
tafsir alquran yang merupakan induk dari segala macam kajian mengenai
alquran sampai pada ilmu bacaan alquran.

Tujuannya adalah untuk membela serta mempertahankan kesucian


alquran. Hadits mengandung beberapa makna, seperti jadid, qarib dan khabar.
Kata jadid merupakan lawan dari kata qadim, berarti yang baru. Qarib berarti
dekat, atau yang belum lama terjadi. Adapun khabar berarti warta, yaitu sesuatu
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang pada orang lain.
Adapun menurut istilah, mayoritas ulama hadits mengartikan hadits
sebagai segala ucapan, perbuatan dan keadaan Nabi. Keterangan ini
mengindikasikan bahwa segala yang berasal dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam., baik berupa ucapan, perbuatan, maupun berupa ketetapan termasuk
kategori hadits. Sedangkan menurut ulama usul fikih memandang hadits hanya
yang terkait dengan hukum syara’, yakni segala perkataan, perbuatan, dan taqrir
(ketetapan) Nabi yang terkait dengan hukum.
2). Akidah Akhlak
Pengertian akidah menurut bahasa Arab berasal dari aqada-
ya’qidu-‘uqdatan yang artinya ikatan atau perjanjian. Kata al-‘aqdu yang berarti
ikatan, at-tautsiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-
ihkamu yang berarti mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabtu bi quwwah yang
berarti mengikat dengan kuat. Secara istilah, aqaid ialah jamak dari aqidah,
artinya adalah kepercayaan. Yaitu sesuatu yang mengharuskan hati
membenarkannya, yang membuat jiwa tenang dan tentram kepadanya, dan yang
menjadi kepercayaan/keyakinan yang bersih dari keraguan. Secara umum dapat
disimpulkan akidah adalah keyakinan atau kepercayaan dalam diri manusia yang
dalam hal ini berkaitan dengan keIslaman, yaitu percaya akan adata tuhan yaitu
Allah Subhanahu Wata’ala.
Akidah erat kaitannya dengan akhlak, seperti yang dijelaskan oleh
Wahyudi (2017:2) di mana akhlak adalah wujud aktualisasi diri dari akidah
seseorang. Akhlak merupakan sifat yang sudah tertanam di dalam jiwa seseorang
yang mengakibatkan munculnya tindakan spontan tanpa disertai pertimbangan.
1. Fiqih
Harisudin (2019: 1) menjelaskan pengertian Fiqih secara etimologi,
yaitu berasal dari kata faqqaha yufaqqihu fiqhan yang berarti pemahaman.
Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini, adalah pemahaman tentang
agama Islam. Dengan demikian, fiqih menunjuk pada arti pemahaman agama
Islam secara utuh.
2. Sejarah Kebudayaan Islam
Kata sejarah dalam kamus bahasa indonesia memiliki arti sebuah
kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau, kemudian
Abdurahman (2007:14) menjelaskan bahwa sejarah berasal dari bahasa Arab
Syajarah yang artinya pohon. Sedangkan kebudayaan merupakan hasil budi
daya manusia dalam berbagai bentuk dan sepanjang sejarah menjadi milik
manusia yang selalu berkembang seiring waktu. Sejarah kebudayaan Islam
dapat diartikan sebagai kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau
mengenai hasil karya dan kebudayaan umat Islam.
3. Metode Pendidikan PAI di Sekolah Dasar
Metode atau metoda dijelaskan oleh Umar (2010:180) berasal dari
bahasa Yunani, yaitu metha dan hodos. Metode berarti jalan atau cara yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam bahasa Arab, metode
disebut thariqah. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan pelajaran.
Jadi metode mengajar berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan
bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.

Metode pembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Vita (2014:46) adalah


