Anda di halaman 1dari 28

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

UPAYA PEMBAHARUAN MASALAH PENDIDIKAN

DOSEN : ANES FITRIA,M.Pd.

KELOMPOK 12:

1. ARES ()
2. AVIA ()
3. DEA LEVINDA ()
4. INTAN YUWITA (19016094)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehinga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimaksih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karna keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengaharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang ,15 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................

Daftar Isi................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

Latar Belakang................................................................................

Rumusan Masalah...........................................................................

Tujuan.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................

Perubahan Kurikulum…………………………...............……..

Pengelolaan Pendidikan Inovatif……………...…………………

Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah…….…………………

BAB III PENUTUP...............................................................................

Kesimpulan.....................................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia. Dalam kondisi apapun manusia
tidak dapat menolak efek dari penerapan pendidikan.
konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Oleh
karena itu, perlu ada rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan pegangan
oleh pendidik dalam mengemban tugasnya. Sistem pendidikan menjadi bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak
mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional.
Untuk tetap mewujudkan sistem pendidikan yang baik, maka kesemua pokok pendidikan
haruslah dipahami bersamaan dengan faktor-faktor penyebabnya. Sehingga oleh berbagai pihak
yang terkait dapat mengupayakan pemecahan atau penanggulangan yang terbaik agar pendidikan
di Indonesia tetap bisa berjalan dengan baik dan mencapai tujuannya. Berdasarkan kenyataan
tersebut maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak
komponen, dan melibatkan banyak pihak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah
dalam makalah ini seperti: Upaya pembaharuan pendidikan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan kurikulum di Indonesia
2. Untuk mengetahui Pengelolaan pendidikan inovatif
3. Untuk mengetahui pengembangan pendidikan luar sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

UPAYA PEMBAHARUAN MASALAH PENDIDIKAN

A. PERUBAHAN KURIKULUM

1. Kurikulum 1968

Kurikulum pada Orde Lama (sebelum 1966) masih dalam mencari bentuk yang khas nasional.
Sejak merdeka hingga ditetapkan UU No. 4 Tahun 1950 tentang Pendidikan di Sekolah,
pendidikan kita masih berada pada tahap penyempurnaan kurikulum nasa penjajahan (Belanda
dan Jepang). Sejarah (pendidikan) mencatat bahwa pada era Orde Lama (tahun 1950-1965)
materi pelajaran yang utama adalah tujuh bahan pokok (indoktrinasi). Kurikulum secara
keseluruhan terus dibenahi sehingga lahirlah kurikulum pertama dalam sistem pendidikan di
negara RI ini, dikenal dengan kurikulum terurai (Separated subject matter curriculum), karena
mata pelajarannya banyak tetapi satu sana lain terpisah-pisah.

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk secara nasional
dilaksanakan bertahap mulai tahun pengajaran 1976, dengan catatan bahwa bagi sekolah-sekolah
yang menurut penilaian kepala perwakilan telah mampu, diperkenankan melaksanakannya mulai
tahun 1975.

Ciri-ciri khusus kurikulurm 1975 yaitu:

a) Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan. Setiap guru harus mengetahui
dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh setiap murid di dalam menyusun rencana
kegiatan belajar mengajar danmembimbing murid untuk melaksanakan rencana tersebut.

b) Menganut pendekatan yang integratif, dalam arti setiap pelajaran dan bidang pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang tercapainya tujuan yang lebih akhir.
c) Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini bukan hanya dibebankan kepada bidang
pelajaran Pendidikan Moral Pancasila di dalam pencapaiannya, melainkan juga kepada
bidang pelajaran ilmu pengetahuan sosial (sejarah, geografi, dan ekonomi) dan
pendidikanagama.

d) Kurikulum ini menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, daya, dan
waktu yang tersedia. Jam-jam sekolah hendaknya dimanfaatkan bagi kegiatan-kegiatan
belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak mungkin dicapai di luar situasi sekolah
(guru-murid, serta fasilitas dan media pendidikan).

e) Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran yang


dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPS).

f) Organisasi pelajaran meliputi bidang-bidang studi, agama, banasa,matematika, ilmu


pengetahuan sosial, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan, di samping Moral
Pancasila, yang tujuannyauntuk mencapai sinkronisasi dan integritas pelajaran-pelajaran
yang sekelompok.

g) Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar mengajar sebagai


suatu sistem yang meliputi komponen-komponen tujuan pembelajaran, bahan
pembelajaran, alat pembelajaran, alat evaluasi, dan metode pembelajaran. Akibat dari
pendekatan ini, maka guru diajak untuk menjadi perencana dari kegiatan mengajar, di
samping sebagai pengelola dan salah seorang pelaku dalam proses itu sendiri.

h) Sistem evaluasi, dilakukan penilaian kepada murid-murid pada setiap akhir satuan
pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai murid-murid pada
setiap akhir satuan pembelajaran.

Ada empat macam tes dalam pelaksanaan kurikulum ini, yaitu tes formatif, sumatif, placement
test, dan tes diagnostik. Tes formatif berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Tes
sumatif berfungsi untuk menentukan angka kemajuan/hasil belajar siswa. Tes placement
penetapan untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar/program pendidikan yang
sesuai. Misalnya untuk mengelompokkan siswa dalam belajar. Penilaian/tes diagnostik berfungsi
untuk membantu memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa tertentu.
Dalam menyusun dan membakukan kurikulum tersebut digunakan beberapa prinsip yang
memungkinkan sistem pendidikan pada setiap program (SD, SLTP, SMU), benar-benar iebih
efisien dan efektif.

