Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL SEMINAR GEOGRAFI

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN


MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PBL PADA MATERI
PERSEBARAN FLORA DAN FAUNA DI KELAS XI PIIS 2 SMAN 5
PEMATANG SIANTAR SEMESTER GANJIL TP. 2022/2023

DISUSUN OLEH :

NURUL AISYAH PURBA

NIM. 3202131010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat,
Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas Proposal ini.
Dan juga tidak lupa saya berterima kasih kepada Bapak Dosen mata kuliah Seminar Geografi.
Adapun pembahasan proposal ini berisi “ MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR
SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PBL PADA MATERI
PERSEBARAN FLORA DAN FAUNA DI KELAS X IPS SMAN 5 PEMATANG
SIANTAR SEMESTER GANJIL TP. 2022/2023”.

Penulis sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun bagi
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dimasa depan.

Medan, Februari 2023

Nurul Aisyah Purba

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................................3
C. Pembatasan Masalah.......................................................................................................4
D. Perumusan Masalah........................................................................................................4
E. Tujuan Penelitian............................................................................................................4
F. Manfaat Penelitan............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................6
KAJIAN TEORETIK.................................................................................................................6
A. Aktivitas Belajar..............................................................................................................6
B. Kajian Teori Problem Based Learning (PBL)...............................................................12
C. Kerangka Berpikir.........................................................................................................15
D. Penelitian yang Relevan................................................................................................17
E. Hipotesis........................................................................................................................18
BAB III.....................................................................................................................................19
METODOLOGI PENELITIAN...............................................................................................19
A. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................................19
B. Jenis Penelitian..............................................................................................................19
C. Subjek Penelitian...........................................................................................................19
D. Rancangan Penelitian....................................................................................................19
E. Sumber Data..................................................................................................................23
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................23
G. Instrumen Penelitian......................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia sebagai sarana untuk pengembangan diri,
karena pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan
kemajuan suatu bangsa. Jalur pendidikanpun dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal
maupun jalur pendidikan non formal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut
untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan seoptimal mungkin.

Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I, Pasal I, dijelaskan bahwa: "Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".

Pelaksanaan pembelajaran saat ini telah mengalami perubahan, dimana siswa tidak
hanya dianggap sebagai objek pembelajaran semata, tetapi harus diberikan peran aktif serta
dijadikan mitra dalam proses pembelajaran. Geografi merupakan salah satu mata pelajaran di
SMA (Sekolah Menengah Atas) secara tersendiri; sedangkan di SMP (Sekolah Menengah
Pertama) sebagai bagian dari mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Kajian dalam
mata pelajaran Geografi dimaksudkan agar manusia, baik sebagai individu maupun sebagai
bangsa, dapat memahami tentang lingkungan negara dan bangsa Indonesia dan bangsa-
bangsa lain di dunia (Kemdiknas RI, 2011:7). Namun selama ini masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Slameto (2010: 54) “adanya kesulitan atau kekurangsenangan siswa terhadap
pelajaran dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa, yaitu faktor jasmani, psikologi dan kelelahan. Sedangkan faktor
eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, dimana faktor ini mempengaruhi
siswa dalam kegiatan belajar adalah faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.”

1
Kenyataan dalam proses pembelajaran tertentu para siswa hanya bisa mendengar dan
melihat bagaimana sang guru menjelaskan suatu pokok bahasan dan siswa terbiasa selalu
menerima penjelasan dari guru. Ketika ditanyakan apakah ada yang belum mengerti, mereka
hanya diam, diam karena sudah paham atau diam karena takut untuk mengajukan pertanyaan.
Hal ini menunjukkan siswa yang sulit memahami materi pembelajaran atau kurang senang
terhadap materi yang sedang berlangsung.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama menjadi siswa jurusan IPS di SMA,
hal yang sama ditemukan pada proses pembelajaran Geografi yaitu tidak sedikit siswa
beranggapan pembelajaran Geografi sebagai mata pelajaran yang sangat membosankan dan
tidak sedikit pula siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Fenomena ini
disebabkan oleh cara mengajar guru yang membuat siswa sulit memahami materi dan terlihat
kurang senang dalam pembelajaran sehingga menjadi bosan.

