Oleh:
I Nyoman Try Upayogi, M.Pd
Natalia Rosalina Rawa, M. Pd
Wilibalbus Bhoke, M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmatnya laporan pengabdian yang berjudul “Pelatihan Guru IPA
Menggunakan Laboratorium Virtual Berbasis Simulasi PhET untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mengajar di SMP Negeri 4 Golewa”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pengabdian dan penulisan laporan ini sepenuhnya terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ketua STKIP Citra Bakti, yang telah memberi dukungan melaksanakan
pengabdian.
2. LPPM STKIP Citra Bakti yang telah memberikan bantuan secara moril serta
memfasilitasi berbagai kepentingan administrasi selama penulis
melaksanakan pengabdian.
3. Staf dosen dan pegawai yang bertugas di STKIP Citra Bakti atas masukan
dan saran yang banyak membantu menyempurnakan pengabdian ini.
4. Kepala Sekolah serta guru-guru di SMP N 4 Golewa yang banyak
mendukung kegiatan pengabdian ini dilaksanakan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin belum sempurna yang
diinginkan, karena kesempurnaan hanyalah milik beliau sang pencipta. Untuk itu,
dengan keterbatasan dan kemampuan penulis, maka penulis sangat mengharapkan
saran-saran dan masukan yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak demi
diterimanya laporan ini untuk kepentingan dunia pendidikan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
KATA PENGENTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...........................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................
1.4 Manfaat ..............................................................................................
BAB II METODE PENELAKSANAAN
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah ...........................................................
2.2 Realisasi Pemecahan Masalah ............................................................
2.3 Khalayak Sasaran ...............................................................................
2.4 Metode Kegiatan .................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil ....................................................................................................
3.2 Pembahasan ........................................................................................
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .............................................................................................
5.2 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
terakhir tahun 2015 menunjukkan peringkat Indonesia masih sangat rendah.
Khusus untuk bidang sains, Indonesia berapa pada peingkat 45 dari 48 negara.
Untuk bidang matematika, Indonesia berada pada peringkat 45 dari 50 negara.
Skor capaian siswa Indonesia di bidang sains per konten dan level kognitif
pada aspek kognitif knowing hanya sebesar 37; aspek applying sebesar 29; dan
aspek reasoning sebesar 26; aspek life science sebesar 33; aspek physical science
sebesar 32; dan aspek earth science sebesar 31 (Rahmawati, 2015). Berdasarkan
data tersebut disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan siswa Indonesia masih
rendah pada kemampuan knowing yaitu kemampuan memperlihatkan pengetahuan
tentang alat, metode dan prosedur. Berdasarkan analisis terhadap hasil TIMSS
dapat disimpulkan bahwa permasalahan pembelajaran IPA di Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) kompetensi guru dalam mendidik
siswa masih kurang baik, (2) secara umum siswa perlu dilatih untuk menganalisis,
memecahkan masalah, melakukan sintesis, membuat hipotesis, membuat rencana
percobaan, merumuskan inferensi, merumuskan kesimpulan, membuat
generalisasi, mengevaluasi dan mempertimbangkan.
Latihan dasar yang perlu dilakukan pada anak adalah latihan mengamati
dan melakukan pengukuran yang akan diperlukan dalam rangkaian proses
penelitian. Latihan tersebut hanya bisa dilakukan melalui eksperimen atau
praktikum. Eksperimen atau praktikum adalah kegiatan untuk mengamati,
menguji dan membuktikan teori sehingga didapatkan pengembangan
teori secara ilmiah. Adanya praktikum memungkinkan pemahaman
konsep menjadi lebih mudah dan peserta didik dapat belajar untuk
melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai
sumber, mengembangkan penjelasan dari data, dan berkomunikasi serta
mempertahankan kesimpulan.
Pelaksanaan praktikum juga terkait dengan tujuan pembelajaran
sains sebagai proses, yaitu meningkatkan keterampilan berpikir peserta
didik sehingga mereka tidak hanya mampu dan terampil dalam bidang
psikomotorik, melainkan juga mampu berpikir sistematis, objektif, dan
kreatif (Gunawan & Liliasari, 2012). Sesuai dengan tuntutan kurikulum
2013, yang menetapkan salah satu kompetensi inti adalah kelompok
2
keterampilan. Kompetensi ini menekankan pada proses pembelajaran
ilmiah yang berguna bagi pembentukan keterampilan peserta didik.