Prinsip-prinsip kurikulum 1975 yaitu:

a) Prinsip Fleksibilitas Program

Penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program harus mengingat faktor-


faktor ekosistem dan kemampuan pemerintah,masyarakat, serta orangtua untuk
menyediakan dana bagi kelangsungan bidang studi tersebut.

b) Prinsip Efisiensi dan Efektivitas

Yang dimaksud dengan prinsip efisiensi adalah efisiensi dalam penggunaan waktu,
pendayagunaan dana, dan tenaga secara optimal.Waktu murid-murid belajar di sekolah
hanya enam jam sehari. Waktu jam pelajaran yang tersedia hendaknya dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya. Di dalam menetapkan jam pelajaran harus pula dipertimbangkan
bahwa murid tersebut mempunyai batas-batas kesanggupan untuk memusatkan pikiran
sebab kalau mereka sudah terlalu lelah, pikiran dan perhatian mereka kurang terpusat.
Akibatnya, membuang-buang tenaga dan waktu. Jadi, hasil belajar mereka kurang
memuaskan. Dengan kata lain. proses belajar yang mereka lakukan tidak berjalan secara
efektif.

Atas dasar prinsip efisiensi dan efektivitas tersebut maka:

1) Kegiatan belajar yang sifatnya pilihan wajib/ dan akademis ditekankan pada hari Senin-
Jumat.

2) Kegiatan belajar yang sifatnya pilihan wajib, ekspresif, dan rekreatif diadakan pada hari
Sabtu.

3) Setiap mata pelajaran hendaknya diberikan selama dua hingga tiga jam pada setiap
pertemuan. Jangan sekali-kali pertemuan diberikan satu jam pelajaran saja.
4) Jumlah jam pelajaran efektif di sekolah, setiap minggunya lebihsedikit dari jumlah
pelajaran pada Kurikulum 1968. Pada SLTP, sepuluh mata pelajaran per minggu , SLTA
antara 8 dan 13 mata pelajaran per minggu, dibandingkan dengan 17 mata pelajaran per
minggu pada Kurikulum 1968. Pada SD hanya 8-10 mata pelajaran per minggu. Dengan
demikian, tiap hari anak tidak akan mengikuti pelajaran lebih dari tiga mata pelajaran.

c) Prinsip Berorientasi pada Tujuan

Kurikulum 1975 berorientasi kepada tujuan mulai dari tujuan yang sangat umum sampai kepada
tujuan yang khusus.

Hierarki tujuan menurut Kurikulum 1975 yaitu:

1) Tujuan umum ialah tujuan pendidikan nasional.

2) Tujuan institusional ialah tujuan untuk setiap lembaga tingkatan pendidikan, seperti tujuan
SD, SLTP, dan SLTA.

3) Tujuan kurikuler ialah tujuan untuk setiap bidang studi seperti tujuan mata pelajaran bahasa
Indonesia, PMP, PSPB, IPA.

4) Tujuan instruksional ialah tujuan setiap pokok bahasan (satuan bahasa). Contoh: pada bidang
studi keterampilan, murid dapat menjelaskan cara mengolah tanah.

d) Prinsip Kontinuitas

GBHN menyatakan, pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Sekolah dasar
dan sekolah menengah; (pertama dan atas) adalah sekolah-sekolah umum, yang masing-masing
fungsinya dinyatakan dalam tujuan institusional. Namun kurikulum satu jenjang pendidikan
dengan yang di atasnya berhubungan secara hierarkis (hubungan vertikal). Oleh karena itu,
dalam menyusun kurikulum, ketiga jenjang sekolah tersebut hendaknya selalu dihubungkan
secara hierarkis dan fungsional.

Kurikulum pendidikan dasar disusun agar lulusannya, di samping siap untuk berkembang
menjadi anggota masyarakat, juga siap untuk mengikuti pendidikan tingkat pertama. Di samping
memiliki bekal keterampilan untuk memasuki masyarakat sebagai tenaga kerja, juga harus siap
memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Hubungan fungsional hierarki ini harus diingat dalam
menyusun programprogram pengajaran dari ketiga sekolah tersebut. Kalau tidak, dapat terjadi
pengulangan yang membosankan atau pemberian pelajaran yang sukar ditangkap dan diolah
'oleh para murid, karena mereka tidak memiliki dasar yang kukuh.

Bagi suatu bidang pelajaran yang menganut pendekatan spiral, seperti pelajaran sejarah atau
kewarganegaraan; perluasan dan pendalaman suatu pokok bahasan dari tingkat pendidikan satu
ke tingkat berikutnya harus disusun secara berencana dan sistematis.

Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang disusun untuk setiap bidang studi diajarkan
secara integral dengan maksud agar jelas perbedaan antara pokok bahasan yang kelihatannya
sama, diberikan di SD dan SLTP.

Para pelaksana terutama guru diharapkan untuk memahami hubungan fungsional hierarki antara
pelajaran yang diberikan di SD dan di SLTP, antara caturwulan dan caturwulan berikutnya, dan
bahkan antara satuan pelajaran untuk satu bulan dengan bulan berikutnya. Pelaksanaan prinsip
ini mengharuskan guru untuk memahami hubungan secara hierarki antara satuan pelajaran.

e) Prinsip Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan yang diterima anak di sekolah memberikan dasar/bekal untuk belajar seumur hidup,
sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta
pengembangan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan kehidupannya.

3. Kurikulum 1984

Salah satu upaya perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dilakukan melalui
perbaikan kurikulum pendidikan dasar dan ' menengah dalam lingkungan Departemen P dan K.
Perbaikan kurikulum ini dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 0461 /U/ 1983 tanggal 23 Oktober 1983. Pembenahan kurikulum ini diharapkan
dapat memberikan peluang yang lebih besar kepada siswa untuk memperoleh pendidikan yang
sesuai dengan bakat, minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Pengembangan . kurikulum
diadakan secara bertahap, dalam arti bahwa upaya pemantapan tetap diadakan secara terus-
menerus. Hal ini penting, mengingat kurikulum harus selalu disesuaikan dengan tahap
pembangunan nasional melalui penyempurnaan isi, bentuk, dan cara penyajian (pendekatan yang
lebih sesuai).

