Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah

konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa.

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.

Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar

yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng

hanyalah kegiatan pengajaran berbasis inkuiri.

Apa yang menjadikan pengajaran menjadi aktif? Agar belajar menjadi aktif

siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus

menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan

menerapkan apa yang mereka pelajari. Pengajaran berbasis inkuiri harus

gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan

sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir

keras (moving about dan thinking aloud).

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu

mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan

membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu

“mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka

sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan,

dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau

harus mereka dapatkan.

1
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan

salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran berbasis

inkuiri untuk mengungkapkan apakah dengan model berbasis inkuiri dapat

meningkatkan motivasi belajar dan prestasi sains. Dalam metode

pembelajaran berbasis inkuiri siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk

menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan

petunjuk cara memecahkan masalah itu.

Pengembangan Kurikulum 2013 sudah melalui proses panjang dan

ditelaah sehingga saatnya disampaikan ke publik agar dapat memberi

pandangan lebih sempurna. Basis perubahan Kurikulum 2013 terdiri dari

dua komponen, yakni pendidikan dan kebudayaan. Kedua elemen tersebut

harus menjadi landasan agar generasi muda dapat menjadi bangsa yang

cerdas dengan berpengetahuan dan berbudaya, serta mampu

mengolaborasikannya.

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada

tahun 2004 dan KTSP pada tahun 2013 yang mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Suhadjano, 2013: 16).

Orientasi pengembangan Kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi

yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, di samping

cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Perubahan yang

paling mendasar adalah pendidikan berbasis science dan tidak berbasis

hafalan lagi.

Pada Kurikulum 2013 untuk SD, terjadi perubahan dari 10 mata

pelajaran menjadi hanya enam. Keenam mata pelajaran itu adalah ,

2
Bahasa Indonesia, Agama, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, serta SBDP. Mata pelajaran IPA dan IPS menjadi

tematik di pelajaran-pelajaran lain. Adapun dari sisi jam pelajaran,

Kurikulum 2013 ini akan menambah panjangnya jam pelajaran. Untuk SD

kelas 1 dari 26 jam per minggu menjadi 30 jam. Untuk kelas 2 SD dari 27

jam menjadi 32 jam, sedangkan untuk kelas 3 SD dari 28 jam menjadi 34

jam, sementara kelas 4, 5, 6 SD dari 32 menjadi 36 jam per minggu.

Dengan menyadari kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian

ini penulis penulis mengambil judul “Penerapan Model Pengajaran

Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Rukun dalam

Perbedaan Siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan

Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2022/2023.”

B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis

merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri

terhadap hasil belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri

Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun

Pelajaran 2022/2023?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan

diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas VI

Semester I SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon

Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2022/2023?

3
C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui pengaruh model pengajaran berbasis inkuiri terhadap

hasil belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Kalipucung 03

Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran

2022/2023.

2. Ingin mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan

diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri pada siswa Kelas VI

Semester I SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon

Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2022/2023.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan

dapat berguna sebagai:

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan

guru dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar

2. Bagi Guru

Sumbangan pemikiran bagi guru dalam mengajar dan

meningkatkan pemahaman siswa di Kelas VI Semester I SD Negeri

Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun

Pelajaran 2022/2023.

3. Bagi Lembaga Sekolah

4
Dapat digunakan sebagai refrensi bagi sekolah untuk

mengembangkan lebih lanjut tentang penelitian yang sudah

dilaksanakan sehingga diharapkan penelitian selanjutnya lebih baik.

E. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini,

maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran berbasis inkuiri adalah:

Suatu pendekatan pengajaran yang melibatkan siswa didorong

untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang

memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri

mereka sendiri.

2. Hasil Belajar adalah:

Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk

skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan

masalah yang meliputi:

1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VI Semester I SD

Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar

Tahun Pelajaran 2022/2023.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Tahun pelajaran

2022/2023.

5
3. Materi yang disampaikan adalah Tema 2 : Persatuan dalam

Perbedaan Sub Tema 2 : Rukun dalam Perbedaan.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam

kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam

bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang

intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang

pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah

laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah

laku yang lebih buruk.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus

merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa

lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi

perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang

mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-

bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang

tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri

seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud

dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya

terjadi secara internal di dalam diri individu dalam mengusahakan

memperoleh hubungan-hubungan baru.

2. Pengertian Hasil Belajar

7
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai Hasil Belajar,

terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi.

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa

prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah

melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.

Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu

semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai.

Setiap individu belajar menginginkan hasil yang yang sebaik

mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan

sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang

pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah

kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu

dalam mengerjakan sesuatu.

3. Pedoman Cara Belajar

Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus

dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang

mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar.

Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa,

tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini

disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal

kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi

pelajaran.

Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang

harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan

belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar

8
adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar

yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua

golongan yaitu:

a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut

faktor individu.

Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor

kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi,

dan faktor pribadi.

b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan

faktor sosial

Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga,

keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya,

lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan

motivasi sosial.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di

atas menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup

kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh

faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang

mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dn

pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang

baik.

9
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang

tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung

oleh faktor-faktor di atas, maka kegiatan atau proses belajarnya

akan terhambat atau menemui kesulitan.

C. Hasil Belajar

Setiap kegiatan atau aktivitas pasti akan mendapatkan hasil sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu yang

melakukannya. Pada hakekatnya belajar tidak hanya mempelajari

tentang pengetahuan, tetapi juga bagaimana cara untuk memperoleh

pengetahuan sendiri begitu juga dengan seorang siswa yang belajar,

tujuannya tidak hanya mendapatkan ilmu dan nilai semata, tetapi juga

belajar bagaimana cara mendapatkan ilmu baru tersebut melalui proses

belajar. Perolehan hasil belajar selain pengetahuan dan nilai adalah

suatu perubahan. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah

perubahan kearah yang positif yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu

dan dari yang kurang baik menjadi baik dalam segala tindakan atau

perbuatan yang dilakukan dalam konteks ini adalah dalam hal

pembelajaran.

Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2006:22) membagi tiga macam

hasil belajar yakni 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan

pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar

dapat diisi dengan bahan dan kurikulum. Gagne (dalam Sudjana,

2006:22) membagi lima kategori hasil belajar, yakni 1) informasi verbal,

2) keterampilan intelektual, 3) strategi kognitif, 4) sikap, 5)

10
keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan

tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (dalam

Sudjana, 2006:22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga

ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif

tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari

lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,

organisasi dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek

ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan

dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan dan ketepatan,

(e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan

interpretatif. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil

belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak

dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan

para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Hamalik (2008:170) menyebutkan bahwa pengukuran hasil belajar

dilaksanakan dengan cara tertentu sesuai dengan maksud dan tujuan

pengukuran tersebut, yang dirancang dengan model desain evaluasi,

yakni evaluasi sumatif, evaluasi formatif, evaluasi reflektif, dan

kombinasi ketiga model.

11
a). Evaluasi sumatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan pada waktu berakhirnya suatu program pembelajaran

atau kegiatan belajar mengajar. Model atau bentuk evaluasi ini

bertujuan untuk mengetahui hasil akhir yang dicapai oleh siswa,

yakni penguasaan pengetahuan. Hasil penilaian ini sekaligus

menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar. Evaluasi

sumatif berfungsi menyediakan informasi untuk membuat

keputusan untuk menentukan kelulusan, atau untuk menentukan

suatu program dapat diteruskan dengan program baru atau perlu

dilakukan pengulangan program pembelajaran.

b). Evaluasi formatif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan selama berlangsungnya program dan kegiatan

pembelajaran. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk

memperoleh informasi balikan terhadap proses belajar mengajar.

Bila terdapat kelemahan dalam dalam proses belajar mengajar,

maka dapat segera dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Pelaksanaan evaluasi ini berfungsi diagnostik, yakni untuk

perbaikan, yang dilakukan dengan metode pengajaran remedial.

c). Evaluasi reflektif, ialah suatu bentuk pelaksanaan evaluasi yang

dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung. Tujuan dari

pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk memperoleh informasi

mengenai tingkat kesiapan dan tingkat penguasaan bahan

pelajaran oleh siswa, sehingga dapat disusun dan diramalkan

kemungkinan keberhasilannya setelah mengalami proses belajar

12
mengajar kelak. Fungsi pelaksanaan evaluasi ini bersifat prediktif

(peramalan).

d). Kombinasi pelaksanaan evaluasi, misalnya antara bentuk reflektif

dan bentuk sumatif. Tujuan pelaksanaan evaluasi ini ialah untuk

mengetahui keefektifan proses belajar mengajar, misalnya dalam

bentuk desain pra post test. Dengan demikian dapat diketahui

kontribusi komponen-komponen sistem pembelajaran itu terhadap

keberhasilan belajar siswa.

Pada penelitian ini pengukuran hasil belajar siswa dilihat dari hasil

pre test dan post test, pre test yang dilakukan pada awal pembelajaran

sedangkan post test dilakukan setelah tindakan atau kegiatan

pembelajaran dilakukan. Sedangkan pengukuran ketuntasan hasil

belajar diukur dengan SKM atau standard ketuntasan minimum yang

telah ditentukan dan ditetapkan oleh masing-masing sekolah sesuai

dengan jurusannya, pada penelitian ini yaitu pada jurusan penjualan

dengan batas nilai ≥ 72 maka dianggap lulus.

D. Pengajaran Berbasis Inkuiri

Pembelajaran dengan penemuan (inquiry) merupakan satu

komponen penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah

memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan.

Dalam pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa didorong untuk

memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan

mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, Bruner

(1966), penganjur pembelajaran dengan basis inkuiri, menyatakan

13
sebagai berikut: “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk

menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi

lebih ditujukan untuk membuat siswa berpikir. Untuk diri mereka

sendiri, meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang

sejarawan, mereka turut mengambil bagian dalam proses, bukan suatu

produk (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan penemuan dapat

diterapkan dalam banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, siswa diberi

sederet silinder dengn ukuran dan berat yang berbeda-beda. Siswa

diminta untuk menggelindingkan silinder tersebut pada suatu bidang

miring. Bila percobaan itu dilakukan dengan benar, siswa akan dapat

menemukan prinsip-prinsip utama yagn menentuan kecepatan silinder

tersebut.

Belajar dengan penemuan mempunyai berbagai keuntungan.

Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk

mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutan pekerjaannya

hingga mereka menemukan prinsip-prinsip utama yang menentukan

kecepatan silinder tersebut.

Belajar dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan.

Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk

mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya

hingga mereka menemukan jawabannya. Siswa juga belajar

memecahkan masalah secara mandiri dan memiliki keterampilan

berpikir kritis karena mereka harus selalu menganalisa dan menangani

informasi.

14
Pengajaran berbasis inkuiri membutuhkan strategi pengajar

yang mengikuti metode dan menyediakan kesempatan untuk

pembelajaran bermakna. Inkuiri adalah seni dan ilmu bertanya dan

menjawab. Inkuiri melibatkan observasi dan pengukuran, pembuatan

hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model.

Inkuiri menuntut adanya eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan

akan keunggulan dan kelamahan metode-metodenya sendiri.

Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat

mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk

mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaannya

bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk

menyelidiki sendiri dan mereka mencari jawaban sendiri (tetapi tidak

hanya satu jawaban yang benar).

Inkuiri adalah apa yang dibuat oleh para ilmuwan. Para ilmuwan

melakukan ikuiri dengan suatu cara formal dan sitematis, dan dalam

proses melakukan inkuiri para ilmuwan memberikan kontribusi pada

tubuh informasi yang bersifat kolektif yang kita sebut pengetahuan.