Untuk membentuk siswa yang berkompetensi maka dibutuhkan
guru yang berkompetensi pula. Guru memiliki kompetensi tinggi dan
profesional dalam bidangnya akan mampu mengarahkan siswa
melakukan praktikum dengan baik sehingga siswa dapat membentuk diri
menjadi lebih berkompeten.
Namun faktanya ketersediaan sarana laboratorium berupa KIT dan media
pembelajaran yang dimiliki sekolah, khususnya di SMP Negeri 4 Golewa masih
sangat terbatas, sehingga guru-guru cenderung mengelola pembelajarannya
secara teoritis dan matematik daripada penerapan pendekatan keterampilan proses
melalui kegiatan penyelidikan atau kerja ilmiah.
Ketersediaan alat-alat laboratorium berupa KIT dan media pembelajaran
merupakan hal penting sebagai penunjang dalam pembelajaran Sains dan
matematika. Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori
keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya
dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan
kuantitas dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002).
Alternatif solusi yang mulai dikembangkan untuk mengatasi
permasalahan di atas adalah memanfaatkan komputer sebagai media
informasi dalam kegiatan pembelajaran. Termasuk juga dalam kegiatan
praktikum. Komputer dapat digunakan untuk memodifikasi praktikum
dan menampilkan praktikum lengkap dalam bentuk virtual, terutama
untuk konsep fisika yang abstrak (Gunawan & Liliasari, 2012).
Praktikum dengan menggunakan komputer disebut dengan virtual
laboratory. Virtual laboratory model (VLM) merupakan objek multimedia
interaktif yang kompleks dan termasuk bentuk digital baru, dengan tujuan
pembelajaran implisit atau eksplisit (Budhu, 2002).
Salah satu VLM yang berkembang pesat pada saat ini khususnya pada
pembelajaran fisika adalah “PhET Simulation Interactive” yang dikembangkan
oleh Universitas Colorado di Amerika Serikat (www.phet.colorado.edu). Melalui
PhET (Physics Education Technology) Simulation Interactive dapat
3
memberikan banyak kebebasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memanipulasi variabel, menentukan
variabel respon dan veriabel kontrol. Selama pelaksanaan eksperimen, siswa juga
dapat melihat bagaimana pengaruh variable manipulasi (bebas) terhadap variabel
respon sehingga siswa dapat menguji hipotesis. Hal tersebut sama pada saat
siswa-siswa melakukan kegiatan eksperimen dengan menggunakan alat-alat
laboratorium KIT IPA sebagai laboratorium yang sebenarnya (real laboratory).
Selain penyelidikan di bidang IPA, VLM ini juga menyediakan menu untuk
melakukan kegiatan laboratorium di bidang ilmu matematika.
Dengan guru mampu menggunakan VLM ini, maka keterbatasan alat-alat
praktikum yang ada di sekolah bisa teratasi. Konsep-konsep siswa mengenai
materi yang harusnya disampaikan melalui praktikum bisa disampaikan walaupun
alat-alat praktikumnya tidak ada. Selain itu, kemasan simulasi PhET bersifat
kontekstual seperti yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sampai ke
hal-hal mikroskopis yang tida dapat dibayangkan atau tergambarkan secara
nyata. Misalnya simulasi radiasa elektromagnetik yang dapat divisualisasikan
sehingga pengguna dapat mengetahui proses radiasi tersebut secara makro
dan dapat melakukan analisis kuantitatifnya. Hal ini akan mempermudah
siswa dalam belajar jika guru-guru mampu menguasai penggunaan VLM ini.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka kami dosen di STKIP Citra Bakti
Ngada akan melakukan pengabdian pada masyarakat dengan mengambil judul :
“Pelatihan Guru IPA Menggunakan Laboratorium Virtual Berbasis
Simulasi PhET di SMP Negeri 4 Golewa”
4
kegiatan penyelidikan ilmiah. Ketiga permasalahan yang telah diuraikan tersebut
merupakan permasalahan yang sangat mendesak untuk dicarikan solusinya,
sehingga diharapkan setelah selesai kegiatan program pembimbingan ipteks bagi
masyarakat ini, guru-guru IPA di SMP Negeri 4 Golewa sudah memiliki
kemampuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan media
pembelajaran kontekstual untuk mengajarkan konsep-konsep IPA yang bersifat
abstrak, dan sekaligus mampu menerapkan perangkat pembelajaran tersebut
dalam proses pembelajaran pembelajaran di kelas sehingga kompetensi guru
sebagai tenaga pendidik menjadi lebih baik.