Karakteristik 1984 adalah:

a. Landasan Pengembangan

1. Nilai dasar (basic value) sebagai landasan pengembangan kurikulum ini adalah
Pancasila dan UUD 1945. Karena Pancasila merupakan asas dan dasar negara bangsa
kita, maka setiap upaya pembenahan kurikulum harus bersumber pada Pancasila.

2. Fakta empiris dapat dicari dari sumber ketentuan yang berlaku (GBHN), hasil penelitian
dan pengembangan, dan hasil penilaian kurikulum.

3. Segi teoretis berarti pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan adanya


perkembangan, teori-teori ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Prinsip Pengembangan

1. Prinsip relevansi mengacu pada upaya penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan anak
dan lingkungan, baik fisik maupun sosial. Hal ini berarti dalam penyusunan kurikulum
didasarkan pada kebutuhan anak dan kebutuhan lingkungan.

2. Pendekatan pengembangan (developmental approach) mengharuskan adanya penilaian


kurikulurn perlu dilakukan secara terus-menerus. Hasil penilaian tersebut mengarah pada
perbaikan terus-menerus yang diadakan, Sementara kurikulum diterapkan.

3. Perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dan berubah.


Pendidikan perlu memperhatikan hal itu. Dalam menghadapi hidup digunakan. sebagai
prinsip pengembangan pendidikan seumur hidup.

4. Pengembangan, kurikulum mendasarkan din‘ pada suatu prinsip keluwesan, mengingat


situasi, kondisi, dan kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa perangkat
program kurikulum perlu disesuaikan oleh pelaksanaannya menurut keadaan setempat.

5. Guna tercapai tujuan secara tepat digunakan prinsip efektivitas. Dengan demikian, para
pelaksana kurikulum hendaknya terbiasa menerapkan kurikulum secara tepat guna.
c. Kegiatan Kurikulum

1) Ada tiga bentuk kegiatan kurikuler, yaitu intrakurikuler, kokurikuler, dan


ekstrakurikuler. Kegiatan ini sangat penting artinya bagi kegiatan belajar mengajar,
penilaian, dan sistem kredit.

2) Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan struktur program. Pelaksanaannya di


sekolah dan seluruh kegiatannya dinilai.

3) Kegiatan kokurikuler di luar struktur program. Tujuannya untuk memberikan perluasan


dan pengalaman terhadap apa yang telah dipelajarinya dalam kegiatan intrakurikuler.
Kegiatan kokurikuler wajib dinilai.

4) Kegiatan ekstrakurikuler terutama ditujukan untuk keperluan pembinaan bakat dan


prestasi siswa. Kegiatan ini dilakukan di luar sekolah dan dinilai. Apabila pembimbing
perlu mengadakan penilaian hanya terbatas pada upaya penguatan (reinforcement).

d. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar

Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah pendekatan keterampilan proses yang diwujudkan dalam
bentuk Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pada dasarnya pendekatan ini memberikan penekanan
yang sama beratnya bagi proses belajar dengan hasil belajar. Dengan demikian, proses belajar
mengajar lebih banyak mengacu pada bagaimana seseorang belajar, selain apa yang dia pelajari
tanpa mengabaikan ketuntasan belajar. Dengan memperhatikan kecepatan belajar siswa. Pada
dasarnya pelaksanaan proses belajar. mengajar ini berbentuk kelompok tanpa menutup
kemungkinan untuk bentuk lainnya.

Keterampilan proses terdiri dari pengamatan, menghitung, mengukur, mengklasifikasikan,


hubungan ruang dan waktu, perbuatan hipotesis, pengendalian variabel, interpretasi data,
kesimpulan sementara (inferensi), penerapan (aplikasi), dan komunikasi.

e. Sistem Penilaian

Pada dasamya sistem penilaian dalam kurikulum 1984 bukan hanya menitikberatkan pada
penilaian hasil belajar, tetapi diterapkan juga penilaian pada proses belajar.
f. Sistem Kredit

Dalam kurikulum SLTA seperti SMA diterapkan sistem kredit. Yang dimaksud dengan kredit
adalah ukuran/satuan belajar siswa yang ditentukan oleh jumlah jam pelajaran tatap muka dan
pekerjaan rumah per minggu tiap semester.

Penerapan sistem kredit berfungsi sebagai:

1) Pengukur beban siswa, yaitu menunjukkan ukuran minimal ataupun maksimal bahan
belajar siswa.

2) Pencerrninan dari perolehan tentang pengetahuan/keterampilan tertentu dalam waktu


tertentu.

3) Pengakuan atas penyelesaian suatu program studi pada tingkat semester, tingkat kelas,
atau tingkat sekolah.

4. Kurikulum 1994

Untuk memperbaiki mutu pendidikan selama pemerintah Orde Baru, antara lain dilaksanakan
berbagai upaya perbaikan kurikulum. Dimulai dari Kurikulum 1968, Kurikulum 1975,
Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 yang disempurnakan, disederhanakan, dan disesuaikan.
Semua itu memiliki ciri-ciri dan pendekatan yang berbeda.

Kalau diperhatikan upaya-upaya tersebut, sesuai dengan. pengertian kurikulum dalam UU No. 2
Tahun 1989, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Pada awal Pelita VI diberlakukan Kurikulum 1994. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sengaja
memberikan informasi lebih awal untuk mengurangi tanggapan negatif dan menghilangkan
kesalahpahaman atau keresahan di kalangan para pendidik, terutama bagi daerah pedalaman
yang biasanya lambat menerima ide-ide pembaruan.