Dalam proses pembelajaran, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan guru
akan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembelajaran yang pada akhirnya akan
mempengaruhi hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang dipilih dan dilaksanakan oleh
guru akan mempengaruhi perhatian siswa terhadap proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran akan berlangsung lebih intensif terhadap materi yang diberikan guru dan
menyebabkan transfer pengetahuan lebih mudah, sehingga di harapkan proses pembelajaran
akan dapat berlangsung dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada guru Geografi Hotnida
Saragih di kelas XI PIIS 2 SMAN 5 Pematangsiantar diperoleh kenyataan sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru adalah metode ceramah dan
pemberian tugas.
2. Siswa merasa takut untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum dipahami.
3. Siswa tidak berani mengerjakan soal di depan kelas, karena dikhawatirkan jawaban
akan salah
4. Guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas, sehingga mengakibatkan
siswa pasif.
5. Hasil belajar Geografi yang masih rendah
Sehubungan dengan hal tersebut, guru sebaiknya dapat memilih dan menyajikan strategi
dan pendekatan belajar yang efektif. Tugas guru adalah menerapkan suatu model
pembelajaran dan metode yang memberikan jaminan tertinggi untuk mencapai tujuan

2
pembelajaran pada kegiatan proses pembelajaran. Dengan pemilihan model dan metode
pembelajaran yang menarik, maka akan tumbuh semangat para siswa untuk lebih aktif dan
menyukai pelajaran Geografi.

Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan melakukan terobosan dalam pembelajaran


Geografi yang harus melibatkan siswa secara aktif di dalam pembelajaran. Untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa, guru harus dapat memilih dan menyajikan strategis dan
pendekatan belajar yang efektif. Salah satunya dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Dalam model ini terdapat tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya yang
disusun dalam 5 sintaks. Salah satunya adalah diskusi kelompok dimana siswa harus
beraktivitas di dalam kelompok tersebut seperti mengeluarkan pendapat, memecahkan soal
dan menjadi tutor sebaya.

Model pembelajaran PBL secara efektif akan membantu meningkatkan aktivitas belajar
siswa karena mengharuskan siswa untuk aktif dalam tahapan diskusi kelompok. Dengan
kegiatan ini diharapkan meningkatkan aktivitas siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Base Learning pada pembelajaran Geografi agar aktivitas belajar
siswa akan meningkat yang berdampak pada peningkatan hasil belajar.

Berdasarkan kenyataan aktivitas siswa dalam pembelajaran Geografi pada materi


Persebaran Flora dan Fauna masih rendah, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul "Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dengan Menerapkan Model
Pembelajaran PBL pada Materi Persebaran Flora dan Fauna di kelas XI PIIS 2 SMAN 5
Pematangsiantar Semester Ganjil TP 2022/2023 ".

B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini mengenai penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) untuk meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa, dengan identifikasi masalah sebagai
berikut :

1. Semangat belajar siswa kurang


2. Perhatian siswa terhadap pembelajaran Geografi rendah
3. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Geografi
4. Rendahnya hasil belajar siswa
5. Cara mengajar masih dilakukan secara konvesional.

3
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini dibatasi hanya pada :

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Geografi


2. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti
merumuskan :

1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat


meningkatkan aktivitas belajar Geografi siswa?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar Geografi siswa?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Peningkatan aktivitas pembelajaran siswa dengan menerapkan model Problem Based


Learning (PBL) dalam mata pelajaran Geografi
2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran geografi setelah diterapkan model
pembelajaran Problem Based learning (PBL).

F. Manfaat Penelitan
Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pendidik untuk memanfaatkan model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menjadi alternatif penggunaan media yang
efektif dalam pengajaran Geografi.

1. Bagi sekolah

Menjadi bahan masukan untuk para guru untuk mengembangkan kompetensinya,


terutama yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa. Dengan penerapan model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Geografi.

2. Bagi guru

Menjadi bahan masukan untuk para praktisi pendidikan khususnya guru Geografi
dalam penggunaan model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) agar mengarah
kepada keaktifan siswa sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan maksimal.

4
3. Bagi siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa lebih mengaktifkan dirinya dalam proses belajar
mengajar sehingga keinginan siswa untuk belajar meningkat. Selain itu, dengan
menggunakan model PBL dapat menunjukkan cara berpikir siswa, serta saling tukar menukar
pengalaman informasi.

Bagi peneliti sendiri bermanfaat untuk mengenalkan dan memanfaatkan model


Problem Based Learning (PBL) kepada siswa sebagai alternatif penggunaan media yang
efektif dan peneliti dapat memahami lebih jauh penggunaan model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) sebagai upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar sehingga
dapat meningkatkan keaktifan siswa dengan baik. Sedangkan bagi mahasiswa, penelitian ini
diharapkan menjadi awal bagi penelitian selanjutnya sehingga dapat menambah khasanah
penggunaan dalam bidang yang dikaji.

5
BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Aktivitas Belajar
1. Hakikat Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

a. Belajar

Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagaianya (Sardiman, 2003:20). Belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik
untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur
cipta, rasa dan karsa, ranah cognitive, affective, dan psychomotor (Sardirman, 2003: 21).

Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:9) “Belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responsya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responsnya menurun”. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009:10) “Belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah
dari (i) stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses cognitive yang dilakukan oleh
pembelajar”.

Dari penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah sebuah usaha untuk
melakukan perubahan dalam kepribadian individu dan perubahan tersebut tampak dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku individu seperti kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan , keterampilan, pola pikir dan kemampuan-kemampuan yang
lain.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Beberapa prinsip-prinsip belajar yang relatif umum yang dapat dipakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran menurut Dimyati dan Mujdiono (2009:42- 49) antara lain: (1)
perhatian dan motivasi, (2) keaktifan, (3) keterampilan langsung/berpengalaman, (4)
pengulangan, (5) tantangan, (6) balikan dan penguatan, (7) perbedaan individual.

c. Pengertian Aktivitas

6
Sebelum membahas tentang aktivitas belajar, akan diuraikan terlebih dahulu maksud
dari belajar itu sendiri. Menurut Sadirman belajar memiliki maksud antara lain untuk :

1. Mengetahui kepandaian, kecakapan atau konsep yang sebelumnya tidak pernah


diketahui.
2. Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat diperbuat, baik tingkah laku
maupun keterampilan.
3. Mampu mengombinasikan dua pengetahuan (dua lebih) ke dalam suatu pengertian
baru, baik keterampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap/tingkah laku.
4. Dapat memahami dan atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
Dengan melihat beberapa maksud belajar seperti disebut di atas, faktor keaktifan siswa
sebagai subjek belajar sangat menentukan. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Menurut
Sadirman "berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas".

Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang


diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan
pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan
upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui
keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar.

Aktivitas siswa merupakan salah satu ciri interaksi belajar mengajar sebagaimana yang
dikemukakan oleh Edi Suardi dalam bukunya pedagogik (1980), yaitu "bahwa siswa
merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
interaksi belajar mengajar". Menurut Sriyono "aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani". Menurut Ahmad Rohani "aktivitas fisik
adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, ataupun
bekerja,ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas
psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak
berfungsi dalam rangka pengajaran".

Dari pengertian beberapa di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah segala
kegiatan yang dilakukan siswa baik kegiatan fisik ataupun mental selama proses belajar
mengajar.

d. Prinsip Aktivitas

7
Menurut Pieget "seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan anak
tak berpikir. Agar anak berpikir sendiri, ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri".
Menurut Pieget ada 4 prinsip belajar aktif yaitu :

1. Siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna.


2. Cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek
yang konkrit.
3. Belajar harus berpusat pada siswa yang bersifat pribadi
4. Interaksi sosial dari kerja sama harus diberi peranan penting dalam kelas.
Dengan demikian dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subjek haruslah aktif
berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa
aktivitas belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik. Jadi, dalam proses belajar
mengajar siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru
berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya
pembelajaran yang bermakna. Siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan
objek yang nyata.

e. Klasifikasi Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan siswa untuk belajar. Ditinjau dari segi proses dan hasil, Sriyono
mengemukakan "bahwa siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila memiliki ciri-ciri
perilaku sebagi berikut :

1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain


2. Mampu menjawab pertanyaan
3. Senang dan mau mengerjakan tugas yang diberikan
4. Mengajukan pendapat
5. Dapat bekerjasama dengan siswa lain".
Menurut Paul B. Diedrich menyimpulkan kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas
jasmani dan aktivitas jiwa, klasifikasinya antara lain sebagai berikut :

1. Visual activitiest, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan,


pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan
pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

8
3. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan
sebagainya.
4. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan
sebagainya.
5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan
sebagainya.
6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi,
bermain, berkebun, dan sebagainya.
7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
8. Emitional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup
dan sebagainya.
Dari beberapa klasifikasi aktivitas di atas siswa diminta untuk memiliki aktivitas tersebut
dalam proses pembelajaran agar proses belajarnya lebih bermakna dan aktif dalam
melakukan kegiatan belajar.

f. Nilai Aktivitas dalam Pengajaran

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar


sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dengan melakukan aktivitas peseta didik dapat
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek tingkah laku lainnya, serta
mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup bermasyarakat.

Menurut Oemar Hamalik, penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran
para siswa, karena :

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri


2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral
3. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa
4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
5. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua
dengan guru
6. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga mengembangkan
pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitas
7. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di
masyarakat."