Dalam proses mengalami ilmu melalui inkuiri, siswa belajar bagaimana

menjadi ilmuwan. Mereka belajar lebih banyak lagi ketimbang hanya

konsep dan fakta, mereka mempelajari berbagi proses yang terlibat

dalam pemantapan konsep dan fakta.

Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman

belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif.

Mereka dilatih bagaimana memecahkan maslah, membuat keputusan,

dan memperoleh ketarampilan. Inkuiri memeungkinkan siswa dalam

15
berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah

yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi terhadap

masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan memfungsikan

talentanya masing-masing.

Inkuiri memungkinkan terjadinya integrasi berbagai disiplin

ilmu. Ketika siswa melakukan eksplorasi mereka cenderung

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan IPA dan

matematika, ilmu sosial, bahasa, seni, dan teknik.

Inkuiri melibatkan pula komunikasi. Siswa harus mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan. Mereka harus

melaporkan hasil-hasil temuannya, lisan atau tertulis. Dengan begitu,

mereka bekerja dan mengajar satu sama lain. Inkuiri memungkinkan

guru mempelajari siswa-siswanya siapa mereka, apa yang mereka

ketahui, dan bagaimana mereka bekerja. Pemahaman guru tentang

siswa akan memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator yang lebih

efektif dalam proses pencarian ilmu oleh siswa.

Ketika guru menggunakan teknik inkuiri, guru tidak boleh

banyak bertanya atau berbicara. Terlalu banyak intervensi, terlalu

banyak bertanya, dan terlalu banyak menjawab akan mengurangi

proses belajar siswa melalui inkuiri. Dengan demikian, proses belajar

tidak akan lagi menyenangkan. Dalam proses inkuiri, siswa dituntut

untuk bertanggung jawab bagi pendidikan mereka sendiri. Guru yang

menaruh perhatian pada pribadi siswa, akan menemukan kegiatan-

kegiatan yang disukai siswa, juga hal-hal yng baik yag ada dalam diri

siswa-siswanya, dan kesulitian-kesulitan yang mengganggu siswa

16
dalam proses belajar. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya

belajara siswa-siswanya.

Pratindakannkuiri adalah: (1) Observasi ( Observation); (2)

Bertanya (Questioning); (3) Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4)

Pengumpulan data (Data Gathering); dan (5) Penyimpulan

(Conclusion).

Inkuiri adalah satu proses yang bergerak dari langkah observasi

sampai langkah pemahaman. Inkuiri dimulai dengan observasi yang

menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa.

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan

diperoleh melalui suatu siklus pembuatan prediksi, perumusan

hipotesis, pengembangan cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan

observasi lanjutan, penciptaan teori dan model-model konsep yang

didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan berbagai

kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa

bekerja. Guru dapat meman faatkannya untuk menentukan situasi-

situasi belajar yang tepat dan memfasilitasi siswa dalam proses

pencarian ilmu.

Dalam proses inkuiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana

mereka harus berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan salah satu

tujuan pendidikan. Ketika siswa belajar berpikir kritis, merka akan

memperlihatkan pikiran-pikiran dan proses-proses sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanya seperti “Bagaimana itu kita tahu?” atau “Apa

buktinya?”

b. Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.

17
c. Mengetahui bahwa semua gagasan ilmiah itu dapat berubah dan

bahwa teori yang ada adalah teori-teori yang terbaik berdasarkan

bukti yang kita miliki sejauh ini.

d. Mengetahui bahwa diperlukan bukti yang cukup untuk menarik

suatu kesimpulan yang kuat.

e. Memberi penjelasan atau interpretasi, melakukan observasi

dan/atau prediksi.

f. Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang

diambil dan memberikan penjelasan dengan rasa percaya diri.

Salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan

kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional

tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini seperti halnya

setiap tujuan yang lain, belajar berpikir kritis bergantung pada

penataan suasana kelas yang mendorong penerimaan pandangan

divergen (berbeda) dan diskusi bebas. Tatanan itu seharusnya juga

lebih menekankan pada pemberian alasan atau pandangan daripada

hanya memberikan jawaban benar. Keterampilan dalam berpikir kritis

paling baik dicapai bila dihibungkan dengan topik-topik yang dikenal

siswa. Tujuan pengajaran berpikir kritis adalah menciptakan suatu

semangat berpikir kritis yang mendorong siswa mempertanyakan apa

yang mereka dengar dan mengkaji pikiran mereka sendiri untuk

memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.

Beyer (1988:57) mengidentifiksi 10 keterampilan berpikir kritis

yang dpat digunakan siswa untuk mempertimbangkan validitas

18
(keabsahan) tuntutan atau argument, memahami periklanan, dan

sebagainya.

(1) Membedakan fakta-fakta yang dapat diverifikasi dan tuntutan nilai-

nilai yang sulit diverifikasi (diuji kebenarannya).

(2) Membedakan antara informasi, tuntutan, atau alasan yang relevan

dengan yang tidak relevan.

(3) Menentukan kecermatan factual (kebenaran) dari suatu

penyataan.

(4) Menentukan kredibilitas (dapat dipercaya) dari suatu sumber.

(5) Mengidentifikasi tuntutan atau argument yang mendua.

(6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan.

(7) Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan).

(8) Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika.

(9) Mengenali ketidak-konsistenan logika dalam suatu alur penalaran.

(10) Menentukan kekuatan suatu argument atau tuntutan.

Beyer mengingatkan bahwa 10 keterampilan berpikir kritis di

atas bukan merupakan suatu urutan langkah-langkah tetapi lebih

merupakan daftar cara yang dapat dilakukan. Dengan cara-cara itu,

siswa dapat menangani informasi untuk mengevaluasi apakah

informasi itu benar atau masuk akal. Tugas utama dalam mengajarkan

berpikir kritis kepada siswa adalah membantu mereka belajar tidak

hanya bagaimana menggunakan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu,

tetapi juga menyampaikan kapan tiap-tiap strategi berpikir kritis itu

cocok untuk dipakai.

19
Proses inkuiri tidak dapat dipisahkan dari konsep berpikir kritis.

Konsep berpikir kritis tidak dapat pula dipisahkan dari konsep

inteligensi. Inteligensi bukan sesuatu yang hanya dapat diukur dengan

tes, buan pula sesuatu yang semata-mata pembawaan genetis secara

lahiriah. Howard Gardaner (1983) menunjukan bahwa intelgensi dapat

diubah. “Intelligence is the ability to solve problems or to create

products that are valued between one or more cultural settings ”

(Johnson, 2002:141). Intelligensi tidak dapat dipisahkan dari konteks

di mana manusia itu hidup dan berkembang.

Menurut Gardaner, inteligensi tidak dilahirkan, tapi dapat

berkembang atau berkurang, bergantung pada lingkungan atau

konteks seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah teman, guru,

orang tua, buku, alat-alat belajar (pena, computer, kegiatan-kegiatan

fisik, musik), dan hal-hal lain yang mencapai otak melalui panca

indera. Dengan menggunakan kriteria khusus untuk mengidentifikasi

konsep inteleigenais, Gardaner mengusulkan delapan jenis

inteligenwsi, yakni: linguistic, logical-mathematic, musical, spatial,

bodily-kinesthetic, interpersonal, intra-personal, dan naturalist. Jenis

pekerjan dan aktivitas yang dapat dikembangkan untuk kedelapan

jenis inteligensi ini dpat dicontohkan sebagai beikut: (1) linguistic:

wartawan, reporter, politikus, atau penulis; (2) logis-mathematis; ahli

fisika, neurology, atau insinyur; (3) spasial: pelukis, interior decorator,

atau pemain tennis; (4) bodily-kinesthic: penari balet, pemain golf,

pembalap, atau petinju; (5) musik: pengarang lagu, penyanyi, atau

organis/pianis; (6) interpersonal: hakim, saleperson, atau guru; (7)

20
intrapersonal: biarawan/rohaniawan, pujangga, atau ahli ilmu

jiwa/psikolog; dan (8) naturalist: ahli botani, ahli kebun binatang, atau

ahli pertamanan.

Kedelapan jenis inteligensi ini telah mengilhami para pendidik

untuk mengajar dengan mengacu pada salah satu dari delapan jenis

inteligensi tersebut. “Hundred, perhaps thousands, of classrooms

around the world rely today on Gardaner’s theory of multiple

intelligences to help students realize their latent potential ” (Johnson,

2002:141). Apakah kelas berfokus pada siswa yang kurang mampu

atau kelas yang siswa-siswanya berbakat, para pendidik melihat

manfaat mengajar yang sesuai dengan cara-cara untuk mencapai

berbagai jenis inteligensi yang dikemukakan Gardaner.

Setiap siswa mampu mengembangkan setiap jenis inteligensidi

atas dengan asumsi bahwa siswa belajar dalam suatu lingkungan

belajar yang kaya yang memungkikan mereka menghubungkan makna

dengan konteks. “CTL’s component work together to provide this rich

environment, offering students many opportunities to ignite the eight

multiple intelligences” (Amstrong, 2013:35). Guru CTL menyadari dan

menghargai bahwa setiap anak memiliki derajat yang berbeda dalam

hal inteligensinya dan bahwa CTL sebagai suatu system holistic

berhubungan dengan delapan inteligensi yang dibawa setiap anak

pada lingkungan belajar.

21
Delapan inteligensi (Howard Gardaner, 1983)

Multiple Intelligences

Peka terhadap pola, keterampilan dan


Logika-matematika
sistematika.

Peka terhadap bunyi, ritme, dan makna


Linguistic/ilmu bahasa
kata

Kemapuan menghasilkan dan menghargai

Musik ritme, tinggi rendah suara, dan warna

suara

Kemampuan untuk melakukan

transformasi mengenai persepsi awal

Spatial/jarak seseorang dan kemampuan mengkreasi

kembali aspek-aspek pengalaman visual

seseorang.

Kemampuan mengontrol gerak tubuh


Bodily-kinesthetic/fisik-
seseorangdan kemampuan menangani
kinestetik
objek secara terampil.

Kemampuan untuk menjawab atu

memberikan reaksi secara tepat berbagai


Inter personal/antar-pribadi
suasana batin, temperamen, motivasi dan

keinginanorang lain.

Intapersonal/antar-pribadi Bagaimana menjiwai perasaan sendiri,

kemampuan mendiskriminasikan berbagi

perasaan seseorang, dan kemampuan

menarik kesimpulan untuk menuntun

22
tingkah laku seseorang

Mengamati, mengalami dan

Naturalist/alamiah mengorganisasikan berbagai pola dalam

lingkungan alamiah

Guru yang menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri haru

menjadikan siswa mampu berdiri sendiri, harus mendorong siswa

untuk mandiri sedini mungkin sejak dari awal masuk sekolah. Timbul

pertanyaan, bagaimana caranya guru membantu siswa agar mereka

tumbuh mandiri? Jawabannya adalah memberi kebebasan kepada

siswa untuk mengikuti minat alamiah mereka. Guru harus mendorong

siswa untuk memecahkan sendiri msalah yang dihadapinnya atau

memecahkan sendiri di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan

mereka jawaban dari masalah yang mereka hadapi. Siswa akan

mendapat keuntungan jika mereka dapat “melihat” dan “melakukan”

sesuatu daripada hanya sekedar mendengarkan ceramah atau

penjelasan guru. Guru dapat membantu siswa memahami konsep-

konsep yang sulit dengan bantuan gambar dan demontrasi.

Belajar harus luwes dan bersifat menyelidiki atau melalui

penemuan. Jika siswa tampak berusaha dengan menghadapi suatu,

berikan mereka waktu untuk mencoba sendiri memecahkan masalah

tersebut sebelum memberikan pemecahannya. Guru juga harus

memperhatikan sikap siswa terhadap belajar. Menurut Jerome, S.

Burner, sekolah harus merangsang keingintahuan siswa,

meminimalkan risiko kegagalan, dan bertindak serelevan mungkin bagi

23
siswa. Sebagai saran tambahan bagi guru yang mengajar dengan

pendekatan inkuiri: (1) doronglah siswa agar mereka mengajukan

dugaan awal dengan cara guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan

membimbing; (2) gunakan bahan dan permainan yang bervariasi; (3)

berikan kesempatan kepada siswa untuk memuaskan keingintahuan

mereka, meskipun mereka mengajukan gagasan-gagasan yang tidak

berhubungan langsung dengan pelajaran yang diberikan; dan (4)

gunakan sejumlah contoh yang kontras atau perlihatkan perbedaan

yang nyata dengan materi ajar mengenai topik-topik yang terkait.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research),

karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di

kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan

bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8)

mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a)

guru sebagai penelitian; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan

terintegratif; (d) administrasi social eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai

peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan

utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil

pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian

mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun,

kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan

dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan

cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi

kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

25
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam

melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.

Penelitian ini bertempat di Kelas VI Semester I SD Negeri

Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun

Pelajaran 2022/2023.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian

atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan November semester ganjil Tahun pelajaran 2022/2023.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas VI Semester I SD

Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar

Tahun Pelajaran 2022/2023 pada Materi Rukun dalam Perbedaan.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek

pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk

kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk

memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.

26
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/

meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,

sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya

meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian

tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan

dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk

spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus

meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation

(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,

pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan

tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus

spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada

gambar berikut.

Putar
an 1

Refleksi Rencana
Rencana
awal/rancangan
awal/rancangan Putar
an 2
Tindakan/
Observasi
Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi Putar
an 3
Tindakan/
Observasi

Rencanayang
yang
Refleksi Rencana
direvisi
direvisi
Tindakan/
Observasi
27
Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana

tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan

perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode

pembelajaran model inkuiri.

3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil

atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan

pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan

3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur

kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang

diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam

28
tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran

yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Silabus

Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan

pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan

sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap

putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator

pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan

kegiatan belajar mengajar.

3. Tes formatif

Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman

konsep pada Materi Rukun dalam Perbedaan. Tes formatif ini

diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah

pilihan guru (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal

yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir

soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal.

Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi

syarat digunakan untuk mengambil data.

29
D. Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui

observasi pengolahan pengajaran berbasis inkuiri, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini

menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode

penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui Hasil

Belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa

terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase

keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis

pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa,

yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas

tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat

dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata

30
Σ X = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan

dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar

mengajar kurikulum 2013 (Depdiknas, 2013), yaitu seorang siswa

telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65,00% atau nilai 65,

dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat

85,00% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama

dengan 65,00%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar

digunakan rumus sebagai berikut:

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal,

data observasi berupa pengamatan pengelolaan pengajaran berbasis

inkuiri dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran,

dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan

tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya

dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya

pembeda.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar siswa

setelah diterapkan pengajaran berbasis inkuiri.

A. Analisis Item Butir Soal

Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrument

penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes

tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar

sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi:

1. Validitas

Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui

kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam

penelitian ini.

2. Reliabilitas

32
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji

reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas

r11 sebesar 0, 654. Harga ini lebih besar dari harga r product

moment. Untuk jumlah siswa (N = 24) dengan r (95%) = 0,404.

Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi

syarat reliabilitas.

3. Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat

kesukaran soal.

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui

kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan

tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang

berkriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 20 soal,

berkriteria baik 10 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang

digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf

kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Pratindakan

a. Tahap Perencanaan

33
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes

formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

Pratindakan dilaksanakan pada tanggal 7 November 2022 di

Kelas VI Semester I SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan

Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2022/2023.

dengan jumlah siswa 12 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak

sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar

mengajar

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes

formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada Pratindakan

adalah sebagai berikut:

Table 4.1. Nilai Tes Formatif Pada Pratindakan

Keterangan
No. Urut Nama Skor
T TT
1 Azkia Zulfanka Fauzi 50 √
2 Bagastya Wahyu Utomo 60 √
3 Bagustya Wahyu Utomo 70 √
4 Fenti Agustina Ramadhani 60 √
5 Irfan Nabil Abidin 80 √
6 Ja'far Sodiq Senayoga 70 √
7 Mochammad Bintang Pratama 60 √

34
8 Mohammad Gesta Aditama 70 √
9 Oktabela Dwi Khoirunnisaa 50 √
10 Shafiya Ablilasyfa 70 √
11 Syahrotussita Nurul Fadilah 60 √
12 Vina Febri Yanti 70 √
Jumlah 770 6 6
Jumlah Skor 770
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1200
Rata-Rata Skor Tercapai 64,17

Keterangan: T : Tuntas

TT :Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas :6

Jumlah siswa yang belum tuntas : 6

Klasikal : Belum tuntas

Table 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada

Pratindakan

No Uraian Hasil
Pratindakan
1 Nilai rata-rata tes formatif 64,17
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 6
3 Persentase ketuntasan belajar 50,00

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan

menerapkan pengajaran berbasis inkuiri diperoleh nilai rata-rata

Hasil Belajar siswa adalah 64,17 dan ketuntasan belajar

mencapai 50,00% atau ada 6 siswa dari 12 siswa sudah tuntas

belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama

secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 64,17% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85,00%.

35
Hal ini disebabkan karena siswa masih canggung dengan

diterapkannya pengajaran berbasis inkuiri.

2. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes

formatif I dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus I

dilaksanakan pada tanggal 14 November 2022 di Kelas VI

Semester I SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon

Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2022/2023 dengan jumlah

siswa 12 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan revisi pada Pratindakan,

sehingga kesalah atau kekurangan pada Pratindakan tidak

terulanga lagi pada Siklus I. Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes

formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif I.

Adapun data hasil penelitian pada Siklus I adalah sebagai

berikut.

Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I

36
Keterangan
No. Urut Nama Skor
T TT
1 Azkia Zulfanka Fauzi 50 √
2 Bagastya Wahyu Utomo 60 √
3 Bagustya Wahyu Utomo 70 √
4 Fenti Agustina Ramadhani 80 √
5 Irfan Nabil Abidin 80 √
6 Ja'far Sodiq Senayoga 70 √
7 Mochammad Bintang Pratama 60 √
8 Mohammad Gesta Aditama 80 √
9 Oktabela Dwi Khoirunnisaa 70 √
10 Shafiya Ablilasyfa 70 √
11 Syahrotussita Nurul Fadilah 60 √
12 Vina Febri Yanti 80 √
Jumlah 830 8 4
Jumlah Skor 830
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1200
Rata-Rata Skor Tercapai 69,17

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas :8

Jumlah siswa yang belum tuntas : 4

Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 69,17
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 8
3 Persentase ketuntasan belajar 66,67

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata Hasil Belajar

siswa adalah 69,17 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67%

atau ada 8 siswa dari 12 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini

menunjukkan bahwa pada Siklus I ini ketuntasan belajar secara

37
klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari

Pratindakan. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena

siswa sudah mulai akrab dengan pengajaran berbasis inkuiri,

disamping itu ada perasaan senang pada diri siswa dengan

adanya cara belajar yang baru karena itu adalah pengamalan

pertama bagi siswa.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes

formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk Siklus II

dilaksanakan pada tanggal 21 November 2022 di Kelas VI

Semester I SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon

Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2022/2023 dengan jumlah

siswa 12 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan revisi pada Siklus I, sehingga

kesalahan atau kekurangan pada Siklus I tidak terulang lagi

pada Siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

38
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes

formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.

Adapun data hasil penelitian pada Siklus II adalah sebagai

berikut:

Table 4.5. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

Keterangan
No. Urut Nama Skor
T TT
1 Azkia Zulfanka Fauzi 80 √
2 Bagastya Wahyu Utomo 80 √
3 Bagustya Wahyu Utomo 90 √
4 Fenti Agustina Ramadhani 90 √
5 Irfan Nabil Abidin 80 √
6 Ja'far Sodiq Senayoga 90 √
7 Mochammad Bintang Pratama 60 √
Hadiansyah
8 Mohammad Gesta Aditama 80 √
9 Oktabela Dwi Khoirunnisaa 100 √
10 Shafiya Ablilasyfa 90 √
11 Syahrotussita Nurul Fadilah 80 √
12 Vina Febri Yanti 100 √
Jumlah 1020 11 1
Jumlah Skor 1020
Jumlah Skor Maksimal Ideal 1200
Rata-Rata Skor Tercapai 85,00

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 11

Jumlah siswa yang belum tuntas : 1

Klasikal : Tuntas

Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

39
1 Nilai rata-rata tes formatif 85,00
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 11
3 Persentase ketuntasan belajar 91,67

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes

formatif sebesar 85,00 dan dari 11 siswa yang telah tuntas

sebanyak 12 siswa dan 1 siswa belum mencapai ketuntasan

belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah

tercapai sebesar 85,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil

pada Siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari Siklus

I. Adanya peningkatan hasil belajar pada Siklus II ini

dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam

memahami pembelajaran berbasis inkuiri. Disamping itu

peningkatan kemampuan guru dalam mengelola pengajaran

berbasis inkuiri semakin mantap.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana

dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses

belajar mengajar dengan penerapan pengajaran berbasis

inkuiri. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan

sebagai berikut:

1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan

semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa

aspek yang belum sempurna, tetapi persentase

pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.

40
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa

aktif selama proses belajar berlangsung.

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4) Hasil belajar siswa pada Siklus II mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada Siklus II guru telah menerapkan pengajaran

berbasis inkuiri dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta

hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah

berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu

banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan

selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa

yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses

belajar mengajar selanjutnya penerapan pengajaran berbasis

inkuiri dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pengajaran

berbasis inkuiri memiliki dampak positif dalam meningkatkan Hasil

Belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya

pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah

disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari

siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 50,00%, 66,67%, dan

41
91,67%. Pada Siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal

telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam

proses pengajaran berbasis inkuiri dalam setiap siklus mengalami

peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap proses mengingat

kembali materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu

dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada

setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran dengan pengajaran berbasis inkuiri yang

paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media,

mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa

aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah pengajaran berbasis inkuiri dengan

baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya

aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan

kegiatan, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan

balik/evaluasi/ tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di

atas cukup besar.

42
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama

tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang

telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan model pengajaran berbasis inkuiri mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Kelas VI Semester I SD Negeri Kalipucung 03 Kecamatan

Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2022/2023 yang

ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan

bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pengajaran berbasis

inkuiri sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

2. Pembelajaran dengan model pengajaran berbasis inkuiri memiliki

dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang

ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap

siklus, yaitu Pratindakan (50,00%), Siklus I (66,67%), Siklus II

(91,67%).

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar

proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang

optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

43
1. Untuk melaksanakan pengajaran berbasis inkuiri memerlukan

persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu

menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan

dengan pengajaran berbasis inkuiri dalam proses belajar mengajar

sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan Hasil Belajar siswa, guru hendaknya

lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran

yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa

nantinya dapat menemuan pengetahuan baru, memperoleh konsep

dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini

hanya dilakukan di Kelas VI Semester I SD Negeri Kalipucung 03

Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran

2022/2023

4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-

perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

44
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .


Jakarta: Rineksa Cipta.

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Sinar Baru Algesindon.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila .


Semarang: Aneka Ilmu.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metode Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.


Psikologi UGM.

Melvin, L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif .
Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and


Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK . Blitar: Universitas
Negeri Blitar (UM Press).

Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan


Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung:


Jemmars.

45
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) KURIKULUM 2013

Satuan Pendidikan : SDN KALIPUCUNG 03


Kelas / Semester : 6 /1
Tema : Persatuan dalam Perbedaan (Tema 2)
Sub Tema : Rukun dalam Perbedaan (Sub Tema 1)
Pembelajaran ke : 5
Alokasi waktu : (5x35 menit)/ 1 hari

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui membaca teks informasi tentang
tumbuhan dan habitatnya, peserta didik
dapat mengidentifikasi cara tumbuhan beradaptasi dengan tepat.
2. Melalui pengamatan, peserta didik dapat
membuat laporan tentang cara tumbuhan
beradaptasi dan melindungi diri di lingkungannya dengan benar.
3. Melalui diskusi peserta didik dapat
mempresentasikan hasil laporan dengan percaya diri.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 1. Guru memberikan salam, mengecek kehadiran dan kesiapan 2
peserta didik untuk belajar dan bersikap disiplin kemudian menit
mengajak semua peserta didik berdo’a menurutagama dan
keyakinan masing-masing. (Religius dan Integritas)
2. Peserta didik dipandu guru menyanyikan lagu Nasional “Indonesia
Raya” ( Nasionalis )
3. Peserta didik dan guru melakukan tanya jawab tentang materi
sebelumnya yang tidak dipahami.
4. Guru mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari.
5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi gambaran
tentang manfaat pembelajaran hari ini.

46
Kegiatan Inti 1. Guru memberikan penjelasan mengenai penyesuaian diri tumbuhan
terhadap lingkungannya.
2. Peserta didik mengamati tumbuhan yang diperlihatkan guru di
depan kelas.
3. Peserta didik membuat pertanyaan seputar tumbuhan yang
mereka lihat terkait dengan habitatnya.
4. Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok, untuk
melaksanakan diskusi dan pengamatan.
5. Peserta didik melakukan kegiatan penugasan sesuai pada lembar
diskusi peserta didik.
6. peserta didik bersama kelompoknya mengidentifikasi dan
mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan
dan habitatnya, mencatatnya, dan mendiskusikannya dalam
kelompok.
7. Peserta didik mempresentasikan hasil kegiatannya dengan percaya
diri di depan kelas.
8. Guru memberikan umpan balik terhadap pekerjaan peserta didik.

Kegiatan 1. Peserta didik melakukan refleksi 1


Penutup dengan menceritakan kegiatan menit
pembelajaran hari ini.
2. Peserta didik bersama guru membuat
kesimpulan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
3. Guru melakukan evaluasi dan tindak lanjut
pembelajaran.
4. Guru memberikan motivasi pada peserta didik.
5. Salam dan do’a penutup.

47
C. Sumber dan Media Pembelajaran
1. Buku Pedoman Guru Tema : Persatuan dalam Perbedaan Kelas 6
(Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
2. Buku Peserta didik Tema : Persatuan dalam Perbedaan Kelas
6 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum2013, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
3. Slide Power point
4. internet

D. PENDEKATAN & METODE


Pendekatan : Scientific
Strategi : Cooperative Learning
Teknik : Example Non Example
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi dan Ceramah

Mengetahui Sanankulon, 04 Desember 2021


Kepala Sekolah, Guru Kelas 6,

KADIR, S.Pd HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19700506 199605 1 002 NIP. 19680827 200701 2 012

48
49
MEDIA PEMBELAJARAN

50
LEMBAR DISKUSI PESERTA DIDIK
ADAPTASI TUMBUHAN
KELAS : ……………………………… Kelompok
SEMESTER : ……………………………… 1.
2.
MATERI : ……………………………..
3.

KAKTUS

Laporan hasil diskusi

1 Nama tumbuhan Kaktus

2 Ciri khusus tanaman Memiliki daun berduri, batang kaktus dilapisi lilin, memiliki
batang yang tersusun dari jaringan spon, akar sangat Panjang.

3 Manfaat Adaptasi Batang berfungsi sebagai tempat penyimpanan air.

4 Cara melindungi diri Dengan duri.

51
TERATAI

Laporan hasil
diskusi

1 Nama tumbuhan Teratai

2 Ciri khusus tanaman Memiliki daun yang lebar.

3 Manfaat Adaptasi Menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lembab.

4 Cara melindungi diri Mempunyai daun yang lebar dan tipis.

52
BAKAU

Laporan hasil diskusi

1 Nama tumbuhan Bakau

2 Ciri khusus tanaman Memiliki akar tunjang, berdaun tunggal, memiliki buah
yang beracun.

3 Manfaat Adaptasi Menyerap emisi karbondioksida yang lebih efektif.

4 Cara melindungi diri Menyaring garam di air.

53
TANAMAN LIDAH BUAYA

Laporan hasil
diskusi

1 Nama tumbuhan Tanaman Lidah Buaya

2 Ciri khusus tanaman Bunga berwarna orange, pelepah warna hijau muda, pelepah
atas agak cekung.

3 Manfaat Adaptasi Menyimpan air didaunnya yang berdaging besar.

4 Cara melindungi diri Menutup stomata daunnya saat siang hari untuk mengurangi
penguapan air

54
55
INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN

Tabel : Form Pengelolaan Observasi Guru Tiap Siklus

No Observasi Terhadap Kegiatan Guru Presentase

Menyampaikan tujuan

1 Memotivasi siswa

2 Mengkaitkan dengan pelajaran sebelumnya

3 Menyampaikan materi/ langkah-langkah/ strategi

4 Menjelaskan materi yang sulit

5 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan

6 konsep

7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil

8 kegiatan

9 Memberikan umpan balik

Membimbing siswa merangkum pelajaran

56
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM

KBM

Nama Sekolah : UPT SD Negeri Tanggal : 06 Desember 2021


Kalipucung 03
Kelas/ Semester : VI/I Waktu : Jam ke 3-4
Bahan Kajian : Tinjauan Hasil Nama Guru : HINDUN MARIYAM
Belajar ASIYAH, S.Pd

Petunjuk Pengisian

Amatilah aktivitas guru dan siswa dalam kelompok sample selama


kegiatan belajar berlangsung, kemudian isilah lembar observasi dengan
prosedur sebagai berikut :
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang
memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan
siswa yang dominan, kemudian 1 menit pengamat menuliskan kode
kategori pemngamatan.
3. pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secaraa
bergantian setiap periode waktu tiga menit .
4. kode-kode kategori dituliskan secaraa berurutan sesuai dengan
kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan
secaraa serempak.

Aktivitas Guru

1. Menyampaikan tujuan
2. Memotivasi siswa/ merumuskan masalah
3. mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
4. menyampaikan langkah-langkah/ strategi.
5. Menjelaskan materi yang sulit.
6. membimbing menemukan konsep.
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan.
8. Memberi umpan balik/ evaluasi/ tanya jawab.
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran.

57
Aktivitas Siswa

1. Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru.


2. Membaca buku.
3. Bekerja dengan sesamaa anggota kelompok.
4. Diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru.
5. Menyediakan hasil pembelajaran.
6. Mengajukan/ menanggapi pertanyaan/ ide.
7. Menulis yang relevan dengan kbm.
8. Merangkum pembelajaran.
9. Mengerjakan tes evaluasi.

58
59
Lampiran I

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
KPP KECAMATAN SANANKULON
SD NEGERI KALIPUCUNG 03

SURAT KETERANGAN MENGADAKAN PENELITIAN

Kepada YTH. Bapak / Ibu Kepala Sekolah


Di
Tempat

Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku Guru di SD Negeri Kalipucung 03
memohon Ijin kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah SD Negeri Kalipucung 03
untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah.
Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan ijin
peneyelenggaran kegiatan tersebut di di SD Negeri Kalipucung 03
Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar.
Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih
atas kerjasamanya.

Sanankulon, 01 Desember 2021


Hormat Saya,

HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19680827 200701 2 012

60
Lampiran 2

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
KPP KECAMATAN SANANKULON
KELOMPOK KERJA GURU (KKG)

SURAT KETERANGAN

Kepada YTH.
Bapak / Ibu Ketua Panitia Seminar PTK
Di T e m p a t

Dengan Hormat,

Dengan surat ini, saya selaku Guru di SD Negeri Kalipucung 03


memohon Ijin kepada Bapak/Ibu Panitia Seminar Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK ) untuk mengadakan presentasi dan seminar.
Untuk itu, saya mohon untuk mengikuti kegiatan seminar dan
presentasi serta memberikan ijin peneyelenggaran kegiatan tersebut di
KKG Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar.
Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih
atas kerjasamanya.

Sanankulon, 01 Desember 2021


Hormat Saya,

HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19680827 200701 2 012

61
Lampiran 3

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
KPP KECAMATAN SANANKULON
KELOMPOK KERJA GURU (KKG)

BERITA ACARA

Pada Hari ini Rabu tanggal Delapan bulan Desember tahun 2021 ,
telah diadakan seminar dan presentasi dalam rangka pengembangan
profesi keguruan dengan mengadakan publikasi karya tulis ilmiah
penelitian tindakan kelas yang bertempat di wilayah KKG gugus yang ada
di Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar.
Dalam kegiatan seminar ini dihadiri oleh guru yang ada di gugus
dengan jumlah peserta sebagai berikut :
Laki – Laki : 7 orang
Perempuan : 14 orang
Jumlah : 21 orang
Hal yang dibahas dalam seminar ini adalah “Penerapan Model
Pengajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi
Rukun dalam Perbedaan Siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Kalipucung
03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2022/2023”
dengan hasil yang baik.
Demikian berita acara ini dibuat dan terima kasih atas kerja
samanya.
Sanankulon, 08 Desember 2021
Hormat Saya,

HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19680827 200701 2 012

62
Lampiran 4
DAFTAR HADIR
PUBLIKASI PENELITIN TINDAKAN KELAS

Tempat Kegiatan :

No Nama Unit Kerja TTD

63
Sanankulon, 08 Desember 2021
Ketua Panitia

SITI CHALIMAH,S.Pd
NIP. 19640816 198303 2 004

64
Lampiran 5

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
KPP KECAMATAN SANANKULON
KELOMPOK KERJA GURU (KKG)

NOTULEN RAPAT

1. Pembukaan
2. Sambutan - Sambutan :
a. Pengawas TK/SD Kecamatan Sanankulon
b. Perwakilan Kepala Sekolah
c. Ketua panitia seminar
3. Penyampaian karya tulis ilmiah dengan judul Penerapan Model
Pengajaran Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada
Materi Rukun dalam Perbedaan Siswa Kelas VI Semester I SD
Negeri Kalipucung 03 Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar
Tahun Pelajaran 2022/2023 di depan para peserta
4. Ada berbagai pertanyaan yang disampaikan peserta seminar
kepada peneliti
5. Peneliti melakukan penjelasan serta pemaparan kepada para
peserta seminar
6. Evaluasi seminar yang dilakukan oleh Pengawas TK/SD
7. Pembacaan Do’a
8. Penutup

Ketua Panitia Seminar Notulen

SITI CHALIMAH,S.Pd HINDUN MARIYAM ASIYAH, S.Pd


NIP. 19680827 200701 2 012

65
NIP. 19640816 198303 2 004
Ketua Panitia Seminar Notulen

................................ ................................

Lampiran 6

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


DINAS PENDIDIKAN
KPP KECAMATAN SANANKULON
KELOMPOK KERJA GURU (KKG)

DOKUMENTASI

66
67

Anda mungkin juga menyukai