Salah satu tujuan dari UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional agar peserta
didik yang telah menamatkan sekolah mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu
menjawab segala permasalahan pada pembangunan nasional jangka panjang tahap kedua kedua.
Ciri yang membedakan Kurikulum_1_9_94 dengan kurikulum sebeIumnya, ada
pada'pelaksanaan tentang pendidikan dasar sembilan tahun,  memberlakukan kurikulum muatan
lokal serta menyempurnakan tiga kemampuan dasar: membaca, menulis,  dan menghitung (3M)
yang fungsional.

Dalam rangka meningkatkan relevansi pendidikan di SD, juga dikembangkan kurikulum muatan
lokal yang dinyatakan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
O412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987. Pelaksanaannya dijabarkan dalam keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No. 173/C/Kep/U/ 1987 tanggal 7 Oktober 1987.
Dalam keputusan Menteri P dan K tersebut dinyatakan, kurikulum muatan lokal ialah suatu
program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan alam, lingkungan
sosial, lingkungan budaya, dan pola kehidupan, serta kebutuhan pembangunan yang wajib
dipelajari murid di daerah tersebut.

Tujuan kurikulum muatan lokal antara lain untuk mendekatkan peserta didik dengan lingkungan,
untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima di sekolah dalam kehidupan peserta didik
sehari-hari sehingga peserta didik terbiasa berpikir kritis dan analitis, untuk melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah, untuk menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan peserta
didik, dan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan lingkungannya.

5. Kurikulum Suplemen

a. Latar Belakang

Kurikulum yang berlaku (Kurikulum 1994) mendapat tanggapan, kritik, dan saran dari para
praktisi, pakar, ahli, serta masyarakat. Tanggapan masyarakat tentang kurikuler juga semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kebutuhan masyarakat. Tanggapan dan
kritik pada, umumnya berkenaan dengan padatnya isi kurikulum seperti banyaknya mata
pelajaran dan substansinya dari setiap mata pelajaran, materi yang kurang sesuai, baik dengan
tahap perkembangan anak maupun dengan kebutuhan pembangunan nasional dan perkembangan
IPTEK. Kurikulum yang berlaku juga dianggap kurang mengakomodasi keragaman potensi
peserta didik, aspirasi, dan peran serta masyarakat. Namun demikian, Kurikulum 1994 masih
sesuai bagi sebagian siswa.
Dengan pertimbangan hal tersebut telah dilakukan evaluasi, pengkajian dokumen dan
pelaksanaan kurikuler sebagai bagian dari proses pengembangan kurikulum dan kemudian
melanjutkan dengan penyesuaian kurikulum sebagai upaya untuk menanggapi tuntutan
kebutuhan pembangunan nasional dan perkembangan IPTEK serta kritik dan saran dari para
praktisi, pakar, ahli, dan masyarakat.

Hasil penyesuaian yang diperoleh adalah suplemen GBPP Kurikulum 1994 merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari GBPP Kurikulum 1994. Suplemen tersebut mencakup semua mata
pelajaran untuk satuan pendidikan SD, SLTP, SMU yang mulai diimplementasikan pada awal
tahun pelajaran 1999/2000.

b. Tujuan  Penyempurnaan/penyesuaian GBPP dilakukan dengan maksud untuk:

1) Meningkatkan efektivitas dan kualitas pembelajaran.

2) Meningkatkan hasil belajar siswa.

3) Strategi.

Untuk mengkaji seberapa jauh GBPP mengandung masalah-masalah yang berkenaan dengan
pengorganisasian isi dan pengalaman belajar, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
dan Kebudayaan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
mengadakan serangkaian kegiatan untuk mengkaji GBPP. Kegiatan ini melibatkan para ahli mata
pelajaran, pengembangan kurikulum, dan guru-guru bidang studi. Pengkajian GBPP dilakukan
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menelaah hasil pengkajian kurikulum pendidikan dasar dan menengah sebagai dasar
untuk melihat permasalahan dalam dokumen dan pelaksanaan kurikulum.

2) Mengkaji GBPP dalam rangka merumuskan perbaikan GBPP dengan menggunakan


format suplemen perbaikan GBPP yang di dalamnya memuat hasil pengkajian.

3) Membahas usulan perbaikan GBPP tersebut dengan cara mendiskusikan masing-masing


perbaikan guna mendapatkan kesepakatan mengenai isi suplemen tersebut.
4) Memfinalisasi usulan suplemen penyempurnaanlpenyesuaian GBPP untuk masing-
masing persekolahan. Dari kegiatan pengkajian tersebut diperoleh GBPP yang
disempurnakan/disesuaikan sebagai berikut:

i. Untuk pokok bahasan 'yang mirip atau sama diperbaiki dengan cara menggabungkan pokok
bahasan tersebut beserta uraian materinya pada kelas yang lebih tinggi atau yang rendah.

ii. Untuk pokok bahasan yang tidak relevan dengan perkembangan zaman ditunda
pelaksanaannya hingga adanya keputusan lebih lanjut dari Depdiknas.

Pengkajian kurikulum ini dapat digunakan untuk menyempurnakan kurikulum yang digunakan
pada waktu tanpa langsung mengganti kurikulum dengan kurikulum yang baru.  Secara prinsip
kurikulum yang digunakan masih kurikulum yang sebelumnya, tetapi dalam penerapannya
kurikulum tersebut dikaji lagi untuk penyesuaian dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu dan
teknologi.

6. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pengertian kurikulum sangat banyak sekali tergantung situasi dan objek pendukungnya. Namun
hakikat implementasi kurikulum dapat diberikan pemahaman pada materi, isi atau informasi
(pengetahuan) yang diajarkan di sekolah. Pendekatan ini dikenal dengan kurikulum berbasiskan
pengetahuan (knowledge based curriculum)

Adapun kurikulum yang menekankan pada pencapaian kemampuan yang dikuasai oleh siswa, di
mana materi atau pengetahuan diperlakukan sebagai alat dalam pencapaian kemampuan. Artinya
kurikulum merupakan serangkaian pemberian pengalaman belajar, secara autentik kepada setiap
siswa di sepanjang hayatnya baik yang diberikan melalui berbagai kegiatan di sekolah maupun di
luar sekolah.

Pendekatan ini dikenal dengan kurikulum yang berbasiskan kemampuan atau kompetensi
(competency based curriculum), selanjutnya dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi).
Kompetensi yaitu kemampuan yang perlu dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran yang dapat dilihat dari kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan
afektif (sikap).

Pengetahuan dapat dilihat dari fakta, konsep materi yang bersifat informatif, sedangkan
keterampilan ditinjau secara akademik, sosial, dan vaksional. Kemudian sikap dapat diukur dari
nilai dan norma yang ada.

Yang menjadi sasaran utama dari Kurikulum Berdasarkan Kompetensi adalah di mana
pembelajaran bukan hanya sekadar tahu (know) tapi juga untuk mampu berbuat (to do), mampu
membangun jati diri ( to be) serta mampu menjadi warga masyarakat yang hidup dalam
kebersamaan yang damai (to live together).

Keberhasilan PBM dilihat dari kinerja yang ditunjukkan oleh siswa, bukan habisnya materi,
PBM berlangsung dengan pola pengembangan yang didasarkan atas keberagaman karakteristik
siswa (potensi, kemampuan, kecepatan belajar, dan minat).  Siswa diperlakukan sebagai bibit
yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Penilaian bersifat autentik untuk melihat sejauh
mana setiap individu berkembang, artinya kemampuan belajar anak didik dilihat dari
perkembangan melalui perbandingan antara hasil yang diperoleh saat ini dengan sebelumnya.

7. Kurikulum2006(KTSP)

Perkembangan kurikulum di Indonesia selalu berubah-ubah, dalam  pendidikan masa ini


kurikulum yang dipakai yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) , merupakan angin
segar bagi dunia pendidikan dasar dan menengah. KTSP dimaknai sebagai kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Ini berarti
satuan pendidikan tertantang untuk menerjemahkan standar isi yang ditentukan oleh Depdiknas.
Bahkan diharapkan sekolah mampu mengembangkan lebih jauh standar isi tersebut.

Meskipun sekolah diberi kelonggaran untuk menyusun kurikulum, namun tetap harus
memperhatikan rambu-rambu panduan KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Hal ini diharapkan agar selalu ada sinkronisasi antara standar isi dan
masing-masing KTSP.
Dalam praktiknya, peluang ini juga akan menghadapi kendala yang tidak ringan. Pertama, belum
semua guru atau bahkan kepala sekolah mempunyai kemampuan untuk menyusun kurikulum.
Kedua, semua komite sekolah atau bahkan orang Depdiknas belum memahami tata cara
penyusunan suatu kurikulum yang baik. Ketiga, kebingungan pelaksana dalarn menerjemahkan
KTSP.

Sudah sering dikemukakan oleh berbagai kalangan, ketidaklogisan KTSP terjadi karena seolah
diberikan kebeb asan untuk mengolaborasikan kurikulum inti yang dibuat Depdiknas, tetapi
evaluasi nasional oleh pemerintah dengan melalui Ujian Nasional (UN) justru yang paling
menentukan kelulusan siswa.

8. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis komptensi yang sudah dimulai
sejak tahun 2004. Kurikulum 2013 lebih menekankan kepada penggunaan pendekatan saintifik
dalarn pembelajaran yang menuntut siswa dapat melakukan aktivitas belajar yang menggunakan
5 M. Di samping itu, Kurikulum 2013 lebih menyempurnakan perumusan kompetensi inti yang
akan dituju dalam pembelajaran dalam satu kesatuan yang terpadu secara lebih nyata.

B. PENGELOLAAN PENDIDIKAN INOVATIF

Pembaruan pengelolaan pendidikan secara eksplisit dicantumkan pada UU Pokok Pendidikan


Terbaru (UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN). Pada sub bab ini paparan hanya secara umum,
karena secara mendetail akan dibahas dalam bab tentang sistem dari: (1) pendidikan umum (SD,
SLTP, SMU, dan universitas); (2) pendidikan kejuruan (SMK hingga perguruan tinggi); (3)
pendidikan luar biasa (SDLB hingga perguruan tinggi) ; (4) pendidikan kedinasan; dan (5)
pendidikan keagamaan (madrasah ibtidaiyah hingga perguruan tinggi).

Program pendidikan luar sekolah (PLS) yang dapat mengganti melanjutkan pendidikan sekolah
adalah program kejar paket A, B, dan C. Program ini merupakan pregram utama Ditjen
Diklusipora. Program kerja paket A dan diambil oleh warga masyarakat walaupun usianya tidak
lagi usia SD. Program ini (paket A) setara dengan SD dan kalau sudah menyelesaikan semua
program kejar paket A, peserta didik (warga belajar) dapat mengambil ujian persamaan SD dan
kalau lulus yang bersangkutan berhak mendapatkan ijazah SD. Pemegang ijazah SD selanjutnya
dapat melanjutkan ke paket B (setara SLTP), dan dapat pula melanjutkan ke paket C (setara
SLTA). Jika warga belajar yang telah mendapatkan ijazah SLTA (dengan cara mengikuti ujian
persamaan SLTA), mereka dapat pula melanjutkan ke perguruan tinggi swasta atau negeri seperti
UT (universitas terbuka).