strategi yang digunakan oleh guru untuk menghadapi permasalahan dalam
pembelajaran, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran, guru harus mampu memanfaatkan
metode yang efektif dan efisien. Karena dalam satu kelas siswa memiliki
kemampuan memahami yang berbeda.
Metode pendidikan Islam adalah cara-cara yang digunakan dalam
pengembangan potensi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Karena
pengajaran adalah bagian dari pendidikan Islam, maka metode mengajar itu
termasuk metode pendidikan. Itu berarti masih ada metod-metode lain yang
dapat digunakan untuk mengembangkan potensi siswa.
Terdapat 6 kategori metode atau pendekatan pendidikan Islam , yaitu sebagai berikut:
1) Pendekatan Tilawah (Pengajaran)
Pendekatan ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yang bertujuan memandang
fenomena alam sebagai alat-Nya, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah
memiliki keteraturan yang bersumber dari Allah Subhanahu Wata’ala., serta
memandang bahwa segala yang ada tidak diciptakan-Nya secara sia-sia. Bentuk tilawah
memiliki indikasi berfikir (tafakkur) dan berzikir (tazzakkur), sedangkan aplikasinya
adalah pembentukan kelompok ilmiah, bimbingan ahli, kompetisi ilmiah dengan
landasan akhlak Islam, dan kegitan-kegiatan lainnya, seperti penelitian, pengkajian, dan
seminar.
2) Pendekatan Tazkiyah (Penyucian)
Pendekatan ini meliputi menyucikan diri dengan upaya amar ma’ruf dan nahi
munkar (tindakan proaktif dan tindakan reaktif). Pendekatan ini bertjuan untuk
memelihara kebersihan diri dan lingkungannya, memelihara dan mengembangkan
akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam
memelihara kesucian lingkungannya. Indikator pendekatan ini adalah fisik, psikis dan
sosial. Aplikasi bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan kebersihan, kelompok-
kelompok usrah, riyadhah keagaman, ceramah, tablig, pemeliharaan syiar Islam,
kepemimpinan terbuka, teladan pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial (social
control).
3) Pendektan Ta’lim Al-Kitab
Mengajarkan Alquran dengan menjelaskan hukum halal dan haram. Pendekatan ini
bertujuan untuk membaca, memahami, dan merenungkan Al-quran dan As-Sunnah
sebagai keterangannya. Pendekatan ini bukan hanya memahami fakta, tetapi juga makna
di balik fakta, sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan produktif.
Indikatornya adalah pembelajaran membaca Al-quran, diskusi tentang Al-quran di
bawah bimbingan para ahli, memonitor pengkajian Islam, kelompok diskusi, kegiatan
membaca literatur Islam, dan lomba kreativitas Islami.
4) Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah
Pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan Ta’lim Al-Kitab, hanya saja bobot,
porsi dan frekuensinya yang diperluas. Indikator utamanya menekankan pada
perenungan (reflektif thinking), reinovasi dan interpretasi terhadap pendekatan Ta’lim
Al-Kitab. Aplikasi pendekatan Ta’lim Al-Hikmah dapat berupa studi banding
antarlembaga pendidikan, pengkajia, dan antarlembaga penelitian.
5) Yu’allim-kum maalam Takuunu Ta’lamun
Suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar asing dan
belum diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peerta didik pada suatu alam
pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan ini mungkin hanya dapat dinikmati
oleh nabi dan rasul saja, seperti mukjizat yang dimiliki nabi dan rasul. Indikator
pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia
menjelajahi ruang angkasa, sedangkan aplikasinya adalah mengembangkan produk
teknologi yang membaantu kehidupan manusia sehari-hari.
6) Pendekatan Ishlah (Perbaikan)
Pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan
terhadap penderitaan orang lain, sanggup menganalisis kepincangan- kepincangan yang
lemah, berkomitmen membantu kaum tertindas, dan berupaya menjembatani perbedaan
paham, di samping itu pelepasan beban dan belenggu ini bertujuan untuk memelihara
ukhuah Islamiah dengan mengunjungi kelompok dhu’afa, kampanye amal shaleh,
kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek sosial, serta mengembangkan Badan Amil
Zakat Infak Dan Sedekah (BAZIS)

B. Proses Implementasi PAI


1. Pengertian Impementasi
Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran PAI seperti yang dijelaskan
oleh Mulyasa (2013:99) merupakan aktualisasi dari kurikulum, dalam pembentukan
kompetensi dan karakter siswa. Hal tersebut mengharuskan guru untuk aktif dalam
melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.
Dalam pembelajaran digunakan berbagai pendekatan, yaitu pembelajaran
kontekstual (contextual teaching and learning), bermain peran, pembelajaran
partisipantif (participantif teaching and learning), belajar tuntas (mastery learning), dan
pembelajaran konstruktivisme (constructivism teaching and learning), Dari beberapa
pendekatan tersebut guru harus dapat memilih dan menggunakan pendekatan yang
sesuai dalam kegiatan pembelajaran.
Implementasi yang efektif adalah hasil interaksi dari strategi guru, struktur dari
kurikulum, tujuan pendidikan, dan kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah
sangat berperan penting dalam mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013 di
sekolah, kemudian juga guru sangat berperan dalam mengimplementasikan kurikulum
2013. Guru dan kepala sekolah harus dapat membudayakan kurikulum, artinya yaitu
implementasi kurikulum masuk dalam budaya sekolah, yang diterapkan oleh seluruh
warga sekolah, baik itu siswa, guru, kepala sekolah, maupun tenaga kependidikan lain.
2. Tahapan Implementasi Pelaksanaan PAI
Dalam permendikbud No. 22 tahun 2016 dijelaskan bahwa proses pembelajaran
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembenagan fisik serta psikologis
peserta didik. Untuk itu, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Ketiga tahapan
implementasi pelaksanaan PAI adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan PAI
Perencanaan seperti yang dijelaskan oleh Majid (2013:15) merupakan kegiatan
menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Dalam kegiatan perencanaan guru harus membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan. Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013
tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah perencanaan pembelajaran yang dibuat untuk
satu pertemuan atau lebih.
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam kurikulum 2013 adalah suatu
rencana yang menggambarkan langkah-langkah yang akan dilakukan seorang guru yang
akan melaksanakan pembelajaran berdasar pada ketentuan kurikulum 2013. Kesuksesan
implementasi kurikulum 2013 ditentukan juga oleh strategi pembelajaran yang tepat dan
menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik,
sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai
oleh peserta didik.
RPP berisi mengenai beberapa elemen, yaitu sebagai berikut:
a) Data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester
b) Materi pokok
c) Alokasi waktu
d) Tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi
e) Materi pembelajaran, metode pembelajaran
f) Media, alat dan sumber belajar
g) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
h) Penilaian
b. Pelaksanaan PAI
Pada kegiatan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam terdapat tiga kegiatan yang
dilakukan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam
kegiatan pendahuluan guru menyiapkan siswa, memberikan motivasi belajar,
memberikan pertanyaan kepada siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran dan KD yang
akan dicapai, serta menyampaikan cakupan materi dan penjelasan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran.
Kemudian dalam kegiatan inti, guru menggunakan model pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar yang sesuai dengan siswa dan mata pelajaran. Yang
terakhir yaitu kegiatan penutup, di sini guru dan siswa secara bersama melakukan
refleksi untuk mengevaluasi pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Dalam kegiatan
penutup juga guru memberikan tindak lanjut berupa pemberian tugas kepada siswa, dan
menginformasikan kepada siswa rencana kegiatan untuk pembelajaran berikutnya.
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran menurut kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan saintifik, yaitu dengan melakukan kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik, , yaitu
dengan melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik dilakukan menggunakan strategi kontekstual.
Dalam pembelajaran PAI tidak menerapkan pembelajaran tematik. Tahapan
pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa,
memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan
dengan bahan yang akan dipelajari, kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara seperti apersepsi, yaitu menilai kemampuan awal
siswa. Seorang guru perlu menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki
siswa dengan materi yang akan dipelajari siswa, dan tidak mengesampingkan
motivasi belajar terhadap siswa.
Selain apersepsi, guru juga dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran,
seperti menciptakan semangat dan kesiapan belajar siswa melalui bimbingan guru.
Di sisi lain guru juga bisa menciptakan suasana pembelajaran demokratis dalam
belajar, melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa
untuk berkreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimiliki oleh
siswa.
b) Kegiatan inti

