Anda di halaman 1dari 40

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM

SOLVING (DLPS) TERHADAP MOTIFASI DAN HASIL


BELAJAR SISWA DI M.A YAPNI BONTO TAPPALANG

PROPOSAL

OLEH :

MUHAMMAD IKBAL ARSYAD


2015310367

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BULUKUMBA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan karunianya

sehingga penyusunan proposal yang berjudul duoble loop problem solving

(DLPS) untuk di terpakan di sekolah MA Yapni Bonto Tappalang dapat

terselesaikan sesuai dengan rencana.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penulisan proposal ini

begitu banyak hambatan yang dilalui sehingga proposal ini masih lebih jauh dari

kesempurnaan, harapan sangatlah besar kepada pihak pembaca agar sekirannya

memberikan masukan atau keritikan yang positf sebagai motivasi kepada penulis

untuk memperbaiki proposal selanjutnya.

Penulisan proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak oleh

karenaitu penulis menghanturkan ucapan terimakasih yang takterhingga kepada :

1. Drs. Jumasse Basra, M.Si, selaku ketua Universitas Muhammadiyah

Bulukumba atas kesempatan yang di berikan, segala kesediaan dan kesabaran

dalam membimbing dan member nasehat.

2. Ardianto, S.Pd, M.Pd selaku ketua fakultas pendidikan Biologi Universitas

Muhammadiyah Bulukumba yang memberikan perhatian dan dorongan

kepada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.

3. Drs. Ansar Adil M.Si selaku pembimbing I dan Khaerrul Mutuah, S.Pd, M.Pd

selaku pembimbing II yang telah memberikan motivasi serta meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal ini.

i
4. Bapak dan Ibu Dosen dalam lingkup Program Studi Biologi Universitas

Muhammadiyah Bulukumba yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan,

spiritual dan berbagai pengalaman hidup selama di bangku perkuliahan.

5. Demikian juga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik

berupa material maupun spiritual dalampenulisan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini begitu banyak

kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritikan dengan lapan dada

penulis terima, semoga penulisan proposal ini bermanfaat bagi kita semua

terutama diri pribadi penulis. Amin………..

Bulukumba, 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 3

C. Batasan Masalah .................................................................................. 4

D. Rumusan Masalah ............................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6

B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 8

C. Kerangka Pikir ..................................................................................... 9

D. Hipotesis............................................................................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 11

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 11

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 13

D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 13

iii
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 15

F. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan

nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang

pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian

serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin

bahwa pendidikan merupakan factor yang sangat strategis sebagai dasar

pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi

dan hakaikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai

mahluk individu, sosial, dan religius.

Sekarang ini masalah pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah

satunya adalah rendahnya kualitas hasil pembelajaran pada setiap jenjang

pendidikan. Hal ini tercermin dari masih relative rendahnya nilai rata-rata ujian

nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran biologi.

Rendahnya mutu pandidiakn di indonesia, banyak opini yang muncul baik

datangya dari pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara

lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan

kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang menarik. Kurang

optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di

Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk

mengajar di daerah-daerah. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari

kurikulum di negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal.
Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidikan dalam

membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai.

Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama,

yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal.

Terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi pengajar dan yang belajar. Hal

ini terkait terbatasnya dana pendidikan yang disediakan pemerintah. Banyak

sekali kegiatan yang dilakukan depdiknas untuk meningkatkan kompetensi guru,

tetapi tindak lanjut yang tidak membuahkan hasil dari kegiatan semacam

penataran, sosialisasi. Jadi terkesan yang penting kegiatan itu terlaksana

selanjutnya, tanpa memperhatikan manfaat yang dapat diperoleh.

Jika kondisi semacam itu tidak diubah untuk dibenahi kecil harapan

pendidikan bisa lebih maju/baik. Maka pendidikan Indonesia sulit untuk maju.

Selama ini kesan kuat bahwa pendidikan yg berkualitas mesti bermodal/berbiaya

besar. Tapi oleh pemerintah itu tidak ditanggapi, kita lihat saja anggaran

pendidikan dalam APBN itu. Padahal semua tahu bahwa pendidikan akan

membaik jika gurunya berkompetensi dan cukup dana untuk memfasilitasi

kegiatan pembelajaran.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidiakn bertujuan untuk

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah

melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, guru

merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara

terus menerus. (Sahertian, 2008)

2
Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan sebagai

salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan

pendidiakn nasional yang ada. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan

ilmu pengetahuan, keterampilan sikap serta bertanggung jawab kepada

lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan

mahluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya

penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses penemuan. Namun pada

kenyataan yang ada dalam pendidikan biologi belum adanya peningkatan mutu

pendidikan. Masalah-masalah pembelajaran sain atau biologi diantaranya adalah:

pengajaran sain sang hanya mencurahkan pengetahuan (tidak berdasarkan

praktek). Dalam hal ini fakta, konsep, dan prisip sains lebih banyak dicurahkan

melalui metode ceramah, Tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada hasil

kerja praktek. Variasi kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat sedikit. Pada saat

ini, guru hanya mengajar dengan metode ceramah dikombinasikan dengan media

dan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.