9
2. Pembelajaran Geografi

a. Pengertian Pembelajaran geografi

Geografi merupakan disiplin ilmu terintegrasi dalam kajian ilmu-ilmu sosial serta
ilmu-ilmu fisis dan sosial, yang memungkinkan peserta didik dapat mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan Geografi untuk berbagai situasi kehidupan, baik di rumah
maupun di lingkungan luar rumah. Dengan mempelajari Geografi dalam pendidikan IPS
(Ilmu Pengetahuan Sosial) dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya. Geografi mempelajari persamaan dan perbedaan
permukaan bumi dari sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks
keruangan (Effendi, Sapriya & Maftuh, 2009).

Dengan demikian, kajian Geografi berkaitan dengan lingkungan fisis yang


berpengaruh terhadap manusia, sehingga melalui pendidikan Geografi akan terbentuk
masyarakat yang memiliki ketangguhan sosial. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri
Nomor 22 tahun 2006, yang menyatakan bahwa mata pelajaran Geografi diharapkan dapat
membangun kemampuan peserta didik untuk bersikap dan bertindak cerdas, arif, dan
bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis (Sugandi,
2013b).

Lingkup bidang kajian Geografi memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas


pertanyaan dari dunia sekelilingnya. Artinya, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari
selalu dikaitkan dengan fenomena Geografi, yang mempelajari lingkungan suatu ruang yang
menjadi penyebab dan dampak dari pengelolaan, yaitu: masalah pencemaran lingkungan,
kebakaran hutan, bencana, kemiskinan, atau ledakan penduduk, yang dapat dikaitkan dengan
pendidikan karakter bangsa dan budaya.

Geografi mempelajari geosfer yang dikaji secara keruangan, kelingkungan, dan


kewilayahan. Keruangan adalah suatu ruang yang terdiri dari unsur fisis dan sosial; dan akan
membentuk ruang yang lebih luas dan kompleks. Kelingkungan adalah unsur fisis dan sosial
yang terjadi saling interrelasi, berinteraksi, dan interdependensi, yang membentuk suatu
rantai kehidupan. Kewilayahan adalah suatu ruang yang akan mempengaruhi ruang lain
dengan unsur yang sama, tetapi memiliki perbedaan sifat.

10
Hasil interrelasi, interaksi, dan interdependensi dalam suatu ruang membentuk suatu
gejala/fenomena yang berbeda dengan ruang lainnya. Karena itu, salah satu rantai kehidupan,
baik fisis maupun sosial, akan menimbulkan gejala yang positif dan negatif. Gejala positif
akan memberikan manfaat bagi kelanjutan suatu lingkungan dan kehidupan; sedangkan gejala
negatif akan menimbulkan bencana bagi lingkungan, yang pada akhirnya akan merugikan
lingkungan dan kehidupan, seperti: banjir, kekeringan, longsor, pencemaran, kebakaran, dan
sebagainya. Untuk menenamkan karakter ini, maka peran guru Geografi sangat penting,
karena berkaitan dengan sikap dalam menghadapi kehidupan pada suatu lingkungan negara.

b. Tujuan Pembelajaran Geografi

Pembelajaran Geografi bertujuan untuk menanamkan kesadaran tentang keadaan


ruang pada suatu lingkungan. Untuk menanamkan kesadaran tentang pentingnya lingkungan
bagi kehidupan selalu berkaitan dengan kajian lain, seperti sejarah, sosiologi, ekonomi, dan
bahkan agama. Artinya, untuk membangun karakter, kajian lain perlu disatukan dalam
membangun satu tujuan, yaitu pembangunan karakter.

Geografi sebagai bagian dari pembelajaran IPS, dalam pendidikan SD (Sekolah


Dasar), ianya terintegrasi dalam IPS; sedangkan pada SMP (Sekolah Menengah Pertama),
ianya dimasukkan kedalam rumpun mata pelajaran secara ter-integrated dengan mata
pelajaran ilmu-ilmu sosial, seperti: Sejarah, Ekonomi, dan Sosiologi.

Namun, pada SMA (Sekolah Menengah Atas), pembelajaran Geografi merupakan


salah satu bidang studi ilmu sosial. Menurut standar isi bahwa beban belajar pada mata
pelajaran Geografi di kelas X hanya 1 jam mata pelajaran (1 x 45 menit), serta kelas XI dan
XII hanya 2 jam mata pelajaran (2 x 45 menit). Meskipun demikian, antara Geografi dengan
ilmu-ilmu yang tergabung dengan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) memiliki konsep
perencanaan pengajaran yang sama. Dalam konteks tersebut, pengajaran Geografi memiliki
kesamaan dengan konsep pengajaran IPS.