Kegiatan inti adalah kegiatan utama untuk menanamkan, mengembangkan


pengetahuan, sikap, dan keterampilan berkaitan dengan bahan, kajian yang
bersangkutan. Kegiatan inti setidaknya mencakup penyampaian tujuan
pembelajaran, penyampaian materi/bahan ajar dengan menggunakan pendekatan
dan metode, sarana dan alat atau media yang sesuai, pemberian bimbingan bagi
pemahaman siswa, melakukan pemeriksaan tentang pemahaman siswa.

Dalam kegiatan inti, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok pembelajaran,


yaitu pembelajaran klasikal, pembelajaran kelompok, dan pembelajaran individual.
Pembelajaran klasikal yang digunakan apabila materi pembelajaran lebih bersifat fakta,
atau formatif terutama ditujukan untuk memberikan informasi atau sebagai pengantar
dalam proses pembelajaran. Sehingga cenderung metode ceramah dan tanya jawab akan
banyak digunakan.
Pembelajaran kelompok dilaksanakan apabila materi pembelajarannya lebih
mengembangkan konsep/sub-pokok bahasan yang sekaligus mengembangkan aktivitas
sosial, sikap, nilai, kerjasama, dan aktivitas dalam pemecahan masalah melalui
kelompok belajar siswa. Kegiatan guru akan lebih banyak mengawasi dan memantau
kelompok belajar, sehingga setiap siswa dalam kelompok turut berpartisipasi. Kegiatan
belajar individual, artinya setiap anak yang belajar di kelas mengerjakan atau
melakukan kegiatan belajar masing-masing. Kegiatan belajar tersebut mungkin sama
untuk setiap siswa, mungkin pula berbeda. Dalam pembelajaran individual ini setiap
siswa dituntut untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan kemampuan yang mereka
miliki. Implikasi dari pembelajaran individual ini, guru harus banyak memberikan
pelatihan dan pelayanan individual, sebab setiap individu berbeda kemampuannya.
Pendekatan yag digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah scientific.
Hal ini sejalan dengan pendapat Fadillah (2014) pendekatan scientific adalah
pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan dengan proses
ilmiah. Pendapat ini diperjelas oleh Daryanto (2014:51) bahwa penerapan pendekatan
scientific yang menempatkan siswa sebagai aktor utama dalam pembelajaran. Mereka
akan terlibat aktif dan dinamis dalam belajarnya, siswa akan lebih cermat, kritis, kreatif
dan mandiri.
Kurikulum 2013 menekankan kepada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Metode ilmiah merujuk pada
teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh
pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Hal ini
sesuai dengan kemendikbud (2014:19) langkah pembelajaran ilmiah terdiri dari lima
langkah pembelajaran pokok yaitu: mengamati, menanya, mencoba, mengolah
informasi dan menyaji. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada
kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat non ilmiah.
(1) Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, mudah
pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran. Menurut Sani (2014:62) bahwa belajar dengan mengunakan
pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki
fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Dalam pembelajaran
dengan pendekatan sientifict, kegiatan pengumpulan data ini dapat dilakukan
dengan: melakukan simulasi, menjalankan peran, melakukan pengukuran,
mengajukan hipotesis, dan sebagainya. Kegiatan belajar mengumpulkan data adalah
kegiatan belajar yang amat penting bagi siswa. Melalui belajar mengumpulkan data,
siswa akan belajar mengaktualisasikan atau mencobakan gagasan atau pemikiran.
Mengumpulkan data juga merupakan kegiatan belajar yang menyenangkan karena
siswa akan menjadi aktif bekerja. Melalui kegiatan ini siswa akan mengembangkan
sikap berani mencoba, kreatif, dan terampil dalam melakukan sesuatu.
(2) Mengolah Data
Istilah mengolah data dalam proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan
siswa merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Mengolah data adalah proses berpikir
yang logis dan sistematis atau fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Pengolahan data dimaksud merupakan
pengolahan data ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Menurut Sani (2014:66) bahwa informasi yang diperoleh dari
pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan
keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesempatan dari pola yang
ditemukan. Sedangkan menurut Daryanto (2014:71) bahwa penalaran adalah proses
berpikir yang logis dan sistematis atas kata fakta empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan mengolah data
ini siswa akan belajar menganalisis untuk mencari kelebihan dan kekurangan atau
kekuatan dan kelemahan, membuat dugaan dan membuat simpulan.
(3) Kegiatan belajar mengolah data
adalah kegiatan belajar yang amat penting bagi siswa. Melalui belajar
mengolah data siswa akan belajar mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan
masalah, serta belajar mengambil kesimpulan. Mengolah data juga merupakan
kegiatan belajar yang menyenangkan karena siswa akan menjadi aktif berpikir dan
tidak hanya pasif mendengar keterangan guru. Melalui kegiatan mengolah data juga
akan membentuk sikap dan kebiasaan kritis, berargumentasi, menyampaikan
pendapat atau pemikiran, menghargai pendapat orang lain, dan menghormati
perbedaan. Mengamati (observing)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, mudah
pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga
relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran. Menurut Sani (2014:62) bahwa belajar dengan mengunakan
pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki
fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Dalam pembelajaran
dengan pendekatan sientifict, kegiatan pengumpulan data ini dapat dilakukan
dengan: melakukan simulasi, menjalankan peran, melakukan pengukuran,
mengajukan hipotesis, dan sebagainya. Kegiatan belajar mengumpulkan data adalah
kegiatan belajar yang amat penting bagi siswa. Melalui belajar mengumpulkan data,
siswa akan belajar mengaktualisasikan atau mencobakan gagasan atau pemikiran.
Mengumpulkan data juga merupakan kegiatan belajar yang menyenangkan karena
siswa akan menjadi aktif bekerja. Melalui kegiatan ini siswa akan mengembangkan
sikap berani mencoba, kreatif, dan terampil dalam melakukan sesuatu.
(4) Mengolah Data
Istilah mengolah data dalam proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta
didik harus lebih aktif daripada guru. Mengolah data adalah proses berpikir yang
logis dan sistematis atau fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Pengolahan data dimaksud merupakan
pengolahan data ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Menurut Sani (2014:66) bahwa informasi yang diperoleh dari pengamatan atau
percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan suatu
informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan
mengambil berbagai kesempatan dari pola yang ditemukan. Sedangkan menurut
Daryanto (2014:71) bahwa penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis
atas kata fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Dalam kegiatan mengolah data ini siswa akan belajar menganalisis untuk
mencari kelebihan dan kekurangan atau kekuatan dan kelemahan, membuat dugaan dan
membuat simpulan.
Kegiatan belajar mengolah data adalah kegiatan belajar yang amat penting bagi
siswa. Melalui belajar mengolah data siswa akan belajar mengidentifikasi,
menganalisis, dan memecahkan masalah, serta belajar mengambil kesimpulan.
Mengolah data juga merupakan kegiatan belajar yang menyenangkan karena siswa
akan menjadi aktif berpikir dan tidak hanya pasif mendengar keterangan guru. Melalui
kegiatan mengolah data juga akan membentuk sikap dan kebiasaan kritis,
berargumentasi, menyampaikan pendapat atau pemikiran, menghargai pendapat orang
lain, dan menghormati perbedaan.
(5) Mengkomunikasikan (communicting)
Kegiatan mengkomunikasikan dalam pembelajaran dengan pendekatan
scientific adalah kegiatan terakhir yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan,
memaparkan, atau memperagakan hasil dari beberapa kegiatan sebelumnya. Hal-hal
yang disajikan dalam kegiatan ini bisa berupa hasil pengamatan, hasil analisis dari
kegiatan menanya dan mengumpulkan data ataupun hasil mengolah data. Kegiatan
belajar menyaji tidak dapat terlepas dari hasil kegiatan sebelumnya.
Menurut Daryanto (2014:80) bahwa pada pendekatan scientific guru
diharapkan memberi kesempatan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah
mereka pelajari. Melalui belajar menyaji siswa akan belajar mengemukakan
pendapat, belajar mengungkapkan pikiran, dan perasaan, dan belajar berkomunikasi
dengan baik. Menyaji juga merrupakan kegiatan belajar yang menyenangkan
karena siswa akan menjadi lebih aktif untuk berakulturasi, dan lebih diperhatikan.
Melalui kegiatan menyaji juga akan membentuk sikap dan kebiasaan berani
mengemukakan pendapat, berkomunikasi secara efektif, dan terampil berbicara.
Beracuan pada Kemendikbud (2014:19), kegiatan inti pembelajaran
dilaksanakan dengan menerapkan komponen aktivitas pendekatan scientific.
Berikut adalah tabel keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan
belajar dan maknanya.
3. Urgensi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah
Pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil, sebab pendidikan pada
masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.
Menurut Ramayulis (2014 : 134) tujuan pendidikan agama Islam memiliki ruang
lingkup adanya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia
dan Allah Subhanahu Wata’ala., hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan
diri sendiri, manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya, adalah meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berikut ini adalah fungsi pendidikan agama Islam di sekolah:
a. Pengembangan
yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah
Subhanahu Wata’ala. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada
aspek ini, sekolah bertfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut potensi
dalam diri anak/siswa melalui bimbingan pengajaran, dan pelatihan agar keimanan
dan ketaqwaantersebut dapat berkembang secara optimal sesuai tingkat
perkembangannya.
b. Perbaikan
yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan
kelemahan-kelamahan siswa dalam keyakinan, pemahaman, pengamalan ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pencegahan
yaitu menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya, atau budaya lain yang
dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menujumanusia
Indonesia seutuhnya.
d. Penyesuaian
yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, dan dapat menyelaraskan lingkungannya sesuai nilai-nilai
ajaran Islam.
e. Sumber pedoman
yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, dapat diketahui Pendidikan Agama Islam
(PAI) memiliki peran penting bagi sekolah, yaitu untuk membentuk siswa yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memiliki kepribadian
yang tangguh dan handal, tidak mudah terpengaruh dan terbawa arus dari budaya
asing dan pengaruh-pengaruh negatif lainnya.

