Anda di halaman 1dari 13

MINI RESEARCH DAN REKAYASA IDE MEDIA

PENDIDIKAN
“Analisis Kurangnya Hasil Belajar Siswa Akibat Kurangnya Pemahaman
Materi dengan Bantuan Solusi Media Berbasis Lingkungan”

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Ida Wahyuni, M.Pd.

DISUSUN OLEH : Kelompok 7

Andreas Bintang (4223121061)


Grace Jaselyn Siburian (4223321018)
Lia Kristiani Manihuruk (4223121005)
Raihan Asy Shifa Arifin (4223121023)
Sarah Chairani (4221121030)
Vania Ayu Irfani (4223321004)

KELAS : PSPF-22 D

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta karunia-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Mini Research dan Rekayasa Ide ini. Tugas ini
dibuat semestinya untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Media Pendidikan.
Mini Research dan Rekayasa Ide ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan serta wawasan dalam berfikir maupun memahami pembelajaran Media
Pendidikan bagi para pembacanya dan mampu memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah
Media Pendidikan.
Kami menyadari bahwa tugas Mini Research dan Rekayasa Ide ini masih jauh dari
kata sempurna, jika di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan dalam
penulisan kami mohon maaf. Karena itu kami sangat menerima kritik dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Atas perhatiannnya
kami ucapkan terima kasih.

Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
II. TINJAUAN LITERATUR ............................................................................................. 1
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 3
IV. TEMUAN KASUS ..................................................................................................... 3
V. PEMBAHASAN ............................................................................................................ 4
REKAYASA IDE ................................................................................................................. 6
VI. SOLUSI ..................................................................................................................... 6
VII. PERTIMBANGAN IMPLEMENTASI ....................................................................... 7
VIII. PENUTUP.................................................................................................................. 8
VIII.1. KESIMPULAN ..................................................................................................... 8
VIII.2. SARAN ................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 10

ii
I. PENDAHULUAN

Belajar adalah sebuah transformasi dalam diri manusia yang tercermin melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas perilaku. Proses belajar mengajar memiliki empat
komponen krusial yang memengaruhi keberhasilan siswa, yaitu bahan ajar, suasana belajar,
media dan sumber belajar, serta peran guru sebagai subjek pembelajaran. Pemilihan media
dalam kegiatan belajar mengajar didasarkan pada tujuan dan materi pelajaran yang telah
ditetapkan. Media menjadi faktor pendukung penting dalam proses pembelajaran di sekolah
karena mampu memfasilitasi penyampaian informasi dari guru kepada siswa, dan sebaliknya.
Penggunaan media secara kreatif dapat meningkatkan efisiensi pembelajaran, menjadikannya
alat bantu yang efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Media diartikan sebagai suatu yang dapat menyampaikan pesan dan merangsang pikiran
serta perasaan siswa untuk memotivasi belajar. Meskipun pemanfaatan media dalam
pembelajaran bisa terhambat oleh waktu persiapan yang terbatas, kesulitan mencari media
yang sesuai, dan keterbatasan biaya, hal tersebut dapat diatasi dengan pengetahuan yang
memadai mengenai ragam media, karakteristiknya, ketersediaan, dan fungsi media. Sebagai
subjek pembelajaran, guru memiliki tanggung jawab untuk memilih media dan sumber
belajar yang tepat agar pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Dalam proses belajar-mengajar, guru berperan sebagai pilar utama pendidikan yang
harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang optimal. Oleh karena itu, guru sebaiknya
memberikan perhatian ekstra pada aspek-aspek pengajaran seperti tujuan pembelajaran,
materi ajar, metode pengajaran, fasilitas pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Metodologi pengajaran, yang melibatkan metode dan teknik interaksi antara guru dan
siswa, menjadi salah satu elemen penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif
dan berkomunikasi. Tujuan utamanya adalah memastikan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Dalam metodologi pengajaran, dua aspek yang mencolok adalah metode
pengajaran dan penggunaan media sebagai alat bantu mengajar.
II. TINJAUAN LITERATUR

Nyatanya masih banyak siswa yang kurang tertarik dengan Pelajaran yang melibatkan
hitungan hitungan seperti matematika dan juga Matematika Dan IPA. Kondisi di mana siswa
menghadapi kesulitan dalam mengingat dan memahami materi pelajaran sering kali terkait
dengan kendala praktikum yang tidak dilakukan karena keterbatasan alat dan bahan.
Meskipun buku petunjuk praktikum tersedia, implementasinya masih terhambat oleh
ketidaktersediaan fasilitas yang memadai. Dalam konteks ini, guru matematika dan IPA perlu
memperhatikan strategi yang dapat mengatasi kendala tersebut.
Kenyataannya, kegiatan praktikum dalam pembelajaran matematika dan IPA masih
terbatas karena ketergantungan pada alat dan bahan yang terdapat di laboratorium. Dalam
menghadapi tantangan ini, guru perlu mempertimbangkan alternatif solusi yang dapat
meningkatkan pemahaman siswa. Salah satu pendekatan yang dapat diambil adalah
mengembangkan praktikum berbasis lingkungan.
Guna meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta didik, peneliti mencoba menerapkan
Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan. model pembelajaran berbasis lingkungan sebagai
strategi yang mendorong siswa untuk belajar secara lebih mandiri, tidak hanya bergantung

1
pada isi buku sebagai pegangan utama guru. Konsep pembelajaran ini menekankan
pembelajaran kontekstual dengan fokus pada pemahaman siswa terhadap lingkungannya.
Model pembelajaran berbasis lingkungan dapat secara langsung melibatkan siswa dengan
berbagai pengenalan terhadap realitas sekitarnya. Dengan demikian, proses pembelajaran ini
mengajak siswa untuk menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
sepanjang perjalanan pembelajaran.
Melalui praktikum berbasis lingkungan, siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih
nyata dan kontekstual. Guru dapat merancang kegiatan praktikum yang melibatkan observasi,
pengukuran, dan eksperimen sederhana yang dapat dilakukan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia di sekitar mereka. Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap materi
akan lebih mendalam, dan mereka dapat mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-
hari.
Penting bagi guru matematika dan IPA untuk memiliki kreativitas dalam
mengembangkan praktikum berbasis lingkungan ini. Dengan merancang kegiatan yang
menarik dan relevan dengan kehidupan siswa, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna
dan siswa akan lebih termotivasi untuk aktif terlibat. Kesadaran terhadap pentingnya
pengembangan praktikum yang adaptif terhadap kondisi fasilitas menjadi langkah awal untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran matematika dan IPA di sekolah.
Dalam kasus hasil pembelajaran matematika yang rendah, dapat terlihat bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam mencerna pembelajaran yang diberikan oleh guru. Faktor-faktor
seperti ketidakpahaman materi, kurangnya motivasi, dan persepsi bahwa matematika sulit
menjadi kendala utama. Hal ini mencerminkan adanya masalah dalam komponen-komponen
penting dalam proses belajar mengajar, seperti kemampuan guru, kemampuan siswa, dan
lingkungan tempat belajar.
Ketidakpahaman siswa terhadap materi matematika seiring dengan kendala alat dan
bahan praktikum dalam pembelajaran IPA membuka peluang untuk mempertimbangkan
pendekatan yang serupa dalam memperbaiki hasil pembelajaran keduanya. Mengembangkan
metode pembelajaran yang lebih interaktif, seperti praktikum atau eksperimen, dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap kedua mata pelajaran.
Selain itu, penting bagi guru baik IPA maupun matematika untuk mengenali pentingnya
inovasi dalam pembelajaran. Memotivasi siswa, merubah persepsi sulitnya matematika, dan
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat diatasi dengan pendekatan
kreatif dan inovatif. Implementasi model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
dan lingkungan belajar, serta penggunaan media pembelajaran konkret, dapat membantu
siswa untuk berpikir lebih konkret dan memahami materi dengan lebih baik.
Dengan demikian, mengatasi kendala dalam hasil pembelajaran kedua mata pelajaran
dapat melibatkan upaya bersama untuk meningkatkan kemampuan guru, memotivasi siswa,
dan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Pendekatan yang berbasis lingkungan dan
inovatif dapat menjadi kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dan hasil
pembelajaran yang lebih tinggi dalam kedua mata pelajaran.