Pengelolaan konsep pendidikan nasional (diknas) direalisasikan melalui kurikulum. Kurikulum


terbaru saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini sebagai usaha pembaruan kurikulum yang
ada sebelumnya, yaitu Kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994,2004 (KBK), dan 2006 (KTSP).

1. Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Pembaruan pendidik terlihat antara lain pada peningkatan kualifikasinya. Dewasa ini pendidik
yang berstatus guru/dosen hams keluaran pendidikan tinggi. Untuk menjadi guru di SD minimal
harus memiliki kualifikasi S-1 PGSD. Dengan pembaruan seperti ini, maka untuk mengajar di
SLTP minimal S-l, di SLTA tentu harus S-l (program gelar) dan untuk menjadi dosen syarat
minimalnya harus dikualifikasi 8-2 (master).

Tenaga kependidikan non-guru, seperti petugas/guru pembimbing terus diusahakan pengadaan


dan pengangkatannya agar yang telah bertugas di sekolah semakin bertambah jumlahnya
(pembaruan kuantitatif). Tenaga non-guru lain, seperti pustakawan mendapat pembaruan pula,
misalnya keprofesionalan tenaga tersebut. Bila dahulu dapat dikelola oleh guru, tenaga tata
usaha, dan siswa, maka sekarang sudah mulai dltangani oleh tenaga khusus tentang kepustakaan
ini (tenaga ini disebut pustakawan).

Dengan kemajuan IPTEK yang pesat, tenaga teknis diperlukan pula. Untuk masa yang akan
datang kebutuhan akan tenaga lainnya seperti para medis sekolah, laboran, ahli media (teknologi)
pendidikan, semakin dirasakan.
2. Dana

Kebutuhan dana untuk penyelenggaraan pendidikan kelihatannya semakin meningkat, karena


biaya pendidikan semakin mahal. Keadaan seperti ini logis saja, karena pembaruan-pembaruan
yang dilakukan butuh dana baru atau tambahan terhadap alokasi dana sebelumnya. Hal ini
berkaitan pula dengan nilai mata uang. Tingkat inflasi yang semakin tinggi memerlukan
penyesuaian di bidang pendanaan tersebut.

3. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang didirikan dan dikelola oleh masyarakat
sebagai lembaga pendidikannya. Semula berstatus swasta, kemudian ada yang dikelola oleh
pemerintah dan masyarakat.

Pendidikan nonformal yang dikelola oleh masyarakat (di bawah pengawasan pemerintah), maju
pesat pula. Sebagai contoh, kursus mengetik (dahulu Bond A dan B) sekarang sudah disesuaikan
dengan kebutuhan masa kini seperti khusus komputer dan internet. Dengan sifatnya yang tidak
terikat pada kurikulum seperti pada pendidikan formal, pendidikan nonformal ini berkembang
pesat baik jenis maupun kualitasnya.

c. PEMBARUAN PENDIDIKAN

1. SD PAMONG

Proyek ini merupakan pendidikan bersama antara pemerintah Indonesia dan Innotech; lembaga
yang didirikan oleh badan kerja sama Menteri-menteri Pendidikan se-Asia Tenggara. Di
kalangan organisasi Menteri Pendidikan Negara-negara Asia Tenggara (South East Asian
Ministers Education Organization atau Seameo), proyek ini dikenal dengan istilah Impact
(Instruction of Management by Parent Community and Teachers).
PAMONG merupakan singkatan dari Pendidikan Anak Oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru.
Proyek ini diujicobakan di tingkat sekolah dasar pada Kecamatan Kebakramat (Kelurahan
Alastimo, Banjarharjo, Malang gaten, dan Kebak) di Kabupaten Karanganyer, Solo.

Tujuan PAMONG yaitu:

1) Membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan sekolah atau
membantu siswa yang drop-out.

2) Membantu anak-anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu dalam belajar. Oleh
karena itu, belajar dapat sambil menggembalakan ternak; waktu istirahat, dan lain-lain.

3) Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga rasio guru terhadap murid dapat menjadi
1:200. Pada SD biasa 1:40 atau 1:50.

4) Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan yang sedikit dapat


ditampung sebanyak mungkin siswa.

Dengan kata lain, tujuan proyek Pamong untuk menentukan alternatif sistem penyampaian
pendidikan dasar yang bersifat efektif, ekonomis, dan merata yang sesuai dengan kondisi
kebanyakan daerah di Indonesia.

Proyek eksperimentasi itu berakhir pada 1976. Sistem penyampaian yang digunakan dengan
pemakaian modul. Setiap anak/siswa dapat mengambil modul di Pusat Pendidikan Masyarakat
(Pusdikmas). Di Pusdikmas ini, ada guru profesional yang mengelola pendidikan anak/siswa.
Anak dapat belajar sendiri dengan bantuan orangtua, atau tutor (seorang siswa yang lebih tinggi
tingkat belajarnya) atau anggota masyarakat yang mempunyai kecakapan khusus.

Jadi, dengan sistem Pamong ini anak-anak/siswa dapat belajar sendiri dengan bimbingan tutor,
atau anggota masyarakat, serta bimbingan orangtua. Pengajaran yang diberikan memperhatikan
kesanggupan anak.

Pengelolaan dari pengalaman yang diperoleh terutama berdasarkan sumber-sumber lain (bukan
guru) sukar, tetapi melalui masyarakat, siaran pendidikan dan kelompok atau kegiatan belajar
yang tidak memerlukan gedung sekolah.
2. SD Kecil

Realisasi dari UU Wajib Belajai' dan pemerataan pendidikan anakanak usia 7-12 tahun, terutama
bagi daerah-daerah terpencil, pemerintah ' telah melaksanakan SD kecil dan sistem guru kunjung.