C. Studi Deskriptif
1. Hakikat Pendidikan
Pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Jalaludin dan Idi (2011: 153)
merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi
dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang
individu dan warga negara, dengan menggunakan materi, menggunakan strategi, dan
menggunakan teknik penilaian yang sesuai. Pendidikan sangat berperan dalam
mengembangkan kemampuan siswa baik dari aspek sikap, pengetahuan, kemudian
aspek keterampilan. Pendidikan memerlukan landasan yang kuat untuk dapat terlaksana
dengan baik, di sini Jalaludin dan Idi (2011: 141) menjelaskan bahwa landasan
pendidikan di Indonesia adalah Pancasila. Dasar pokok pendidikan menegaskan bahwa
pendidikan itu untuk mendidik akhlak dan jiwa, serta untuk menanamkan nilai-nilai
kesopanan yang tinggi. Pancasila sebagai landasan pendidikan di Indonesia berfungsi
sebagai sumber peraturan yang akan digunakan sebagai pegangan hidup dan pegangan
langkah pelaksanaan.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yan diperlukan oleh dirinya,
masyarakat, dan negara. Sejalan dengan tujuan pendidikan yang disebutkan
sebelummnya, Darmadi (2019: 13) menjelaskan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pendidikan di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran untuk
mengembangkan kemampuan anak baik spiritual, sikap, pengetahuan, keterampilan
untuk kehidupan yang baik di masa yang akan datang. Selain itu juga, pendidikan di
Indonesia bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang menjunjung tinggi pancasila
dan menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Kerangka Pikir
Kerangka pikir memuat rumusan dari teori yang relevan, yang isinya
mengintegrasikan teori-teori yang sudah dicantumkan dalam kerangka teori. Guna dari
kerangka pikir adalah sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Kerangka pikir
merupakan sebuah model atau juga gambaran yang berupa konsep yang didalamnya itu
menjelaskan mengenai suatu hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang
lainnya dari berbagai teori yang telah di deskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah
di uraikan, peneliti merancang kerangka pikir untuk melaksanakan penelitian, yaitu
sebagai berikut.
Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam

di Sekolah Dasar

Pelaksanaan, meliputi : Evaluasi, meliputi:


Perencanaan: Kegiatan pendahuluan Kognitif
Penyusunan RPP Kegiatan inti Afektif
Kegiatan penutup psikomotir
BAB III
METODE PENELITIAN

Deskripsi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, di mana penelitian
kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Menurut Sugiyono
(2018:9-10) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat untuk memahami
makna, memahami keunikan, mengkonsruksi fenomena, dan menemukan hipotesis.
Berdasarkan penjelasan dari Sugiyono dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian
kualitatif itu berusaha untuk memahami keunikan dalam sebuah fenomena. Dalam
penelitian ini fenomena yang dimaksud adalah proses implementasi pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam di Kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan.
Sejalan dengan pendapat Sugiyono, penelitian kualitatif menurut Moleong (2017:6)
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa. Di sini dapat kita lihat bahwa penelitian kualitatif menghasilkan data
berupa kata-kata dan bahasa, dan berusaha untuk memahami fenomena yang terjadi
secara holistik/mendalam
Penelitian kualitatif memiliki beberapa jenis, salah satunya yaitu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian fenomenologi. Penelitian fenomenologi
merupakan penelitian di mana peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi
partisipan untuk memahami fenomena esensial partisipan dalam pengalaman hidupnya.

D. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian ini ada tiga minggu yang mana dilaksanakan tiga hari dengan
satu minggu satu kali onservasi, observasi pertama pada hari Rabu, 1 juni 2022
observasi kedua pada hari Rabu, 8 juni 2022
observasi ketiga pada hari Rabu, 15 juni 2022.
Lokasi penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri 38 Bengkulu Selatan yang
beralamatkan di Jln raya pasar baru, Kecamatan seginim, KabupatenBengkulu Selatan.
Alasan peneliti memilih lokasi dikarenakan lokasi yang mudah dijangkau oleh peneliti
menggunakan kendaraan, jarak lokasi penelitian yang dekat dengan tempat tinggal
peneliti sehingga mudah untuk melakukan kegiatan penelitian nantinya.
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru PAI dan siswa kelas yang ada di
Kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan. Data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini
adalah data yang berkaitan dengan proses pelaksanaan PAI di Kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan. Pelaksanaan PAI tersebut mencakup proses perencanaan PAI,
proses pelaksanaan PAI, dan proses evaluasi PAI di Kelas IV SDN 38 Bengkulu
Selatan tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah pengalaman langsung, peneliti akan mengalami
langsung peristiwa yang akan diteliti. Pengamatan juga memungkinkan peneliti untuk
melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian di
lapanganTeknik pengamatan juga dapat menghilangkan keraguan yang ada ketika
penelitian berlangsung
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan, yaitu
pemeran serta sebagai pengamat. Moleong (2017:177) menjelaskan pemeran serta
sebagai pengamat adalah peneliti yang menjadi pengamat yang tidak sepenuhnya
sebagai pemeranserta, di mana peneliti sebagai anggota pura-pura. Masih ada batasan
antara peneliti dan partisipan, sehingga membatasi partisipan memberikan data,
terutama yang bersifat rahasia.
Observasi atau pengalaman langsung, peneliti akan mengalami langsung peristiwa
yag akan diteliti. Pengamatan juga memungkinkan peneliti untuk melihat dan
mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian di lapangan teknik
pengamatan juga dapat menghilangkan keraguan yang ada ketika penelitian
berlangsung.
Tabel 3.1 Format Observasi Guru

Nama Guru :
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :

Pelaksanaan Komponen Yang Diamati Deskripsi


Pembelajaran Hasil
Pengamatan
Kegiataan a. Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis
pembuka b. Memberi motivasi belajar siswa secara
kontekstual
c. Mengajukan pertanyaan yang mengaitkan
pembelajaran sebelumnya dengan materi

d. Menyampaikan tujuan pembelajaran


e. Menyampaikan cakupan materi
Kegiatan inti a. Kegiatan mengamati
1) Menyampaikan media yang diamati
dalam pembelajaran
2) Memberikan pertanyaan yang
memancing siswa untuk melakukan
pengamatan
3) Membimbing siswa dalam melakukan
pengamatan untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan guru
b. Kegiatan menanya
1) Suasana kelas yang kondusif berkenaan
dengan hubungan antar guru dan siswa
2) Memberikan stimulus untuk
memancing siswa bertanya
3) Memberikan penghargaan dan
penguatan terhadap pertanyaan yang
diajukan siswa
4) Membimbing dan mengarahkan siswa
mengenai teknik bertanya dalam
mengemukakan pendapatnya.
kegiatan inti a. Kegiatan mengumpulkan data
1) Memberikan permasalahan yang
memicu siswa untuk berpikir secara
logis, kritis dan sistematis
2) Membimbing siswa dalam mencari
sumber lain
3) Membimbing siswa saat melakukan
wawancara dengan narasumber
b. Kegiatan mengolah data
Membimbing siswa dalam mengolah data
yang telah dikumpulkan
c. Kegiatan mengkomunikasikan
1) Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memaparkan hasil diskusi
berdasarkan pengamatan dan
percobaan yang dilakukan
2) Membimbing siswa dalam
memaparkan hasil diskusi berdasarkan
pengamatan dan percobaan dengan
bahasa yang baik dan benar
Memberikan penghargaan serta
penguatan bagi siswa yang memaparkan
hasil diskusi berdasarkan pengamatan dan
percobaan
Kegiatan a. Memberikan refleksi sampai mana
penutup kemampuan siswa
b. Guru mengevaluasi pembelajaran yang
berlangsung
c. Memberikan umpan balik terhadap proses
dan hasil pembelajatan
d. Melakukan kegiatan tindak lanjut

1. Wawancara
Selanjutnya teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara.
Wawancara menurut Moleong (2017:186) merupakan percakapan dengan maksud
tertentu yang dilakukan kedua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Berikut
adalah jenis-jenis wawancara.
a. Wawancara Terstuktur (Struktured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, dimana
peneliti telah mengetahui pasti data apa yang akan diperoleh. Pada wawancara
terstruktur ini peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-
pertanyaan atau pernyataan yang nantinya akan dijawab oleh respon atau responden.
b. Wawancara Semi Terstruktur (Semi Structure Interview)
Wawancaa ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana
pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide- idenya. Peneliti disini berperan
untuk mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang disampaikan oleh respon atau
responden. Wawancara semi terstuktur ini dilakukan secara lebih bebas dibandingkan
dengan wawancara terstruktur.
c. Wawancara Tidak Terstruktur (Unstruktured Interview)
Wawancara tidak terstruktrur adalah wawancara yang dilakukan secara bebas
diamana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pada tahap wawancara ini
pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.
Dari ketiga jenis wawancara di atas, peneliti menggunakan wawancara tak
berstruktur karena peneliti hanya menyiapkan pedoman wawancara berupa garis-garis
besar permasalahan saja, sedangkan pada saat wawancara peneliti akan
mengembangkan pertanyaan berdasarkan jawaban dari responden. Peneliti juga
menerima informasi dari responden secara terbuka, namun tetap berkaitan dengan
konteks penelitian. Karena peneliti tidak mengetahui jawaban yang akan diberikan oleh
responden, maka dari itu peneliti menggunakan wawancara tak berstrukturDari ketiga
jenis wawancara di atas, peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur karena
peneliti hanya menyiapkan pedoman wawancara berupa garis-garis besar permasalahan
saja, sedangkan pada saat wawancara peneliti akan mengembangkan pertanyaan
berdasarkan jawaban dari responden. Peneliti juga menerima informasi dari responden
secara terbuka, namun tetap berkaitan dengan konteks penelitian. Karena peneliti tidak
mengetahui jawaban yang akan diberikan oleh responden, maka dari itu peneliti
menggunakan wawancara tak berstruktur.