R. Effendi, Sapriya & B. Maftuh (2009) mengemukakan persamaan tersebut sebagai


berikut: (1) perencanaan pengajaran sebagai teknologi; (2) perencanaan pengajaran sebagai
suatu sistem; (3) perencanaan pengajaran sebagai sebuah disiplin; (4) perencanaan pengajaran
sebagai sains; (5) perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses; dan (6) perencanaan
pengajaran sebagai sebuah realitas (Effendi, Sapriya & Maftuh, 2009:138).

11
Dari beberapa sudut pandang, maka pembelajaran Geografi dikembangkan dalam
kurikulum dan dikembangkan pula menjadi RPP (Rencana Program Pembelajaran) untuk
mencapai tujuan di atas. Dengan demikian, bahan pengajaran Geografi hakekatnya adalah
pengajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi, yang merupakan keseluruhan
gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Pengajaran
Geografi merupakan pengajaran tentang hakikat Geografi yang diajarkan di sekolah dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-
masing.

B. Kajian Teori Problem Based Learning (PBL)


a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model yang dapat menjadikan
siswa aktif, mandiri, menyenangkan dan mampu membentuk kerja sama yang baik antara
guru dan siswa serta siswa dengan siswa yang lainnya dalam menemukan dan memahami
konsep tersebut.

Menurut I wayan Dasna "PBL merupakan pelaksanaan pembelajaran berangkat dari


sebuah kasus tertentu dan kemudian di analisis lebih lanjut guna untuk ditemukan
masalahnya, dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan
kondisi belajar aktif kepada siswa”. Menurut Wiantinaisyah "Problem Based Learning adalah
metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru-baru".

Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang


menggunakan masalah faktual sebagai suatu konteks bagisiswa untuk belajar berpikir kritis
dan terampil dalam pemecahan masalah, sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan
konsep-konsep yang esensial dari materi pembelajaran.

Menurut Ibrahim dan Nur (2002) "pembelajaran berdasarkan masalah merupakan


salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu siswa menjadi
pembelajar yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang
akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah
konkrit oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara mandiri".

12
Menurut Muhibbin Syah "Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, rasional, lugas,
dan teratur, dan teliti". Menurut Nurhayati Abbas "PBL merupakan suatu pendekatan
pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran". Menurut Stepien, dkk, yang
dikutip I wayan bahwa "PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah"."

Dalam model Problem Based Learning (PBL), fokus pembelajaran ada pada masalah
yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep- konsep yang berhubungan
dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapijuga metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut. Oleh sebab itu siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan
dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar
yang berhubungan dengan keterampilan menggunakan metode ilmiah dalam pemecahan
masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) merupakan salah satu model
yang dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir,
pengetahuan, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual (belajar berbagai peran orang
dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan menjadi
pembelajar yang otonom atau mandiri) serta bertanggung jawab. Model pengajaran ini sangat
efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah adalah


pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-
tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan
dengan masalah tersebut.

b. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Nurhayati mengemukakan "pelaksanaan model pembelajaran PBL memiliki ciri-ciri


sebagai berikut:

13
1. Mengajukan pertanyaan atau masalah
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
3. Penyelidikan auntentik
4. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya
5. Kerja sama.
Selain itu menurut I wayan Dasna dan Sutrisno, Problem Basedlearning (PBL) memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Belajar dimulai dengan suatu masalah


2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa.
3. Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah,
4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri
5. Menggunakan Kelompok kecil.
6. Menuntut siswa untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam
bentuk suatu kinerja.
Berdasarkan uraian tersebut terdapat tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model
PBL dimulai adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa
memperdalam pengetahuannya untuk memecahkan masalah tersebut sehingga siswa
terdorong berperan aktif dalam belajar.

c. Tahap-tahap PBL

Menurut Nurhayati, “pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi


lima tahapan, yaitu:

1. Orientasi siswa terhadap masalah auntentik. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat dalam
aktivitas pemecahan masalah.
2. Mengorganisasikan peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik ke
dalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

14
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru membantu peserta
didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru
membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses yangmereka gunakan.”
Menurut Iwayan Sadia, langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam merancang
program pembelajaran PBL sehingga proses pembelajaran benar-benar menjadi berpusat
pada siswa (student center) adalah sebagai berikut :

1. Fokuskan permasalahan, sekitar pembelajaran konsep-konsep sains yang esensial dan


strategis.
2. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui
eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data yang diperlukan
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
3. Berikan kesempatan siswa untuk mengelola data yang mereka miliki yang merupakan
proses latihan metakognisi.
4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-solusi yang mereka
kemukaan. Penyajiannya dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau publikasi atau
dalam bentuk penyajian poster."
d. Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Sudjana "manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode
pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan
bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi
dari masalah yang ada di sekitarnya".

