Kelas : B-2020
Dosen Pengampu :
Eni Yuniastuti, S,Pd., M.Sc & Mulhadi Putra, S.Pd, M.Sc
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Dimana atas segala
hikmat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " POTENSI
SUMBER DAYA AIR DI INDONESIA". Makalah ini kami susun dengan semaksimal
mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini, serta kepada Ibu Eni Yuniastuti, S,Pd., M.Sc & Bapak Mulhadi Putra,
S.Pd, M.Sc selaku Dosen Mata kuliah Evaluasi Sumber Daya Air di Universitas Negeri Medan
yang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis.
Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri khususnya.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
2. Sungai
Indonesia memiliki lebih dari 5.590 sungai yang sebagian besar di antaranya
memiliki kapasitas tampung yang kurang memadai sehingga tidak bisa terhindar dari
bencana alam banjir, kecuali sungai-sungai di Pulau Kalimantan dan beberapa sungai di
Jawa. Secara umum sungai-sungai yang berasal dari gunung berapi (volcanic)
mempunyai perbedaan slope dasar sungai yang besar antara daerah hulu (upstream),
tengah (middlestream) dan hilir (downstream) sehingga curah hujan yang tinggi dan
erosi di bagian hulu akan menyebabkan jumlah sedimen yang masuk ke sungai sangat
tinggi. Tingginya sedimen yang masuk akhirnya menimbulkan masalah pendangkalan
sungai terutama di daerah hilir yang relatif lebih landai dan rata, sehingga sering terjadi
banjir di dataran rendah (Kementerian PPN/Bappenas, Infrastruktur Indonesia, 2003).
Sungai-sungai tersebut dikelompokkan menjadi 133 Wilayah Sungai (WS) yang
terdiri dari 13 WS kewenangan kabupaten, 51 WS kewenangan propinsi, dan 69 WS
pusat yang berlokasi di lintas propinsi, lintas negara, dan sungai strategis nasional.
(Hartoyo, 2010). Jika dilihat lebih dalam dari aspek hidrologisnya, kondisi sungai-
sungai induk sangat bervariasi dari kondisi baik, sedang hingga buruk sebagaimana
dilaporkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Volume Sungai dan Kondisi Hidrologisbeberapa Sungai Tahun 2006
Sulawesi Tenggara
LLainea, Konawe Selatan 1.747,00 482,50 Buruk
.
R
o
r
a
y
a
Selain irigasi pada umumnya, pemanfaatan rawa untuk pertanian juga telah
dilakukan untuk menunjang pencapaian peningkatan produksi pangan nasional. Luas
lahan rawa masih bersifat perkiraan, dan estimasi yang dilakukan oleh beberapa peneliti
dan beberapa instansi. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi terhadap
luas lahan rawa di Indonesia, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
4. Danau
Jumlah danau di Indonesia lebih dari 740 buahdengan luas genangan lebih dari
685.700 ha. Tipologi danau di Indonesia sangat bervariasi dan sebagian besardanau di
Indonesia merupakan danau alami .Jumlah danau di Indonesia mencapai 840 danau
besar dan kecil. Di Pulau Sumatera terdapat 170 danau dengan jumlah luas maksimum
3.700 km2, di Pulau Kalimantan 139 danau dangan luas maksimum 1.142 km2, di Pulau
Jawa dan Balisebanyak 31 danau luas total 62 km2, di Pulau Sulawesi ada 30 danau
dengan luas1.599 km2, dan di Pulau Papua ada 127 danau dengan luas lebih dari 600
km2 (Giesen, 1991). Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa Sumatera
memiliki paling banyak danau dan Sulawesi memiliki luas rata-rata danau yang paling
besar. Sumatera memiliki danau yang terbesar yaitu Danau Toba dengan luas badan air
hampir 1.200 km2, kedalaman maksimum yang diukur pada tahun2002 adalah 505 m
(529 m pada tahun 1933) dengan permukaan air danau pada902,5 m di atas permukaan
laut (Haryani & Hehanussa, 2002).Banyak danau di Sumatera merupakan danau
tektonik dan volkano-tektonik dengan kolom air yang oligotrofik dengan kedalaman
besar, tebing dasardanau yang curam dan dasar yang rata seperti terlihat di Danau Toba,
Singkarak,dan Maninjau. Di Sulawesi juga dijumpai sejumlah danau tektonik dengan
sifatbadan air oligotrofik, tebing sekeliling danau dan dinding dasar danau yang
curamseperti Danau Matano, Towuti, Poso, dan Lindu. Sejumlah danau di Papua
jugamemperlihatkan dasar danau yang curam seperti di Danau Sentani dan Paniaimeski
dengan kedalaman yang tidak terlalu besar. Di Pulau Kalimantan padaumumnya danau
dangkal dan tidak terkait dengan gerak tektonik. Anomali yangterlihat di Jawa karena
tidak ada danau besar. Pulau Bali memiliki empat danauyang unik karena tidak ada
aliran sungai yang mengalir keluar, sedang di Lombokterdapat Danau Segara Anak pada
lereng Gunung Rinjani dengan kedalaman 200m.
Secara total ketersediaan air rata-rata di Indonesia sebesar 88,3 ribu m3/s atau
setara dengan 2,78 triliun m3/tahun. Ketersediaan air andalan 80% sebesar 66,1 ribu
m3/s atau setara dengan 2,08 triliun m3/tahun.
Angka ketersediaan air dari studi ini berada jauh di bawah studi Hatmoko et al.