Tabel 3.2 Format Pedoman Wawancara Guru


Nama guru :
Hari/tanggal :

No. Daftar Pertanyaan Komentar


1 Bagaimana cara ibu merancang
RPP PAI?
2 Bagaimana cara ibu dalam
menyiapkan fisik dan psikis siswa?
3 Bagaimana cara ibu
membangkitkan semangat belajar
siswa?
4 Bagaimana cara ibu mengajukan
pertanyaan yang mengaitkan
pembelajaran sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari?
5 Bagaimana cara ibu dalam
menyampaikan tujuan
pembelajaran?
6 Bagaimana cara ibu menyampaikan
cakupan materi?
7 Bagaimana ibu mempersiapkan
media yang akan diamati dalam
pembelajaran?
8 Bagaimana ibu memberikan
pertanyaan yang memancing siswa
melakukan pengamatan?
9 Bagaimana ibu mengarahkan siswa
agar dapat mengamati media?
10 Seperti apakah cara ibu
membimbing siswa dalam
melakukan pengamatan untuk
menjawab pertanyaan yang anda
berikan?
11 Bagaimanakah cara ibu untuk
menciptakan suasana kelas yang
kondusif berkenaan hubungan antar
guru dan siswa?
12 Seperti apakah cara ibu
memberikan stimulus untuk
memancing siswa bertanya?
13 Apakah ibu memberikan
penghargaan dan penguatan
terhadap pertanyaan yang diajukan
siswa?
14 bagaimana cara ibu menutup
pembelajaran?
15 Apakah ibu menyimpulkan hasil
pembelajaran bersama siswa di
akhir pembelajaran?
16 Bagaimana cara ibu untuk menilai
kemampuan siswa?
17 Apakah ibu membuat siswa terlibat
dalam suatu kerja kelompok?
18 Bagaimana cara yang ibu lakukan
untuk membimbing siswa yang
lambat memahami pembelajaran?
19 Apakah ibu melakukan evaluasi
pembelajaran setiap pertemuan?
Atau setiap minggu?
20 Apakah acuan ibu dalam membuat
RPP?

21 Apakah ibu menyusun silabus?

22 Bagaimana cara ibu menyusun


silabus?
23 Apa acuan ibu dalam menyusun
silabus?
24 Apakah kurikulum PAI di sekolah
ini berdasarkan Kemendikbud atau
Kemenag?
Bengkulu Selatan, tanggal,
Narasumber
bulan, tahun
Pewawancara

Tabel 3.3 Format Pedoman Wawancara Siswa

Nama Siswa :
Hari/tanggal :

No. Daftar Pertanyaan Komentar


1 Apakah guru menyediakan media
untuk diamati dalam pembelajaran
PAI?
2 Apakah guru pernah mengarahkan
kerja kelompok?
3 Apakah guru memberi kesempatan
siswa untuk bertanya?
4 Apakah guru memberikan motivasi
agar siswa aktif bertanya?
5 Apakah guru sering membuat
diskusi?
6 Apakah siswa berkesempatan
memaparkan hasil diskusi?
7 Apakah guru memberi kesempatan
siswa mencari sumber belajar lain?

Narasumber Bengkulu selatan, tanggal, bulan,


Tahun, pewawancara.

2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
mendukung dalam penelitian ini adalah RPP yang digunakan, serta bentuk instrumen
penilaian yang digunakan guru. Teknik yang dimaksud adalah teknik dokumentasi, di
mana data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan dan wawancara akan dicocokkan
dengan dokumen yang akan dikumpulkan.

