Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

PELATIHAN GURU IPA MENGGUNAKAN LABORATORIUM


VIRTUAL BERBASIS SIMULASI PHET
DI SMP NEGERI 4 GOLEWA

Oleh:
I Nyoman Try Upayogi, M.Pd
Natalia Rosalina Rawa, M. Pd
Wilibalbus Bhoke, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
CITRA BAKTI NGADA
JUNI 2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Judul Pengabdian : Pelatihan Guru IPA Menggunakan Laboratorium


Virtual Berbasis Simulasi PhET di SMP Negeri
4 Golewa
2. Bidang : Pengabdian masyarakat (Pendidikan)
3. Ketua
a. Nama : I Nyoman Try Upayogi, M.Pd
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Gol/Pangkat : -
d. NIDN : 0817119101
e. Prodi : Pendidikan Matematika
f. Bidang Keahlian : Pendidikan IPA
4. Anggota 1
Nama : Rosalina Rawa, M.Pd
Jenis Kelamin : Perempuan
Gol/Pangkat : IIIB / Asisten Ahli
NIDN : 0801128901
Prodi : Pendidikan Matematika
Bidang Keahlian : Pendidikan Matematika
5. Anggota 2
Nama : Wilibalbus Bhoke, S.Pd., M.Pd
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Gol/Pangkat : Asisten Ahli
NIDN : 0804078703
Prodi : Pendidikan Matematika
Bidang Keahlian : Pendidikan Matematika
6. Lokasi : Kecamatan golewa
7. Lama Pengabdian : 4 Bulan
8. Sumber Dana Mandiri

Mengetahui Ngada 30 Juni 2017


a.n Ketua LPPM STKIP Citra Bakti Ketua Kegiatan
Sekretaris LPPM STKIP Citra Bakti

Wiljiwianus Primus Wio Bei, M.Pd I Nyoman Try Upayogi, M.Pd


NIDN 0814078601 NIDN. 0817119101
Menyetujui,
Ketua STKIP Citra Bakti Ngada

Prof. Dr. I Wayan Koyan, M.Pd


NIDK 8837030016

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmatnya laporan pengabdian yang berjudul “Pelatihan Guru IPA
Menggunakan Laboratorium Virtual Berbasis Simulasi PhET untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Mengajar di SMP Negeri 4 Golewa”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pengabdian dan penulisan laporan ini sepenuhnya terselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ketua STKIP Citra Bakti, yang telah memberi dukungan melaksanakan
pengabdian.
2. LPPM STKIP Citra Bakti yang telah memberikan bantuan secara moril serta
memfasilitasi berbagai kepentingan administrasi selama penulis
melaksanakan pengabdian.
3. Staf dosen dan pegawai yang bertugas di STKIP Citra Bakti atas masukan
dan saran yang banyak membantu menyempurnakan pengabdian ini.
4. Kepala Sekolah serta guru-guru di SMP N 4 Golewa yang banyak
mendukung kegiatan pengabdian ini dilaksanakan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin belum sempurna yang
diinginkan, karena kesempurnaan hanyalah milik beliau sang pencipta. Untuk itu,
dengan keterbatasan dan kemampuan penulis, maka penulis sangat mengharapkan
saran-saran dan masukan yang sifatnya konstruktif dari berbagai pihak demi
diterimanya laporan ini untuk kepentingan dunia pendidikan

Ngada Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
KATA PENGENTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...........................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................
1.4 Manfaat ..............................................................................................
BAB II METODE PENELAKSANAAN
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah ...........................................................
2.2 Realisasi Pemecahan Masalah ............................................................
2.3 Khalayak Sasaran ...............................................................................
2.4 Metode Kegiatan .................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil ....................................................................................................
3.2 Pembahasan ........................................................................................
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .............................................................................................
5.2 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi


Salah satu ciri pengelolaan pembelajaran Sains yang berkualitas di sekolah
adalah terciptanya proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik dari
Sains sebagai produk dan proses yang tercemin mulai dari tahap penyusunan
perencanaan, pelaksanaan sampai pada proses evaluasi. Untuk mewujudkan
kualitas pendidikan tersebut, maka peran kompetensi profesional guru sangatlah
penting dan mutlak diperlukan.
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kompetensi profesional guru
termasuk guru di sekolah agar menciptakan pendidikan yang berkualitas ditandai
dengan lahirnya beberapa kebijakan, antara lain Undang-undang No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Undang-undang dan Peraturan
Pemerintah tersebut dinyatakan bahwa guru harus memiliki kualifikasi minimum
dan kompetensi sesuai dengan bidangnya. Kompetensi disini dapat diartikan
sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Dengan demikian guru yang kompeten adalah guru yang
mempunyai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi
sebagai seorang guru.
Menjelang abad dua puluh satu, tantangan pelaksanaan pendidikan di
sekolah semakin berat. Setidaknya ada tiga aspek yang sangat mempengaruhi
dunia pendidikan saat ini, yaitu aspek globalisai, teknologi dan inovasi, dan
bagaimana cara siswa belajar.
Untuk melihat sejauh mana kondisi pembelajaran khususnya prestasi
pembelajaran IPA di Indonesia pada saat ini, dapat dilihat dari hasil Trend
International Mathematics and Science Study (TIMSS). Dari keikutsertaan
Indonesia mulai tahun 1999 secara umum hanya berada pada peringkat 32 dari 38
negara peserta, tahun 2003 Indonesia berada pada peringkat 37 dari 46 negara
peserta, dan tahun 2007 Indonesia diperingkat 35 dari 49 negara peserta. Data

1
terakhir tahun 2015 menunjukkan peringkat Indonesia masih sangat rendah.
Khusus untuk bidang sains, Indonesia berapa pada peingkat 45 dari 48 negara.
Untuk bidang matematika, Indonesia berada pada peringkat 45 dari 50 negara.
Skor capaian siswa Indonesia di bidang sains per konten dan level kognitif
pada aspek kognitif knowing hanya sebesar 37; aspek applying sebesar 29; dan
aspek reasoning sebesar 26; aspek life science sebesar 33; aspek physical science
sebesar 32; dan aspek earth science sebesar 31 (Rahmawati, 2015). Berdasarkan
data tersebut disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan siswa Indonesia masih
rendah pada kemampuan knowing yaitu kemampuan memperlihatkan pengetahuan
tentang alat, metode dan prosedur. Berdasarkan analisis terhadap hasil TIMSS
dapat disimpulkan bahwa permasalahan pembelajaran IPA di Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) kompetensi guru dalam mendidik
siswa masih kurang baik, (2) secara umum siswa perlu dilatih untuk menganalisis,
memecahkan masalah, melakukan sintesis, membuat hipotesis, membuat rencana
percobaan, merumuskan inferensi, merumuskan kesimpulan, membuat
generalisasi, mengevaluasi dan mempertimbangkan.
Latihan dasar yang perlu dilakukan pada anak adalah latihan mengamati
dan melakukan pengukuran yang akan diperlukan dalam rangkaian proses
penelitian. Latihan tersebut hanya bisa dilakukan melalui eksperimen atau
praktikum. Eksperimen atau praktikum adalah kegiatan untuk mengamati,
menguji dan membuktikan teori sehingga didapatkan pengembangan
teori secara ilmiah. Adanya praktikum memungkinkan pemahaman
konsep menjadi lebih mudah dan peserta didik dapat belajar untuk
melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai
sumber, mengembangkan penjelasan dari data, dan berkomunikasi serta
mempertahankan kesimpulan.
Pelaksanaan praktikum juga terkait dengan tujuan pembelajaran
sains sebagai proses, yaitu meningkatkan keterampilan berpikir peserta
didik sehingga mereka tidak hanya mampu dan terampil dalam bidang
psikomotorik, melainkan juga mampu berpikir sistematis, objektif, dan
kreatif (Gunawan & Liliasari, 2012). Sesuai dengan tuntutan kurikulum
2013, yang menetapkan salah satu kompetensi inti adalah kelompok

2
keterampilan. Kompetensi ini menekankan pada proses pembelajaran
ilmiah yang berguna bagi pembentukan keterampilan peserta didik.
Untuk membentuk siswa yang berkompetensi maka dibutuhkan
guru yang berkompetensi pula. Guru memiliki kompetensi tinggi dan
profesional dalam bidangnya akan mampu mengarahkan siswa
melakukan praktikum dengan baik sehingga siswa dapat membentuk diri
menjadi lebih berkompeten.
Namun faktanya ketersediaan sarana laboratorium berupa KIT dan media
pembelajaran yang dimiliki sekolah, khususnya di SMP Negeri 4 Golewa masih
sangat terbatas, sehingga guru-guru cenderung mengelola pembelajarannya
secara teoritis dan matematik daripada penerapan pendekatan keterampilan proses
melalui kegiatan penyelidikan atau kerja ilmiah.
Ketersediaan alat-alat laboratorium berupa KIT dan media pembelajaran
merupakan hal penting sebagai penunjang dalam pembelajaran Sains dan
matematika. Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori
keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan sebagainya
dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan
kuantitas dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002).
Alternatif solusi yang mulai dikembangkan untuk mengatasi
permasalahan di atas adalah memanfaatkan komputer sebagai media
informasi dalam kegiatan pembelajaran. Termasuk juga dalam kegiatan
praktikum. Komputer dapat digunakan untuk memodifikasi praktikum
dan menampilkan praktikum lengkap dalam bentuk virtual, terutama
untuk konsep fisika yang abstrak (Gunawan & Liliasari, 2012).
Praktikum dengan menggunakan komputer disebut dengan virtual
laboratory. Virtual laboratory model (VLM) merupakan objek multimedia
interaktif yang kompleks dan termasuk bentuk digital baru, dengan tujuan
pembelajaran implisit atau eksplisit (Budhu, 2002).
Salah satu VLM yang berkembang pesat pada saat ini khususnya pada
pembelajaran fisika adalah “PhET Simulation Interactive” yang dikembangkan
oleh Universitas Colorado di Amerika Serikat (www.phet.colorado.edu). Melalui
PhET (Physics Education Technology) Simulation Interactive dapat

3
memberikan banyak kebebasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memanipulasi variabel, menentukan
variabel respon dan veriabel kontrol. Selama pelaksanaan eksperimen, siswa juga
dapat melihat bagaimana pengaruh variable manipulasi (bebas) terhadap variabel
respon sehingga siswa dapat menguji hipotesis. Hal tersebut sama pada saat
siswa-siswa melakukan kegiatan eksperimen dengan menggunakan alat-alat
laboratorium KIT IPA sebagai laboratorium yang sebenarnya (real laboratory).
Selain penyelidikan di bidang IPA, VLM ini juga menyediakan menu untuk
melakukan kegiatan laboratorium di bidang ilmu matematika.
Dengan guru mampu menggunakan VLM ini, maka keterbatasan alat-alat
praktikum yang ada di sekolah bisa teratasi. Konsep-konsep siswa mengenai
materi yang harusnya disampaikan melalui praktikum bisa disampaikan walaupun
alat-alat praktikumnya tidak ada. Selain itu, kemasan simulasi PhET bersifat
kontekstual seperti yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sampai ke
hal-hal mikroskopis yang tida dapat dibayangkan atau tergambarkan secara
nyata. Misalnya simulasi radiasa elektromagnetik yang dapat divisualisasikan
sehingga pengguna dapat mengetahui proses radiasi tersebut secara makro
dan dapat melakukan analisis kuantitatifnya. Hal ini akan mempermudah
siswa dalam belajar jika guru-guru mampu menguasai penggunaan VLM ini.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka kami dosen di STKIP Citra Bakti
Ngada akan melakukan pengabdian pada masyarakat dengan mengambil judul :
“Pelatihan Guru IPA Menggunakan Laboratorium Virtual Berbasis
Simulasi PhET di SMP Negeri 4 Golewa”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan hasil observasi dan diskusi bersama guru-guru di SMP Negeri
4 Golewa teridentifikasi beberapa masalah dalam pembelajaran IPA yaitu: (1)
guru-guru masih mengalami kesulitan untuk mengembangkan perangkat dan
media pembelajaran yang kontekstual untuk mengajarkan konsep-konsep yang
bersifat abstrak, dan (2) ketersediaan sarana laboratorium/KIT IPA dan media
pembelajaran yang dimiliki setiap sekolah-sekolah masih sangat terbatas, (3)
pengelolaan pembelajaran oleh guru IPA cenderung lebih banyak menekankan
pengajaran konsep IPA secara teoritis dengan fokus pada representasi verbal dan
matematik daripada penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui

4
kegiatan penyelidikan ilmiah. Ketiga permasalahan yang telah diuraikan tersebut
merupakan permasalahan yang sangat mendesak untuk dicarikan solusinya,
sehingga diharapkan setelah selesai kegiatan program pembimbingan ipteks bagi
masyarakat ini, guru-guru IPA di SMP Negeri 4 Golewa sudah memiliki
kemampuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan media
pembelajaran kontekstual untuk mengajarkan konsep-konsep IPA yang bersifat
abstrak, dan sekaligus mampu menerapkan perangkat pembelajaran tersebut
dalam proses pembelajaran pembelajaran di kelas sehingga kompetensi guru
sebagai tenaga pendidik menjadi lebih baik.
1.3 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan kompetensi guru dalam melakukan pembelajaran berbasis
simulasi model laboratorium maya.
2) Meningkatkan kompetensi guru-guru IPA Sekolah Menengah Pertama
dalam membuat RPP berbasis simulasi model laboratorium maya, materi
mengajar, metode mengajar dan evaluasinya.
1.4 Manfaat Kegiatan
Manfaat yang dapat diberikan melalui kegiatan P2M ini adalah sebagai
berikut.
1) Dengan meningkatnya kompetensi guru dalam melaksanakan
pembelajaran IPA dan Matematika, diharapkan guru dapat memfasilitasi
siswa untuk belajar konsep-konsep IPA yang bersifat abstrak secara benar
dan menghindari terjadinya miskonsepsi.
2) Dengan meningkatnya kompetensi guru-guru IPA dalam membuat RPP
berbasis simulasi model laboratorium maya, materi mengajar, metode
mengajar dan evaluasinya, maka guru dapat mengajarkan siswa dengan
baik meskipun terdapat keterbatasan alat praktikum di sekolah.

5
BAB II
METODE PELAKSANAAN

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah


Berdasarkan analisis terhadap akar penyebab suatu masalah seperti yang
telah diuraikan di atas, maka solusi yang ditawarkan untuk mengatasi
permasalahan tentang pengelolaan pembelajaran IPA yang dihadapi oleh guru-
guru di SMP Negeri 4 Golewa adalah melalui program Ipteks bagi masyarakat
dengan kegiatan pembimbingan guru-guru dalam mengembangkan dan sekaligus
menerapkan perangkat Model Laboratorium Maya (Virtual Laboratory Model)
berbasis PhET Simulation Interactive untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
mendidik siswanya sehingga siswa tetap mendapatkan pengalaman belajar yang
optimal meskipun terdapat keterbatasan media pembelajaran yang tersedia di
sekolah.
Penerapan Virtual Laboratory Model (VLM) berbasis PhET Simulation
Interactive dalam pembelajaran IPA bagi siswa SMP sebagai model yang tepat
karena didasarkan pada beberapa alasan, yaitu: (1) melalui Virtual Laboratory
Model (VLM) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep IPA khususnya
konsep yang bersifat abstrak, (2) mengatasi keterbatasan ketersediaan alat
lab/KIT IPA yang dimiliki sekolah, (3) relatif membutuhkan biaya yang sangat
murah dibandingkan dengan menggunakan laboratorium nyata (reil laboratory),
(4) dapat memberikan banyak kebebasan kepada siswa untuk melakukan
eksperimen dengan mengidentifikasi dan memanipulasi variabel-variabel untuk
melihat bagaimana pengaruh variabel terhadap variabel lain sehingga siswa dapat
menguji hipotesis, (5) melalui VLM dapat mengembangan kemampuan dan
keterampilan proses (scince process skill) dan pemecahan masalah (problem
solving skill) siswa, dan (6) master program VLM PhET Simulation Intercative
sudah dapat diperoleh secara bebas (free) pada website http://www.colorado.ac.id,
sedangkan program virtual laboratory lainnya masih harus dibeli dengan harga
yang cukup mahal.

6
2.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran untuk dilibatkan dalam program pengabdian pada
masyarakat ini adalah guru-guru sains Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri
4 Golewa.

2.3 Metode Pelatihan


Metode kegiatan yang akan digunakan dalam melaksanakan kegiatan
pengabdian pada masyarakat ini adalah berbentuk pelatihan dalam menggunakan
simulasi PhET sebagai sebuah laboratorium virtual. Adapun rincian kegiatan yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Melakukan penginstalan program Virtual Laboratory Model (VLM)
berbasis PhET Simulation Interactive pada laptop para peserta,
2. Pengenalan komponen-komponen yang terdapat pada Virtual Laboratory
Model (VLM) berbasis PhET Simulation Interactive,
3. Memberikan contoh pemodelan cara pengoperasian Virtual Laboratory
Model (VLM) berbasis PhET Simulation Interactive untuk mengajarkan
materi-materi pelajaran IPA di SMP.
4. Membagi peserta dalam 2 kelompok dimana satu kelompok guru-guru IPA
dan satu kelompok guru-guru Matematika.
5. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok peserta untuk berdiskusi
dan mengembangkan perangkat pembelajaran di SMP dengan
pertimbangan materi yang memiliki karakteristik abstrak dan akan
diajarkan pada semester yang berjalan.
6. Tim dosen yang melakukan pengabdian membimbing peserta secara
individu/kelompok menyusun perangkat pembelajaran dalam bentuk
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS, materi ajar, lembar
penilaian.
2.5 Rancangan Evaluasi

Evaluasi kegiatan P2M ini dilihat dari dua aspek, yaitu (1) keterlibatan peserta dan
(2) lembar kerja

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Kegiatan pelatihan penggunaan simulasi laboratorium virtual dengan


program PhET diawali dengan sosialisasi program LP2M terkait dengan
pengabdian dosen dibidang IPTEKS. Narasumber menyampaikan langkah-
langkah penggunaan program PhET, keunggulan program PhET, dan kelemahan
program PhET. Para peserta diberikan makalah untuk memandu menjalan
program PhET. Rangkaian pelatihan penggunaan laboratorium virtual berbasi
simulasi PhET yaitu sebagai berikut.

1. Pengenalan simulasi PhET dan langkah-langkah penggunaan simulasi


laboratorium virtual berbasis program PhET dilaksanakan selama 2
jam.
2. Pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) simulasi praktikum materi
pemantulan cahaya selama 2 jam.
3. Pendampingan pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) simulasi
praktikum materi materi titik setimbang dan pecahan selama 3 jam
4. Pendampingan pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) simulasi
praktikum materi gaya, dan vektor selama 3 jam

Hasil pelatihan penggunaan laboratorium virtual berbasis simulasi PhET di


SMP Negeri 4 Golewa ditunjukkan seperti gambar berikut.

8
9
3.2 Pembahasan.

Pelatihan penggunaan simulasi laboratorium virtual berbasis program


PhET dilaksanakan di ruang pertemuan SMP Negeri 4 Golewa pada tanggal 2 Mei
2017. Peserta Pelatihan terdiri dari 6 orang diantaranya 4 orang guru matematika,
dan 2 orang guru IPA. Para peserta dibekali langkah-langkah penggunaan
program simulasi PhET, diberikan contoh pembuatan LKS berbasis simulasi
PhET materi pemantulan cahaya, dilanjutkkan dengan pelatihan pembuatan LKS
berbasis simulasi PhET, dan penugasan dirumah selama 1 minggu untuk membuat
LKS berbasis PhET materi titik setimbang dan pecahan secara mandiri. Pertemuan
kedua berlangsung pada tanggal 10 Mei 2017. Pada pertemuan ke dua dilakukan
pendampingan evaluasi dan sharing terkait dengan LKS yang telah dibuat oleh
guru. Kemudian dilanjutkan dengan topik pembekalan pembuatan LKS dengan
materi yang baru yaitu gaya dan vektor secara mandiri. Peserta kemudian
diberikan penugasan dirumah untuk membuat LKS secara mandiri. Pada
pertemuan ketiga yang diselenggarakan pada tanggal 17 Mei 2017, dilaksanakan
pendampingan evaluasi dan sharing terkait LKS yang telah dibuat oleh guru yaitu
LKS materi gaya dan vektor.

Pada saat pendampingan, peserta diberikan kesempatan berdiskusi dan


mengekplorasi ide mereka terkait materi yang akan diajarkan. Narasumber
mendampingi diskusi dan memberikan klarifikasi terkait materi yang bisa
dirancang dalam bentuk LKS berbasis PhET. Rancangan tersebut kemudian bisa
diimplementasikan di kelas.

Pada akhir pertemuan, dilakukan wawancara kepada perwakilan peserta


pelatihan. Guru merasa sangat terbantu dengan adanya simulasi laboratorium
virtual. Guru bisa memberikan siswa pengalaman melakukan praktikum meskipun
hanya sebatas virtualisasi saja. Ada guru yang telah menerapkan secara mandiri
penggunakan LKS berbasis PhET di kelas yang diajarkan dan menyampaikan
materi yang diajarkan lebih mudah diserap siswa karena siswa langsung dapat
melihat secara visual. Selain itu, ada juga guru yang belum menerapkan
penggunaan LKS berbasis PhET karena berbagai alasan, yaitu (1) padatnya

10
kegiatan di sekolah menyambut ujian akhir, (2) materi yang telah habis diajarkan,
dan (3) ada kesibukan mengurus administrasi sekolah. Kendala yang dihadapi
guru saat menggunakan program PhET ini adalah kendala teknis dimana program
ini tidak compartible dengan windows 10 versi tertentu sehingga beberapa
simulasi di dalam program PhET tidak dapat dijalankan.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN
Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) pelatihan guru ipa
menggunakan laboratorium virtual berbasis simulasi PhET diikuti oleh 6 orang
guru, terdiri dari 4 guru matematika dan 2 orang guru IPA yang bertugas di
SMPN 4 Golewa. Hasil dari kegiatan P2M ini yaitu: (1) meningkatkan
kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA dan Matematika; (2)
meningkatnya kompetensi guru-guru IPA dalam membuat RPP berbasis simulasi
model laboratorium maya, materi mengajar, metode mengajar dan evaluasinya,
maka guru dapat mengajarkan siswa dengan baik meskipun terdapat keterbatasan
alat praktikum di sekolah.

4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait dengan kegiatan P2M ini,
yaitu:
(1) guru-guru agar tetap menerapkan dan mengembangkan LKS yang
lebih variatif dan inovatif untuk mendukung proses belajar ditengah
kekurangan alat praktikum;
(2) pemanfaatan program PheT ini juga bisa digunakan untuk membuat
bahan ajar untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
siswa;
(3) pemanfaatan simulasi lab virtual berbasis PheT juga bisa dijadikan
bahan penelitian untuk meremidiasi miskonsepsi siswa.

12
Daftar Pustaka

Budhu, M. (2002). Virtual Laboratories for Engineering Education. Paper


Presented at International Conferencerence on Engineering Education.
Manchester, U.K. Agustus, p.18-21.

Chiapetta, E.L. dan Thomas R.Koballa. (2010). Science instruction in the middle
and secondary school. Boston: Allyn & Bacon.

Finkelstein, N. D., Perkins K. K., Adams W. K., Kohl P. B., &. Podolefsky N.
S.2004. Can Computer Simulations Replace Real Equipment in
Undergraduate Laboratories?. Physics Education Research
Conference. 790. 101-104.

Finkelstein, N. D., Perkins, K. K., Adams, W. K., Kohl, P. B., Reid, S.,
LeMaster, R., &. Podolefsky, N. S. 2005. When Learning About the
Real World Is Better Done Virtually: A Study of Subtituting
Computer Simulations for Laboratory Equipment. Physics Education
Research. 1(1). 1– 8.

Gunawan & Liliasari. 2012. Model Virtual Laboratory Fisika Modern untuk
Meningkatkan Disposisi Kritis Calon Guru. Cakrawala Pendidikan.
No. 2. Th. XXXI.

Hastuti, P. W. 2012. Pelatihan digitalisasi perangkat pembelajaran dan media IPA


untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di era baru. Artikel.

Informasi Universitas Gunadarma. Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional


Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008) Auditorium
Universitas Gunadarma, Depok, 20-21 Agustus 2008. ISSN : 1411-
6286.

Murphy, (2006), The Impact of ICT on Primary Science, New York: Open
University Press.

Puspita, Rani. (2008). Sistem Informasi Aplikasi Virtual Lab Pada Laboratorium
Sistem

Rahmawati. 2016. Hasil TIMSS (trend in international mathematics and science


study) diagnosa hasil untuk perbaikan mutu dan peningkatan capaian.
Seminar Hasil TIMSS 2015. Diakses di
http://puspendik.kemdikbud.go.id/seminar/ pada tanggal 28 Februari
2017.

13

Anda mungkin juga menyukai