SD Kecil mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kelas yang ada lebih sedikit/kecil dari SD biasa (tiga kelas).

2) Jumlah murid lebih kecil (20/30 orang).

3) Jumlah guru sedikit/lebih kecil dari guru SD biasa (tiga orang 'termasuk kepala sekolah).

4) Pendekatan belajar meliputi belajar sendiri, yaitu mempelajari modul, belajar kelompok,
klasikal. Jika jumlah kelas yang ada melebihi jumlah guru, maka satu orang guru
mengajar lebih dari satu kelas, misalnya kelas I II, III dan kelas IV, V, VI.

5) Kurikulum SD kecil sama dengan SD biasa.

6) Pelaksanaan SD kecil sudah ada di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur (120 buah),
dan akhir Pelita V direncanakan SD kecil sudah mencapai 174 buah.

7) Murid yang pandai dijadikan tutor untuk mengajar murid-murid lain.

3. SMP Terbuka

SMP Terbuka (SMPT) adalah sekolah menengah umum tingkat Pertama yang kegiatan
belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung sekolah dengan cara penyampaian
pelajaran melalui berbagai media, dan interaksi yang terbatas antara guru dan murid.

Adapun latar belakang berdirinya SMP Terbuka sebagai berikut:

1) Kekurangan fasilitas pendidikan dan tempat belajar.

2) Tenaga pendidikan yang tidak cukup.

3) Memperluas kesempatan belajar dalam rangka pemerataan pendidikan.


4) Menanggulangi anak terlantar bagi anak yang tidak diterima di SMP Negeri.
Penyelenggaraan SMP Terbuka ini adalah beringsut ke SMP negeri atau swasta yang
ditunjuk itu.

Ciri-ciri dari SMP terbuka yaitu:

1) Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat-syarat akademik.

2) Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal, untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis, insidental, dan perorangan.

3) Terbuka dalam proses belajar mengajar, yaitu tidak selalu diselenggarakan di ruang kelas
secara tatap muka, akan tetapi juga media seperti radio, media cetakan, kaset, slide,
model, dan gambar-gambar.

4) Terbuka dalarn keluar masuk kelas/sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia oleh
siswa.

5) Terbuka dalam pengelolaan sekolah Sekolah dikelola oleh pegawai negeri, dan orang-
O'rang lain yang diperlukan partisipasinya, seperti warga dan pimpinan masyarakat,
orang tua siswa dan pamong pemerintah setempat.

4. SMA Terbuka

SMA Terbuka adalah subsistem pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan kegiatan belajar mandiri para peserta didiknya dengan bimbingan terbatas dari
orang lain. SMA Terbuka merupakan salah satu model layanan pendidikan alternatif jalur
sekolah tingkat menengah yang diselenggarakan oleh SMA reguler. SMA Terbuka bukanlah
lembaga atau UPT baru yang berdiri sendiri, melainkan menginduk pada SMA reguler yang telah
ada. Dengan demikian, SMA reguler yang menjadi Sekolah Induk SMA Terbuka
menyelenggarakan pendidikan dengan dual mode system (tugas ganda). Artinya, Sekolah Induk
SMA Terbuka sekaligus melayani dua kelompok peserta didik yang berbeda, dengan cara belajar
yang berbeda. Dalam hal ini, Sekolah Induk SMA Terbuka diberi perluasan atau tambahan
peran, yaitu berupa layanan pendidikan dengan sistem belajar jarak jauh yang diperuntukkan
bagi peserta didik yang memiliki kendala tertentu. (Pustekkom, 2005).

Dari informasi tersebut di atas dapatlah dirumuskan bahwa model/sistem pendidikan SMA
Terbuka adalah model/sistem pendidikan SMA yang sebagian besar kegiatan pembelajaran-nya
dilaksanakan secara mandiri dengan menggunakan bahan-bahan belajar yang dapat dipelajari
peserta didik secara mandiri tanpa atau dengan seminimal mungkin bantuan orang lain. Karena
itulah, para peserta didik SMA Terbuka setiap harinya belajar mandiri di Tempat Kegiatan
Belajar (TKB) di bawah supervisi Guru Pamong, baik secara individual maupun dalam bentuk
kelompok-kelompok kecil. Guru Pamong tidak bertugas mengajar karena memang mereka
bukanlah orang yang berkualifikasi mengajar di SMA.

Belajar mandiri tidak hanya terbatas di TKB yang sudah ditunjuk tetapi peserta didik dapat saja
melakukannya di tempat lain sesuai dengan ketersediaan waktu luang mereka, seperti di rumah
atau di tempat kerja. Belajar mandiri di mana saja dimungkinkan karena bahan-bahan belajar
yang dikembangkan untuk peserta didik SMA Terbuka adalah bahan-bahan belajar cetak
(modul) yang dapat dipelajari peserta didik secara mandiri. Pada umumnya, setiap peserta didik
mendapatkan satu modul. Apabila karena satu dan lain hal, dapat saja terjadi bahwa satu modul
dipelajari oleh dua orang peserta didik. Dalam keadaan yang demikian ini dibutuhkan pembagian
waktu antara kedua orang peserta didik yang bersangkutan agar dapat mempelajari modul secara
bergantian.

Konsepsi dasar yang melandasi pengertian/batasan SMA Terbuka sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas adalah bahwa:

a. belajar pada prinsipnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi seseorang
dengan sumber-sumber belajar, baik yang dirancang secara khusus maupun melalui pemanfaatan
sumber-sumber belajar yang tersedia.

b. kegiatan belajar dapat terjadi di mana dan kapan saja, serta tidak sepenuhnya hanya tergantung
pada guru dan gedung sekolah.

c. kegiatan belajar-mengajar akan mencapai tujuannya apabila berpusat pada peserta didik dan
melibatkan peserta didik secara aktif.
d. penggunaan media pembelajaran yang dirancang secara benar dan tepat akan dapat memberi
hasil belajar yang maksimal sesuai dengan karakteristik media itu sendiri.