Kondisi pendidikan saat ini khususnya di MA Yapni Bonto Tappalang.

Pembelajaran biologi belum berjalan sesuai yang diharapkan, guru belum

mengoptimalkan metode pembelajaran yang digunakan hanya menggunakan

metode ceramah sehingga cenderung pasif dan kurang optimal, hal ini berdampak

pada motivasi dan hasil belajar siswa semakin rendah di era sekarang ini, yang

kebanyakan siswa tidak tertarik dengan hal-hal yang monoton sehingga di anggap

kurang menarik.

3
Berdasarkan pemantauan penulis metode pembelajaran yang digunakan

saat ini dalam sekolah MA Yapni Bonto Tappalang yakni metode ceramah. Dalam

hal ini siswa merasa bosan dengan metode yang digunakan saat ini karena

dianggap monoton dan kurang menarik sehingga hasil belajar siswa kurang

maksimal, kurangnya pendekatan guru terhadap siswa sehingga mengurangi

motivasi belajar siswa berkurang.

Dibalik alasan-alasan tersebut ditemukan permasalahan-permasalahan

di sekolah khususnya MA Yapni Bonto Tappalang dalam pembelajaran Biologi,

antara lain : a). siswa mengantuk karena hanya di posisikan sebagai pendengar, b).

metode yang digunakan kurang menarik, c). kurangnya pendekatan guru kepada

siswa sehingga mengurangi motivasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian menerapkan model pembelajaran Double Loop Problem Solving

(DLPS) pada mata pelajaran biologi sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam

belajar, dengan ini kita dapat memotivasi siswa sehingga hasil belajar siwa dapat

meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan sebagai berikut;

1. Kurangnya minat belajar siswa dalam proses pelajaran Biologi, sehingga perlu

adanya inovasi dan motivasi dalam penyampaian materi di kelas.

2. Pembelajaran Biologi di kelas masih monoton, sehingga peserta didik merasa

bosan dengan pelajaran biologi di sekolah.

4
3. Belum ada kolaborasi yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses

pembelajaran, sehingga peserta didik cenderung tidak aktif dalam proses

pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Sebuah penelitian dianggap berkualitas bukan hanya dilihat dari

luasnya pembahasan masalah, melainkan fokusnya pada permasalahan yang akan

diteliti. Permasalahan yang akan diteliti dibatasi pada masalah berikut:

1. Penelitian ini dibatasi dengan pokok masalah pada mata pelajaran Biologi

2. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Duoble Loop

Problem Solving (DLPS)

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dikemukakan rumusan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Bagaimanaka model pembelajaran Duoble Loop Problem Solving

(DLPS) dapat meningkatakan motivasi dan Hasil belajar Biologi Siswa Kelas X

MA Yapni Bonto Tappalang.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk menggunakan model

pembelajaran Duoble Loop Problem Solving (DSPL), dalam meningkatkan hasil

belajar Biologi siswa kelas X MA Yapni Bonto Tappalang.

5
F. Manfaat Penelitian

Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberikan manfaat

konseptual utamanya kepada pembelajaran Biologi, di samping itu juga kepada

peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran Biologi.

1. Manfaat bagi Siswa

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat

memberikan sumbangan kepada pembelelajaran Biologi utamanya pada

peningkatan prestasi siswa melalui pembelajaran Duoble Loop Problem Solving

(DLPS)

Dapat menambah wawasan tentang efektivitas penggunaan

pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) untuk meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Manfaat Bagi Guru

a. Menambah wawasan guru mengenai model pembelajaran Duoble Loop

Problem Solving (DLPS)dalam proses pembelajaran Biologi

b. Meningkatkan kreatifitas dalam menegembangkan Duoble Loop Problem

Solving (DLPS) yang menarik, inovatif dan menyenangkan

c. Guru akan mengetahui sejauh mana kesesuaian model pemebelajaran Duoble

Loop Problem Solving (DLPS) terhadap hasil belajar siswa.

d. menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-nilai ilmiah

dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana yang

bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta meningkatkan

kemampuan guru itu sendiri.

6
3. Manfaat Bagi Peneliti

Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam meneraapkan pembelajaran

Biologi dengan menggunakan model pembelajaran Duoble Loop Problem

Solving (DSPL)

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Duoble Loop Problem Solving (DSPL)

a. Pengertian model pembelajaran Duoble Loop Problem Solving (DSPL)

Duoble Loop Problem Solving (DLPS) adalah variasi dari pembelajaran

dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab)

utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan

mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara

menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut. Duoble

Loop Problem Solving (DLPS) juga merupakan salah satu metode yang banyak

digunakan untuk menunjang pendekatan pembelajaran yang mengajak peserta

didik untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Metode Duoble Loop Problem Solving (DLPS) adalah sebuah metode

yang di adopsi dari metode Problem Solving. Metode Problem Solving (metode

pemecahan masalah) adalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga

merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat

menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai

kepada menarik kesimpulan.

Metode Duoble Loop Problem Solving (DLPS) juga dikenal dengan

Metode Pengambilan keputusan. Keputusan seperti apa? Keputusan yang diambil

dalam metode ini menyangkut proses mempertimbangan berbagai macam pilihan,

yang akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan atas pilihan yang akan

8
diadopsi. Pada saat suatu kelompok diminta untuk membuat keputusan, mereka

berusaha untuk mencari konsensus, yang dalam hal ini berarti setiap partisipan,

paling tidak, dapat menerima pilihan yang telah diambilnya

b. Langkah-langkah penyelesaian masalah menggunakan model pembelajaran

Duoble Loop Problem Solving (DLPS).

Menurut (Huda, 2014 ) langkah- langkah model pembelajaran Dooble

Loop Problem Solving (DLPS) sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah, tidak hanya gejalanya. Pada tahap ini, deteksi yang

dilakukan mencakup segala sesuatu yang menjadi faktor dari masalah yang

sedang dihadapi.

2. Mendeteksi penyebab langsung, dan secara cepat menerapkan solusi

sementara.Penyebab langsung ini lebih jelas, oleh karena itu mudah dideteksi

dan dapat dicari solusinya untuk diterapkan secara cepat.

3. Mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara.Pada tahap ini dilakukan

evaluasi seberapa besar keefektifan dan tingkan keberhasilan dari solusi

sementara yang sudah diterapkan.

4. Memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan atau tidak.Pada tahap

ini diputuskan untuk melakukan analisis akar masalah atau cukup sampai

tahap ini, dengan mempertimbangkan hasil evaluasi yang dilakukan

sebelumnya.

5. Jika dibutuhkan, dilakukan deteksi terhadap penyebab masalah yang levelnya

lebih tinggi. Penyebab yang dicari levelnya lebih tinggi dari penyebab yang

telah ditemukan sebelumnya.

9
6. Merancang solusi akar masalah. Solusi yang dirancang tentunya bukan solusi

sementara lagi, namun solusi yang dapat menyelesaikan masalah hingga

tuntas.

Menurut (Huda, 2014) kelebihan model pembelajaran dooble loop

problem solving sebagai berikut :

1. Dapat menambah wawasan tentang efektivitas penggunaan pembelajaran

double loop problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati) nilai-

nilai ilmiah dan termotivasi untuk terbiasa mengadakan penelitian sederhana

yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran serta

meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.

Menurut (Huda, 2014) kekurangan Model pembelajaran Dooble-Loop

Problem Solving (DLPS) sebagai berikut :

1. Tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah / problem, yang justru

harus dipecahkan. Akan tetapi memerlukan pengulangan dan latihan-latihan

tertentu. Misalnya pada pelajaran agama, mengenai cara pelaksanaan shalat

yang benar, cara berwudhu, dan lain-lain.

2. Kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf perkembangan dan

kemampuan siswa.

3. Banyak menimbulkan resiko. Terutama bagi anak yang memiliki kemampuan

kurang. Kemungkinan akan menyebabkan rasa frustasi dan ketegangan batin,

dalam memecahkan masalah-masalah yang muskil dan mendasar dalam

agama.

10
4. Kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat. Mengenai proses pemecahan

masalah yang ditempuh siswa.