Tabel 3.4 Pedoman Dokumentasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penilaian
No. Komponen
Ya Tidak
1 Identitas sekolah

2 Identitas mata pelajaran


3 Kelas/semester
4 Materi pokok
5 Alokasi waktu
6 Tujuan pembelajaran
7 Kompetensi dasar
8 Indikator
9 Materi pembelajaran
10 Metode pembelajaran
11 Media pembelajaran
12 Sumber belajar
13 Langkah-langkah pembelajaran memuat:
a. Kegiatan pendahuluan
b. Kegiatan inti
c. Kegiatan penutup

14 Penilaian
a. Pengetahuan
b. Keterampilan
c. Sikap

G. Teknik Analisa Data

Peneliti menggunakan model analisis data kualitatif Miles, Huberman, dan Saldana.
Gambar 3. Analisis Data Model Interaktif

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data yang didapat dari hasil
observasi, hasil wawancara, dan hasil dokumentasi. Data dikumpulkan lalu dipilih mana
data yang penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain.
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Peneliti telah mengumpulkan data mengenai proses pelaksanaan PAI di
kelas IV SDN 38 Bengkulu Selatan. Setelah data terkumpul kemudian data
dikondensasi.
Menurut Miles, Huberman, dan Saldana dalam Sugiyono (2019) Kondensasi data
adalah proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, membuat abstraksi data hasil
dari catatan lapangan, interview, transkip, berbagai dokumen, dan catatan lapangan.
Kondensasi pada penelitian ini merujuk pada pelaksanaan PAI di kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan. catatan lapangan yang telah diperoleh peneliti saat penelitian diolah
hingga mendapatkan data yang diinginkan untuk menjawab rumusan masalah.
Setelah data dikondensasi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data digunakan agar data hasil dari kondensasi terorganisasikan, sehingga
semakin mudah dipahami. Penyajian data yang digunakan oleh peneliti berupa uraian
deskripsi narasi, yaitu menceritakan serta menjelaskan hasil penelitian yang dibutuhkan.
Langkah yang dilakukan setelah penyajian data yakni menarik kesimpulan dan
verifikasi. Verifikasi merupakan sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh sehingga mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Penarikan
kesimpulan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan ketiga data
yang telah diperoleh, yakni data observasi, wawancara, dan dokumentasi, sehingga dari
perbandingan tersebut dapat disimpulkan tentang pelaksanaan PAI di kelas IV SDN 38
Bengkulu Selatan.

H. Teknik Validitas Data


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik validitas data berupa triangulasi
sumber / subject dan triangulasi waktu serta triangulasi teknik. Sejalan dengan
pendapat Sugiyono (2018:189) bahwa triangulasi diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan dengan berbagai waktu. Berikut
adalah penjelasan teknik validitas data yang akan digunakan, yaitu triangulasi sumber
dan triangulasi waktu serta triangulasi teknik.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Pelaksanakan triangulasi sumber dilakukan dari subjek penelitian yaitu kepala
sekolah, guru PAI, dan siswa. Data dari ketiga sumber tersebut peneliti
deskripsikan, kategorikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang
berbeda, dan mana spesifik dari ketiga sumber data tersebut. Peneliti akan
menganalisis data dan akan menarik kesimpulan yang selanjutnya dimintakan
kesepakatan dengan ketiga sumber data tersebut.
2. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu digunakan untuk untuk menguji kreadibilitas data, dilakukan
dengan cara pengujian dan pengecekan data yang dilakukan dengan waktu tertentu
melalui observasi, wawancara, dan tektik lainnya pasa perbendaan situasi atau waktu.
Jika hasil uji menghasilkan perbedaan data, maka dilakukan secara berulang-ulang
hingga ditemukan kepastian data.
3.Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Pelaksanaan triangulasi teknik dilakukan dari ketiga teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian
kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk
memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena
sudut pandangnya berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, E. T., (2017), Problematika Penilaian Autentik Kurikulum 2013 dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Ploso 1 Pacitan, Jurnal
Studi Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 1, No. 2, Hal. 18-41.

Arief. H. (2011). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dahwadin & Nugraha, (2019), Motivasi dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Jawa Tengah: Penerbit CV Mangku Bumi Media.

Darmadi, H., (2019), Pengantar Pendidikan Era Globalisasi. Banten: Penerbit


An1mage.

Daryanto, (2014), Pembelajaran Tematik Terpadu Terintegrasi (Kurikulum 2013).


Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Fadillah, M., (2014), Implementasi Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Ar-ruzz


Media.

Harisudin, M. N., (2019), Pengantar Ilmu Fiqh. Surabaya: Penerbit Pena Salsabila.

Jalaludin & Idi A., (2011), Filsafat Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rajawali Press.

Kementerian Agama Republik Indonesia, (2019), Keputusan Menteri Agama (KMA)


No. 184: Pedoman Implementasi Kurikulum Pada Madrasah. Jakarta: Kemenag.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (2016), Permendikbud


No. 22: Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud.

Majid, A., (2013), Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Penerbit PT Remaja


Ro,sdakarya.

Maryani, I., (2018), Pendekatan Scientifict Dalam Pembelajaran Di Sekolah Dasar.


Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Moleong, L. J., (2017), edisi revisi. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, (2013), Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:
Penerbit Rosdakarya.

Rukajat, A., (2018), Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: penerbit Deepublish.

Sani, R. A., (2014), Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013.


Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.

Sugiyono, (2018), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Umar, B., (2010), Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Amzah.

Vidiarti dkk., (2019), Analisis Kemampuan Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013: Jurnal
Pendidikan Agama Islam. Vol. 5, No. 2.

Vita, Y., (2014), Metode-metode Pembelajaran PAI & Budi Pekerti. Semarang:
Penerbit RaSAIL Media Group.

Wahyudi, D., (2017), Pengantar Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya. Yogyakarta:


Penerbit Lintang Rasi Aksara Book.

Zainal, A. (2012). Pengantar Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai