Anda di halaman 1dari 27

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW

PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MTs WALI SONGO
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Kencong


Jember
Untuk diseminarkan dalam rangka memenuhi sebagian Persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Nafila Zulva
NIM : 2144012816

UNIVERSITAS AGAMA ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH


KENCONG JEMBER
JULI 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW


PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MTs WALI SONGO
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah Kencong


Jember
Untuk diseminarkan dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Fakultas Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Nafila Zulva
NIM : 2144012816

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

M. Nafiur Rofiq, S.Ag., M.Pd. Yovita Dyah Permatasari, M.Pd.


NIDN. 2107057301 NIDN. 2111078903

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah
Kencong Jember

M. Bustanul Ulum, M.Pd.


NIDN. 2106058102

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL................................................................................................... iii

A. Judul penelitian ................................................................................................ 1

B. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1

C. Fokus Penelitian............................................................................................... 3

1. Fokus Penelitian ........................................................................................... 3

2. Sub Fokus Penelitian .................................................................................... 3

D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3

E. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

1. Manfaat teoritis ............................................................................................ 4

2. Manfaat praktis............................................................................................. 4

F. Definisi Istilah.................................................................................................. 5

G. Kajian Kepustakaan ......................................................................................... 6

1. Penelitian terdahulu ...................................................................................... 6

2. Kajian Teori .................................................................................................. 8

H. Metode Penelitian .......................................................................................... 18

I. Sistematika Pembahasan ................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 22

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 - Persamaan dan Perbedaan Penelitian ....................................................... 8


Tabel 2- Langkah-langkah pembelajaran kooperatif jigsaw ................................. 14

iii
A. Judul penelitian
Implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw pada mata pelajaran
akidah akhlak untuk meningkatkan hasil belajar siswa Mts Wali Songo
tahun pelajaran 2022/2023.
B. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 disebutkan bahwa
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.1
Salah satu usaha pendidik adalah untuk membantu menciptakan
perspektif individu seperti mentalitas, nilai-nilai,dan perubahan diri.
Dengan cara ini, dalam mendidik dan mengembangkan pengalaman
pendidik tidak terbatas pada menjadi penyampai informasi tetapi lebih dari
itu, ia bertanggung jawab untuk peningkatan umum karakter siswa. Ia
harus memiliki pilihan untuk membuat pengalaman yang berkembang
sehingga dapat menggerakkan siswa untuk maju secara efektif dan
progresif dalam memenuhi kebutuhan dan membuat tujuan. Satu diantara
bidang studi yang disinggung dalam pelatihan ketat adalah Akidah Akhlak.
Setiap anak memiliki tingkat kecepatan yang berbeda-beda dalam
menerima informasi yang disampaikan oleh guru. Ada yang cepat
memahami materi yang disampaikan ada pula yang lambat. Hal tersebut
membuat cara mereka memahami sebuah informasi pun berbeda-beda di
sesuaikan dengan cara belajar yang mereka sukai. Oleh karena itu,
penerapan model pembelajaran yang tepat sangat diperlukan untuk
pembelajaran yang lebih baik. Sebaliknya jika siswa merasa bosan akan
menjadi masalah karena akan susah dimahami oleh siswa sendiri.
Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan
potensi siswa hendaknya menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki

1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional
BAB 1 Ketentuan Umum BAB 1 Pasal 1. hal, 2.

1
seorang guru, karena model pembelajaran yang dipilih akan berpengaruh
terhadap kualitas proses belajar mengajar.2 Begitu juga dalam mata
pelajaran aqidah akhlak, seorang guru mata pelajaran aqidah akhlak, jika
mampu memilih model pembelajaran yang tepat dalam proses kegiatan
belajar mengajar dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung secara efektif dan efisien, sehinggan guru dapat mengajar
secara sistematis dan siswa pun akan mudah dan cepat dalam memahami
isi pelajaran.
Cooperatif learning merupakan model pembelajaran yang dikenal
sejak lama, cara guru untuk mendorong siswa melakukan kerjasama dalam
kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman
sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses pembelajaran, guru tidak
lagi mendominasi dan siswa dituntut untuk berbagi informasi denagn
siswa yang lainnya agar siswa belajar mengajar sesama mereka.3
Pelajaran akidah akhlak mempunyai peran penting dalam
tercapainya tujuan pendidikan nasional di Indonesia, menciptakan manusia
yang taat kepada tuhan yang maha esa dan ber akhlak mulia. Pendidikan
agama dapat menjadi salah satau faktor berhasil tidaknya pendidikan di
indonesia. Akan tetapi dalam pelaksanan di lapanganya pendidikan agama
terutama akidah akhlak masih banyak yang menekankan pada aspek
kognitif, bukan pada aspek afektif dan psikomotorik, sehingga
mengakibatakan siswa hanya dapat mengerti tentang agama akan tetapai
hanya sebatas teori dan belum sampai pada aksi atau implementasi dalam
kehidupannya sehari hari.4
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas, penelitian dilakukan
agar tercapainya tujuan model pembelajaran cooperatif learning dalam
pembelajaran akidah akhlak serta menciptakan hasil belajar yang

2
Bin Sholihatin Dan Raharjo, Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran Ips, (Jakarta:
Pt Bumi Aksara, 2007), hlm 1.
3
Muhammad Afandi, dkk., Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah, (Semarang: UNISSULA
Press, 2013), hlm 52.
4
Binti Khoiriyah, Pendekatan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Akidah Akhlak. Journal STAI Mahad Aly Al-Hikam Malang. 2.

2
diharapkan, kemudian menjadikan siswa meningkatkan kualitas
keimanannya, bukan hanya menguasai materi pembelajaran saja tetapi
juga mampu memahami dan mengamalkan pada kehidupan sehari-hari dan
mengamalkannnya sesuai denagn syariat islam.
Pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Wali Songo, guru
menerapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw pada beberapa materi
yang memnag dapat dibagi menjadi menjadi beberapa bagian dan
memudahkan siswa memahami materi tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka timbul alasan untuk
dilaksanakannya penelitian lebih lanjut terkait implementasi pembelajaran
kooperatif dengan penelitian yang berjudul ”Implementasi Pembelajaran
Kooperatif Model Jigsaw Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di MTs Wali Songo Tahun
Pelajaran 2023/2023”
C. Fokus Penelitian
1. Fokus Penelitian
Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw pada
mata pelajaran akidah akhlak untuk meningkatkan hasil belajar siswa
di MTs Wali Songo Tahun Pelajaran 2022/2023?
2. Sub Fokus Penelitian
a. Bagaimana implementasi pembelajaran kooperatif model jigsaw
pada mata pelajaran akidah akhlak untuk meningkatkan hasil belajar
siswa di MTs Wali Songo Tahun Pelajaran 2022/2023?
b. Bagaimana keefektifan pembelajaran kooperatif model jigsaw pada
mata pelajaran akidah akhlak untuk meningkatkan hasil belajar
siswa di MTs Wali Songo Tahun Pelajaran 2022/2023?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran kooperatif model
jigsaw pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Wali Songo Tahun
Pelajaran 2022/2023.

3
2. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran kooperatif model jigsaw
pada mata pelajaran akidah akhlak di MTs Wali Songo Tahun Pelajaran
2022/2023.
E. Manfaat Penelitian
Adapun dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi beberapa pihak dimasa sekarang maupun dimasa mendatang
diantaranya sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
dan pemahaman kepada pembaca mengenai model pembelajaran
jigsaw khususnya pada mata pelajaran akidah akhlak.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Siswa.
Diharapkan dapat mendorong dan memberikan semangat
kepada siswa agar terus dapat melakukan pembelajaran Akidah
Akhlak menggunakan model jigsaw.
b. Bagi Guru.
Melalui hasil penelitian ini peneliti diharapkan dapat
memberikan pemahaman lebih dalam mengenai model
pembelajaran jigsaw agar proses pembeljaran lebih efektif.
c. Bagi Lembaga.
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat meningkatkan
keefektifan kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam
khususnya mata pelajaran Akidah Akhlak menggunakan model
pembelajaran jigsaw.

d. Bagi Peneliti.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penerapan ilmu
pengetahuan serta dapat menambah wawasan dan referensi dalam
bidang penelitian selanjutnya.

4
F. Definisi Istilah
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaaran kooperatif adalah rangkain kegiatan
belajar siswa dalam sekelompok tententu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan. Pembelajaran kooperatif ini
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang didasarkan paham
konstruktivis. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang
tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pemebelajaran ini, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu
teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas
disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat atau enam orang
siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen
adalah terdiri atas kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja
denagn teman yang berbeda latar belakangnya.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran jigsaw pertama kali dikembangkan dan
diujicobakan oleh Elliot Aranson di Universitas Texas, kemudian
diadaptasi oleh Slavin di Universitas John Hopkin.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya dan pembelajaran orang lain. Sealin itu,
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, siswa secar mandiri di
tuntung memliki rasa ketergantungan yang positif (saling memberi
tahu) terhadap teman sekelompoknya. Siswa tidak hanya mempelajari
materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok lain.

5
Para anggota dari kelompok yang berbeda denagn topik yang
sama bertemu untuk berdiskusi (tim ahli) dan saling membantu satu
sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.
Kemudian, siswa-siswa itu kembali kepada kelompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompok lain tentang apa yang merap
pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok
induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, jenis
kelamin dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang
berbeda ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu
dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Kelompok
ahli merupakan gabungan dari beberapa ahli yang berasal dari
kelompok asal. Kunci keberhasilan jigsaw adalah saling
ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung kepada anggota timnya
untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat
berkinerja baik pada saat penilaian.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil pembelajaran dari suatu individu
tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar merupakan suatu kompetensi atau
kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu
sekolah dan kelas tertentu.5
G. Kajian Kepustakaan
1. Penelitian terdahulu

5
Teni Nurrina, ”pengembangan media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa”,
Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syariah dan Tarbiyah. 1 (Juni, 2018), Vol 03, 174-175.

6
Penelitian terdahulu sanagat diperlukan untuk melihat,
memperjelas kekurangan dan kelebihan penelitian ini serta
memudahkan pembaca untuk menganalisis perbedaan dan persamaan
dengan dalam penelitian. Tulisan yang relavan sekaligus menjadi
rujukan dan pembanding dalam proposal ini adalah:
a. Dalam skripsi M. Fathur Rozaq tahun 2010 UIN Malang, yang
berjudul “Penerapan Pembelajaran Metode Jigsaw dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam siswa
kelas X-5 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Batu Malang
Tahun Ajaran 2009/2010“, lebih menitik beratkan kepada hasil
yang dicapai dari metode jigsaw saja, dan metode yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya menggunakan
penelitian Field Research atau penelitian lapangan. Hasil
penelitiannya adanya peningkatan prestasi belajar siswa kelas
X-5 SMA Negeri 2 Batu malang.
b. Skripsi yang berjudul ”Peningkatan Prestasi Belajar Akidah
Akhlak Materi Akhlak Terpuji Melalui Metode Jigsaw Pada
Siswa Kelas VII MTs Negeri Wonosegoro Tahun Pelajaran
2017/2018” ditulis oleh Aris Munandar jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Dari hasil tulisannya yaitu. 1. Penerapan model
pembelajaran Jigsaw juga dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, 2. Penerapan model pembelajaran Jigsaw juga dapat
meningkatkan kerjasama dalam mengikuti proses
pembelajaran, 3. Pembelajaran dengan menggunakan Jigsaw
dapat meningkatkan hasil atau prestasi belajar Akidah Akhlak.
Disini peneliti menggunakan judul Implementasi model
pembelajaran jigsaw pada mata pelajaran akidah akhlak di Mts Wali
Songo, maka dibawah akan peneliti sajikan penelitian terdahulu dalam
bentuk tabel:

7
No Nama Judul Skripsi Persamaan Perbedaan
1. M. Fathur Penerapan Sama-sama Penelitian yang
Rozaq Pembelajaran membahas dilakukan oleh
Metode Jigsaw mengenai M. Fathur Rozaq
dalam model lebih
Meningkatkan pembelajan menekankan
Prestasi Belajar jigsaw dan pada hasil
Pendidikan Agama sama sama pembelajaran
Islam siswa kelas menggunakan saja sedangkan
X-5 di Sekolah metode yang peneliti
Menengah Atas penelitian lakukan ini lebih
Negeri 2 Batu kualitatif menekankan
Malang Tahun proses dan hasil
Ajaran 2009/2010 pembelajaran
2. Aris Peningkatan Skripsi Penelitian ini
Munandar Prestasi Belajar tersebut fokus di akhlak
Akidah Akhlak sama-sama terpuji,
Materi Akhlak meneliti sedangkan
Terpuji Melalui tetang penulis fokus di
Metode Jigsaw pembelajaran dalam
Pada Siswa Kelas model jigsaw pembelajarannya.
VII MTs Negeri
Wonosegoro
Tahun Pelajaran
2017/2018
Tabel 1 - Persamaan dan Perbedaan Penelitian
2. Kajian Teori
a. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Secara bahasa pembelajaran kooperatif (Cooperatif
Learning) memiliki 2 unusur kata yaitu Cooperatif dan Learning.

8
Cooperatif memiliki arti bekerja bersama sedangkan Learning
mempunyai arti belajar mempelajari.
Menurut Helmiati, model cooperatif learning merupakan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara berkelompok
untuk bekerja sama saling membantu dalam mengkonstruksi
konsep, mengerjakan tugas, menyelesaikan masalah/persoalan, atau
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Tidak
dapat dikatakan cooperatif learning jika siswa hanya duduk
bersama dalam kelompok kecil namun hanya salah seorang
diantaranya yang menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok.6
Cooperatif learning adalah kegiatan pembelajaran dimana
siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok dengan anggota
sebanyak 4-5 orang, kemudian bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan guru untuk mencapai tujuan belajar bersama.
Kelompok dibentuk secara heterogen atau beragam, baik dari aspek
kemampuan, karakter, gender, ras dan yang lainnya. Dalam satu
kelompok terdapat siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah
dan tinggi sehingga dapat saling membantu satu sama lain.
2. Tujuan pembelajaran kooperatif
a) Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif dikembangkan untuk mencakup
beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas hasil belajar akademis. Di samping mengubah
norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran
kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa
kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lainnya ialah penerimaan secara luas dari orang-orang
yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial,

6
Helmiati, Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), hal 36.

9
kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai terhadap perbedaan
individu satu sama lain.
c) Perkembangan keterampilan sosial.
Tujuan penting ketiga dalam pembelajaran kooperatif yaitu
mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam
menyelasaikan tugas dan masalah terkait pembelajaran. Agar
peserta didik dapat melatih ketrampilan sosialnya, ketrampilan
dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya.
Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa
sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
pengembangan keterampilan sosial.7
b. Pembelajaran kooperatif model jigsaw.
Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara
luas yang memiliki kesamaan dengan tekhnik “pertukaran dari
kelompok ke kelompok” (group-to-group exchange) dengan suatu
perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatu.8
Model ini dapat diterapkan untuk materi-materi yang
berhubungan dengan ketrampilan membaca, menulis, mendengarkan,
ataupun berbicara.Ia menggabungkan aktivitas membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara. Dalam jigsaw, guru harus memahami
kemampuan dan pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan
skema ini agar materi pelajaran menjadi lebih bermakna.Guru juga

7
Zuriatun Hasanah, “Model Pembelajaran Kooperif Dalam Menumbuhkan Keaktifan Belajar
Siswa”, Jurnal Studi Kemahasiswaan, 1 (April, 2021), 3.
8
Melvin L.Siberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif , terj. Sarjuli (Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009), 168.

10
memberi banyak kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi
dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw.
a. Siswa dikelompokkan (4 orang).
b. Setiap siswa diberi materi yang berbeda.
c. Setiap siswa membaca tugas bagiannya.
d. Siswa yang memiliki nomor sama berkumpul dalam satu
kelompok (tim ahli).
e. Siswa kembali ke kelompok semula.
f. Secara bergantian mempresentasikan hasil jawaban tim ahli
kepada teman lainnya, semua anggota kelompok mencatat
hasil.
g. Kesimpulan (penguatan dari guru).9
Dengan teknik jigsaw ini guru memperhatikan skemata atau
latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa
mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja dengan siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan komunikasi.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif
(saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe
jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim
yang memberikan infomasi yang diperlukan dengan tujuan
agardapat mengerjakan tugas dengan baik.
Menurut Elliot Aronson pelaksanaan kelas jigsaw, meliputi
10 tahap yaitu10:
1. membagi siswa kedalam kelompok Jigsaw dengan jumlah
5-6 orang.
9
Martiyono, Perencanaan Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2006), 89
10
Nur Ainun Lubis, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Jurnal As-Sallam (Mei-Agustus, 2016),
1.

11
2. menugaskan satu orang siswa dari masing-masing
kelompok sebagai pemimpin, umumnya siswa yang dewasa
dalam kelompok itu.
3. membagi pelajaran yang akan dibahas ke dalam 5-6
segmen.
4. menugaskan tiap siswa untuk mempelajari satu segmen dan
untuk menguasai segmen mereka sendiri.
5. memberi kesempatan kepada para siswa itu untuk membaca
secepatnya segmen mereka sedikitnya dua kali agar mereka
terbiasa dan tidak ada waktu untuk menghafal,
6. membentuk kelompok ahli dengan satu orang dari masing-
masing kelompok jigsaw bergabung dengan siswa lain yang
memiliki segmen yang sama untuk mendiskusikan poin-
poin yang utama dari segmen mereka dan berlatih
presentasi kepada kelompok jigsaw mereka.
7. setiap siswa dari kelompok ahli kembali kekelompok jigsaw
mereka.
8. meminta masing-masing siswa untuk menyampaikan
segmen yang dipelajari-nya kepada kelompoknya, dan
memberi kesempatan kepada siswa-siswa yang lain untuk
bertanya.
9. guru berkeliling dari kelompok satu kekelompok yang
lainnya, mengamati proses itu. Bila ada siswa yang
mengganggu segera dibuat intervensi yang sesuai oleh
pemimpin kelompokyangdi tugaskan.
10. Pada akhir bagian beri ujian atas materi sehingga siswa tahu
bahwa pada bagian ini bukan hanya game tapi benar-benar
menghitung.
Dari uraian diatas secara sederhana tahapan langkah
pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat
dideskripsikan padatabel sebagai berikut:

12
Pembentukan kelompok kooperatif tipe jigsaw sebagai
berikut:
Home Teams.
(5 or 6 members heterogeneously Grouped)

XXX XXX XXX XXX XXX


XXO XXO XXO XXO XXO

OOO
OO

Expert Teams
(Each Expert teams has 1 members from each of the home teams)
Gambar 1. Pembentukan Kooperatif Jigsaw11
Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif model
jigsaw disajikan dalam bentuk data yaitu:
.
Fase Kegiatan
Fase 1 : Menyampaikan tujuan Guru memberikan tujuan
dan motivasi siswa. pembelajaran yang ingin
dicapai pada pembelajaran
tersebut dan memotivasi siswa.
Fase 2 : Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi
kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau dengan bahan
bacaan.
Fase 3 : Mengorganisasikan ke Guru menjelaskan kepada

11
Nur Ainun Lubis, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Jurnal As-Sallam (Mei-Agustus, 2016),
1.

13
dalam kelompok-kelompok siswa bagaimana membentuk
belaja kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok
agar melakukan komunikasi
secara efisien, menentukan
kelompok asal dan membentuk
kelompok ahli
Fase 4 : Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok
bekerja dan belaja ahli dan memberi
tanggung jawab
mengajarkannya kepada
kelompok asal
Fase 5 : Mengevaluasi Masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil
kerjanya dan guru
mengevaluasi hasil belajar,
tentang materi yang telah
dipelajari
Fase 6 : Memberikan Guru memberi pujian kepada
penghargaan kelompok yang terbaik dan
memberi arahan kepada
kelompok yang lain, mencari
cara untuk menghargai baik
ujian maupun hasil individu/
kelompok.
Tabel 2- Langkah-langkah pembelajaran kooperatif jigsaw
Maka dari itu metode jigsaw perlu diterapkan seperti
langkah-langkah diatas agar dapat berjalan dengan lancar.
Sehingga peserta didik tidak kebingungan ketika diterapkan
metode jigsaw.
2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw.

14
a) Kelebihan.
Bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
mempunyai beberapa kelebihan dalam mengembangkan
potensi siswa secara efektif, sehingga peran guru tidak lagi
terlalu dominan dalam pembelajaran dan kemampuan berfikir
siswa dapat berkembang yang pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dalam suatu
mata pelajaran. Berikut ini kelebihan pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw, sebagai berikut: (1) Dapat menumbuhkan semangat
kerja sama dan kegairahan dalam belajar bagi siswa, (2)
Meningkatkan motivasi, saling menghargai antara sesama
siswa, (3) Memberikan peluang untuk menyampaikan gagasan
secara terbuka karena jumlah siswa yang terbatas dalam setiap
kelompok, (4) Melatih siswa agar mampu berkomunikasi
secara efektif.
b) Kekurangan.
Berikut ini kelemahan dari model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw , sebagai berikut: (1) Prinsip utama
model pembelajaran ini adalah pembelajaran oleh teman
sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi
dalam memahami satu konsep yang akan di diskusikan bersama
dengan siswa lain. Dalam hal ini pengawasan guru menjadi hal
yang mutlak di perlukan agar tidak terjadi kesalahan, (2) Sulit
meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan
materi pada teman, jika siswa tidak punya rasa percaya diri, (3)
Awal penggunaan model pembelajaran ini sulit di kendalikan,
biasanya perlu waktu yang cukup dan persiapan yang matang
sebelum pembelajaran ini berlangsung, dan (4) Aplikasi model
pembelajaran ini bila dilaksnakan di kelas yang besar (lebih
dari 40 siswa) sangatlah sulit.
c. Hasil Belajar.

15
Hasil Belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward membagi
tiga macam hasil belajar yakni: ketrampilan dan kebiasaan,
pengetahuandan pengetian sikap dan cita – cita. Masing masing jenis
hasil belajar dapat diisi dngan bahan yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Dalam sistempendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranak
kognitif, afektif dan psikomotorik12
1. Ranah kognitif.
Aspek kognitif menitik beratkan pada proses intelektual peserta
didik. Dengan kata lain, aspek kognitif ini mencakup semua
tujuan yang bersangkut dengan proses intelektual peserta
didik.13 Ranah kognitif dapat diukur melalui dua cara yaitu
dengan tes subjektif dan objektif. Tes subjektif biasanya
berbentuk esay (uraian) ada beberapa macam tes objektif
diantaranya yaitu: tes benar salah, pilihan ganda, menjodohkan,
dan tes isian. Diantara macam-macam tes objektif tersebut
peneliti akan menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice
test). Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap.
Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek:
a) Pengetahuan
b) Pemahaman
c) Aplikasi
12
Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), 22.
13
Moh Sahlan, Evaluasi Pembelajaran (Jember:STAIN Jember Press, 2013), 20.

16
d) Amalisis
e) Sintesis
f) Evaluasi
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkenaan dengan
sikap yang terdiri dari nstrumen yang digunakan dalam
pengukuran ranah afektif adalah berupa observasi, sebab
observasi dalam pengambilan datanya tidak terbatas pada orang
saja, tetapi juga dapat digunakan pada alam sekitar atau
lingkungan alam. Observasi yaitu kegiatan pemusatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera. Ranah afektif terdiri dari lima aspek yakni:
a) Penerimaan
b) Jawaban
c) Penilaian
d) Organisasi
e) karakteristik nilai.14
3. Ranah Psiomotorik
Ranah psikomotosik adalah ranah yang berkenaan
dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.
Berhubungan dengan ketermpilan (skill) dalam melakukan
sesuatu yang bersifat umum, manual dan motorik enilaian hasil
belajar psikomotor dalam penelitian ini, dapat dilakukan
dengan menggunakan pengamatan langsung serta penilaian
tingkah laku siswa dalam proses belajar- mengajar, dan alat
yang digunakan dalam pengukuran ranah psikomotor berupa
observasi. Ada enam aspek dalam ranah psikomotorik yakni:
a) Persepsi
b) Kesiapan

14
Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), 22.

17
c) Mekanisme
d) respon terbimbing
e) penyesuaian
f) penciptaan.15
H. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian perlu adanya metode atau cara untuk
melaksanakan suatu penelitian, karena akan berpengaruh pada penentuan
pengumpulan data maupun metode analisin dari hasil penelitian. Dalam
hal ini ada beberapa yang akan peneliti jelaskan terkait dengan pendekatan
dan jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, analisis
data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
1. Pendekatan dan jenis penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualititatif.
Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang mampu
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan, dan perilaku dari
orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif ini
dimungkinkan untuk diperoleh pemahaman tentang kenyataan melalui
proses berpikir induktif.16 Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan) yaitu
penelitian yang objeknya mengenai gejala-gejala atau peristiwa-
peristiwa yang terjadi pada kelompok masyarakat.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di lakukan di MTs Wali Songo yang
beralamat di Jl. Raya Paleran, Tegalwangi, Kecamatan Umbulsari,
Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.
3. Subjek Penelitian
Pada penelitian kualitatif subyek penelitian yaitu orang yang
memberikan informasi mengenai data yang diperlukan oleh peneliti.

15
Moh Sahlan, Evaluasi Pembelajaran (Jember:STAIN Jember Press, 2013), 23.
16
Nugrahani Farida, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta, 2014), 4.

18
Subyek pada penelitian ini adalah Kepala Madrasah, Guru Akidah
Akhlak dan siswa MTs Wali Songo kelas VII.
4. Teknik pengumpulan data.
Teknik atau metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-
cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulakan data.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini malalui wawancara,
observasi dan dokumentasi.
a. Wawancara
b. Observasi
c. Dokumentasi
5. Analisis data
Analaisi data dalam penelitian kualitatif adalah Upaya yang
dilakukan denagn jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistensikannya, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa
yang dipelajarinya dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan disini bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori,
menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun dama pola,
memilih nama yang penting yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.
6. Keabsahan data
Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas
internal), uji dependensi (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas
eksternal/generalisasi) data dan uji konfirmabilitas (obyektifitas).
Namun yang utama adalah uji kredibilitas. Uji kredibilitas data
dilakukan dengan: perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,

19
tringulasi, diskusi teman sejawat, member check dan analisis kasuk
negatif.17
Penelitian ini menggunkan tringulasi dalam pengujian
kredibilitas, ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
7. Tahap-tahap penelitian
Pada bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitia
yang akan dilakukan, tahapan-tahapan yang harus ditempuh dalam
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
a. Tahapan Pra-Lapangan
1) Menyusun rencana penelitian
2) Memilih lapangan penelitian
3) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
4) Memilihkan memanfaatkan informan
5) Mengurus perizinan
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian
b. Tahapan Bekerja Dilapangan
1) Memahami tujuan penelitan
2) Memasuki lapangan
3) Mengumpulkan data
c. Tahap analisis data
1) Konsep dasar analisis data
2) Pengolahan melalui kategori data yang telah ditentukan
3) Analisis data
4) Penyusunan laporan penelitian
5) Revisi laporan penelitian.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan adalah berisi tentang deskripsi alur
pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga penutup.

17
Sugiono, Metedologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 366-368.

20
Untuk mengetahui gambaran keseluruhan pada penelitian ini, maka
penulis akan sampaikan
Bab I, Pendahuluan : Pada bab pendahuluan berfungsi sebagai
pengantar informasi penelitian yang berisi tentang Latar Belakang
Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi
Istilah, dan Sistematika Pembahsan.
Bab II, Kajian Kepustakaan : Pada bab kajian kepustakaan ini, dikupas
berbagai pembahsan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian.
Sesuai judul skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi tentang
Penelitian Terdahulu dan Kajian Teori.
Bab III, Metode Penelitian : Pada bab ini berisi tentang Pendekatan dan
Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Subyek Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, Analisis Data, Keabsahan Data, dan Tahap-Tahap
Penelitian.
Bab IV, Papaparan Data dan Analisis Data : Pada bab ini akan
dilaporkan hasil penelitian tentang paparan data, yaitu gambaran umum
sekolah dan penemuan penelitian. Analisis data pada bab ini, penulis akan
memaparkan analisis dari implementasi pembelajaran kooperatif model
jigsaw pada mata pelajaran akidah akhlak untuk meningkatkan hasil
belajar siswa di MTs Wali Songo tahun ajaran 2022/2023.

21
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisitem


Pendidikan Nasional BAB 1 Ketentuan Umum BAB 1 Pasal 1

Sholihatin, Bin. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran Ips. Jakarta:
Pt Bumi Aksara.

Hasanah, Z., & Himami, A. S. (2021). Model pembelajaran kooperatif dalam


menumbuhkan keaktifan belajar siswa. Irsyaduna: Jurnal Studi
Kemahasiswaaan, 1(1), 1-13.

Nurbudiyani, I. (2013). Pelaksanaan pengukuran ranah kognitif, afektif, dan


psikomotor pada mata pelajaran IPS kelas III SD Muhammadiyah
Palangkaraya. Anterior Jurnal, 13(1), 88-93.

Afandi, Muhammad. 2007. Model dan Metode dan Metode Pembelajaran di


Sekolah. Semarang: UNISSULA Press: 52.

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo: 36.

Abdullah, R. (2017). Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe


jigsaw pada mata pelajaran kimia di madrasah aliyah. Lantanida journal,
5(1), 13-28.

Khoiriyah, B., Laili, N., & Mahmudah, M. (2018). Pendekatan Contextual


Teaching And Learning (CTL) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akidah
Akhlak. Al-Mudarris: Journal Od Education, 1.

Nurrina, Teni. 2018. ”Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa”, Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syariah dan
Tarbiyah. 1 (03), 174-175.

L.Siberman, Melvin. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif ,


terj. Sarjuli. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani: 168.

Martiyono. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo: 89

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya: 22.

Sahlan, Moh. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Jember:STAIN Jember Press: 20-23.

Farida, Nugrahani. 2014. Metode Penelitian Kualitatif . Surakarta: 4.

22
Harahap, N. (2018). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa
Melalui Metode Jigsaw Learning Pada Siswa Kelas X Ipa 8 Man 2 Model
Medan Tahun Pelajaran 2016/2017. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah
Pendidikan, 8(1).

Lubis, N. A., & Harahap, H. (2016). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jurnal
As-Salam, 1(1), 96-102.

23

Anda mungkin juga menyukai