C. Kerangka Berpikir
Keberhasilan siswa ditentukan oleh beberapa faktor. Guru merupakan faktor eksternal
dalam keberhasilan belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan materi pelajaran sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses kegiatan belajar.
Penelitian menggunakan model pembelajaran berbasis masalah menekankan siswa untuk
aktif dalam proses pembelajaran dan dapat bekerja sama untuk merumuskan hingga
memecahkan masalah.

Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa mampu bekerja


sama untuk memecahkan suatu masalah melalui sebuah tugas. Selain itu siswa dapat

15
memahami dan menggunakan konsep jika menemui masalah dalam kehidupan nyata. Guru
harus melibatkan siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran
tidak hanya menstransfer materi dari guru ke siswa. Kerangka pemikiran ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

Aktivitas belajar siswa yang rendah

1. Guru masih menggunakan metode konvensional yaitu


metode ceramah sehingga aktivitas siswa di dalam kelas
kurang.
2. Partisipasi siswa kurang saat pembelajaran berlangsung,
siswa cenderung pasif.
3. Diperlukan aktivitas belajar yang tinggi agar siswa
mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran

Tindakan Guru dalam Menerapkan Model Pembelajran PBL :

1. Guru menjelaskan materi


2. Guru melakukan Tanya jawab
3. Membagi kelas menjadi 5 kelompok
4. Memberi tugas setiap kelompok.
5. Setiap kelompok mendiskusikan dari tugas yang diberikan guru dari
berbagai sumber atau pengetahuan yang mereka tahu dan alami.
6. Membimbing masing-masing kelompok berdiskusi untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai berupa fakta di lingkungan
sekitarnya dan bahan bacaan, serta memecahkan permasalahan.
7. Membimbing siswa untuk membuat laporan hasil kerja kelompok

Peningkatan aktivitas siswa dengan menggunakan Model


Pembelajaran PBL

16
D. Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan
dengan penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian ini dirujuk pada skripsi yang dilakukan
oleh Achmad Saifudin (2010) dalam penelitian yang berjudul "Upaya meningkatkan Hasil
Belajar Kimia Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) di MAN 12 Jakarta Barat. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Hasil penelitian
tersebut dapat meningkatkan hasil belajar, serta siswa aktif dan berpikir kritis dalam proses
pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran kimia.

Robiatul Adawiyah (2011) dalam penelitian “Penerapan Model Pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian
Tindakan Kelas di SMP Islam Al-Fatah Jakarta Utara). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari
aktivitas belajar IPS siswa meningkat sebesar 26,8%. Berdasarkan data rata-rata persentase
aktivitas belajar IPS siswa pada siklus I sebesar 55,2%, sedangkan pada rata-rata persentase
aktivitas belajar IPS siswa pada siklus II sebesar 82%, hal ini dilihat dari siswa yang awalnya
pasif menjadi aktif.

Dea Nenaressa Kerling (2020) dalam penelitian “Penerapan Model Pembelajaran


Problem Based Learning Berbantuan Edmodo untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata
Pelajaran Animasi Kelas XI MM 1 SMK Negeri 1 Trenggalek Tahun 2020/2021. Kesimpulan
dari penelitian ini bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan
Edmodo pada mata pelajaran Animasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat
diketahui dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan setelah diadakan tindakan
siklus I, II dan siklus III. Sebelum diadakan penelitian nilai rata-rata siswa sangat rendah
yaitu sebanyak 18 siswa belum tuntas, sedangkan 16 siswa tuntas belajar. Hasil belajar siswa
pada siklus II mengalami sedikit peningkatan, yaitu nilai rata-rata kelas 81,4 dan daya serap
klasikal 73,5% dan yang belum tuntas 9, kemudian dilanjutkan ke siklus III dan mengalami
peningkatan yang lebih baik lagi, yaitu dengan nilai rata-rata kelas 83,5 dan daya serap
klasikal 88,2% dengan kriteria tuntas belajar sebanyak 30 siswa.

Dhea Widya Utari (2021) dalam penelitian “ Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Menegah Pertama

17
Negeri 2 Tungkal Ulu. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) sangat membantu
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang
peneliti lakukan dari siklus I dan siklus II yang menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar yang didapat setiap siklusnya, pada saat prasiklus atau sebelum dilakukannya tindakan
nilai ratarata siswa 52% dengan banyak siswa yang tuntas 4 siswa (16%), dan setelah
dilakukannya tindakan siklus I nilai rata-rata siswa 69% dengan jumlah siswa yang berhasil 9
siswa (36%), dan selanjutnya mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II dengan
rata-rata nilai 81% dengan jumlah siswa yang berhasil 21 siswa dari 25 siswa 84%.

E. Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan hasil penelitian yang relevan di atas, maka hipotesis
penelitian dirumuskan sebagai berikut "Meningkatkan Aktivitas Belajar dengan Menerapkan
Model Pembelajaran PBL pada Materi Persebaran Flora dan Fauna di kelas XI PIIS 2 SMAN
5 Pematangsiantar Semester Ganjil TP 2022/2023".

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2022/2023 yang
beralokasi di SMAN 5 Pematang siantar Jalan Medan Km. 6.8, Tanjung Tongah, Kec. Siantar
Martoba, Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, yang telah terakreditasi dengan peringkat
A.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Rapoport dalam Ekawarna (2013:5) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian untuk
membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi
darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika
yang disepakati bersama.

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus peneliti melakukan
pengamatan saat proses pembelajaran dan siklus yang dilaksanakan akan diberhentikan
apabila proses pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini dilakukan di salah satu kelas yang terdiri atas 34 siswa, laki-laki
20 siswa dan perempuan 14 siswa.

D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus. Tiap
siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan masing-masing selama 90 menit. Dasar
pelaksanaan setiap siklus adalah capaian atau perubahan aktivitas yang dicapai siswa
sehubungan dengan faktor-faktor yang diselidiki.

1. Pra Tindakan
a) Permohonan izin kepala sekolah untuk melakukan observasi.
b) Untuk mengetahui gambaran awal terkait situasi dan kondisi proses pembelajaran
maka dilakukan wawancara dengan salah satu guru Geografi.

19
c) Mengidentifikasi masalah dengan mengkaji hasil wawancara terhadap
pembelajaran Geografi di kelas XI.
d) Menentukan kelas yang akan menjadi subjek penelitian yaitu kelas XI PIIS 2.
e) Menganalisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian.
f) Menyusun proposal dan melakukan revisi bersama dengan dosen pengampu.
g) Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen hingga memperoleh
persetujuan untuk dilakukan penelitian.
2. Desain Penelitian Siklus I
a) Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan
penelitian.
b) Perencanaan Tindakan (Planning)
c) Perencanaan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dilakukan persiapan
dan penyusunan instrumen pembelajaran serta instrument penelitian sebagai beritut:
d) Diskusi bersama guru untuk menyusun rencana yang akan digunakan.
e) Menyiapkan alat, bahan, sumber belajar yang diperlukan untuk pembelajaran siklus I.
f) Membuat lembar observasi siswa dan post test pada siklus I
g) Menyusun lembar observasi terkait aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

3. Pelaksanaan Tindakan (Action)


Pada tahap ini guru kelas akan mengajar langsung selama proses pembelajaran. Model
Pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Peroblem Based Learning yang
diharapkan dapat digunakan sebagai upaya peningkatan hasil belajar dengan membangun
suasana yang kreatif, efektif, efesien, dan menyenangkan.

Pada tahap ini peneliti bersama guru menyiapkan terlebih dahulu semua kebutuhan yang
di perlukan dalam proses pembelajaran tatap muka. Setelah itu sebelum memasuki materi
guru memberikan apersepsi di awal, menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Kemudian guru membagi siswa dalam bentuk kelompok. Lalu memberikan
sedikit pengantar materi dan setelah itu guru menyajikan sebuah masalah yang berkaitan
dengan materi kepada siswa. Siswa secara berkelompok diminta untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Setelah selesai, guru meminta perwakilan dari kelompok untuk menyajikan
hasil dari permasalahan tersebut. Setelah selesai, guru meminta agar setiap siswa menanggapi
hasil penyelesaian masalah yang disampaikan temannya. Guru membantu memberikan
penguatan serta diakhir pembelajaran siswa diminta untuk memberikan kesimpulan yang

20
telah dipelajari berkaitan dengan materi. Setelah itu pada pertemuan selanjutnya guru
menyiapkan beberapa masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran, lalu peserta didik
diminta untuk mendiskusikan materi pembelajaran permasalahan tersebut. Guru memberikan
penguatan diakhir proses pembelajaran.

a) Observasi (Observing)
Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan
oleh peneliti yang bertindak sebagai observer. Kegiatan observasi yang dilakukan oleh
peneliti adalah mengamati proses mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas selama proses
belajar mengajar. Kegiatan yang dilakukan oleh dua observer adalah mengamati aktivitas
siswa selama proses pelaksanaan tindakan.

b) Refleksi
Pada kegiatan refleksi, data yang diperoleh dari hasil post test siswa dan hasil pengamatan
yang dilakukan oleh observer akan di analisis oleh peneliti. Kegiatan refleksi ini dilakukan
dengan mengadakan diskusi dan analisis, terkait kelebihan dan kekurangan selama proses
pembelajaran berlangsung yang di tujukan sebagai bahan pertimbangan serta menjadikannya
bahan untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II nanti agar proses pembelajaran lebih baik.