5. Universitas Terbuka

Universitas Terbuka (UT) merupakan lembaga pendidikan tinggi yang menerapkan sistem
belajar jarak jauh. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan partisipasi perguruan tinggi dari 5
persen menjadi 8,2 persen (dihitung dari populasi penduduk umur 19-24 tahun).

Pada akhir Repelita IV, di samp ing itu juga untuk meningkatkan mutu lulusan melalui
pengontrolan kualitas bahan belajar yang disajikan dalam bentuk modul belajar. Dalam sistem
belajar terbuka ini mahasiswa dituntut lebih banyak berinisiatif untuk belajar mandiri dan
berkelompok.

Tujuan dan Sasaran

Sebagai suatu institusi pendidikan tinggi, UT bertujuan melaksanakan Tridharma Perguruan


Tinggi dengan cara yang lebih terbuka, yaitu melalui sistem belajar jarak jauh (SBJJ).

Pelayanan pendidikan oleh UT akan diselenggarakan melalui penggunaan paket modal belajar
sehingga  dapat mencapai sasaran mahasiswa dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
dengan kemampuan pelayanan di perguruan tinggi biasa. Dengan demikian, kebijaksanaan
pemerintah untuk meningkatkan daya tampung perguruan tinggi dari 5 persen menjadi 8,2 persen
dari kelompok umur pendidikan tinggi pada akhir Pelita IV diharapkan akan dapat tercapai.

Gagasanpemerintah untuk menyelenggarakan UT didasarkan kepada keinginan untuk


memperluas kesempatan memperoleh pendidikan tinggi bagi seluruh masyarakat dan
meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan pada lembaga pendidikan dan perguruan tinggi
serta tenaga-tenaga dalam bidang lain, yang tersebar di seluruh Indonesia. Keinginan tersebut
tidak mungkin dapat dipenuhi melalui sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi biasa
(konvensional), karena terikat pada pertemuan tatap muka dalam ruangan belajar yang terbatas
jumlahnya, dan tenaga pengajar yang sulit didapat.

Oleh karena itu, UT menggunakan cara yang lebih terbuka, yaitu mengutamakan penerapan
Sistem Belajar Jarak Jauh (SBH).
C. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

1. Program Paket A

Program Paket A adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara
SD/MI bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih
pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan. Pemegang ijazah Program Paket A memiliki
hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SD/MI.

2. Program Paket B

Program Paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara
SMP/MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih
pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar. Pemegang ijazah Program Paket B
memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP/MTs.

3. Program Paket C

Program Paket C adalah program pendidikan menengah pada jalur pendidikan nonformal setara
SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih
pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Pemegang ijazah Program Paket
C memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMA/MA.

4. Kursus

Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal. Kursus
merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti halnya sekolah. Perbedaanya adalah bahwa
kursus biasanya diselenggarakan dalam waktu pendek dan hanya untuk mempelajari satu
keterampilan tertentu. Misalnya, kursus bahasa Inggris tiga bulan atau 50 jam, kursus montir,
kursus memasak, menjahit, musik dan lain sebagainya. Peserta yang telah mengikuti kursus
dengan baik dapat memperoleh sertifikat atau surat keterangan. Untuk keterampilan tertentu
seperti, kursus ahli kecantikan atau penata rambut, peserta kursus diwajibkan menempuh ujian
negara. Ujian negara ini dimaksudkan untuk mengawasi mutu kursus yang bersangkutan,
sehingga pelajaran yang diberikan memenuhi syarat dan peserta memiliki keterampilan dalam
bidangnya.

5. Diklat

Diklat adalah singkatan dari kata pendidikan dan pelatihan. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat) adalah suatu program yang dirancang untuk dapat meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan pemahaman pekerja (pegawai) terhadap keseluruhan lingkungan kerjanya.
Diklat mencakup 2 aspek yaitu pendidikan dan pelatihan yang masing-masing memiliki makna
berbeda namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan kompetensi seseorang
dalam melakukan pekerjaannya.
Dengan mengikuti diklat diharapkan dapat memberikan rangsangan atau stimulus
terhadap sumber daya manusia(SDM) dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan yang
diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan pembangunan. Pendidikan berperan


untuk menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Karena pembangunan selalu
berubah mengikuti tuntutan zaman, maka pendidikan pun juga harus bisa mengimbangi.

Penanggulangan masalah pendidikan secara umum dikemukakan sebagai berikut:

1. Pendidikan harus senantiasa diperbaharui (direnovasi) sesuai dengan perkembangan yang


terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri. Misalnya kurikulum harus fleksibel, jika perlu
diperbaharui. Kurikulum jangan mengakibatkan para pelakunya (siswa) selalu tertinggal
dibanding dengan kemajuan IPTEK di luar dunia pendidikan tersebut.

2. Pendidikan (bersama bidang terkait) berusaha menahan laju pertumbuhan penduduk atau
pendidikan harus mencari sistem baru yang dapat melayani semua orang yang memerlukan
pendidikan.

3. Aspirasi masyarakat terhadap pendidikan didukung dan didorong terus agar lebih meningkat
lagi. Sementara itu sistem pendidikan dibaharui/dikembangkan sehingga dapat memenuhi
aspirasi tersebut.

4. Sistem pendidikan meningkatkan peran/fungsinya sebagai pengembangan kebudayaan di


seluruh pelosok tanah air.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Defindo. 2015. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Padang:UNP.

Syfril dan Zelhendri Zen. 2017. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai