Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

REKAYASA LINGKUNGAN

INTRUSI AIR LAUT

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 KELAS B

ROKY SUPRANDANI (G1B021054)

ZAKY SEPTIAN JUANDA

RAIHANAH NAURA JIHAN

AURA NIRVANA

ADAM

ANJAR

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU

2022
KATA PENGANTAR

         Puji dan syukur kami panjatkan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“ INTRUSI AIR LAUT ”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Rekayasa Lingkungan. Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan atas
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu saya menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Bapak Dr.Ir. Khairul Amri., S.T., M.T., IPM selaku dosen
pembina matakuliah Rekayasa Lingkungan. Beserta teman-teman yang telah
memberi saran dan masukan atas kesempurnaan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam menyusun makalah ini masih memiliki kekurangan dan masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang
kami buat bermanfat bagi kita semua dan bagi pembaca pada umumnya.

Bengkulu, 27 Febr

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................2
1.3 TUJUAN....................................................................................................................................2
1.4 MANFAAT................................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................................3
2.1 Intrusi Air Laut.........................................................................................................................3
2.2 Air Tawar..................................................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................................6
3.1 Proses Terjadinya Intrusi Air Laut............................................................................................6
3.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya Intrusi Air Laut..................................................................8
3.3 Dampak Terjadinya I ntrusi Air Laut.........................................................................................9
3.4 Cara mengatasi Intrusi Air Laut..............................................................................................10
BAB IV................................................................................................................................................11
KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................................11
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................11
4.2 Saran.....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

II
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis-jenis aquifer…………………………………………………………….4

Gambar 3.1 Kondisi yang alami dan kondisi sudah terjadi intrusi..............................6

Gambar 3.2 Pertemjuan air tanah dan air laut…………………………………………...7


Gambar 3.3 Aliran air tanah di daerah panta…………………………………………….8

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Karakteristik ketersediaan airtawar di wilayah pesisir umumnya secara
kuantitas memiliki air yang berlimpah, tetapi seringkali sulit mendapatkan air untuk
berbagai penggunaan karena kualitasnya yang kurang memadai, namun di wilayah
pesisir lain seringkali terdapat kesulitan untuk mendapatkan sumberdaya air tawar.
Pengaruh laut terhadap tata air seringkali terlihat signifikan di wilayah pesisir, namun
pengaruh tersebut berbeda di satu tempat dan tempat yang lain (Delinom et al.,
2007). Hal ini terutama ditentukan oleh faktor alami, diantaranya faktor iklim dan
bentuk wilayah. Pengaruh interaksi lautan telah merubah kualitas air tawar
bercampur air laut sehingga menjadi payau bahkan asin.
Kota Bengkulu yang merupakan salah satu kota di pantai selatan. Sejalan
pertumbuhan ekonomi kota ini, maka pertumbuhan penduduk juga terus mingkat
dari 309.900 jiwa pada tahun 2010 menjadi 393.600 pada tahun 2020 (BPS
Beengkulu, 2020). Semakin besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi
kota ini menjadikan kebutuhan akan air bersih terus meningkat, baik air untuk
kebutuhan sehari-hari maupun untuk kebutuhan industri. Untuk memenuhi
kebutuhan air bersih tersebut, masyarakat lebih banyak mengandalkan air tanah,
baik yang diambil dari akuifer dangkal maupun akuifer dalam. Eksploitasi air tanah
yang terus berlangsung dan semakin meningkat dari waktu ke waktu diduga telah
mengakibatkan terjadinya intrusi air laut pada akuifer di daerah pantai Kota
Bengkulu. Hal ini ditunjukan dengan semakin bertambahnya sumur penduduk yang
berubah menjadi payau. Dalam banyak hal, intrusi air laut menimbulkan dampak
yang sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan, seperti gangguan. kesehatan,
penurunan kesuburan tanah, kerusakan bangunan dan lain sebagainya (Saputra,
1998). Namun demikian, mengingat kondisi litologi pantai Kota Bengkulu yang
berupa endapan aluvial muda dengan banyaknya lensa-lensa pasir (Juri, 1992),
maka keasinan air tanah tidak selalu merupakan akibat dari intrusi air laut. Pada
beberapa kejadian air tanah asin tersebut merupakan air laut yang terjebak pada
sedimen saat proses sedimentasi (connate water).

1
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami mengambil judul makalah ini
dengan judul “INTRUSI AIR LAUT”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah nya
sebagai berikut:

a. Bagaimana Intrusi air laut dapat terjadi?


b. Apa saja penyebab dan faktor-efaktor yang menyebabkan Intrusi air laut?
c. Apa saja dampak terjadinya Intrusi air laut?
d. Bagaimana cara mengatasi Intrusi air laut?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui bagaimana Intrusi air laut dapat terjadi
b. Mengetahui apa saja penyebab dan faktor-faktor yang menyebabkan
Intrusi air laut
c. Mengetahui apa saja dampak terjadinya Intrusi air laut
d. Mengetahui bagaimana cara mengatasi intrusi air laut

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah mengetahui bagaimana
intrusi air laut tersebut dapat terjadi, apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya
intrusi air laut dan bagaimana pencegahan dan konservasi yang dapat dilakukan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Intrusi Air Laut


Intrusi air laut merupakan satu di antara fenomena alam yang umum
dijumpai di daerah pantai. Namun, pada kondisi daerah pantai di mana akan
dikembangkan potensinya menjadi permukiman maupun tujuan wisata,
fenomena intrusi air laut yang semula wajar/biasa dapat menjadi masalah
pelik. Hal itu karena intrusi air laut dapat menjadi penghalang eksploitasi air
tawar untuk memenuhi kebutuhan air baku domestik maupun industri. Intrusi
air laut berkaitan erat dengan air tanah mengingat ekploitasi air tawar untuk
air baku umum diambil dari dalam tanah. Air tanah menurut Barlow (2003)
diklasifikasikan:
a. Air Tanah Dangkal adalah air di bawah permukaan tanah hingga
kedalaman 90 m dari permukaan tanah di mana lapis kedap air berada.
Air tanah ini membentuk permukaan air sebagaimana permukaan air pada
sumur-sumur penduduk. Zone formasi geologi tanah yang ditempati
molekul air disebut ”aquifer”. Air tanah dapat berada pada pori-pori tanah,
retakan, dan rongga-rongga pada aquifer.
b. Air Tanah Dalam, sering disebut air artetis, berada pada kedalaman
lebihdari 90 m dari muka tanah. Diklasifikasikan:
1. Air Tanah Tidak Tertekan/ Bebas (unconfined aquifer) adalah aquifer
yang dibatasi oleh permukaan air tanah (water table) di bagian atas
dan lapisan kedap air di bagian bawah.
2. Air Tanah Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang di bagian
atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air.
3. Air Tanah Semi Tertekan (Semi-Confined Aquifer) adalah air tanah
tertekan yang aquifernya masih berhubungan secara tidak langsung
dengan air tanah bebas.

3
Gambar 2.1 Jenis-jenis Aquifer
Pada kondisi aliran normal, Gambar 2, air tawar dengan rapat massa 2f =
1000 kg/m3 mengalir dari darat ke laut di bagian atas zone percampuran, sedang air
laut dengan rapat massa 2s > 1025 kg/m3 mengalir ke darat di bagian bawah.
Pasang surut mengakibatkan elevasi muka air laut berubah tiap saat, misal pasang
atau muka air tinggi (High Water Level, HWL) dan surut atau muka air rendah (Low
Water Level, LWL). Elevasi permukaan air tanah juga berubah menyesuaikan
pasang surut. Zona litoral merupakan zona yang tidak stabil akibat erosi dan akresi
oleh gelombang, angin, atau pun sebab lainnya. Zona transisi merupakan zona
pertemuan antara air tawar dan air asin. Makin ke bawah, kadar garam di zona ini
makin besar karena campuran air tawar dan laut bersifat terlarut (miscible fluids).
Lokasi zona ini sangat sulit ditentukan secara teoritik maupun pengukuran di
lapangan (Das Gupta-Gaikwad, 1988 dalam Istiarto, 1990).

2.2 Air Tawar


Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di
bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas
serta pemulihannya sulit dilakukan. Menurut Budhikuswansusilo, air tanah
(Groundwater) adalah nama untuk menggambarkan air yang tersimpan di bawah
tanah dalam batuan yang permeabel. Periode penyimpanannya dapat berbeda
waktunya bergantung dari kondisi geologinya (beberapa minggu – tahun).
Pergerakan air tanah dapat muncul ke permukaan, dengan manifestasinya sebagai
mata air (spring) atau sungai (river). Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah
air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah
yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang
disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable,
seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit

4
dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.

Macam – macam Air Tanah Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam
Utaya (1990:41-42) bahwa macammacam akifer sebagai berikut:

a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian
terisi oleh air dan berada di atas lapisan kedap air.
b. Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air
yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah,
serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
c. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) 7 yaitu aquifer yang seluruhnya
jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian
bawahnya merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian
bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya
merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih
memungkinkan adanya gerakan air.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Terjadinya Intrusi Air Laut


Proses masuknya air laut ini berlangsung dengan 2 cara, yang pertama adalah
dengan merembes ke dalam pori pori tanah, sedangkan yang kedua adalah dengan
naiknya permukaan air laut sehingga air tersebut mengalir ke daratan. Pada kondisi
alami air tanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air asin
sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air
tawar di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tekad tinggi tekanan piezo metrik.
Air tanah lebih tinggi daripada muka air laut.desakan tersebut dapat dinetralisir dan
aliran air yang terjadi adalah dari daratan ke lautan sehingga terjadi keseimbangan
antara air laut dan air tanah sehingga tidak terjadi intrusi air laut Intrusi air laut terjadi
bila keseimbangan terganggu, aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut
diantaranya pemompaan yang berlebihan.Karakteristik pantai dan batuan
penyusun.Kekuatan air tanah ke laut.serta fluktuasi air tanah di daerah
pantai.Proses interupsi makin panjang bisa dilakukan pengambilan air tanah dalam
jumlah berlebih han.Bila infeksi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan
menjadi asing sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari hari . 

6
Gambar 3.1. Kondisi yang alami dan kondisi sudah terjadi intrusi

Gambar 3.2 Pertemjuan air tanah dan air laut

Upconning Adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya


pemompaan pada sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat
pemompaan dimulai. Interface dalam keadaan horizontal. Makin lama interface
makin naik hingga mencapai sumur di lapak mempakan dihentikan sebelum
interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap berada di posisi tersebut
daripada kembali ke keadaan semula. 
Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi yang merupakan
dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai secara geologi.
Batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari
lempung pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu
sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak sehingga potensi air
tanahnya cukup baik. Aquifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer
tertekan.Tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber air tanah yang baik
terutama pada daerah daerah Pematang pantai atau gosong pantai.posisi dan
penyebaran penyusupan atau intrusi air laut baik secara alami maupun secara
buatan yang diakibatkan Adanya pengambilan air tanah untuk kebutuhan domestik,
nelayan dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidro geologi di kawasan ini perlu
diketahui dengan baik, terutama perbandingan Antara kondisi alami dan kondisi
setelah ada pengaruh eksploitasi. 

7
Gambar 3.3 Aliran air tanah di daerah pantai

Persamaan intrusi air laut


Menurut konsep Ghyben-Herzberg, air asin dijumpai pada kedalaman 40 kali tinggi
muka air tanah di atas muka air laut. Fenomena ini disebabkan akibat perbedaan
berat jenis antara air laut (1,025 g/cm3) dan berat jenis air tawar (1000 g/cm3)
sehingga didapat nilai

z=40 hf
Keterangan :
Hf = Elevasi muka air tanah di atas muka air laut (m)
Z = kedalaman interface di bawah muka air laut (m)
Ps = berat jenis air laut (g/cm3)
Pf = berat jenis air tawar (g/cm3)

3.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya Intrusi Air Laut


Intrusi air laut merupakan fenomena alam yang sama sekali tidak dapat
dihindarkan. Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab intrusi air laut :

1. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumber daya air tanpa
mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak
dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada
sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah
(pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.

8
2.  Faktor batuan
Batuan penyusun akuifer pada suatu tempat berbeda dengan tempat yang lain,
apabila batuan penyusun berupa pasir akan menyebabkan air laut lebih mudah
masuk ke dalam airtanah. Kondisi ini diimbangai dengan kemudahan pengendalian
intrusi air laut dengan banyak metode.  Sifat yang sulit untuk melepas air adalah
lempung sehingga intrusi air laut yang telah terjadi akan sulit untuk dikendalikan atau
diatasi
3. Karakteristik pantai
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif
sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut
membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai
berbatu. Metode yang mungkin dilakukan hanya Injection Well pada pesisir yang
letaknya agak jauh dari pantai, dan tentunya materialnya berupa pasiran.
Pantai berterumbu karang/mangrove akan sulit mengalami intrusi air laut sebab
mangrove dapat mengurangi intrusi air laut. Kawasan pantai memiliki fungsi sebagai
sistem penyangga kehidupan. Kawasan pantai sebagai daerah pengontrol siklus air
dan proses intrusi air laut, memiliki vegetasi yang keberadaannya akan menjaga
ketersediaan cadangan air permukaan yang mampu menghambat terjadinya intrusi
air laut ke arah daratan. Kerapatan jenis vegetasi di sempadan pantai dapat
mengontrol pergerakan material pasir akibat pergerakan arus setiap musimnya.

3.3 Dampak Terjadinya I ntrusi Air Laut


Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh intrusi air laut, terutama dampak
negatif atau yang merugikan seperti; terjadinya penurunan kualitas air tanah untuk
kebutuhan manusia, amblesnya tanah karena pengekploitasian air tanah secara
berlebihan, sedang bagi tanaman ada yang toleran terhadap kandungan garam atau
air asin yang tinggi seperti, tanaman daerah rawa pantai, yaitu pohon bakau. Bagi
tanaman yang tumbuh di tanah dengan kandungan garam yang rendah atau tumbuh
pada tanah biasa, umumnya respon terhadap peningkatan kadar garam antara lain:
1. Penurunan jumlah air yang diantarkan ke daun yang diperkirakan akibat
perubahan tekanan osmosis. Akibat menurunnya perbedaaan konsentrasi antara
air sel dengan air ftanah yang bergaram, diperkirakan akan menurun perbedaan
tekanan osmosis relatif antara lain berfungsi menghisap air ke daun.

9
2.Menyebabkan daun menjadi layu dan perubahan metabolisme akar.
Berkurangnya kualitas air tanah karena sudah bercampur dengan air asin/ garam
dan susah untuk mendapatkan air bersih. Bila hal ini dibiarkan, maka akan
berdampak lebih besar terutama menganggu keseimbangan air tanah dengan air
asin. Selain itu juga daerah yag terkena intrusi ini akan semakin luas terutama
bagian hilirnya.

3.4 Cara mengatasi Intrusi Air Laut


Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan atau menanggulangi intrusi
laut, diantaranya:
1. Mengubah Pola Pemompaan
Memindah lokasi pemompaan dari pantai ke arah hulu akan menambah
kemiringan landaian hidrolika ke arah laut, sehingga tekanan airtanah akan
bertambah besar.
2. Pengisian Airtanah BuatanMuka airtanah dinaikkan dengan melakukan
pengisian airtanah buatan. Untuk akuifer bebas dapat dilakukan dengan
menyebarkan air dipermukaan tanah, sedangkan pada akuifer tertekan dapat
dilakukan pada sumur pengisian yang menembus akuifer tersebut.
3. Extraction Barrier
Ekstraction barrier dapat dibuat dengan melakukan pemompaan air asin
secara terus menerus pada sumur yang terletak di dekat garis pantai.
Pemompaan ini akan menyebabkan terjadinya cekungan air asin serta air
tawar akan mengalir ke cekungan tersebut. Akibatnya terjadi baji air laut ke
daratan.
4. Injection Barrier
Injection barrier dapat dibuat dengan melakukan pengisian air tawar pada
sumur yang terletak di dekat garis pantai. Pengisian air akan menaikkan muka
air tanah di sumur tersebut, akan berfungsi sebagai penghalang masuknya air
laut ke daratan.
5. Subsurface BarrierPenghalang di bawah tanah sebagai pembatas antara air
asin dan air tawar dapat dibuat semacam dam dari lempung, beton, bentonit
maupun aspal.

10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Intrusi air laut adalah sesuatu yang dapat merusak lingkungan apabila
dibiarkan dan tidak ada upaya yang dilakukan terutama bagi kelangsungan
hidup manusia. berbagai upaya harus perlu dilakukan agar intrusi air laut
tidak terjadi diantaranya: Mangrovisasi merupakan aktivitas penanaman
mangrove (bakau)  di pinggir pantai dan menjaga kelestariannya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan; (1)Sebagian kawasan pesisir
kota Bengkulu terkena dampak intrusi laut karena mengingat kondisi litologi
pantai Kota Bengkulu yang berupa endapan aluvial muda dengan banyaknya
lensa-lensa pasir (Juri, 1992), Pada beberapa kejadian air tanah asin tersebut
merupakan air laut yang terjebak pada sedimen saat proses sedimentasi
(connate water). (2) Faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya intrusi air
laut di kawasan pesisir kota Bengkulu antara lain pada wilayah dengan
kondisi geologi pada wilayah denganmaterial alluvium, kondisi geohidrologi
pada wilayah produktifitas akuifer sedang, kepadatan penduduk yang tinggi
dan penggunaan lahan tambak. Faktor jarak dari garis pantai tidak
berpengaruh besar terhadap terjadinya intrusi air laut di daerah penelitian

4.2 Saran
Beberapa pokok penting yang perlu dilakukan oleh pemerintah kota Bengkulu
:
1. Memperbanyak jumlah sumur dalam untuk penyediaan air baku kolektif
bagi penduduk miskin di daerah intrusi air laut
2. Mempertegas pengendalian izin pembuatan sumur dalam pribadi maupun
industri
3. Mensinergikan pemanfaatan lahan pesisir untuk perdagangan,
pertambaan, wisata, dan jasa terhadap penyediaan buffer zone.
4. Pengoptimalan daerah resapan di DAS

11
DAFTAR PUSTAKA
Afrianita, R., Edwin, T. and Alawiyah, A., 2017. Analisis intrusi air laut dengan pengukuran Total
Dissolved Solids (TDS) air sumur gali di Kecamatan Padang Utara. Jurnal Dampak, 14(1),
pp.62-72.

Barlow, P.M. 2003. Ground Water in Freshwater 2 Saltwater Environments of the Atlantic Coast.
Circular 1262. Reston, Virginia: The U.S. Geological Survey (USGS).

Bear, J. 1979. Hydraulics of Groundwater. Hal: 379>435. New York: McGraw-Hill.

Herdyansah, A. and Rahmawati, D., 2017. Dampak Intrusi Air Laut pada Kawasan Pesisir Surabaya
Timur. Jurnal Teknik ITS, 6(2), pp.C253-C257.

Istiarto. 1990. Pengaruh Pemompaan terhadap Intrusi Air Asin di Daerah Pantai. PIT VII HATHI dan
Seminar PAU-IT UGM. Yogyakarta 24 > 25 September 1990.

McWhorter, D.B. dan Sunada, D.K. 1977. Ground-Water Hydrology and Hydraulics. Hal: 156>168.
Colorado: Water Resources Publication.

Nurrohim, A., Sanjoto, T.B. and Setyaningsih, W., 2012. Kajian Intrusi Air Laut Di Kawasan Pesisir
Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Geo-Image, 1(1).

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/ MenKes/Per/IX/1990 tentang Standar Parameter Air
Baku.

Setiadi, H. 2000. Penyelidikan Potensi Cekungan Air bawah Tanah Pekalongan – Pemalang.
Departemen Geologi Tambang dan Lingkungan (DGTL).

Todd, D.K.1959. Ground-Water Hydrology. Tokyo: Toppan Company Ltd.

Wahyudin, Haryadi T., dan Budi J.P. 2006. Pemodelan Cekungan Air Tanah Pekalongan – Pemalang
Provinsi Jawa Tengah. Pusat Lingkungan Geologi Departemen Energi dan Sumber daya
Mineral Badan Geologi.

12

Anda mungkin juga menyukai