(2010) yang menyatakan ketersediaan air permukaan nasional adalah 3.900 milyar
m3/tahun, dan sementara ini telah menjadi angka resmi ketersediaan air nasional. Studi
yang didasarkan atas hanya debit aliran sungai pada pos duga air, tanpa
mempertimbangkan data hujan dan iklim tersebut didorong oleh pandangan berbagai
pihak yang meragukan angka debit sungai jika diperoleh dari curah hujan. Masih
rendahnya kualitas data debit
aliran sungai membuat studi tersebut menghasilkan angka yang terlalu tinggi,
terutama
disebabkan oleh kurangnya data pengukuran debit pada kepulauan besar seperti
Papua dan Kalimantan, sehingga kesalahan kecil dalam limpasan milimeter per-hari
dikalikan dengan luas kepulauan yang besar telah menghasilkan kesalahan yang cukup
besar. Khusus untuk Pulau Jawa dengan jaringan pos duga air yang baik, memberikan
hasil kesesuaian dengan prediksi hujan Weert yang sangat baik, yaitu deviasi hanya 6%.
Di antara negara-negara di dunia, Indonesia termasuk negara yang sangat kaya
akan air.
Laporan kajian Aquastat dari FAO (2003) menyatakan bahwa posisi Indonesia
adalah nomor empat setelah Brazil, Rusia, dan Amerika Serikat, dengan masing-masing
jumlah air yang tersedia per tahun adalah 8.233 km3 , 4.507 km3, dan 2.902 km3.
Indonesia dilaporkan memiliki jumlah air per tahun 2.838 km3, yang terdiri atas air
permukaan
2.793 km3 dan air tanah 455 km3, dengan tumpangtindih antara air tanah dan air
permukaan adalah 410 km3, sehingga jumlah air total per tahun adalah 2.838 km3.
Angka ketersediaan air permukaan Indonesia sebesar 2.793 km3 per tahun dari
FAO (2003) ini sangat mendekati ketersediaan air permukaan Indonesia dari studi ini
yang berjumlah 2.783 km3 per-tahun. Dari perbandingan dengan informasi
internasional, verifikasi terhadap prediksi debit dari hujan, Hatmoko et al. (2010), dan
Pola, maka
dapat disimpulkan bahwa hasil TRMM yang dikoreksi dengan hujan BMKG telah
memberikan nilai ketersediaan air yang memadai, dan dapat digunakan sebagai nilai
ketersediaan air secara nasional. Potensi terbesar yaitu Pulau Papua sebesar 29%
sedangkan potensi terkecil yaitu Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 1%.
Hasil perhitungan debit andalan 80% per Water Distrik (WD) maka potensi
terbesar pertama Indonesia di WD Kapuas sebesar 171,3 milyar m3/tahun, terbesar
kedua di WD Mamberamo sebesar 138,9 milyar m3/tahun, terbesar ketiga di WD Digul
sebesar 82,6 milyar m3/tahun, terbesar keempat di WD Einlanden sebesar 80,4 milyar
m3/tahun, terbesar kelima di WD Barito sebesar 70,4 milyar m3/tahun, keenam terbesar
di WD Mimika sebesar 70,1 milyar m3/tahun, terbesar ketujuh di WD Batanghari
sebesar 55,4 milyar m3/tahun, terbesar kedelapan di WD Mahakam sebesar 49,6 milyar
m3/tahun, terbesar kesembilan di WD Musi – Sugihan – Banyuasin – Lemau A sebesar
49,1 milyar m3/tahun, dan terbesar kesepuluh di WD Wapoga sebesar 47,3 milyar
m3/tahun.
Dilihat dari tinggi aliran, terlihat bahwa WD yang basah dengan tinggi aliran yang
tinggi yaitu di atas 3 mm/hari adalah di Pulau Papua, Kalimantan, dan sebagian
Sumatera. Pulau Bali dan Nusa Tenggara dan Pulau Maluku terlihat cenderung lebih
kering dengan tinggi aliran di bawah 2 mm/hari, bahkan jika dibandingkan dengan
Pulau Sulawesi dan Pulau Jawa. Khusus untuk pulau Jawa dapat dilihat bahwa makin
ke timur menunjukkan kondisi yang makin kering. Peta tinggi aliran andalan 80%
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Analisis Potensi Sumber Daya Air perlu dilakukan karena air merupakan salah satu
kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Potensi air secara keseluruhan terdiri dari air
permukaan dan air bawah tanah, air permukaan dapat langsung mengalir ke laut melalui
permukaan tanah, sedangkan air bawah tanah adalah cadangan air yang ada dalam tanah
dan dapat keluar ke permukaan tanah berupa sumber – sumber air. Dengan diketahuinya
kapasitas air permukaan dan air bawah tanah diharapkan dapat memaksimalkan hasil
manajemen sumber daya air.
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air. Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya
penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air
secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. Dalam pengelolaan sumber daya air,
khususnya pendayagunaan sumber daya air, data dan informasi mengenai jumlah potensi
air yang tersedia sangatlah penting, sebab tentunya perlu diketahui ada berapa jumlah air
yang tersedia untuk digunakan, dikembangkan, dan diusahakan. Sayangnya kondisi data
dan informasi hidrologi di Indonesia masih minim, baik dalam ketersediaan data maupun
kualitasnya. Sementara itu untuk analisis frekuensi serta simulasi sistem tata air diperlukan
data debit runtut waktu yang stasioner, konsisten, dan homogen.
3.2. Saran
Kami tentunya masih menyadari kalau makalah yang kami dibuat masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Kami akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pendengar
dan pembaca.
DARTAR PUSTAKA