2
III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian menggunakan metode deskriftif yang melibatkan analisis tinjauan


literatur. Metode penelitian secara deskriftif cendrung lebih fokus pada pembahasan mengapa
suatu peristiwa atau fenomena terjadi. Dimana peristiwa dan fenomena yang dimaksud disini
adalah objek penelitian. Hasil penelitiannya akan menggambarkan objek penelitian dengan
detail. Metode deskriftif dipilih karena bertujuan untuk menggambarkan kejadian yang terjadi
secara sistematis dan terinci. Pendekatan ini membantu untuk mengumpulkan dan
menyajikan data serta fakta-fakta yang terkait.
IV. TEMUAN KASUS

Jurnal Pertama
Kasusnya: Siswa mengalami kesulitan dalam mengingat dan memahami suatu materi.
Ketiadaan alat dan bahan sering menjadi kendala tidak dilakukannya praktikum, meskipun
guru pengampu memiliki buku petunjuk praktikumnya. Berdasarkan kenyataan, guru IPA
masih jarang melakukan kegiatan praktikum karena masih bergantung pada alat dan bahan
yang berada di laboratorium. Berkaitan dengan hal itu, maka penting bagi guru IPA untuk
mengetahui bagaimana cara mengembangkan praktikum yang berbasis lingkungan untuk
mengatasi fasilitas laboratorium yang tidak memadai, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa.
Jurnal Kedua
Kasusnya: Kegiatan pembelajaran matematika yang dilakukan tidak dapat dipahami oleh
siswa atau dengan kata lain siswa tidak dapat mencerna pembelajaran yang diberikan oleh
bapak ibu guru. Bahkan siswa kelas 6 yang seharusnya sudah dapat dikatakan harus bisa
mengenai operasi hitung bilangan bulat dan hafal satuan jarak atau berat tetapi nyatanya
siswa kelas 6 masih kesulitan dan kurang mampu untuk mengerjakan soal atau pertanyaan
yang telah diberikan dengan materi tersebut. Penyebab hasil belajar matematika rendah dapat
dilihat dari komponen penting dalam proses belajar mengajar yakni: kemampuan guru,
kemampuan siswa, lingkungan tempat belajar, media pembelajaran, dan materi atau bahan
pelajaran. Disaat kelompok kami melakukan pendekatan dan observasi lebih jauh lagi
terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan hal demikian dapat terjadi. Yang pertama
siswa kurang memiliki motivasi untuk belajar matematika. Kedua siswa sudah memiliki
pemikiran sejak awal bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan rumit.
Yang ketiga siswa mudah bosan dengan pembelajaran yang dilakukan, saat dilihat kegiatan
pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah dan demonstrasi, ditambah jika
matematika dijadikan mata pelajaran yang di jam-jam akhir sekolah. Yang keempat
kurangnya inovasi dalam pembelajaran yang mampu memotivasi siswa dalam belajar dan
mampu memberikan pengertian kepada siswa bahwa matematika merupakan ilmu yang
menyenangkan serta inovasi pembelajaran yang mampu membuat siswa lebih paham akan
pembelajaran yang dilakukan serta tidak adanya media konkret yang diberikan sehingga
siswa berpikir secara abstrak saja.
Jurnal ketiga
Kasus: Rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA dan penerapan model pembelajaran
belum maksimal dan belum sesuai dengan sintaknya.

3
Dari uraian analisis jurnal 1, 2, dan 3
Maka dapat disimpulkan kasus yang muncul dari ketiga jurnal itu adalah Siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran Sains dan kurangnya fasilitas sarana
pendukung dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam materi pembelajaran Sains serta
belum maksimalnya penerapan model pembelajaran.
V. PEMBAHASAN

Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas
sebab pendidikan dapat mewujudkan semua potensi manusia baik sebagai pribadi maupun
sebagai warga masyarakat. Pendidikan sangat penting dalam proses kehidupan tidak hanya
untuk masa sekarang tetapi juga untuk masa yang akan datang. Sekolah sebagai pendidikan
formal dituntut untuk melaksanakan proses pembelajaran yang baik dan seoptimal mungkin.
IPA berarti ilmu yang memperajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di
alam ini. IPA Merupakan salah satu disiplin ilmu yang didalamnya mengkaji berbagai kajian
ilmu alam diantaranya fisika, kimia, biologi. Mata pelajaran IPA sangat penting
kedudukannya dalam masyarakat. Karena IPA membahas mengenai makhluk hidup, proses
kehidupan, alam serta peristiwa alam yang erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari.Tidak
kemungkinan jika materi pelajaran IPA menjadi mata pelajaran wajib mulai dari sekolah
tingkat dasar (SD/MI) sehingga sekolah menengah atas (SMA/MA).
Karakteristik IPA SMP sesuai dengan amanat Kurikulum 2013 adalah IPA Terpadu. IPA
Terpadu adalah pengintegrasian antara dua atau lebih bidang kajian IPA (Fisika, Kimia,
Biologi) secara tematik dalam satu pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu
dapat dilakukan oleh guru tunggal atau teamteaching. Pengalaman langsung merupakan suatu
proses belajar sains yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami secara langsung
kemungkinan kesalahan persepsi dapat dihindari. Selama ini masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti pelajaran ini. Tidak sedikit dari
mereka beranggapan bahwa mata pelajaran IPA itu membosankan dikarenakan terlalu banyak
cakupan materi yang harus mereka pelajari. Berdasarkan pengamatan observasi tersebut
penelitian mengamati bahwa rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA dikarenakan siswa
kurang fokus dalam memperhatikan penjelasan dari guru, banyak siswa yang sibuk sendiri
ketika pembelajaran berlangsung. Selain itu pada saat proses pembelajaran siswa kurang
berperan aktif dan dominan guru yang berperan aktif. Sehingga kegiatan mereka hanya
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru yang akhirnya menimbulkan kejenuan.
Adapun dalam penerapan model pembelajaran belum maksimal dan belum sesuai dengan
sintaknya sehingga siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran.
Beberapa faktor inilah yang menyebabkan siswa kurang menyerapkan materi
pembelajaran yang disampaikan guru, sehingga belajar siswa rendah. Salah satu faktor yang
menyebabkan hasil belajar kurang memuaskan adalah parasiswa mengalami kesulitan dalam
mengingat dan memahami suatu materi. Ketiadaan alat dan bahan sering menjadi kendala
tidak dilakukannya praktikum, meskipun guru pengampu memiliki buku petunjuk
praktikumnya. Guru harus memiliki kreativitas dalam mencari alternatif bahan dan alat yang
digunakan agar praktikum tetap dapat dilaksanakan. Berdasarkan kenyataan, guru IPA masih
jarang melakukan kegiatan praktikum karena masih bergantung pada alat dan bahan yang
berada di laboratorium. Berkaitan dengan hal itu, maka penting bagi guru IPA untuk
4
mengetahui bagaimana cara mengembangkan praktikum yang berbasis lingkungan untuk
mengatasi fasilitas laboratorium yang tidak memadai, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Contoh praktikum IPA dengan menggunakan alat dan bahan yang ada di
lingkungan sekitar antara lain: struktur atom dan molekul, larutan asam-basa, tekanan
osmosis, oksidasi, kandungan zat besi dalam buah- buahan, koloid, uji amilum,dan bahan
kimia dalam rumah tangga. Berdasarkan uraikan di atas, maka dapat diidentifikasi berbagai
permasalahan sebagai berikut; (1) Pembelajaran IPA yang kurang berhasil dipengaruhi oleh
banyak faktor, (1.a) Cara penyampaian materi yang kurang tepat, (1.b) Pemilihan media
pembelajaran yang kurang tepat, (1.c) Keterbatasan fasilitas alat dan bahan di laboratorium,
(2) Media pembelajaran yang berada di sekolah belumdimanfaatkan secara optimal.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sering dianggap sulit oleh peserta
didik, sehingga terdapat beberapa peserta didik yang memiliki hasil belajar yang rendah.
Matematika memiliki kesan yang negatif bagi sebagian peserta didik, karena banyak peserta
didik yang lambat memahami mata pelajaran ini dan menganggapnya sulit. Penyebab hasil
belajar matematika rendah dapat dilihat dari komponen penting dalam proses belajar
mengajar yakni: kemampuan guru, kemampuan siswa, lingkungan tempat belajar, media
pembelajaran, dan materi atau bahan pelajaran. Disaat kelompok kami melakukan pendekatan
dan observasi lebih jauh lagi terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan hal demikian
dapat terjadi. Yang pertama siswa kurang memiliki motivasi untuk belajar matematika.
Kedua siswa sudah memiliki pemikiran sejak awal bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit dan rumit. Yang ketiga siswa mudah bosan dengan pembelajaran yang
dilakukan, saat dilihat kegiatan pembelajaran lebih banyak menggunakan metode ceramah
dan demonstrasi, ditambah jika matematika dijadikan mata pelajaran yang di jam-jam akhir
sekolah. Yang keempat kurangnya inovasi dalam pembelajaran yang mampu memotivasi
siswa dalam belajar dan mampu memberikan pengertian kepada siswa bahwa matematika
merupakan ilmu yang menyenangkan serta inovasi pembelajaran yang mampu membuat
siswa lebih paham akan pembelajaran yang dilakukan serta tidak adanya media konkret yang
diberikan sehingga siswa berpikir secara abstrak saja.
Proses belajar mengajar memiliki empat komponen penting yang berpengaruh bagi
keberhasilan belajar siswa, yaitu bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta
guru sebagai subyek pembelajaran. Sudjana (2005:90) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotor yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami murid. Keberhasilan
pembelajaran dapat terlihat berhasil atau tidak dari hasil belajar peserta didiknya (Azura,
2020: 29). Kualitas pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Apabila
pembelajaran yang disampaikan menyenangkan dan dapat menarik perhatian peserta didik
maka hasil belajarnya pun akan baik atau tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila pembelajaran
yang disampaikan oleh guru membuat peserta didik merasa jenuh atau bosan maka hasil
belajar peserta didik pun akan rendah (Azura, 2020 : 29).
Kesulitan siswa dalam memahami materi pelajaran Sains adalah isu yang perlu
mendapatkan perhatian serius dalam dunia pendidikan. Berbagai faktor dapat menjadi
penyebabnya, termasuk pendekatan pembelajaran, kurangnya fasilitas sarana pendukung, dan
rendahnya penerapan model pembelajaran yang efektif. Pertama, pendekatan pembelajaran
yang diadopsi oleh guru dapat berperan besar dalam kesulitan siswa. Terkadang, metode

5
pengajaran yang kurang interaktif, kurangnya pendekatan praktis, atau pemahaman yang
kurang mendalam tentang materi dapat membuat siswa merasa kewalahan. Ini dapat
mengakibatkan kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Sains dan kesulitan dalam
memahami konsep-konsep yang kompleks. Kedua, kurangnya fasilitas sarana pendukung
juga merupakan faktor yang signifikan. Laboratorium Sains yang lengkap, peralatan
eksperimen, dan akses ke referensi dan bahan pembelajaran yang relevan adalah hal yang
sangat penting dalam memfasilitasi pemahaman siswa. Ketika fasilitas ini kurang atau tidak
memadai, siswa mungkin tidak memiliki kesempatan untuk bereksperimen atau melibatkan
diri secara langsung dalam pembelajaran Sains. Terakhir, penerapan model pembelajaran
yang belum maksimal dapat menyebabkan kesulitan siswa. Model pembelajaran yang aktif,
berpusat pada siswa, dan mendorong pemahaman konsep secara mendalam dapat membantu
siswa mengatasi kesulitan mereka. Jika model-model ini tidak diterapkan dengan baik, siswa
mungkin hanya menerima informasi tanpa benar-benar memahaminya.
Dalam mengatasi masalah ini, penting bagi pendidik dan penyelenggara pendidikan
untuk mempertimbangkan metode pembelajaran yang inovatif, meningkatkan fasilitas sarana
pendukung, dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran Sains. Dengan upaya
bersama dari guru, sekolah, dan pihak terkait, dapat diharapkan bahwa kesulitan siswa dalam
memahami materi pelajaran Sains dapat diatasi, dan mereka dapat mencapai pemahaman
yang lebih mendalam dan berkelanjutan.

REKAYASA IDE
VI. SOLUSI

Solusi untuk masalah yang diungkapkan dalam temuan kasus yang telah disimpulkan
dari ketiga jurnal adalah perlu adanya upaya yang terintegrasi antara pengembangan
praktikum yang berbasis lingkungan, peningkatan motivasi belajar matematika, dan
penerapan model pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran IPA. Berikut adalah
beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Pengembangan Praktikum Berbasis Lingkungan:
 Guru IPA perlu mengembangkan praktikum yang dapat dilakukan di lingkungan
sekitar sekolah atau rumah, dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat.
 Merancang praktikum yang memungkinkan siswa untuk melihat langsung fenomena
alam atau peristiwa sains yang terjadi di sekitar mereka.
 Mendorong kolaborasi antara guru dengan pihak sekolah atau komunitas setempat
untuk mendukung penyediaan fasilitas sederhana yang dibutuhkan.

2. Peningkatan Motivasi dalam Pembelajaran Matematika:


 Guru matematika perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
menantang, serta menekankan pentingnya pemahaman konsep matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
 Menerapkan metode pengajaran yang lebih interaktif, seperti permainan, proyek,
atau diskusi kelompok, untuk membuat materi lebih menarik dan mudah dipahami.
 Mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan menerapkan matematika dalam situasi
nyata.

6
3. Penerapan Model Pembelajaran yang Sesuai dalam Pembelajaran IPA:
 Guru perlu mengadopsi model pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif siswa,
seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi, atau eksperimen sederhana.
 Menggunakan media pembelajaran yang menarik, seperti video pendek, gambar,
atau aplikasi interaktif, untuk membantu siswa memahami konsep-konsep sains
secara visual.
 Mengadakan sesi konsultasi tambahan atau kelompok belajar untuk membantu siswa
yang kesulitan dalam memahami materi IPA.

4. Pengembangan Keterampilan Guru:


 Mengadakan pelatihan reguler untuk guru, terutama terkait dengan pengembangan
praktikum berbasis lingkungan, motivasi siswa, dan model pembelajaran yang
sesuai.
 Mendorong kolaborasi antar guru untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik
dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran.

5. Pengembangan Rencana Tindak Lanjut:


 Memonitor perkembangan siswa secara teratur dan menyesuaikan strategi
pembelajaran berdasarkan kebutuhan individu.
 Membentuk tim yang terdiri dari guru, staf sekolah, dan orang tua siswa untuk
merancang program khusus yang dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi pelajaran sains.
Dengan mengadopsi langkah-langkah di atas, diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam materi sains, memperbaiki motivasi belajar matematika, serta
memastikan penerapan model pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran IPA. Hal ini
akan berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa secara keseluruhan.
VII. PERTIMBANGAN IMPLEMENTASI

Implementasi solusi yang disarankan perlu dipertimbangkan secara hati-hati dengan


memperhatikan kondisi nyata di lingkungan pendidikan yang bersangkutan. Berikut adalah
beberapa pertimbangan yang harus dipertimbangkan sebelum mengimplementasikan solusi-
solusi tersebut:
1. Sumber Daya yang Tersedia:
 Periksa ketersediaan sumber daya fisik, seperti ruang kelas, fasilitas laboratorium,
dan lingkungan sekolah, untuk memastikan apakah pengembangan praktikum
berbasis lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik.
 Tinjau ketersediaan dana untuk memastikan bahwa perubahan dalam pembelajaran
tidak akan membebani anggaran sekolah atau siswa.

2. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan:


 Pastikan bahwa guru-guru terlibat dalam pelatihan yang cukup untuk memahami dan
mengimplementasikan solusi-solusi baru yang diusulkan.
 Sediakan sumber daya yang cukup untuk pelatihan kontinu guna meningkatkan
keterampilan pengajaran dan pengembangan praktikum berbasis lingkungan.

7
3. Partisipasi Siswa dan Orang Tua:
 Libatkan siswa dan orang tua dalam proses pembuatan keputusan. Dapatkan
masukan dari mereka terkait keefektifan solusi yang diusulkan dan dorong
partisipasi aktif dalam pelaksanaannya.
 Komunikasikan manfaat solusi yang diusulkan secara terbuka kepada siswa dan
orang tua untuk memastikan adopsi yang lebih baik.

4. Perubahan Kurikulum:
 Pastikan bahwa solusi yang diusulkan sesuai dengan kurikulum yang ada. Bekerja
sama dengan pihak terkait untuk memastikan bahwa perubahan yang diperlukan
dalam kurikulum dapat diimplementasikan dengan baik.

5. Evaluasi dan Pemantauan Berkelanjutan:


 Tetapkan metrik yang jelas untuk mengevaluasi keberhasilan solusi yang diusulkan.
Berikan waktu yang cukup untuk mengukur dampaknya terhadap pemahaman siswa
dan perbaikan kinerja pembelajaran.
 Perluas pemantauan dan evaluasi untuk mencakup aspek kualitatif dan kuantitatif
guna mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang keberhasilan solusi.

6. Kesesuaian dengan Kebijakan Sekolah dan Pemerintah:


 Pastikan bahwa solusi yang diusulkan sesuai dengan kebijakan sekolah dan
pemerintah terkait pendidikan. Pastikan juga bahwa solusi tidak melanggar regulasi
yang ada.

7. Keterlibatan Staf Sekolah:


 Melibatkan staf sekolah lainnya seperti kepala sekolah, staf administrasi, dan pihak
terkait lainnya dapat membantu dalam melaksanakan perubahan secara lebih efektif.
 Dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan ini, implementasi solusi dapat
dilakukan secara efektif dan efisien, memastikan bahwa perubahan yang diinginkan
dapat tercapai dengan baik dalam konteks keadaan nyata di lingkungan pendidikan
yang bersangkutan. Dengan demikian, kesinambungan dan keberlanjutan dari solusi
tersebut dapat terjamin.
VIII. PENUTUP

VIII.1. KESIMPULAN
Pembelajaran matematika dan IPA seringkali dihadapkan pada sejumlah kendala,
termasuk kurangnya motivasi siswa, persepsi bahwa mata pelajaran tersebut sulit, kekurangan
fasilitas laboratorium, dan kurangnya penggunaan media pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan beberapa jurnal tersebut, beberapa masalah utama yang diidentifikasi termasuk
pemahaman yang rendah terhadap materi pelajaran, kurangnya inovasi dalam pembelajaran,
kurangnya fasilitas pendukung, dan metode pengajaran yang kurang interaktif.
Solusi yang disarankan dalam Rekayasa Ide tersebut mencakup pengembangan
praktikum berbasis lingkungan, peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika,
penerapan model pembelajaran yang lebih interaktif dan melibatkan siswa, serta peningkatan

8
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran. Selain itu, penting juga untuk melibatkan
siswa dan orang tua dalam proses pembelajaran dan untuk memantau dan mengevaluasi
secara terus-menerus untuk memastikan efektivitas solusi yang diusulkan.
Dalam implementasi solusi, penting untuk memperhatikan sumber daya yang tersedia,
melaksanakan pelatihan yang diperlukan bagi guru dan staf sekolah, melibatkan siswa dan
orang tua, memperhatikan kebijakan sekolah dan pemerintah terkait, serta melibatkan staf
sekolah dalam proses perubahan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, diharapkan
bahwa solusi yang diimplementasikan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dan
hasil belajar mereka dalam kedua mata pelajaran.
VIII.2. SARAN
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang matematika dan IPA, rekomendasi
beberapa strategi dapat dipertimbangkan. Pertama, perlu adanya pengembangan praktikum
berbasis lingkungan yang melibatkan kolaborasi dengan pihak luar untuk menyediakan
sumber daya dan fasilitas yang diperlukan. Kedua, motivasi siswa dalam pembelajaran
matematika dapat ditingkatkan dengan menerapkan pendekatan yang lebih interaktif, seperti
permainan, diskusi, atau proyek berbasis masalah. Selain itu, penerapan model pembelajaran
yang menarik dalam pembelajaran IPA dapat membantu siswa memahami konsep ilmiah
secara lebih baik, melalui penggunaan media pembelajaran yang memadukan visualisasi dan
partisipasi aktif. Dengan memperhatikan keterampilan dan pengembangan guru serta
pelaksanaan evaluasi yang berkelanjutan, diharapkan implementasi strategi ini dapat
memberikan dampak positif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian
akademik siswa.

9
DAFTAR PUSTAKA
Erviana, L. (2015). Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Lingkungan sebagai Sarana
Praktikum IPA untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa di SMP-IT AR
Rahmah Pacitan. Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar, 7, 71-77.
Hasibuan, S., & dkk. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Benda dan Kegunaannya dalam
Pembelajaran IPA di Kelas II SD Negeri 101040 AEK Sigma. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 18-22.
Yanuardana, M., & Setyawan, A. (2023). Peranan Media Pembelajaran Berbasis Lingkungan
dan Permainan Tradisional (Boy-Boyan) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Materi Bangun Ruang dan Satuan Jarak Siswa Kelas VI UPT SDN 43
Gresik. Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 109-125.

10

Anda mungkin juga menyukai