4. Desain Penelitian Siklus II Dan Seterusnya


Kegiatan pembelajaran pada siklus II dan seterusnya dilaksanakan menyesuaikan
kebutuhan penelitian. Pelaksanaan tahapan siklus II sama dengan siklus I yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki
hasil belajar siswa yang masih rendah dengan memperhatikan kendala-kendala yang pada
tahap siklus I, dengan tujuan hasil belajar pada siklus II sampai akhir siklus berikutnya lebih
baik siklus sebelumnya.

Pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam siklus berulang, pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus. Prosedur
penelitian ini tersebut terdiri dari empat tahap kegiatan setiap siklus, yaitu:

a) Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti merencanakan dengan merumuskan pertanyaan apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan dilakukan.

b) Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan.

21
c) Pengamatan (observing)
Peneliti melakukan pengamatan pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung
dengan lembar observasi.

d) Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti beserta guru menganalisis data yang telah diperoleh dari kegiatan
belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hal ini
kemudian dianalisis dan akan digunakan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

Alur Penelitian Tindakan Kelas

Permasalahan Perencanaa Pelaksanaa


n tindakan I n tindakan I

SIKLUS I
Refleksi I Pengamatan /
pengumpulan data I

Perencanaa Pelaksanaa
Permasalahan n tindakan n tindakan
baru hasil II II
refleksi

SIKLUS II Refleksi II Pengamatan /


pengumpulan data II

Dilanjutkan ke siklus
Apabila berikutnaya
masalah belum
terselesaikan

22
E. Sumber Data
Jenis Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif dari lembar observasi dan data Kuantitatif dari hasil lembar kerja
siswa dan nilai tes siswa pada setiap akhir siklus.

Sumber data penelitian adalah guru dan siswa yang meliputi : hasil observasi aktivitas
belajar siswa, hasil observasi guru pada KBM, hasil wawancara terhadap guru dan siswa,
catatan lapangan, serta hasil dokumentasi.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi guru pada KBM, data diperoleh dari lembar observasi guru pada KBM
yang diisi oleh guru bidang studi geografi yang bertindak sebagai observer dengan
cara mengamati peneliti yang bertindak sebagai guru yang mengajar di kelas dengan
mencheklist setiap aspek yang dinilai pada setiap pertemuan.
2. Observasi aktivitas siswa belajar geografi siswa, data diperoleh dari lembar observasi
aktivitas belajar Geografi siswa yang diisi oleh guru bidang studi yang bertindak
sebagai observer dengan mencheklist skor untuk setiap aktivitas yang diukur pada
setiap pertemuan.
3. Wawancara, data diperoleh dengan mewawancarai guru bidang studi geografi dan
siswa kelas XI PIIS 2 pada observasi pendahuluan dan pada setiap akhir siklus.
4. Dokumentasi, dokumentasi diperoleh dengan cara mengambil gambar segala bentuk
aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
5. Catatan lapangan, diperoleh dengan cara mencatat setiap aktivitas yang dilakukan
oleh siswa selama proses pembelajaran.
6. Data yang sudah terkumpul, kemudian didiskusikan dan dianalisis oleh peneliti dan
guru bidang studi untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Lembar wawancara
Wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan pada saat peneliti melakukan
observasi pendahuluan (pra penelitian) dan pada saat akhir siklus. Wawancara ini
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui pandangan guru dan siswa, peran dan

23
permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Geografi serta penerapan
model pembelajaran "Problem Based Learning (PBL)"
2. Lembar observasi aktivitas belajar Geografi siswa
Lembar observasi aktivitas belajar Geografi siswa digunakan untuk mengetahui
persentase aktivitas belajar Geografi siswa dengan diterapkan model pembelajaran
"Problem Based Learning (PBL)". Aktivitas belajar siswa yang diukur tercantum
dalam lembar observasi tersebut.
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang kejadian- kejadian yang terjadi pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan ini berfungsi untuk
menganalisis apabila terdapat temuan-temuan aktivitas siswa pada saat proses belajar
mengajar berlangsung.
4. Lembar soal tes akhir siklus
Lembar soal diberikan kepada siswa-siswi untuk mengetahui tingkat kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal. Lembar soal pada akhir siklus I berbentuk pilihan
ganda, sedangkan lembar soal pada siklus II berbentuk pilihan ganda dan essay.

24

Anda mungkin juga menyukai