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan kompetensi guru dalam melakukan pembelajaran berbasis
simulasi model laboratorium maya.
2) Meningkatkan kompetensi guru-guru IPA Sekolah Menengah Pertama
dalam membuat RPP berbasis simulasi model laboratorium maya, materi
mengajar, metode mengajar dan evaluasinya.
1.4 Manfaat Kegiatan
Manfaat yang dapat diberikan melalui kegiatan P2M ini adalah sebagai
berikut.
1) Dengan meningkatnya kompetensi guru dalam melaksanakan
pembelajaran IPA dan Matematika, diharapkan guru dapat memfasilitasi
siswa untuk belajar konsep-konsep IPA yang bersifat abstrak secara benar
dan menghindari terjadinya miskonsepsi.
2) Dengan meningkatnya kompetensi guru-guru IPA dalam membuat RPP
berbasis simulasi model laboratorium maya, materi mengajar, metode
mengajar dan evaluasinya, maka guru dapat mengajarkan siswa dengan
baik meskipun terdapat keterbatasan alat praktikum di sekolah.
5
BAB II
METODE PELAKSANAAN
6
2.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran untuk dilibatkan dalam program pengabdian pada
masyarakat ini adalah guru-guru sains Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri
4 Golewa.
Evaluasi kegiatan P2M ini dilihat dari dua aspek, yaitu (1) keterlibatan peserta dan
(2) lembar kerja
7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
8
9
3.2 Pembahasan.
10
kegiatan di sekolah menyambut ujian akhir, (2) materi yang telah habis diajarkan,
dan (3) ada kesibukan mengurus administrasi sekolah. Kendala yang dihadapi
guru saat menggunakan program PhET ini adalah kendala teknis dimana program
ini tidak compartible dengan windows 10 versi tertentu sehingga beberapa
simulasi di dalam program PhET tidak dapat dijalankan.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) pelatihan guru ipa
menggunakan laboratorium virtual berbasis simulasi PhET diikuti oleh 6 orang
guru, terdiri dari 4 guru matematika dan 2 orang guru IPA yang bertugas di
SMPN 4 Golewa. Hasil dari kegiatan P2M ini yaitu: (1) meningkatkan
kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA dan Matematika; (2)
meningkatnya kompetensi guru-guru IPA dalam membuat RPP berbasis simulasi
model laboratorium maya, materi mengajar, metode mengajar dan evaluasinya,
maka guru dapat mengajarkan siswa dengan baik meskipun terdapat keterbatasan
alat praktikum di sekolah.
4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait dengan kegiatan P2M ini,
yaitu:
(1) guru-guru agar tetap menerapkan dan mengembangkan LKS yang
lebih variatif dan inovatif untuk mendukung proses belajar ditengah
kekurangan alat praktikum;
(2) pemanfaatan program PheT ini juga bisa digunakan untuk membuat
bahan ajar untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
siswa;
(3) pemanfaatan simulasi lab virtual berbasis PheT juga bisa dijadikan
bahan penelitian untuk meremidiasi miskonsepsi siswa.
12
Daftar Pustaka
Chiapetta, E.L. dan Thomas R.Koballa. (2010). Science instruction in the middle
and secondary school. Boston: Allyn & Bacon.
Finkelstein, N. D., Perkins K. K., Adams W. K., Kohl P. B., &. Podolefsky N.
S.2004. Can Computer Simulations Replace Real Equipment in
Undergraduate Laboratories?. Physics Education Research
Conference. 790. 101-104.
Finkelstein, N. D., Perkins, K. K., Adams, W. K., Kohl, P. B., Reid, S.,
LeMaster, R., &. Podolefsky, N. S. 2005. When Learning About the
Real World Is Better Done Virtually: A Study of Subtituting
Computer Simulations for Laboratory Equipment. Physics Education
Research. 1(1). 1– 8.
Gunawan & Liliasari. 2012. Model Virtual Laboratory Fisika Modern untuk
Meningkatkan Disposisi Kritis Calon Guru. Cakrawala Pendidikan.
No. 2. Th. XXXI.
Murphy, (2006), The Impact of ICT on Primary Science, New York: Open
University Press.
Puspita, Rani. (2008). Sistem Informasi Aplikasi Virtual Lab Pada Laboratorium
Sistem
13