Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PESERTA DIDIK
KELAS IV SEMESTER II SD NEGERI 02 LANGON

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metologi Penelitian


Dosen Pengampu : Husni Mubarok, M. Pd.

Pengusul
Leylia Noviyanti 181330000367

Kelas 4 PGSD A8

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
2020

1
PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kepada Allah swt. atas segala berkat
dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Peserta Didik Kelas IV Semester II SD
Negeri 02 Langon”.
Proposal penelitian ini dibuat guna menyelesaikan tugas UAS mata kuliah
Metode Penelitian. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembuatan proposal ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Saya sebagai penulis menyadari dalam menyusun proposal penelitian ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan.
Semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jepara, 13 Juli 2020

Pengusul

i
DAFTAR ISI
PRAKATA....................................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1. Latar Belakang...............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian...........................................................................................2

1.4. Manfaat Penelitian.........................................................................................2

BAB I KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................4

2.1. Pengertian dan Tujuan IPS SD......................................................................4

2.2. Karakteristik Pendidikan IPS SD..................................................................5

2.3. Ruang Lingkup Pendidikan IPS....................................................................6

2.4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar..............................................................7

2.5. Konsep dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw......8

2.6. Karakteristik Pembelajaran Jigsaw................................................................8

2.7. Langkah-Langkah Metode Jigsaw.................................................................8

2.8. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw..10

2.9. Hipotesis Tindakan dan Variabel Penelitian................................................11

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................13

3.1. Subjek Penelitian/ Populasi dan Sampel.....................................................13

3.2. Waktu dan Tempat.......................................................................................13

3.3. Jenis Penelitian...........................................................................................13

3.4. Metode Pengumpulan Data (Instrumen)......................................................14

3.5. Metode Analisis Data..................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang


Standar Isi untuk tingkat SD/MI, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI antara lain:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


lingkungannya;
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosiall
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilainilai sosial dan kemanusiaan;
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Sedangkan ruang lingkup Ilmu Pengeahuan Sosial (IPS) dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar meliputi aspek-aspek:
1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan;
2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan;
3) Sistem Sosial dan Budaya;
4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (BSNP, 2006:175).
Untuk mencapai tujuan mata pelajaran IPS sesuai yang diharapkan pada standar
isi, perlu didukung oleh kemampuan guru untuk mendayagunakan setiap komponen
pembelajaran agar terjadi interaksi fungsional agar pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien. Artinya komponen-komponen tersebut berdaya guna dalam
proses dan hasil belajar siswa (Winataputra, 2012:9.4), serta didukung dengan
kemampuan yang dimiliki guru dalam mengembangkan dan menggunakan model
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif, menyenangkan, dan
menumbuhkembangkan motivasi siswa untuk belajar.
Namun berdasarkan temuan Depdiknas (2007: 16) menunjukkan bahwa masih
banyak permasalahan pelaksanaan pembelajaran IPS diantaranya yaitu
kecenderungan pemahaman yang salah bahwa pelajaran IPS adalah pelajaran yang
cenderung hafalan, sehingga pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif
untuk menggali informasi secara mandiri dan cenderung hanya mendengarkan materi
yang disampaikan oleh guru.
Karena itu penting bagi guru untuk melakukan pengembangan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran yang menarik. Pada proposal penelitian ini
penulis ingin mencoba meneliti penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam
pembelajaran IPS. Pada pembelajaran dengan metode jigsaw, siswa belajar dalam
kelompok yang anggotanya berkemampuan heterogin dan masing‐masing siswa
bertanggungjawab atas satu bagian dari materi (Arends, 2007). Topik pembelajaran
ditentukan oleh guru, sedangkan tugas siswa adalah mempelajari dan mendiskusi‐
kan berbagai materi di “kelompok ahli”, selanjutnya saling berbagi (sharing) berba‐
gai materi di “kelompok asal”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :

1.2.1. Bagaimanakah cara penerapan metode jigsaw untuk memahamkan peserta


didik terhadap materi IPS tidak hanya dengan menghafal?
1.2.2. Bagaimanakah prestasi belajar peserta didik bisa meningkat dengan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Untuk mengetahui cara penerapan metode jigsaw untuk memahamkan peserta
didik terhadap materi IPS tidak hanya dengan menghafal.
1.3.2. Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik bisa meningkat dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat kepada :

1.4.1. Bagi siswa

Memberi pemahaman kepada peserta didik tentang materi IPS, tidak hanya
dengan hafalan, sehingga diharapkan prestasi belajar bisa meningkat.

2
1.4.2. Bagi guru

Menambah variasi dalam mengajar sehingga peserta didik tidak bosan dan
mudah memahami materi yang ingin dicapai sesuai tujuan pembelajaran.

1.4.3. Bagi sekolah

Meningkatkan citra baik sekolah karena guru aktif dalam pengembangan


model pembelajaran dan prestasi peserta didik meningkat, sehingga dapat
menarik peserta didik baru untuk bersekolah di SD Negeri 02 Langon.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Tujuan IPS SD

Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau
terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu
Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili M
Sadeli, 1986 : 21). Kosasi Djahiri (Yaba, 2006 : 5) menyatakan bahwa IPS adalah
merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang
ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip
pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat
persekolahan.

Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa "Secara


mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan
segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia
menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan
budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan
bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang
mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Sedangkan
menurut Leonard (Kasim, 2008:4) mengemukakan bahwa IPS menggambarkan
interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan mulai
dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga,
desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, profinsi, Negara dan dunia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan bidang studi yang cara
pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah
mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan
ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama
yaitu manusia.

4
Pada pembelajaran IPS ini ditegaskan bahwa pembelajaran IPS bukan bertujuan
untuk memenuhi ingatan pengetahuan para peserta didik dengan berbagai fakta dan
materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk membina mental yang sadar akan
tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat,
bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam IPS tersebut yaitu, nilai
edukatif, nilai praktis, nilai teoretis, dan nilai ketuhanan. Tujuan mata pelajaran IPS
ditetapkan sebagai berikut :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquri.
Memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemeuk, di tingkat local, nasional dan global (Sapriya, 2008 :
161).

Tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagimana
tecantum dalam Kurikulum IPS SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya
dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006). Ilmu pengetahuan sosial juga
membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan
masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari
masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di
lingkungan sekitarnya.

2.2. Karakteristik Pendidikan IPS SD

Karena IPS terdiri dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial, dapat dikatakan bahwa IPS itu
mempunyai ciri-ciri khusus atau karakterisitik tersendiri yang berbeda dengan bidang
studi lainnya. Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai
pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi
penyampaiannya.

1) Materi IPS

5
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan
masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari
segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu,
pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya
merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. (Menurut
Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21). Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia
dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi
yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokohtokoh
dan kejadian-kejadian yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,
permainan, keluarga.

Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi


IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS
yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus
diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat.

2) Strategi Penyampaian Pengajaran IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada


suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga,
masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini
disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan,
1996:5). Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama
dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan

6
terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam
lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan
kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur dunia yang lebih luas.

2.3. Ruang Lingkup Pendidikan IPS

Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup IPS menjadi beberapa aspek berikut:

1. Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungan sosial, hubungan


ekonomi, hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan sejarah, hubungan
geografi, dan hubungan politik.
2. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun tetangga,
kampong, warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa.
3. Ditinjau dari tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional dan global.
4. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan ekonomi.

Berdasarkan Permendiknas 2006 tentang Standar Isi, menjelaskan bahwa ruang


lingkup mata pelajaran IPS meliputi: (1) Manusia, tempat, dan lingkungan; (2)
Waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (3) Sistem sosial dan budaya; dan (4) Perilaku
ekonomi dan kesejahteraan.

2.4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar harus


memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 7-11 tahun. Anak dalam usia 7-11
tahun menurut Piaget (Rudy Gunawan, 2011: 38) berada dalam perkembangan
kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Mereka
memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun sebagai
waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan
bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak).

Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :

7
1. Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia
sekitarnya.Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadiankejadian-
peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus
dan tersebar di sekitar lingkungnnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan
menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka
ingin aktif, belajar, dan berbuat
4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci
yang seringkali kurang penting/bermakna
5. Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-
pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat
memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan
merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.

Dalam pembelajaran IPS SD terdapat perbedaan antara kelas rendah dan tinggi.
Oleh karena itu guru juga harus mengetahui karakteristik peserta didik berdasarkan
kelas-kelasnya, sebagai berikut:

1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)

a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah


b. Suka memuji diri sendiri
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting
d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya
e. Suka meremehkan orang lain

2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).

a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari


b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya
di sekolah.

8
2.5. Konsep dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

(Sutawidjaja, dkk, 2011) menyatakan bahwa: Jigsaw pertama dikembangkan


oleh Elliot Aronson (1978). Teknik ini kemudian diadaptasi menjadi Jigsaw. Metode
jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas, dan teman-teman di Universitas John Hopkins pada tahun 1978.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran


kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang. Setiap
anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari
materi yang diberikan guru dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota
kelompok yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan gabungan dari
beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Peran guru dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah mefasilitasi
dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi
yang diberikan. Siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif
dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah
yang diberikan.

2.6. Karakteristik Pembelajaran Jigsaw


1. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan
memperhatikan keheterogenan.
2. Bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari
masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain.
3. Terdapat kelompok asal dan kelompok hasil yang saling bekerjasama.

9
2.7. Langkah-Langkah Metode Jigsaw
2.7.1. Langkah-Langkah Persiapkan Metode Jigsaw

Langkah-langkah yang dipersiapkan dalam metode jigsaw sebagai berikut


(Robert E. Slavin, 2010 : 238-241)

1. Materi

Memilih satu atau dua bab, cerita atau unit-unit lainnya, yang masing-masing
mencakup materi untuk dua atau tiga hari, kemudian membuat sebuah lembar ahli
untuk tiap topik.

2. Membagi siswa ke dalam kelompok asal

Membagi siswa ke dalam tim heterogen 4-6 orang terdiri dari siswa berprestasi
tinggi, sedang, dan rendah.

3. Membagi siswa ke dalam kelompok ahli

Kelompok ahli diambil dari kelompok asal yang berbeda

2.7.2. Langkah-Langkah Intruksional

Adapun kegiatan pembelajaran aktif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional
sebagai berikut:

1. Membaca

Para siswa menerima topik ahli dan membaca materi yang diminta untuk
menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mereka.

2. Diskusi kelompok ahli

10
Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam
kelompokkelompok ahli.

3. Laporan tim

Para ahli kembali ke dalam kelompok mereka masing-masing (kelompok asal)


untuk menyampaikan topik-topik mereka kepada teman satu timnya.

4. Tes

Setelah selesai dijelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang


dipelajari selama bekerja kelompok dengan menggunakan tes secara individual.
(Robert E. Slavin, Cooperative Learning, hlm. 238-241)

2.7.3. Langkah-Langkah Praktis

Langkah-langkah praktis pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Persiapan
a. Guru memilih materi yang bisa dipecah atau disegmentasikan dalam beberapa
bagian.
b. Menjelaskan sistem belajar yang akan dipakai
c. Membentuk home teams sebagai kelompok asal
d. Membentuk expert teams yang terdiri dari anggota-anggota kelompok yang
mempelajari segmen yang sama dalam home teams masingmasing.
2. Pelaksanaan

a. Setelah siswa terbagi dalam beberapa kelompok, tiap segmen materi diberikan
pada siswa dalam home teams.

b. Guru menginstruksikan siswa untuk mempelajari “bagian” nya secara


mendalam dengan expert teams, yakni siswa yang mempelajari segmen yang
sama.

11
c. Guru selalu memantau proses belajar siswa dalam tiap kelompok ahli sebagai
bahan evaluasi bagi proses kelompok dalam kelas maupun untuk mengetahui
sejauh mana keaktifan siswa

d. Setelah proses belajar dalam expert teams usai, masing-masing siswa kembali
ke kelompoknya masing-masing untuk mengajarkan apa yang telah didapat
dari hasil belajar bersama anggota expert teams. Di dalam home teams siswa
saling belajar dari rekannya mengenai segmen materi yang berbeda-beda

e. Guru berfungsi sebagai fasilitator yang selalu mengawasi dan mengarahkan


transisi kelompok agar suasana kelas tetap terkendali

3. Penyelesaian

Guru memberikan evaluasi terhadap proses kelompok dan juga pemahaman


mereka terhadap materi

2.8. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw
2.8.1. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli
yang bertugas menjelaskan materi kepada rekanrekannya.
2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam
memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan
hubungan interpersonal yang positif.
4. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
5. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
6. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan
kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing
kelompok.
7. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan
sederhana dengan anggota kelompoknya.

12
8. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada
teman kelompok belajarnya.
9. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok

2.8.2. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit
dalam menyampaikan materi pada teman.
2. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga
ahli.
4. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
5. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
6. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
7. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa
berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
8. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika
ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
pasif dalam diskusi.
9. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit
dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti
kelompok.
10. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum
terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga
menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

2.9. Hipotesis Tindakan dan Variabel Penelitian


2.9.1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

13
1. Apabila pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 02 Langon menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw akan dapat memberi pemahaman kepada
peserta didik tentang materi IPS, peserta didik tidak hanya sekedar menghafal.
2. Apabila pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 02 Langon menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw akan dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik.
2.9.2. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Variabel terikat

Variabel terikat merupakan” variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi


akibat, karena adanya variabel bebas”. Yang menjadi variabel terikat pada
penelitian ini adalah “Meningkatnya Prestasi Belajar Pembelajaran IPS Peserta Didik
Kelas IV SD Negeri 02 Langon”.

2. Variabel bebas

Variabel bebas adalah “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel bebas yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw”.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian/ Populasi dan Sampel

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Langon
Kecamatan Tahunan, Jepara.

3.2. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilakukan sekitar bulan Januari-Maret 2021 di SD Negeri 02


Langon Kecamatan Tahunan, Jepara.

3.3. Jenis Penelitian

Menggunakan jenis penelitian True Experiment (Pretest-Posttest Control Group


Design). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan,
kondisi yang terkendalikan di maksud adalah adanya hasil dari penelitian
dikonversikan ke dalam angka-angka, untuk analisis yang digunakan adalah dengan
menggunakan analisis statistik (Sugiyono, 2011: 72).

Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah Matching Pretest-Posttest


Control Group Design, dari namanya saja sudah menunjukkan isi yang terkandung di
dalamnya, yaitu jenis-jenis eksperimen yang dianggap baik karena sudah memenuhi
persyaratan yaitu kelompok lain yang tidak dikenai eksperimen dan ikut
mendapatkan pengamatan (Suharsimi, 2002: 78). Eksperimental design
(experimental) merupakan salah satu dari bentuk penelitian eksperimental, karena
dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi
jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan
rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi.

15
Ciri utama dari true experiment adalah sampel yang digunakan untuk
eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara
random (Sugiyono, 2011: 75-76). Desain penelitian merupakan rencana dan struktur
penelitian yang disusun sedemikian rupa, sehingga akan dapat memberikan jawaban
terhadap pertanyaan, penelitian, mengontrol, dan mengendalikan varian.

Eksperimen pada penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat
dari suatu perlakuan. Desain penelitian yang digunakan dengan bentuk Matching
Pretest – Post-test Comparison Group Design dengan satu macam perlakuan. Dalam
Matching pretest dan Post-test Control Group Design terdapat dua kelas yang dipilih
secara langsung, kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal, adakah
perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (Sugiyono, 2009: 113).

Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran


kooperatif tipe jigsaw, sedangkan kelas kontrol tetap menggunakan metode ceramah.
Setelah selesai perlakuan kedua kelas diberi post test. Tes hasil belajar ranah kognitif
siswa digunakan dua kali pada penelitian ini. Tes pertama bertujuan untuk
mengetahui kemampuan kognitif kedua kelompok. Kemampuan awal kognitif ini
dibutuhkan untuk dapat digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes
kedua bertujuan untuk mengukur prestasi/hasil belajar siswa pada ranah kognitif.

Rancangan eksperimen dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel dibawah


ini:

Tabel 1. Desain Matching Pretest-Postest Control Group Design

Kelompok Pre test Perlakuan (X) Post test

KE O1 X1 O2

KK O1 X2 O2

Keterangan :

16
KE : kelompok Eksperimen

KK : kelompok Kontrol

O1 : pre-test (untuk kelompok eksperimen)

O1 : post-test (untuk kelompok eksperimen)

O2 : pre-test (kelompok kontrol)

O2 : post-test (kelompok kontrol)

X1 : Pembelajaran Teknik Jigsaw

X2 : Pembelajaran Ceramah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pencapaian hasil belajar


IPS antara kelas yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan yang
tidak menerapkan teknik jigsaw menggunakan yaitu metode ceramah di SD Negeri
02 Langon pada kelas IV.

3.4. Metode Pengumpulan Data (Instrumen)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
tes hasil belajar. Suharsimi Arikunto (2006:150), tes hasil belajar berupa serentetan
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap
materi yang dilihat dari hasil belajar kognitif. Guna mengetahui kemajuan hasil
belajar siswa dan seberapa besar pemahaman setiap siswa terhadap materi yang
sedang diajarkan.

Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil belajar
yang telah diberikan oleh guru kepada siswanya dalam jangka waktu tertentu. Tes

17
buatan guru sendiri adalah suatu tes yang disusun oleh guru sendiri untuk
mengevaluasi keberhasilan proses mengajar. Biasanya tes buatan guru sendiri
dipergunakan di sekolah-sekolah. Adapun bentuk tes yang sering dipakai dalam
proses belajar mengajar pada hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu tes lisan, tes tertulis, dan tes perbuatan atau tindakan. Tes hasil
belajar dapat digunakan untuk menilai kemajuan belajar dan mencari masalah-
masalah dalam belajar.

Tes hasil belajar pada penelitian ini adalah pre-test dan post-test. Pre-test
merupakan tes awal sebelum dilakukan eksperimen pada sampel penelitian dan
menjadi langkah awal dalam penyamaan kondisi antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Sedangkan post-test digunakan untuk uji akhir eksperimen
dengan tujuan untuk mendapatkan nilai sampel pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen.

Suharsimi Arikunto (2002:136) menyebutkan bahwa instrumen adalah alat atau


fasilitas yang digunakan dalam waktu penelitian dengan menggunakan sesuatu
metode. Kegunaan instrumen ini agar lebih mudah dalam penelitian dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
dikelola. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian. Skor dari
tes ini digunakan sebagai ukuran kemampuan siswa.

Tes prestasi belajar dilakukan satu kali. Adapun tes prestasi belajar IPS terdiri
dari 5 soal uraian, dengan skor dari 1 sampai 3 per soal. Tes ini digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa serta prestasi atau pencapaian belajar siswa. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial siswa kelas IV SD Negeri 02 Langon.

3.5. Metode Analisis Data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif. Instrumen yang digunakan adalah tes
soal uraian dan instrumen dokumen.

3.5.1. Pengujian persyaratan Analisis

18
Uji persyaratan analisis dilakukan agar kesimpulan yang ditarik tidak
menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik. Sebelum dilakukan analisis
maka terlebih dahulu dilakukan beberapa uji persyaratan analisis yang meliputi uji
normalitas dan homogenitas. a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran dari skor masing-masing


variabel apakah data yang bersangkutan berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas merupakan analisis statistik yang pertama dilakukan dalam rangka
analisis data. 59 Kepastian terpenuhinya syarat normalitas akan menjamin dapat
dipertanggungjawabkan. Analisis data dapat dilanjutkan apabila data berdistrbusi
normal. Untuk menguji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan rumus:

n 1+n 2
KS = 1,36 √ ............................(3.4)
n 1 xn 2
Keterangan :

KS : harga Kolmogorov-Smirnov yang dicari

n1 : jumlah sampel yang diobservasi/diperoleh

n2 : jumlah sampel yang diharapkan

(Sugiyono, 2006:152)

b. Uji homogenitas

Dalam uji homogenitas, dengan harga F yang diharapkan adalah harga F yang
tidak signifikan yaitu harga F empirik yang lebih kecil daripada harga F teoritik.
Pengujian homogenitas dengan rumus:

Var tertinggi
F hitung = ...............................(3.5)
Var terendah

Keterangan:

varterbesar: nilai variansi yang lebih besar dari dua sampel yang dibandingkan.

varterkecil: nilai variansi yang lebih kecil dari dua sampel yang dibandingkan

(Sugiyono, 2011: 199)

19
c. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan


mengenai prestasi belajar Pendidikan IPS pada kelas IV yang terpilih sebagi kelas
Eksperimen dan kelas Kontrol. Uji hipotesis ini menggunakan uji-t (independent uji
test) yaitu menguji perbedaan rata-rata dua kelompok yang saling beban dengan
rumus:

t= (3.6)

Keterangan:

X1 = Mean pada distribusi sampel 1

X2 = Mean pada distribusi sampel 2

N1 = Jumlah individu pada sampel 1

N2 = Jumlah individu pada sampel 2

S12= Nilai varian pada distribusi sampel 1

S12= Nilai varian pada distribusi sampel 2

(Tulus Winarsunu, 2002: 88)

20
DAFTAR PUSTAKA

Mariyani. (2018). Peran Guru PKN dalam Pembentukan Karakter Warga Negara.
Jurnal Literasi, 2503-1864, IX(1), 20-21. http://file:///E:/pkn%20smt
%203/616-2619-1-PB.pdf. (Diakses 3 Oktober 2019 pukul 14.29 wib.)
Noviana, dkk. (2017). 7KEEFEKTIFAN MODEL JIGSAW TERHADAP HASIL
BELAJAR IPS SISWA KELAS IV. Jurnal Kreatif.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/article/viewFile/9374/6140.
Diakses 13 Juli 2020 pukul 14.20 wib.)
Alsa, Asmadi. (2010). Pengaruh Metode Belajar Jigsaw Terhadap Keterampilan
Hubungan Interpersonal dan Kerjasama Kelompok pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi Asmadi Alsa 1 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada. Jurnal Psikologi. 37(2). file:///C:/Users/Aio/Downloads/7727-13724-
1-SM.pdf. (Diakses 13 Juli 2020 pukul 14.45 wib.)
Rahmad. (2016). Kedudukan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolah Dasar.
Jurnal Madrasah Ibtidaiyah. 2476-9703. 2(1).
https://media.neliti.com/media/publications/222455-kedudukan-ilmu-
pengetahuan-sosial-ips-pa.pdf. (Diakses 14 Juli 2020 pukul 09.05 wib.)
Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/1966032
52001121-
MUNIR/Multimedia/Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Peng_Pend_IPS/kajian_ip
s_1.pdf .(Diakses 14 Juli 2020 pukul 19.30 wib.)
Darsono dan Widya Karmilasari A. (2017). SUMBER BELAJAR PENUNJANG
PLPG 2017 KOMPETENSI PROFESIONAL MATA PELAJARAN : GURU
KELAS SD UNIT IV : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.
https://www.usd.ac.id/fakultas/pendidikan/f1l3/PLPG2017/Download/materi/
SD/ILMU-PENGETAHUAN-SOSIAL.pdf. (Diakses 14 Juli 2020 pukul
11.05 wib.)
Suteja, R. (2016). Model Pembelajaran. repository.unpas.ac.id.
http://repository.unpas.ac.id/10242/4/BAB%20II%20fix.pdf. (Diakses 9 Juli
2020 pukul 09.56 wib.)
Rosyium, Ummi. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Smp Negeri 6 Metro.

21
Jurnal SAP. file:///C:/Users/prd/Downloads/1018-2987-1-PB.pdf. (Diakses 9
Juli 2020 Pukul 09.59 wib)
Mudlofar, M. (2014). Metode Jigsaw. eprints.walisongo.ac.id.
http://eprints.walisongo.ac.id/4094/3/133911135_bab2.pdf. (Diakses 9 Juli
pukul 10.05 wib.)
Metode Penelitian. https://eprints.uny.ac.id/18237/4/5.BAB%20III.pdf. (Diakses 18 Juli
pukul 20.02 wib.)

22

Anda mungkin juga menyukai