5. Memerlukan waktu dan perencanaan yang matang.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Fitriatul Jazilah, judul Penelitian “Implementasi model pembelajaran Duoble

Loop Problem Solving (DLPS) dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa

mata pelajaran IPS Ekonomi Di MTS Negeri Cirawangi Kabupaten Cirebon”,

penelitian ini bertujuan untuk memberikan ulasan mengenai penggunaan

model pembelajaran Duoble Loop Problem Solving (DLPS) dalam mata

pelajaran IPS khususnya Ekonomi, mengetahui hasil bejar IPS Ekonomi dan

peningkatan hasil belajar di kelas VIII 1 MTS Negeri Ciwaringin Kabupaten

Cirebon

2. Wida Ranta Sari, judul penelitian “Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Menggunakan Pendekatan Double Loop Problem Solving (DLPS)

Dengan Metode Penemuan Terbimbing Dalam Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa” Data penelitian dianalisis dan diperoleh hasil

penelitian berikut: kevalidan RPP dikategorikan valid dengan rata-rata sebesar

3,94. Kevalidan LKS dikategorikan valid dengan rata-rata sebesar 3,9.

Kevalidan buku siswa dikategorikan valid dengan rata-rata sebesar 3,86.

Masing-masing perangkat tersebut dinilai praktis oleh para ahli dengan

mendapat rata-rata nilai B yang artinya, perangkat pembelajaran dapat

digunakan dengan sedikit revisi. Aktivitas siswa dikatakan efektif dengan

11
memperoleh nilai rata-rata persentase kegiatan yang relevan terhadap

pembelajaran sebesar 92,3%. Keterlaksanaan sintaks pembelajaran dikatakan

efektif dengan viii memperoleh persentase sebesar 97,62%. Kemampuan guru

dalam menerapkan pembelajaran dikatakan efektif dengan memperoleh nilai

rata-rata sebesar 3,73.

C. Kerangka Pikir

Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan sebagai

salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan

pendidiakn nasional yang ada. Belajar Biologi tidak hanya sekedar menghafalkan

konsep-konsep saja melainkan juga menggunakan berbagai keterampilan proses

Biologi. Tidak sedikit ditemui kesenjangan-kesenjangan sikap siswa kelas X MA

Yapni Bonto Tappalang dalam mempelajari Biologi misalnya dalam proses

pembelajaran masih terdapat kelemahan yang mempengaruhi belajar siswa, antara

lain :

a. Kurangnya minat belajar siswa dalam proses pelajaran Biologi.

b. Pembelajaran Biologi di kelas masih monoton oleh guru, karena metode

pembelajaran yang digunakan yaitu metode ceramah.

c. Belum ada kolaborasi yang baik antara guru dan peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari motivasi dan

hasil belajar siswa. Banyak factor yang mempengaruhi keberhasilan siswa di

antaranya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

12
Penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Keanekaragaman model pembelajaran yang ada

pada saat ini merupakan alternative yang dapat digunakan oleh guru untuk

memilih model pembelajaran mana yang sesuai dengan materi yang akan

disampaikan.

Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran Duoble Loop

Problem Solving (DLPS) yaitu model pembelajaran yang terdiri dari enam tahap

utama, yakni Mengidentifikasi masalah, mendeteksi penyebab langsung,

mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara, memutuskan apakah analisis

akar masalah diperlukan atau tidak, dilakukan deteksi terhadap penyebab masalah

yang levelnya lebih tinggi, merancang solusi akar masalah.

Kemudian menginstruksikan siswa untuk menjawab pertanyaan yang

telah disiapkan sebagai bentuk dari penerapan tahap memunculan gagasan.

Selanjutnya, siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dan memberikan aba-aba

untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan di atas dalam bentuk kelompok

masing-masing sebagai bentuk dari penerapan tahap pertukaran gagasan.

Selanjutnya, siswa diminta untuk melakukan kegiatan percobaan secara

berkelompok dan diskusi kelompok menjawab pertanyaan pada kegiatan

sebelumnya sebagai bentuk penerapan tahap penyusunan ulang gagasan.

13
D. Hipotesis

Dari refleksi hasil tinjauan pustaka dan karangka pemikiran di atas

dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Penerapan model pembelajaran

Duoble Loop Problem Solving (DLPS) dapat meningkatkan motivasi dan hasil

belajar siswa kelas X MA Yapni Bonto Tappalang.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara 2 orang atau 2 pihak, ialah

praktisi dan peneliti. Dalam hal ini, peneliti merupakan observer utama dan guru

dipandang sebagai praktisi yang tidak mempunyai kesempatan melakukan

observasi atau monitoring, melainkan semata-mata menjalankan skenario

pembelajaran. Guru hanya berperan mengembangkan pembelajaran tindakan

menurut rencana tindakan yang telah dirancang. Sementara bagaimana dampak

dan situasi kelas sebelum, selama, dan setelah tindakan adalah menjadi tanggung

jawab peneliti atau observer (Pardjono, 2009 ).

Gambar 3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Rosadi: 2017)

15
B. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini direncanakan pada semester ganji Tahun Ajaran

2019/2020 dilaksanakan pada MA Yapni Bonto Tappalang.

a. Variabel dan Defenisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model

pembelajaran DSPL (Doubel Loop Social Problem) untuk kelas eksperimen dan

penggunaan metode ceramah dan pemberian kelompok.

b. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar peserta

didik

2. Defenisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Model pembelajaran memberikan situasi pembelajaran yang tersusun rapi

untuk memberikan aktivitas kepada siswa guna mencapai tujuan

pembelajaran.

1. Shoimin (2014) berpendapat bahwa Double Loop Problem Solving (DLPS)

adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan

penekanan dan pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya

masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa.

16
2. Umiyaroh, dkk (2017) model pembelajaran Double Loop Problem Solving

adalah salah satu model pembelajaran yang bisa diandalkan. Model ini

memberikan pengaruh yang efektif untuk mengantisipasi perubahan,

beradaptasi dengan situasi yang baru dan menghasilkan solusi yang baru untuk

permasalahan yang dihadapi. Upaya pemecahan masalah ini berfokus pada

proses sehingga lebih efisien.

b. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam maupun

dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada

kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

1. Menurut Winardi (2007), motivasi berasal dari kata motivation yang berarti

”menggerakkan”. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat

internal atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya

sikap entutiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu. Keaktifan belajar peserta didik

Keaktifan peserta didik meliputi keaktifan visual, keaktifan lisan,

keaktifan menulis, keaktifan mental, dan keaktifan emosional.

a. Hasil belajar peserta didik

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar

pada ranah kognitif yang mencakup kemampuan menjelaskan, mengaplikasikan,

dan menganalisis.

1. Menurut suprijono (supriono 2013)

17
Pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah kelas X MA Yapni Bontto tappalang

semester ganjil tahun ajaran 2019/2020

2. Sampel

Menurut Sugiono (2010), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliko oleh populasi tersebut. Sampel dari penelitian ini yaitu

kelas X MA Yapni Bonto Tappalang, yang terdiri dar 19 peserta didik yakni 8

laki-laki 11 perempuan.

D. Instrumen Penelitian

(Suparno,2007). Menyatakan bahwa insrumentasi adalah seluruh proses

untuk mengumpulkan data. Sedangkan, istrumen adalah alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa tes tertulis,

angket, wawancara, dokumentasi, observasi. Pada penelitian ini ada dua macam

instrument yang digunakan yaitu instrument pembelajaran dan instrument

pengumpulan data.

1. Instrument Pembelajaran

Instrument pembelajaran dalam proposal ini berupa Silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

18
2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Tes

Tes yang digunakan berupa test akhir (post test). Test ini merupakan

alat ukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Post test digunakan untuk

mengukur pengetahuan siswa mengenai materi yang telah diajarkan. Bentuk soal

test yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda sebanyak 20

soal

b. Non-tes

Teknik non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pengamatan langsung (observation) dan angket (kuisioner).

2. Lembar observasi

Observasi merupakan salah satu intrumen pengumpulan data yang

digunakan untuk mengetahui kemampuan efetif siswa. Observasi dilakukan

dengan mengamati kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam

penelitian ini yang melakukan observasi adalah observasi dan bukan peneliti.

Observasi melakukan pengamatan berdasarkan lembar observasi yang telah

disediakan oleh peneliti dan mengisinya sesuai dengan skala peneliti yang diamati

sesuai saat pembelajaran berlangsung dan aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Kriteria penilaian yang diamati dalam pembelajaran

ini adalah semangat, perhatian, kerjasama, dan sikap menghargai pendapat, sikap

menerima pendapat maupun kritikan serta sikap mengajukan dan menjawab

pertanyaan. Data uyang di peroleh adalah data kuantitatif dan dapat dihitung

secara kuantitatif serta dianalisis secara kualitatif.

19
2. Angket

Angket (kuisioner) digunakan untuk menegtahui dan melihat

peningkatan motivasi belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan. Angket motivasi

ini terdiri dari dua jenis motivasi, yaitu motivasi awal dan motivasi akhir.

Motivasi awal diberikan pada awal pertemuan siklus I, sedangkan motivasi akhir

diberikan pada akhir siklus II. Angket motivasi terdiri dari 20 pertanyaan, yaitu 10

poin negatif.

2. Teknik Pengumpulan

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat pada table 3.1 berikut ini:

Table 3.1 instrumen pengumpulan data


Jenis data Alat Pengumpulan Sumber Data Cara
Data Menganalisis
Data

Hasil Belajar Tes Siswa Analisis


1. Kognitif Lembar observasi Kuantitatif-
2. Afektif kualitatif

Motivasi Angket (kuisioner) Siswe Deskriptif

E. Teknik Analisis Data

a. Hasil Belajar (Ranah kognitif)

Setiap siswa dalam proses belajar dikatakan tuntas apabila memperoleh

nilai ≥ 75 (KKM). Tes kognitif dilakukan setiap akhir siklus yang bertujuan untuk

20
menegtahui hasil belajar siswa. Adapun untuk mengetahui ketuntasan individual

maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

jumlah jawaban benar


Nilai akhir = 𝑥100%
jumlah seluruh soal

Kriteria ketuntasan individu dapat dilihat pada table 3.2 berikut ini:

Table 3.2 kriteria Skor Ketuntasan Individu


Nilai Individu Keterangan
<75 Tidak Tuntas
≥76 Tuntas
Untuk mengetahui skor rata-rata kelas setiap siklus menggunakan rumus sebagai

berikut:

∑𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


Skor rata-rata= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Ketuntasan klasikal dikatakan telah tercapai apabila nilai siswa

memenuhi KKM dengan target pencapaian ideal lebij atau sama dengan 75% dari

jumlah seluruh siswa dalam kelas. Untuk menegtahui ketuntasan secara klasikal

dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

jumlah jawaban benar


KKM = 𝑥100%
jumlah seluruh soal

b. Hasil Belajar (Ranah Afektif)

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan

untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya. Dalam penelitian ini

21
observasi yang dipakai adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah

pengamatan yang dilakukan terhadap proses yang terjadi dan langsung dilakukan

oleh pengamat. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut (sudjana, 2011)

𝑟
q=𝑡 𝑥100%

q :% skor

r : jumlah skor yang diperoleh

t : skor maksimal

criteria hasil aspek afektif dapat dilihat pada table 3.3 berikut ini:

table 3.3 Kriteria Hasil Presentase Observasi Aspek

Skor (%) Kategori

0-34 Sangat rendah

35-54 Rendah

55-69 Sedang

70-84 Tinggi

85-100 Sangat tinggi

Setelah data observasi ranah afektif siswa secara kelompok diperoleh,

kamudian menentukan persentase jumlah kelompok siswa dengan hasil belajar

ranah afektif minimal tinggi digunakan perhitungan sebagai berikut:

∑𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘


Persentase skor rata-rata= 𝑥100%
∑𝑘𝑒𝑙𝑜𝑚𝑝𝑜𝑘

22
Setelah diperoleh perhitungan peneliti dapat menentukan kesimpulan

berdasarkan target yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Peningkatan hasil

belajar siswa aspek afektif selama proses kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode Double Loop Problem Solving (DLPS)

c. Motivasi belajar

Menurut (Arikunto, 2010), angket merupakan sejumlah pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket dalam penelitian

ini terdiri dari daftar-daftar butir pertanyaan yang dibagikan kepada responden

dan dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan motivasi

belajar siswa dan model pembelajaran Doble Loop Problem Solving (DLPS)

Pada penelitian ini, kuisioner motivasi belajar siswa yang digunakan

terdiri dari 20 poin. Tiap-tiap pernyataan disediakan 4 alternatif jawaban dimana

siswa harus memilih salah satu jawaban. Empat alternative jawaban tersebut

antara lain sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (ST), setuju (S) dan sangat

setuju (SS).

Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari poin positif dan poin negetif.

Penetapan dari skor motivasi belajar dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini:

23
Tabel 3.4 Penetapan Skor Motivasi Belajar

Skor
Pilihan Jawaban
Pernyataan Positif Pernaytaan Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Skor yang diperoleh siswa dalam kuisioner kemudian dicari skor

keseluruhannya sehingga diperoleh data skor setiap siswa, kemudian dari skor

tersebut dicari persentase motivasi siswa dengan menggunakan perhitungan

sebagai berikut:

jumlah skor siswa


Belajarpersentase motivasi=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥100%

Kategori nilai atau skor yang diperoleh siswa dapat dilihat pada table 3.5 berikut

ini:

Skor (%) Kategori

85-100 Sangat rendah

70-84 Rendah

55-69 Sedang

35-54 Tinggi

24
0-34 Sangat tinggi

Kemudian untuk menghitung persentase jumlah ssiewa dengan motivasi

minimal tinggi digunakan perhitungan sebagai berikut:

jumlah kategori ssiwa minimal tinggi


P= 𝑥100
jumlah siswa

d. Analisis kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan deskripsi kata-kata

dari hasil pengamatan selama proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

metode Double Loop Problem Solving (DLPS)

F. Indikator Keberhasilan

Indicator keberhasilan dalam penelitian ini meliputi hasil belajar aspek kognitif

dan aspek afektif

Tabel 3.6 Indikator Keberhasilan Peneliti

Variabel Data Indicator ketercapaian

Hasil belajar siswa Post-test akhir siklus I Persentase hasil belajar

kognitif dan post-terst akhir kognitif siswa yang

siklus II mencapai KKM ≥70

sebanyak 80%

Hasil belajar siswa ranah lembar observasi Hasil belajar aspek

afektif afektif siswa selama

mengikuti proses

25
pembelajaran mencapai

75%

Motivasi Kuisoner awal dan Persentase motivasi

kuisoner akhir akhir siswa yang

termasuk kategori

tinggi mencapai ≥75%

26
ANGKET MOTIVASI BELAJAR

Identitas Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Petunjuk :
Angket ini berisi 44 item pernyataan tentang motivasi belajar. Bacalah

dengan cermat setiap pernyataan tersebut. Kemudian, berikanlah jawaban dengan

cara memberi tanda cek (√) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai

dengan tingkat persetujuan Anda, dengan pilihan jawaban sebagai berikut :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

CS : Cukup Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

Jawaban Anda, tidak menuntut jawaban benar atau salah dan tidak

berhubungan dengan penentuan kelulusan atau hal lain yang akan merugikan

Anda di sekolah ini. Kesungguhan dan kejujuran Anda dalam menjawab

merupakan bantuan yang amat berguna. Karena itu diharapkan Anda menjawab

semua soal yang tersedia.

Atas bantuan dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih.

Peneliti,

Muhammad Ikbal Arsyad

27
ANGKET MOTIVASI BELAJAR

SKOR
NO PERNYATAAN
SS S CS KS TS

1. Saya rajin ke sekolah terutama mata pelajaran


yang saya sukai.

2. Saya ragu dengan kemampuan yang saya


miliki dalam memahami penjelasan guru

3. Saya senang mencari informasi yang


berhubungan dengan pelajaran, karena bisa
memperkaya ilmu kita.

4. Saya merasa tidak mampu menyelesaikan


setiap tugas mata pelajaran yang diberikan

5. Saya suka mengunjungi perpustakaan sekolah


untuk membaca buku pelajaran.

6. Saya kurang memperhatikan pelajaran yang


saya tidak senangi

7. Saya hadir tepat waktu ketika belajar pada


mata pelajaran yang saya anggap gampang.

8. Saya malas bertanya kepada guru kalau ada


pelajaran yang tidak saya mengerti.

9. Bila menghadapi kesulitan dalam mempelajari


mata pelajaran, saya berusaha menemukan
alternatif pemecahannya.

10. Saya lebih suka pergi ke kantin sekolah


dibanding pergi ke perpustakaan

28
11. Saya memandang bahwa hasil belajar yang
saya dapatkan adalah kemampuan saya sendiri.

12. Saya menghindari pelajaran yang saya anggap


sulit.

13. Saya telah membuat jadwal kegiatan di rumah,


sehingga saya mengetahui kapan saya harus
belajar

14. Saya merasa putus asa bila menghadapi


kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran

15. Saya menghabiskan banyak waktu untuk


mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang terkait
dengan pelajaran di sekolah.

16. Sebagian besar waktu saya habis untuk


bermain dan nonton TV.

17. Ketika ada pelajaran yang saya kurang


pahami, saya bertanya pada orang yang lebih
mengerti.

18. Saya menghabiskan sebagian besar waktu


belajar untuk bergosip dengan teman.

19. Saya mengisi waktu luang dengan cara


mengulangi pelajaran sekolah

20. Saya merasa tidak mampu dalam menghadapi


pelajaran yang sulit

21. Jadwal belajar yang telah saya buat akan


kuikuti dengan perasaan senang.

22. Saya lebih suka nonton TV dibanding belajar.

23. Saya telah merencanakan kegiatan belajar


setiap hari.

24. Saya merasa tidak mampu menyelesaikan

29
setiap tugas mata pelajaran yang diberikan

25. Saya yakin bisa memahami setiap pelajaran


yang diajarkan oleh guru.

26. Saya tidak memiliki jadwal belajar dirumah

27. Saya percaya bisa mengerjakan setiap tugas


yang diberikan oleh guru.

28. Meskipun saya telah merencanakan untuk


belajar sesuai jadwal belajar, saya tetap malas
untuk belajar

29. Meskipun saya tahu resiko kegagalan itu ada,


saya tidak takut memperjuangkan cita-cita
saya.

30. Bila saya ditegur oleh guru saya tidak


menghiraukannya.

31. Meskipun saya tahu tidak akan mendapat


prestasi yang baik, saya akan tetap berusaha
dan belajar.

32. Bila saya gagal menyelesaikan tugas dari guru,


saya akan mengabaikan tugas-tugas tersebut
dan akan mengerjakan aktivitas lain.

33. Bila ada PR yang diberikan oleh guru, saya


tidak akan menunda mengerjakannya

34 Ketika sayatidak mengerti tentang apa yang


dijelaskan oleh guru di depan, saya akan
bertanya

35. Jika seseorang menghambat aktivitas belajar


saya, maka saya akan mencari alternatif untuk
mengatasi hambatan itu.

36. Bila saya mendapat kritikan dari teman, saya


merasa putus asa

30
37. Bila saya diberi tugas sekolah oleh guru, saya
akan mengabaikannya

38. Bila ada tugas yang tidak saya ketahui


jawabannya, saya menyimpan tugas itu dan
memilih bermain.

39 Bila saya tidak mampu menyelesaikan tugas-


tugas mata pelajaran pada kesempatan
pertama, saya akan mengerjakan tugas-tugas
itu sampai berhasil.

40. Jika menghadapi PR yang sulit, maka saya


memilih untuk melihat pekerjaan teman

41. Ketika saya keliru dan dikritik oleh guru, saya


sangat senang karena itu menambah ilmu saya.

42 Saya merasa sangat malu jika mendapat nilai


jelek, karena bagi saya itu hal yang sangat
memalukan.

43. Jika saya mendapat nilai jelek, saya yakin akan


mampu memperbaikinya.

44. Saya takut mencoba sesuatu karena pikiran


saya dibayang-bayangi oleh kegagalan.

31
LEMBAR OBSERVASI SISWA
NAMA SISWA :
MATA PELAJARAN :
MATERI :
TANGGAL PENGAMATAN :
JUMLAH SISWA YANG DIAMATI :
Berilah tanda centang (√) pada kolom skor sesuai dengan kondisi sebenarnya!

Skor
NO Kategori pengamatan
1 2 3 4

1. Antusiasme siswa saat apresepsi

Perhatian siswa terhadap guru pada saat


2.
penyampaian materi

3. Keaktifan siswa dalam bertanya

4. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan

Keterampilan siswa dalam berpendapat atau


5.
mengkritik

Ketertiban saat mengikuti pada proses


6.
pembelajaran

Menulis materi yang dituliskan oleh guru dipapan


7.
tulis

Menulis penjelasan guru yang tidak dituliskan di


8.
papan tulis

32
9. Masuk kedalam kelas tepat waktu

Tidak berdiskusi dengan teman mengenai diluar


10.
materi

11. Menyimpulkan meteri yang telah dipelajari

Jumlah

Bulukumba, 2019
Peneliti

Muhammad Ikbal Arsyad


Nim: 2015310367

33
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Anwar,M. (2015). Filsafat Pendidikan.Kencana


Desi. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Kubus dan Balok dengan Model Pembelajaran Double Loop Problem
Solving (DLPS) di Kelas VIII SMP Negeri 2 Silbolga T.P 2010/2011
Huda (2014). Model –Model Pembelajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.
Haryati, E. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving
Didukung Media Flashcard Terhadap Perubahan Lingkungan Fisik
pada Siswa Kelas IV SDN Sumengko 4 Kabupaten Nganjuk Tahun
Ajaran 2016/2017. Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Universitas Nusantara PGRI Kediri.
Roliyani. (2016). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal Pena Edukasi, 1(6),
11–18.
Sahertian. 2008. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
Pengembanagan Sumber daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sardiman. (2007). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Sukardi. 2013. Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan
pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suparno. 2007. Filsafat Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sunarto.1999.Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta
Sugiyono. (2003). Statistika Untuk Penelitian. Bandung:CV Alfabeta
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:CV Alfabeta
Simanjuntak, (2013). Penerapan Model Pembelajaran Double Loop Problem
Solving Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Kelas VIII Di SMP Kristen
Madidir.

34
Wiyono,Eka. 1995. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap.Jakarta : Palanta
http://kd-cibiru.upi.edu/jurnal/index.php/antologipgsd/article/view/349
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/740/
https://yuari.wordpress.com/2008/04/26/double-loop-problem-solving-
pengambilan-keputusan/

35

Anda mungkin juga menyukai