Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah
penduduk yang sangat banyak. Berbagai potensi dan keunggulan yang ada di
Indonesia pantas dibanggakan. Keseimbangan antara potensi sumber daya alam
dengan potensi sumber daya manusia perlu menjadi perhatian penting karena
dengan sumber daya manusia yang berkompeten maka sumber daya alam yang
ada akan terkelola dengan baik yang akhirnya akan berujung pada kemajuan
negara dan kesejahteraan warga negaranya. Akan tetapi, rendahnya kesadaran
manusia untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada menjadikan
Indonesia menjadi negara tertinggal. Pada era globalisasi yang sekarang terus
berkembang pesat menuntu kitat untuk menjadi manusia yang aktif, kreatif,
inovatif, cakap, terampil dan siap bersaing. Oleh karena itu, berbagai upaya
tentu harus dilakukan demi mencapai peningkatan mutu sumber daya manusia
yang berkualitas untuk menuju generasi Indonesia emas di Tahun 2045.
Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kompetensi manusia agar
menjadi manusia yang berkualitas dan siap dalam menghadapi perkembangan
jaman. Semua warga negara Indonesia diwajibkan untuk memperoleh
pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Oleh karena itu, Indonesia
menyelenggarakan program wajib belajar 9 tahun yang artinya setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan miniman selama 9 tahun yaitu pada
jenjang SD dan SMP secara layak dengan bebas biaya pendidikan karena
semua biaya ditanggung oleh pemerintah. Berkaitan dengan hal tersebut
pemerintah mengeluarkan bantuan belajar berupa Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) yang diperoleh setiap siswa dengan tujuan agar semua warga
negara Indonesia dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan diri
melalui pendidikan tanpa ada perbedaan status ekonomi.
Mengingat pentingnya peran pendidikan bagi bangsa Indonesia, peneliti
sebagai guru harus mampu membekali siswanya dengan ilmu yang bermanfaat
dan membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter, cerdas, cakap, peduli
terhadap alam sekitar. Akan tetapi peneliti mempunyai hambatan dalam
mewujudkan tujuan tersebut karena siswa kurang tertarik dan kurang peduli
terhadap alam sekitar. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar siswa sangatlah
rendah. Khususnya pada materi mengelompokan jenis benda berdasarkan
sifatnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
1. Identifikasi Masalah
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor
eksternal dan internal. Faktor eksternal yaitu karena guru dalam
menyampaikan materi pelajaran tidak menggunakan metode yang menarik,
monoton, dan tidak melibatkan siswa saat proses pembelajaran. Setelah guru
memberikan soal atau tugas, guru hanya mengoreksi tugas dan menilai hasil
kerja siswa tanpa membahas ulang materi dan menanyakan kesulitan yang
dihadapi siswa. Sedangkan faktor internalnya yaitu sebagian besar siswa
kelas III di SD Negeri 3 Kedungwringin adalah dari keluarga yang status
ekonominya menengah ke bawah dan banyak pula siswa yang ditinggal oleh
orang tuanya bekerja sehingga anak tersebut hanya tinggal bersama nenek
atau kakek di rumah. Hal tersebut menyebabkan siswa merasa kurang
diperhatikan akibatnya siswa menjadi kurang semangat dan tidak
mempunyai motivasi berprestasi di dalam kelas. Namun dalam kenyataanya
guru kurang memberikan perhatian terhadap siswa dan tidak dapat
memahami perbedaan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing siswa.
Sebagai seorang pendidik guru berperan sebagai fasilitator yaitu
membantu siswa menghadapi masalah yang berkaitan dengan kesulitan
belajar. Peneliti perlu mengadakan perubahan dan perbaikan dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas karena pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti lebih banyak menggunakan metode ceramah. Padahal harapan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah pembelajaran yang Aktif

2
Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) sehingga tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai. Berbekal kesadaran itulah, saya sebagai
mahasiswa SI PGSD Universitas Terbuka yang berprofesi sebagai guru
berusaha melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan berusaha untuk
menerapkan hasil-hasil belajar dari mata kuliah yang telah ditempuh. Salah
satunya adalah pada mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PKP) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui penerapan dua mata
kuliah ini, diharapkan peneliti dapat menciptakan pembelajaran yang
berkualitas dan dapat memperbaiki hasil belajar siswa yang rendah. Peneliti
melakukan penelitian tersebut karena dari data hasil evaluasi belajar IPA
tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya, nilai yang
diperoleh siswa sangat mengecewakan. SD Negeri 3 Kedungwringin
Kecamatan Jatilawang menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
mata pelajaran IPA kelas III adalah ≥ 70. Dari jumlah siswa 18 anak yang
tuntas KKM hanyalah 5 siswa. Hal tersebut membuat peneliti merasa
khawatir karena apabila terjadi terus-menerus maka prestasi siswa akan
menurun dan tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak akan tercapai.
Oleh karena itu, peneliti berupaya untuk memecahkan masalah
pembelajaran tersebut melalui melalui PTK. Peneliti akan mencoba
merubah model pembelajaran yang awalnya hanya menggunakan metode
ceramah akan di variasi dengan menggunakan model pembelajaran yang
lebih menarik dengan lebih melibatkan siswa aktif.
a. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang
mengelompokan benda berdasarkan sifatnya.
b. Siswa kurang konsentrasi, tidak bersemangat dan pasif.
2. Analisis Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat dianalisis penyebab rendahnya
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran IPA yang diajarkan oleh
guru antara lain:
a. Guru tidak dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik.
b. Guru hanya menggunakan metode ceramah saja.

3
c. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat, sehingga
pelajaran menjadi tidak menarik.
d. Bahasa yang digunakan sulit dimengerti siswa dan penjelasan guru
terlalu cepat.
e. Guru tidak komunikatif dengan siswa sehingga siswa merasa bosan dan
mengantuk bahkan banyak pula yang bercakap-cakap dengan teman.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan dari analisis masalah diatas maka peneliti
menggunakan judul penelitian “Penggunaan Metode Diskusi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Mengelompokkan Jenis Benda
Berdasarkan sifatnya Siswa Kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin
Kecamatan Jatilawang Semester II Tahun Pelajaran 2021/2022.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
“Apakah Penggunaan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Mengelompokkan Jenis Benda Berdasarkan sifatnya Siswa Kelas III SD
Negeri 3 Kedungwringin Kecamatan Jatilawang Semester II Tahun Pelajaran
2021/2022”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
a. Memenuhi syarat tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional (PDGK 4501) Program S1 PGSD Universitas Terbuka.
b. Memperbaiki pembelajaran sebelumnya pada mata pelajaran IPA di
kelas III sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.
c. Memperbaiki kinerja guru sebagai peneliti, sehingga kompetensi guru
akan meningkat dan dapat menjadikan pendidik semakin profesional.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda
berdasarkan sifatnya bagi siswa kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin

4
Kecamatan Jatilawang pada semeseter ganjil tahun pelajaran 2021/2022.
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat kepada berbagai pihak, baik kepada siswa, guru, sekolah ataupun
lingkungan sekitar sekolah. Adapun manfaat tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Teoretis
a. Dari hasil penelitian ini dapat memperjelas akan penguasaan siswa dalam
memahami pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda
berdasarkan sifatnya.
b. Sebagai arsip dokumen ilmiah yang bertujuan agar dapat ditindak lanjuti
oleh peneliti di waktu yang akan datang.
2. Praktis
a. Bagi Siswa.
1) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA.
2) Mempermudah siswa dalam belajar materi IPA khususnya tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya.
3) Menciptakan rasa kebersamaan, memacu siswa untuk berprestasi.
b. Bagi guru
1) Membantu guru untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang belum
berhasil.
2) Membantu guru untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya.
3) Meningkatkan kompetensi guru menjadi guru yang profesional.
c. Bagi Sekolah
Dengan diadakannya Penelitian Tindakan Kelas mempunyai
manfaat yang sangat besar bagi sekolah yaitu dapat meningkatkan mutu
pendidikan yang ada di sekolah khususnya di SD Negeri 3
Kedungwringin. Selain itu dapat meningkatkan kerjasama yang baik di
lingkungan sekolah karena saat pelaksanaan penelitian tentu akan
melibatkan berbagai pihak demi terlaksananya penelitian.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Karakteristik utama siswa SD adalah mereka menampilkan
perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang,
diantaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan
bahasa, serta perkembangan fisik anak. Anak SD merupakan individu
yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan
keberaniannya. Setiap anak SD sedang berada dalam perubahan fisik
maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam
menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Selanjutnya
Piaget dalam Sumantri (2008), mengemukakan ada lima faktor yang
menunjang perkembangan intelektual, yaitu: kedewasaan (maturation),
pengalaman fisik (phisical experience), pengalaman logika matematika
(logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission),
dan proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri
(self-regulation). Piaget juga mengidentifikasikan tahapan perkembangan
intelektual yang dilalui anak yaitu: tahap sensorik motor (usia 0-2 tahun),
tahap operasional (usia 2-6 tahun), tahap operasional konkret (usia 7-11
atau 12 tahun), tahap operasional formal (usia 11atau 12 tahun ke atas).
Berdasarkan uraian di atas, siswa sekolah dasar berada pada tahap
operasional konkret, pada tahap ini anak mengembangkan pemikiran logis,
masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya anak mampu
berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek konkret, dan mampu
melakukan konservasi. Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan
psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka

6
mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berpikirnya dari
dunia konkret atau hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan
psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada prinsip yang sama
di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat diamati,
karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan. Dengan
karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk
dapat mengemas perencanaan dan pengalam belajar yang akan diberikan
kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada dilingkungan
sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang
dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak.
2. Model Pembelajaran Diskusi
a. Pengertian
Kata diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discussus yang berarti
to examine. Discussus terdiri dari akar kata dis dan cuture. Dis artinya
terpisah sedangkan cuture artinya menggoncangkan atau memukul.
Secara etimologi discuture berarti suatu pukulan yang memisahkan
sesuatu atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan
cara memecahkan atau menguraikan (Armai Arief, 2002 : 145).
Menurut Killen dalam Abdul Majid (2013 : 200) diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan.
Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan masalah,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa
serta untuk membuat suatu keputusan. Mansyur mengemukakan dalam
Armai Arief (2002 : 145) bahwa diskusi adalah percakapan ilmiah yang
berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide, serta pengujian
pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam
kelompok untuk mencari kebenaran.
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu
masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih
jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan
keputusan bersama ( Ahmad Sabri, 2005 : 56). Menurut Armai Arief

7
(2002 : 145) diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu
atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan saling tukar
informasi (information sharing), saling mempertahankan pendapat (self
maintenance) dalam memecahkan sebuah masalah tertentu (problem
solving).
Ramayulis juga mengemukakan dalam Armai Arief (2002 : 146)
pengertian yang hampir sama bahwa metode diskusi dalam pendidikan
adalah suatu cara penyajian atau penyampaian bahan pelajaran di mana
guru memberikan kesempatan pada para siswa atau kelompok untuk
mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan
masalah.
Menurut Gulo dalam Ahmad Munjin Nasih dkk (2013 : 57) metode
diskusi merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan kualitas interaksi antara peserta didik. Tujuannya ialah
untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti
tentang sesuatu, di samping untuk mempersiapkan dan menyelesaikan
keputusan bersama. Menurut Morgan Supriyanto dalam Ahmad Munjin
Nasih dkk (2013 : 57) menegaskan bahwa diskusi yang ideal adalah
berpartisipasinya sekelompok individu dalam diskusi terhadap suatu
masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas maka dapat
penulis simpulkan bahwa metode diskusi adalah salah satu alternatif
metode atau cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan
tujuannya untuk dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan
pendapat para siswa.
Jenis-jenis Metode Diskusi Menurut Abdul Majid (2013 : 201-203)
macam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran antara lain:
1) Diskusi kelas Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok
adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh

8
anggota kelas sebagai peserta diskusi.
2) Diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan
membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota
kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru
menyajikan permasalahan secara 13 umum, kemudian masalah
tersebut dibagi-bagi ke dalam sub masalah yang harus dipecahkan
oleh setiap kelompok kecil.
3) Simposium Simposium adalah metode mengajar dengan membahas
suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan
wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan
pandangannya tentang masalah yang dibahas, simposium diakhiri
dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah
ditentukan sebelumnya.
4) Diskusi panel Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah
yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri
dari 4-5 orang dihadapan pendengar. Diskusi panel berbeda dengan
jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel pendengar tidak terlibat
secara langsung tetapi berperan hanya sekedar peninjau para
panelis yang sedang melaksanakan diskusi.
5) Seminar Seminar merupakan bentuk pertemuan yang dihadiri oleh
sejumlah orang untuk melakukan kajian dan pembahasan suatu
masalah (topik/tema) melalui gagasan pikiran dan tukar pendapat
yang dipandu oleh orang ahli.
6) Lokakarya Menurut Supriadie dalam Abdul Majid (2013 : 203)
lokakarya adalah bentuk pertemuan yang membahas masalah
praktis/teknis/operasional yang biasanya merupakan tindak lanjut
dari hasil seminar sehingga hal-hal yang bersifat konseptual dapat
diturunkan ke dalam suatu produk yang siap untuk dikembangkan
atau dilaksanakan.

9
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Diskuis
Menurut Supriyanto dalam Ahmad Munjin Nasih dkk (2013 : 61 -
62) menyatakan ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
14 menggunakan metode diskusi mulai dari perencanaan sampai
tindak lanjut diskusi tersebut.
1) Perencanaan diskusi
a) Tujuan diskusi harus jelas agar arah diskusi lebih terjamin.
b) Peserta diskusi harus jelas memenuhi persyaratan tertentu dan
jumlahnya disesuaikan dengan sifat diskusi itu sendiri.
c) Penentuan dan perumusan masalah yang akan didiskusikan
harus jelas.
d) Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan
berlarut-larut.2
2) Pelaksanaan diskusi
a) Membuat struktur kelompok (pemimpin, sekretaris, dan
anggota).
b) Membagi-bagi tugas dalam diskusi.
c) Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi.
d) Mencatat ide-ide dan saran-saran yang penting.
e) Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta.
f) Menciptakan situasi yang menyenangkan.
3) Tindak lanjut diskusi
a) Membuat hasil-hasil atau kesimpulan dari diskusi.
b) Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan korelasi
sepenuhnya.
c) Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi tersebut
untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada
diskusidiskusi yang akan datang.

10
c. Kelebihan Pembelajaran Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar.
1) Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide-ide.
2) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
3) Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau
gagasan secara verbal.
d. Kelemahan Pembelajaran Diskusi
1) Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya.
2) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3
orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
3) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
4) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang
tidak sesuai dengan yang direncanakan.
5) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol
http://materiinside.blogspot.com/2014/12/pengertian-kelebihan-
kekurangan-diskusi.html diambil pada 23 Mei 2022
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru. Setiap orang
pasti pernah mengalami belajar, baik dalam ilmu pendidikan maupun
dalam sisi lain sesuai dengan kebutuhan setiap orang.
Menurut Ernest R. Hilgard (1948) pada modul Strategi
Pembelajaran di SD S1 PGSD Universitas Terbuka (2011:2.4)
menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku
yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena ada
dukungan dari lingkungan yang menyebabkan terjadinya interaksi

11
edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Sedangkan dalam modul PKM-PGSD (2009:1.10) belajar dapat
didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang permanen berdasarkan
pengalaman yang diperoleh dan diinternalisasikan oleh siswa. Seseorang
dikatakan telah belajar telah belajar apabila dalam dirinya terjadi
perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak peduli menjadi peduli. Perubahan itu timbul
karena terjadinya pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru,
serta perubahan sikap.
Selanjutna menurut Sri Anitah W, dkk dalam teori Insight yang
dikutip dari modul Strategi Pembelajaran di SD S1 PGSD Universitas
Terbuka (2011:2.16) belajar adalah mengubah pemahaman siswa.
Perubahan akan terjadi apabila siswa menggunakan lingkungan. Belajar
adalah suatu proses yang bersifat eksploratif, imajinatif, dan kreatif.
Pendapat lain dari Asri Budiningsih (2004:20) yang dikutip pada
jurnal paedagog dari Bangun Sukono F (2012:4) bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Selain pendapat di atas ada pula pendapat dari Slameto (2008) yang
dikutip pada jurnal paedagog dari Sujoto (2012:50) bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa belajar
adalah upaya untuk melakukan perubahan tingkah laku yang disebabkan
oleh adanya penguat (reinforcement) dan berlangsung secara terus-

12
menerus sehingga menghasilkan suatu kecakapan yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.
6) Hakikat Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah
dilakukan dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu
perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa
yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari.
Menurut Romizoswki (1982) pada modul Strategi Pembelajaran
di SD S1 PGSD Universitas Terbuka (2011:2.19) menyebutkan bahwa
yang menunjukkan hasil belajar yaitu keterampilan kognitif berkaitan
dengan kemampuan membuat keputusan, memecahkan masalah dan
berpikir logis. Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan
tindakan fisik, kegiatan perseptual. Kemampuan reaktif berkaitan dengan
sikap, kebijaksanaan, perasaan dan self control. Keterampilan interaktif
berkaitan dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.
Pendapat lain dari Benyamin Bloom (1956) pada modul Strategi
Pembelajaran di SD S1 PGSD Universitas Terbuka (2011: 2.19) yang
dapat menunjukkan hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Selanjutnya menurut Gagne (1979) pada modul Strategi
Pembelajaran di SD S1 PGSD Universitas Terbuka (2011:2.19)
menyatakan bahwa ada lima tipe hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Adapun uraian tentang hasil – hasil belajar menurut Gagne yaitu :
1) Informasi verbal (verbal information).
2) Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills).
a) Diskriminasi (discrimination).
b) Konsep-konsep konkret (concrete concepts).
c) Konsep-konsep terdefinisi (defined concepts).
d) Aturan-aturan (rules).
3) Strategi-strategi kognitif (cognitive strategies).
4) Sikap-sikap (attitudes).

13
5) Keterampilan-keterampilan (motor skills).
Berbeda dengan pendapat Gagne (1979), menurut Sudjana yang
dikutip pada modul PKM-PGSD Universitas Terbuka (2009: 1.11)
menjelaskan kriteria keberhasilan pembelajaran ditinjau dari dua hal
yaitu sudut proses dan hasil belajar yang dicapai. Dari segi kriteria
proses, pembelajaran haruslah merupakan interaksi dinamis sehingga
siswa mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri dan
melalui tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu dari segi hasil atau
produk, keberhasilan pembelajaran dilihat dari tingkat penguasaan
tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas.
Kemudian menurut Erman, S (2003:13) yang dikutip pada jurnal
paedagog dari Karsukmia Nandja (2012:112) bahwa hasil belajar
mencakup aspek yang berkenaan dengan perubahan dan kemampuan
yang telah dimiliki siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perubahan dan kemampuan yang telah dimiliki tersebut bisa berupa
komunikasi, interaksi, kreativitas, dan sebagainya.
Selain pendapat diatas ada pula pendapat dari Harun Rasyid
(2007:13) yang dikutip pada jurnal paedagog dari Herry Nuryanto
Widodo (2012:67) bahwa hasil belajar akan bermanfaat bagi masyarakat
bila pada lulusan memiliki perilaku dan pandangan yang positif dalam
ikut mensejahterahkan dan menentramkan masyarakat.
Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan perubahan suatu pola perbuatan atau tingkah laku. Seseorang
yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa
pengetahuannya, keterampilannya, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
Perubahan perilaku dari hasil belajar adalah perubahan yang dihasilkan
dari pengalaman, tempat proses mental dan emosional terjadi. Hasil
belajar dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran. Hasil yang berkualitas
akan mempengaruhi masukan pada proses pembelajaran berikutnya.
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

14
Menurut Direktorat Ketenagaan (2006) yang dikutip pada modul
Perspektif Pendidikan SD Universitas Terbuka (2009:8.15) menjelaskan
bahwa secara umum, IPA adalah pengetahuan tentang gejala alam yang
dapat didefinisikan sebagai cara berfikir untuk memahami alam semesta,
cara untuk melakukan investigasi, dan ilmu pengetahuan yang dihasilkan
dari penyelidikan.Sebagai suatu cara berfikir, IPA merupakan aktivitas
manusia yang ditandai dengan proses berfikir yang menggambarkan
keingintahuan untuk memahami fenomena alam. Sebagai cara untuk
melakukan investigasi, IPA merupakan gambaran pendekatan-
pendekatan yang digunakan dalam menyusun pengetahuan yang dikenal
dengan metode ilmiah (scientific method). Sebagai ilmu pengetahuan
alam, IPA merupakan hasil kreatifitas para ilmuwan secara berabad-abad
dalam bentuk penemuan yang dikumpulkan dan disusun secara
sistematis.
Sedangkan menurut Muslim Ibrahim (2004) yang dikutip pada
jurnal paedagog dari Sujoto (2012:50) Ranah afektif yang dikembangkan
dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah sikap
yang harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. Sikap ilmiah ada 9 macam
yaitu: sikap mencintai kebenaran, sikap tidak purbasangka, menyadari
kebenaran ilmu tidak mutlak, keyakinan bahwa tatanan alam bersifat
teratur, bersikap toleran terhadap orang lain, bersikap ulet, sikap teliti dan
hati-hati, sikap ingin tahu, dan sikap optimis.
Dengan memperhatikan karakteristik peserta didik SD, mata
pelajaran IPA di SD bersifat terpadu dari disiplin ilmu fisika, biologi, dan
kimia. Pendidikan IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman
secara langsung untuk mencari tahu dan berbuat sehingga mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa IPA
adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam semesta
dengan mengembangkan sikap ilmiah.
b. Tujuan IPA

15
Berdasarkan kurikulum 2004 yang dikutip pada modul
pembelajaran IPA di SD S1 PGSD Univrsitas Terbuka (2012:2.4) ada
beberapa tujuan pembelajaran IPA di SD/MI yaitu:
1) Dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya
hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi
dan masyarakat.
3) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
6) Menghargai alam dengan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaa tuhan.
7) Memiliki pengetahuan, konsep atau keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Pendidikan IPA di SD mempunyai tujuan agar siswa menguasai
pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki
sikap ilmiah yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri
dan alam sekitar. Kurikulum IPA lebih menekankan siswa untuk
menjadi pebelajar yang aktif dan luwes. Kurikulum IPA menyediakan
berbagai pengalaman belajar untuk siswa agar dapat menanggapi isu
lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan dan
etika. Selain itu siswa juga dapat menilai secara kritis perkembangan
dalam bidang IPA dan teknologi serta dampaknya serta memberi
sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan demikian siswa dapat memilih karier yang tepat.
c. Ruang Lingkup IPA
Menurut Hardy dan Fleer (1996:15-16) pada situs www.kata-
bijak.web.id tanggal 18 Mei 2022 bahwa sekurang-kurangnya ada 7

16
ruang lingkup pemahaman IPA yang perlu diperhatikan agar para guru
memahami IPA dam perspektif yang lebih luas yaitu:
1) IPA sebagai kumpulan pengetahuan. IPA sebagai kumpulan
pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep yang sangat
luas. IPA dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan
temukan sejak jaman dahulu sampai penemuan pengetahuan tersebut
berupa fakta, teori dan generalisasi yang menjelaskan alam.
2) IPA IPA sebagai suatu proses penelusuran (investication). IPA
sebagai proses penelusuran umumnya sebagai suatu pandangan yang
mengubungkan gambaran IPA yang berhubungan erat dengan
kegiatan laboratorium beserta perangkatnya.
3) IPA sebagai kumpulan nilai. Pandangan ini menekankan pada aspek
nilai ilmiah termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan
keterbukaan.
4) IPA sebagai cara untuk mengenal dunia. IPA dipertimbangkan sebagai
suatu cara dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia
disekeliling mereka, selain juga sebagai salah satu cara untuk
mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya.
5) IPA sebagai intutisi sosial. Ini berati bahwa IPA seharusnya
dipandang dalam pengertian sebagai kumpulan para profesional, yang
melalui IPA mereka didanai, dilatih, dan diberi penghargaan akan
hasil karya.
6) IPA sebagai konstruksi manusia. Pengetahuan ilmiah merupakan hasil
konstruksi pemikiran manusia sehingga dapat saja apa yang
dihasilkan IPA memiliki sifat bias dan biasa saja.
7) IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Orang menyadari
bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup sangat dipengaruhi oleh IPA.
Berdasarkan kurikulum 2004 IPA ruang lingkup mata pelajaran
IPA di SD mencakup kerja ilmiah serta pemahaman konsep IPA dan
penerapannya yang terdiri atas makhluk hidup dan proses kehidupan,

17
benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya, bumi dan alam semesta, sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat. Berdasarkan kurikulum tersebut
IPA seharusnya dibelajarkan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi
sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
d. Karakteristik IPA
Menurut BSNP (2006:31) yang dikutip pada situs
https://dnoeng.wordpress.com tanggal 18 Mei 2022 dijelaskan bahwa
karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam dapat dilihat melalui dua aspek
yaitu biologis dan fisis. Aspek biologis, mata pelajaran IPA mengkaji
berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada
makhluk hidup pada berbagai tingkat organisasi kehidupan dan
interaksinya dengan lingkungan, pada dimensi ruang dan waktu. Untuk
Aspek fisis, IPA memfokuskan diri pada benda tak hidup yang dikenal
dalam kehidupan sehari-hari seperti air, tanah, udara, batuan dan logam,
sampai dengan benda-benda diluar bumi dalam susunan tata surya dan
sistem galaksi di alam semesta.
e. Jenis Benda dan Sifatnya
Benda adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruangan.
Berdasarkan wujudnya, benda terdiri atas benda padat, cair, maupun gas.
2) Benda padat merupakan benda yang memiliki kekerasan, bentuk, dan
ukuran yang tidak dapat diubah.
Ciri-ciri benda padat ialah sebagai berikut:
a) Bentuk dan besarnya tetap.
b) Menempati ruangan.
c) Mempunyai massa atau berat.
d) Memiliki volume tetap.
e) Memiliki kekerasan tertentu.
f) Ukuran dan warna tidak dapat diubah.
Ukuran benda tidak dapat berubah dengan sendirinya. Namun mereka
dapat diubah dengan sengaja, misalnya dengan cara dipotong,

18
disobek, atau dipanaskan. Benda padat merupakan jenis benda yang
paling banyak di sekitar kita. Contoh benda padat ada bermacam-
macam, seperti kayu, boneka, keramik, batu, kaca, dan lainnya.
b) Benda cair memiliki sifat berubah-ubah sesuai dengan wadah yang
ditempatinya. Air yang berada di dalam baskom akan berbentuk
baskom, berbeda ketika air berada di dalam gelas atau botol.
Sifat lain benda cair ialah kemampuan mengalir. Semua benda cair
dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah akibat
pengaruh gravitasi.
Benda cair memiliki ciri sebagai berikut:
a) Bentuknya dapat berubah mengikuti wadahnya.
b) Mempunyai massa.
c) Permukaan benda cair yang tenang akan selalu datar
d) Dapat melarutkan suatu zat tertentu
Beberapa contoh benda cair ialah minyak, air minum, jus, susu, dan
lain sebagainya.
c) Benda gas sebenarnya dapat dirasakan bahkan dicium baunya. Seperti
benda cair, benda gas memiliki sifat menempati ruang.
Ada pula ciri benda gas seperti berikut:
a) Dapat mengisi ruang.
b) Berubah bentuk.
c) Menekan ke segala arah.
d) Bergerak ke segala arah.
e) Volumenya berubah-ubah karena gas dapat memulai (MH).
Meskipun tidak terlihat, benda gas sebenarnya ada di sekitar kita lho.
Mulai dari udara yang biasa kita hidup, gas yang Mama gunakan
untuk memasaka, sampai gas yang terdapat di dalam balon hingga
dapat terbang dan mengembang.

4. Model Pembelajaran Diskusi


a. Pembelajaran

19
Belajar terjadi pada situasi tertentu, yang berbeda dari situasi lain
yaitu yang disebut pembelajaran. Menurut Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 yang dikutip pada modul strategi pembelajaran di SD S1
PGSD Universitas Terbuka (2011:1.15) bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari
komponen atau unsur, tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan
guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling berkaitan, saling
mempengaruhi, dan semuanya berfungsi dengan berorientasi pada tujuan.
Kemudian dalam modul Pemantapan Kemampuan Mengajar
(PKM)-PGSD (2012:1.10) Universitas Terbuka bahwa pembelajaran
adalah seganjil upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi agar
peserta didik belajar. Belajar tidak selalu dapat belajar dengan sendirinya.
Meskipun kunci terjadinya belajar adalah pada kemamuan siswa, tetapi
kemauan itu tidak selalu muncul dengan sendirinya. Untuk itulah
diperlukan guru, tutor atau pembimbing dengan berbagai cara untuk
menciptakan situasi yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses atau cara untuk menjadikan seseorang
untuk belajar dengan memanfaatkan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
b. Model Pembelajaran
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986) yang dikutip pada
modul Pembelajaran Kelas Rangkap S1 PGSD Universitas Terbuka
(2014:5.44) model adalah kerangka pikir yang melukiskan bentuk
penataan interaksi guru-murid-sumber belajar dalam rangka pencapaian
tujuan belajar. Penataan interaksi tersebut mencakup urutan prosedur atau
langkah yang akan dilalui oleh guru dan murid serta jenis dan bobot isi
kegiatan yang akan berlangsung pada setiap langkah prosedur tersebut.
Sedangkan menurut Heinic dkk. (1996) yang dikutip pada modul
Pembelajaran IPA di SD S1 PGSD Universitas Terbuka (2012:5.5)

20
bahwa model adalah representasi benda asli dalam bentuk tiga dimensi.
Suatu model mungkin berukuran sama, lebih kecil, atau lebih besar dan
mungkin sama lengkapnya atau lebih sederhana dari benda yang
dipresentasikannya.Tujuan penggunaan model ini adalah memperjelas
topik yang sedang diajarkan.
Dalam pembahasan mengenai implementasi kurikulum atau proses
pembelajaran selalu ditemukan istilah pendekatan, strategi, metode dan
teknik pembelajaran. Istilah tersebut sering dibaca, didengar bahkan
sering digunakan akan tetapi ketika ditanya tentang perbedaannya
kesulitan untuk menjelaskan. Menurut Joni (1992/1993) dalam modul
Strategi Pembelajaran di SD S1 PGSD Universitas Terbuka (2011:1:23-
26) menjelaskan perbedaan pendekatan, strategi, metode dan teknik
pembelajaran. Pendekatan adalah cara umum dalam memandang
permasalahan atau objek kajian. Strategi adalah ilmu atau kiat di dalam
memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan/atau yang dapat
dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah tetapkan. Metode adalah
berbagai cara kerja yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan taktik pembelajaran mengacu pada
ragam khas penerapan suatu metode sesuai dengan latar penerapan
tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan peralatan,
kesiapan siswa, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti mimilih menggunakan istilah
model karaena istilah tersebut merupakan kerangka konseptual yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
7) Model Pembelajaran Diskusi
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Diskusi
a)
e. Kelebihan metode diskusi
4)

21
f. Kelemahan metode diskusi

B. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dan
penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan
(Riduan 2004:25) yang dikutip pada Jurnal Paedagog dari Yusidaya Pribadi
(2012:130).
Berdasarkan hasil tes awal siswa kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin di
semester ganjil menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA khususnya materi tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan
sifatnya sangat rendah. Hal tersebut dibuktikan dari hasil tes awal. SD Negeri 3
Kedungwringin menetapkan KKM untuk mata pelajaran IPA adalah ≥ 70.
Jumlah siswa kelas III adalah 10 siswa yang terdiri dari 5 siswa perempuan
dan 5 siswa laki-laki.. Jadi siswa yang telah tuntas KKM hanya 3 siswa atau
jika diprosentase adalah 30 % dan yang belum tuntas KKM sebanyak 7 siswa
atau jika diprosentase 70 %.
Di bawah ini adalah Gambar 2.1 Daur PTK tentang kerangka berpikir
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.

PENELITI SISWA
Kondisi Awal
Menggunakan
Hasil belajar siswa rendah
metode ceramah dan
penugasan

SIKLUS 1
Tindakan
Menggunakan Model
Diterapkan
pembelajaran diskusi
Metode baru

SIKLUS 2
Kondisi Akhir Perbaikan dan penyempurnaan
Hasil Belajar Siswa dari siklus 1 menggunakan
Meningkat Optimal model diskusi

22
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pelaksanaan Penelitian Tindak Kelas

Kondisi tersebut tentu sangat memprihatinkan dan menjadi bahan refleksi


bagi peneliti. Rendahnya hasil belajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Dilihat dari sisi peneliti metode pembelajaran yang digunakan kurang tepat,
kurang komunikatif, dan belum menciptakan suasana pembelajaran yang
menarik. Hal tersebut membuat siswa merasa bosan sehingga mempengaruhi
hasil belajar. Selain itu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPA
yaitu karena lingkungan siswa yang tidak mendukung khususnya lingkungan
tempat tinggal siswa. Sebagian besar siswa ditinggal oleh orang tuanya bekerja
ke luar negeri sehingga mereka tinggal bersama kakek atau nenek. Dengan
kondisi yang sudah tua tentu siswa kurang mendapatkan perhatian dan
bimbingan dari keluarga sehingga siswa menjadi malas belajar dan akhirnya
hasil belajar siswa rendah. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil
belajar siswa adalah kurang motivasi, wadah atau sarana siswa untuk dapat
belajar. Tempat tinggal siswa yang berada di daerah pegunungan dengan rata-
rata ekonomi menengah ke bawah menjadi salah satu penyebeb rendahnya
hasil belajar siswa karena orang tua enggan untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tambahan untuk menunjang hasil belajar siswa seperti bimbingan
belajar atau les privat di luar sekolah. Sedangkan sekarang siswa dituntut untuk
aktif, tidak hanya belajar di sekolah saja tetapi di luar sekolah juga harus
belajar.
Oleh sebab itu, peneliti berupaya untuk mencari alternatif agar masalah
rendahnya hasil belajar siswa kelas III pada pelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya di SD Negeri 3
Kedungwringin dapat teratasi. Peneliti merencanakan akan melaksanakan
perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dengan menggunakan model
pembelajaran diskusi.

23
Apabila di siklus 1 perbaikan pembelajaran belum berhasil maka peneliti
akan melanjutkan ke siklus 2. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran telah
berhasil apabila hasil belajar siswa meningkat sesuai dengan KKM yang telah
ditentukan dan ketuntasan belajar mencapai 100%.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir dan telaah teori di atas, maka hipotesis
tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui penggunaan
model pembelajaran diskusi diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya
bagi siswa kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin Kecamatan Jatilawang pada
semeseter ganjil tahun pelajaran 2021/2022 sebanyak 8 siswa atau lebih dari
sama dengan 80%.

24
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri 3
Kedungwringin dengan jumlah siswa 10 anak. Terdiri dari 5 anak
perempuan dan 5 anak laki-laki.
Mata Pelajaran : IPA Kelas III Semester II
Materi : Mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat, perubahan sifat benda dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan
pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas.
Indikator : Mengelompokan benda berdasarkan sifat-sifatnya.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Kedungwringin Desa
Kedungwringin Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.

3. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil
Tahun Pelajaran 2021/2022. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih waktu
selama 3 bulan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu bulan Maret-Mei
2022. Pada bulan Februari peneliti menyusun proposal penelitian.
Kemudian peneliti mengajukan proposal tersebut ke Kepala Sekolah.
Setelah mendapatkan ijin penelitian dari Kepala Sekolah, peneliti mulai
melakukan penelitiannya. Bulan Maret peneliti mulai melaksanakan siklus 1
yaitu dimulai pada minggu kedua bulan Maret. Rencana siklus 2 akan
dilaksanakan pada minggu ketiga di bulan Maret. Pelaksanaan siklus
tersebut direncanakan dengan jadwal sebagai berikut:
25

25
a. Siklus 1 : Kamis, 12 Mei 2022
b. Siklus 2 : Kamis, 19 Mei 2022
c. 1 x pertemuan = 2 x 35 menit
Kemudian pada bulan minggu ketiga bulan Mei 2022 peneliti mulai
menyusun laporan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
Tujuan dari kegiatan penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu
syarat tugas akhir dalam mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) Program S1 FKIP PGSD Universitas Terbuka. Untuk lebih
jelasnya waktu pelaksanaan penelitian ini bisa dilihat pada Tabel 3.1 di
bawah ini:

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas


Bulan
No Kegiatan April Mei
1 2 3 5 1 2 3 4 5
1 Menganalisis -   - - - - - -
masalah
2 Pelaksanaan
Tindakan
2.1 Siklus 1 - - - - -  - - -
2.2 Siklus 2 - - - - - -  - -
3 Penyusunan - - - - - - -  
Laporan

Keterangan:
- Penyusunan proposal pada bulan April minggu ke-2 dan 3.
- Siklus pertama dilaksanakan pada bulan Mei minggu ke-2
- Siklus kedua dilaksanakan pada bulan Mei minggu ke-3
- Penyusunan laporan pada bulan Mei minggu ke-4 dan 5
4. Pihak yang Membantu Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini dibantu oleh Kepala

26
Sekolah sebagai supervisor 2 dan guru kelas III sebagai penilai 2 yang
sekaligus menjadi teman sejawat.
a. Supervisor 2/ Kepala sekolah
Nama : SUWARNI, S. Pd
NIP : 19710506 199803 2 009
Tempat Mengajar : SD Negeri 3 Kedungwringin
b. Teman Sejawat
Nama : KAMSINI, S. Pd. SD.
NIP : 19600601 198201 2 014
Tempat Mengajar : SD Negeri 3 Kedungwringin

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


1. Studi Pendahuluan (Prasiklus)
Dalam suatu proses pembelajaran ditentukan kriteria atau standar
keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan dalam pembelajaran sangat
tergantung pada kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Apabila
pembelajaran yang dilaksanakan menghasilkan output yang baik berarti
pembelajaran tersebut telah berhasil. Akan tetapi jika output yang dihasilkan
kurang baik berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan belum berhasil.
Hal ini terjadi di SD Negeri 3 Kedungwringin, karena proses pembelajaran
yang monoton, tidak komunikatif, kurang menarik maka hasil belajar siswa
sangat rendah khususnya pada mata pelajaran IPA tentang mengelompokan
jenis benda berdasarkan sifatnya bagi siswa kelas III semsester ganjil tahun
pelajaran 2021/2022.
Hasil belajar siswa yang rendah dibuktikan dari data hasil kegiatan
evaluasi. SD Negeri 3 Kedungwringin menetapkan KKM untuk mata
pelajaran IPA adalah ≥70. Dari jumlah siswa kelas III sejumlah 10 siswa
terdapat 3 anak yang telah mencapai KKM atau 30% dan 70% siswa belum
mencapai KKM.
Kondisi tersebut membuat peneliti menjadi khawatir, karena jika
dibiarkan akan berdampak buruk pada prestasi dan semangat siswa. Sebagai

27
wali kelas III peneliti merasa mempunyai tanggungjawab untuk
memecahkan masalah tersebut. Melalui refleksi serta mencari faktor-faktor
penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya, peneliti berencana untuk
melakukan perbaikan pembelajaran dengan merubah model pembelajaran
yang lebih efektif, efisien dan menyenangkan. Peneliti merencanakan akan
melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dengan menggunakan
model pembelajaran Diskusi.. Apabila di siklus 1 perbaikan pembelajaran
belum berhasil maka peneliti akan melanjutkan ke siklus 2. Perbaikan
pembelajaran telah berhasil apabila hasil belajar siswa meningkat sesuai
dengan KKM yang telah ditentukan.
2. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Secara umum prosedur pelaksanaa Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan meliputi 4 tahap yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan,
refleksi. Keempat tahapan tersebut dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan sampai berhasil membuktikan hipotesis. Penjelasan alur
pelaksanaan dari tahapan tersebut di atas adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti menyiapkan dan mengkaji kembali RPPP
serta skenario tindakan yang meliputi langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda
berdasarkan sifatnya. Kemudian mendiskusikan bersama dengan teman
sejawat semua yang harus disiapkan untuk pelaksanaan perbaikan
pembelajaran. Selanjutnya mensimulasikan RPPP beserta skenario untuk
pemantapan RPPP sebelum dilaksanakan. Peneliti juga membuat
kesepakatan dengan teman sejawat untuk menentukan fokus
observasi dan kriteria yang akan digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan
dengan rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
c. Tahap Observasi (Observation)

28
Observer melakukan pengamatan terhadap peneliti dan siswa yang
sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi
akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan
perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan.
d. Tahap Refleksi (Reflection)
Tahap refleksi bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang dapat dimanfaatkan pada refleksi dan langkah-langkah
yang lebih spesifik untuk melakukan langkah berikutnya.
3. Kegiatan Perbaikan Tiap Siklus
Mekanisme kerja pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan dua siklus). Masing-masing
siklus mencangkup empat kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi.
a) Siklus 1
Mata Pelajaran : IPA
Kompetensi Dasar : Mengelompokan benda berdasarkan sifatnya
Hari, Tanggal : Kamis 12 Mei 2022
Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan)
1) Perencanaan
Sebelum melaksanaan perbaikan pembelajaran, peneliti
melakukan beberapa persiapan sebagai berikut:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP).
2) Memeriksa kembali RPPP yang telah disusun beserta langkah-
langkah kegiatannya.
3) Menyiapkan materi, metode dan media yang akan digunakan,
menetapkan kapan waktu pelaksanaan tindakan, serta bagaimana
proses pelaksanaan tindakannya.
4) Memeriksa kembali semua alat peraga dan sarana yang akan
digunakan.

29
5) Memikirkan hal-hal yang dapat mengganggu pembelajaran serta
merancang antisipasi, apa yang akan dilakukan jika hal tersebut
benar-benar terjadi.
6) Memeriksa kembali alat-alat pengumpulan data, berupa lembar
observasi dan lembar evaluasi yang telah disepakati dengan teman
sejawat yang akan membantu jalannya observasi.
7) Melakukan pengecekan, apakah teman sejawat yang akan
membantu sudah siap ketika pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Setiap siklus dilaksanakan 2 x pertemuan. Setiap pertemuan
2x35 menit.
Siklus 1 hari Kamis 12 Mei 2022
a) Kegiatan Awal
(1) Mengajak Siswa berdoa dan mengkondisikan siswa dalam
kondisi yang kondusif dan tenang
(2) Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung
(3) Memulai materi pembelajaran yang akan dibahas dan
disampakain pada siswa
b) Kegiatan Inti
(1) Siswa dibagi menjadi beberapa anggota kelompok.
(2) Siswa memperhatikan yang akan guru sampaikan
(3) Membeirkan materi yang akan dibahas kepada siswa
(4) Siswa diminta untuk memahami dari teks yang telah disajikan
oleh guru tentang jenis benda dan sifatnya
(5) Masing-masing kelompok berdiskusi mencatan hasil
pemahaman teks yang telah disajikan oleh guru.
(6) Setiap kelompok mempresentasikan teks yang telah disajikan
oleh guru.
c) Kegiatan Akhir
(1) Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi.

30
(2) Bersama-sama dengan siswa guru menyimpulkan materi.
(3) Guru menutup pelajaran dan memberi salam.
3) Observasi
Teman sejawat (observer) melakukan pengambilan data, baik
melalui pembelajaran yang berlangsung maupun melalui pengamatan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya.
4) Tahap Analisis dan Refleksi
Dari hasil perolehan siklus 1 terdapat peningkatan ketika di
bandingkan dengan kondisi awal. Pada siklus 1 terdapat 6 anak atau
60% yang mendapat nilai lebih atau sama dengan KKM. Karena hasil
belum sesuai dengan yang di harapkan, dengan demikian diputusakan
bahwa perbaikan pembelajaran akan dilanjutkan ke siklus 2.
Kelemahan pada siklus 1 adalah sebagian siswa kurang konsentrasi
dan kurang aktif saat berdiskusi. Oleh karena itu, peneliti perlu
melakukan variasi pembelajaran, yaitu dengan sistem saling tukar
tutor sebaya pada setiap kelompok sehingga siswa tidak merasa bosan
dan akan mendapatkan penjelasan yang lebih banyak dari teman yang
ditunjuk menjadi tutor.
b) Siklus 2
Mata Pelajaran : IPA
Kompetensi Dasar : Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya
dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran.
Hari, Tanggal : Kamis, 19 Mei 2022
Waktu : 4 x 35 menit (2 x pertemuan)
1) Perencanaan
Sebelum melaksanaan perbaikan pembelajaran, peneliti
melakukan beberapa persiapan sebagai berikut:
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP)
berdasarka siklus 1.

31
b) Memeriksa kembali RPPP yang telah disusun,mencermati setiap
butir dan langkah-langkah kegiatannya.
c) Menyiapkan materi, metode dan media yang akan digunakan,
menetapkan kapan waktu pelaksanaan tindakan, serta bagaimana
proses pelaksanaan tindakannya
d) Memeriksa kembali semua alat peraga dan sarana yang akan
digunakan.
e) Memikirkan hal-hal yang dapat mengganggu pembelajaran serta
merancang antisipasi, apa yang akan dilakukan jika hal tersebut
benar-benar terjadi.
f) Memeriksa kembali alat-alat pengumpulan data, berupa lembar
observasi dan lembar evaluasi yang telah disepakati dengan teman
sejawat yang akan membantu jalannya observasi.
g) Melakukan pengecekan, apakah teman sejawat yang akan
membantu sudah siap ketika pembelajaran.
2) Pelaksanaan
Setiap siklus dilaksanakan 2 x pertemuan. Setiap pertemuan
2x35 menit.

Siklus 2 Kamis 19 Mei 2022


a) Kegiatan Awal
(1) Ssiwa dalam kondisi kondusif dan tenang
(2) Guru mengabsen kehadiran siswa dan menanyakan kabar
siswa
(3) Menanyakan sesuatu terkait kendala dalam proses
pembelajaran sebelumnya.
(4) Membahas sesuatu yang terkendala dari pembelajaran
kemarin.
(5) Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung.

32
(6) Memulai materi pembelajran yang akan dibahas dan
disampaikan pada siswa.

b) Kegiatan Inti
(1) Siswa dibagi menjadi beberapa anggota kelompok
(2) Siswa memperhatikan yang akan guru sampaikan
(3) Memberikan materi yang akan dibahas kepada siswa
(4) Siswa diminta untuk memahami teks yang telah disajikan oleh
guru
(5) Masing-masing kelompok berdiskusi mencatat hasil
pemahaman teks yang telah disajikan oleh guru
(6) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi pemahaman
tentang teks yang disajikan oleh guru.
c) Kegiatan Akhir
(1) Guru mengabil kesimpulan dari beberapa materi yang telah
dibahas dan disampaikan kepada siswa
(2) Guru menutup kegiatan belajar mengajar lalu mengajak siswa
untuk berdo’a yang dipimpin oleh ketua kelas.
3) Observasi
Teman sejawat (observer) melakukan pengamatan dan
melakukan pengambilan data untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda
berdasarkan sifatnya.
4) Tahap Analisi dan Refleksi
Dari analisis data siklus 2 diperoleh data 9 siswa mendapat nilai
di atas atau sama dengan KKM yang ditentukan yaitu 70.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada
pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan
sifatnya telah tuntas 90%. Maka kegiatan perbaikan pembelajaran
telah berhasil dan perbaikan pembelajaran dihentikan pada siklus 2.
C. Teknis Analisis Data

33
1. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas
III SD Negeri 3 Kedungwringin, guru kelas III dan data hasil belajar siswa
pada pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan
sifatnya.
2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif
yang terdiri atas:
a. Proses belajar mengajar.
b. Data Hasil Belajar / tes formatif.
c. Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan.
3. Cara Pengumpulan Data
a. Data Kuantitatif
1) Data berupa angka tentang hasil belajar siswa dengan memberikan tes
kepada siswa.
2) Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan menggunakan lembar
penilaian kegiatan siswa untuk setiap kelompok.
b. Data Kualitatif
Data tentang kesungguhan belajar siswa, dilakukan dengan
menggunakan lembar observasi.
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik data sebagai
berikut:
a. Teknik Statistik Deskriptif Kompratif
Teknik ini digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan
membandingkan hasil antar siklus.
b. Teknik Analisis Kritis
Teknik ini mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan
guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang
diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Analisis
data dilakukan dengan membandingkan tingkat keterlibatan dan prestasi

34
belajar siswa sebelum dan sesudah melaksanakan perbaikan.

35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Penelitian


1. Deskripsi Kondisi Awal (Prasiklus)
Siswa kelas III di SD Negeri 3 Kedungwringin Kecamatan Jatilawang
terdiri dari 18 siswa. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada pembelajaran
IPA sangatlah rendah. Khususnya pada materi mengelompokan jenis benda
berdasarkan sifatnya semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022. Untuk
mengetahui tingkat keberhasilan hasil belaja siswa diberikan soal isian
singkat sebanyak 10 nomor. Pada saat mengerjakan soal, sebagian besar dari
mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya.
Sehingga dalam mengerjakan soal mereka masih banyak yang tidak
sungguh-sungguh, dan bahkan ada yang tidak dijawab.Hal tersebut
dibuktikan dari 18 siswa hanya terdapat 5 siswa yang tuntas atau 28% dan
72% atau 13 siswa masih di bawah KKM.
Untuk memperjelas hasil belajar siswa pada tahap awal ini dapat
dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Belajar IPA Tahap Awal (Prasiklus)
No.
Absen NIS Nama Siswa Nilai Ket
1 3303 Muhammad Taufik 50 BT
2 3313 Aldi Sugianto 40 BT
3 3314 Balqis Nur Azizah 40 BT
4 3315 Dian Novita Sari 80 T
5 3316 Dola Ainun 60 BT
6 3317 Embun R. 60 BT
7 3318 Farhan Febrianto 50 BT
8 3319 Ikhsan Dwi P. 60 BT
9 3320 Isna Junita 50 BT

36
No.
Absen NIS Nama Siswa Nilai Ket
10 3321 Keyla Aulia 60 BT
11 3322 Khroerun Nisa 60 BT
12 3323 Lute Nurjana 80 T
13 3324 Mohamad Wisnu 50 BT
14 3325 Muhammad Arif 70 T
15 3326 Refi Mariska 40 BT
39
16 3327 Risky Salya V. 50 BT
17 3359 Muhammad A. 90 T
18 3386 Ayu V. 70 T
Rata-rata 58,9
Prosentase Ketuntasan 28%
Prosentase Tidak Tuntas 72%

Keterangan:
Siswa dikatakan tuntas jika memenuhi ≥ 70
Siswa dikatakan tidak tuntas jika tidak memenuhi ≤ 69
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Hasil penelitian siswa pada kondisi awal juga dapat dilihat pada
Gambar 4.1 sebagai berikut.

Siswa Tuntas Belajar

28% Tuntas
Belum Tuntas

72%

Gambar 4.1 Diagram Lingkaran Kondisi Awal Pembelajaran

Dari Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa kelas
III SD Negeri 3 Kedungwringin pada mata pelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya sangatlah rendah serta

37
jauh dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui pemberian soal
uraian singkat sebanyak 10 soal dari 18 siswa yang memperoleh nilai di ≥
70 hanya 5 siswa atau sebanyak 28% yaitu ditunjukkan warna hijau pada
diagram lingkaran di atas. Sedangkan yang masih di ≤ 69 sebanyak 13 siswa
atau 72% yaitu ditunjukkan warna merah pada diagram lingkaran di atas.
Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 58,9.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya belum berhasil.
Setelah melakukan refleksi, peneliti menemukan beberapa faktor
penyebab rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya yaitu:
a. Siswa belum mempunyai motivasi belajar yang tinggi.
b. Sebagian besar siswa kurang konsentrasi saat pelajaran.
c. Siswa pasif dan kurang bersemangat saat pelajaran.
d. Guru belum menggunakan pendekatan, strategi, metode atau taktik
pembelajaran yang tepat.
e. Guru kurang komunikatif dengan siswa.
Kondisi di atas terjadi karena dalam pembelajaran guru hanya
menggunakan metode ceramah dan belum menggunakan alat peraga,
sehingga siswa jenuh ketika mengikuti proses belajar mengajar.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka diperlukan solusi atau upaya
pemecahan masalah yang tepat dan efektif. Oleh sebab itu, peneliti akan
mengubah metode belajarnya, yaitu menggunakan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI) dalam perbaikan pembelajaran IPA
tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya bagi siswa Kelas III SD
Negeri 3 Kedungwringin Tahun Pelajaran 2021/2022.
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 1
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran siklus 1 yang dilaksanakan
pada hari Selasa dan Kamis, 12 dan 14 Maret 2019 menggunakan model

38
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) pada pembelajaran IPA
tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya telah terjadi
peningkatan hasil belajar walaupun belum secara keseluruhan, hal tersebut
dapat dilihat berdasarkan data hasil perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi di bawah ini:
a. Data Hasil Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan siklus 1 ini akan melalui melalui beberapa
tahapan yaitu :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP)
untuk mata pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda
berdasarkan sifatnya.
2) Menyiapkan materi, metode dan media yang akan digunakan.
3) Memeriksa kembali semua alat peraga dan sarana yang akan
digunakan.
4) Penyusunan naskah soal untuk evaluasi.
5) Menyiapkan lembar penilaian sebagai pengumpul data.
b. Data Hasil Pengamatan
Setelah rencana disusun secara matang, kemudian dilaksanakan
tindakan perbaikan pada hari Selasa dan Rabu, 19 dan 20 Maret 2019.
Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 hal yang diamati
oleh peneliti adalah tentang hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA
tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya melalui
penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).
1) Data Hasil Belajar Siswa
Pada siklus 1 telah diperoleh data hasil belajar siswa melalui
pemberian soal tes formatif dengan data seperti pada tabel 4.2 sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
No.
NIS Nama Siswa Nilai Ket
Absen
1 3303 Muhammad Taufik 80 T
2 3313 Aldi Sugianto 60 BT

39
No.
NIS Nama Siswa Nilai Ket
Absen
3 3314 Balqis Nur Azizah 80 T
4 3315 Dian Novita Sari 90 T
5 3316 Dola Ainun 70 T
6 3317 Embun R. 80 T
7 3318 Farhan Febrianto 70 T
8 3319 Ikhsan Dwi P. 90 T
9 3320 Isna Junita 60 BT
10 3321 Keyla Aulia 60 BT
11 3322 Khroerun Nisa 60 BT
12 3323 Lute Nurjana 100 T
13 3324 Mohamad Wisnu 60 BT
14 3325 Muhammad Arif 90 T
15 3326 Refi Mariska 60 TB
16 3327 Risky Salya V. 60 TB
17 3359 Muhammad A. 100 T
18 3386 Ayu V. 90 T
Rata-rata 75,6
Prosentase Ketuntasan 61%
Prosentase Tidak Tuntas 39%

Keterangan:
Siswa dikatakan tuntas jika memenuhi ≥ 70
Siswa dikatakan tidak tuntas jika tidak memenuhi ≤ 69
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas
Untuk memperjelas data hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat
dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut:

40
Siswa Tuntas Belajar

Tuntas
39% Belum Tuntas

61%

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siklus 1

Dari diagram lingkaran di atas dapat dilihat bahwa siswa kelas


III SD Negeri 3 Kedungwringin telah terjadi peningkatan hasil belajar
yang cukup baik pada mata pelajaran IPA tentang mengelompokan
jenis benda berdasarkan sifatnya. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil
perolehan tes formatif yang diberikan kepada siswa berupa isian
singkat sebanyak 10 nomor. Pada siklus 1 siswa yang tuntas belajar
atau telah memperoleh nilai di ≥ 70 sudah mencapai 61% atau
sebanyak 11 siswa dari 18 siswa yaitu ditunjukkan warna hijau pada
diagram lingkaran di atas. Sedangkan yang belum tuntas belajar atau
masih di ≤ 69 ada 39% atau sejumlah 7 siswa dari 18 siswa yaitu
ditunjukkan warna merah pada diagram lingkaran di atas. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya sudah mengalami
peningkatan walaupun belum berhasil maksimal karena masih ada
siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa atau 39%.
Berdasarkan KKM yang ditentukan pada mata pelajaran IPA
yaitu ≥ 70 telah diperoleh data dari 18 siswa yang belum tuntas belajar
sebanyak 7 siswa. Kemudian siswa yang telah tuntas belajar sebanyak
11 siswa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan

41
sifatnya telah meningkatan meskipun belum mencapai 100%.
2) Data Hasil Refleksi
Perbaikan pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis
benda berdasarkan sifatnya melalui penggunaan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI) bagi siswa kelas III SD Negeri
3 Kedungwringin pada siklus 1 telah menujukkan peningkatan yang
cukup baik. Pada siklus 1 telah diperoleh data hasil pengamatan
peningkatan pada hasil tes formatif yang sebelumnya pada kondisi
awal siswa yang tuntas belajar hanya ada 5 siswa dengan persentase
38% meningkat menjadi 11 siswa dengan prosentase 61%. Sedangkan
siswa yang belum tuntas pada kondisi awal sebanyak 13 siswa dengan
persentase 72% telah menurun menjadi 7 siswa dengan persentase
39%. Pada kondisi awal rata-rata kelas hanya mencapai 58,9 lalu pada
siklus 1 telah meningkat menjadi 75,6.
Model pembelajaran yang digunakan pada siklus 1 telah
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, komunikatif dan
kompetitif. Akan tetapi, alat peraga yang digunakan masih terbatas
yaitu hanya cukup digunakan oleh kordinator kelompok saja sehingga
anggota kelompok yang lain tidak bisa ikut mencoba. Akibatnya ada
beberapa siswa yang melamun dan kurang bersemangat saat proses
belajar yang akhirnya berdampak pada hasil belajar yang kurang
maksimal. Pada pembelajaran siklus 1 masih ada siswa yang belum
tuntas hasil belajarnya, sehingga peneliti akan melanjutkan perbaikan
pembelajaran pada siklus 2 dengan menggunakan alat peraga yang
lebih menarik dan lebih banyak lagi sehingga semua siswa dapat
menggunakannya bersama dengan anggota kelompok yang lain.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus 2
Penelitian perbaikan pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis
benda berdasarkan sifatnya siklus 2 dilaksanakan pada hari Selasa dan
Kamis, tanggal 19 dan 21 Maret 2019. Dalam melaksanakan perbaikan
pemmbelajaran pada siklus 2, peneliti berusaha melakukan perbaikan-

42
perbaikan tindakan berdasarkan siklus 1. pada siklus 2, peneliti akan
menambah alat peraga agar semua siswa dapat mempraktekannya tidak
hanya kordinantor kelompoknya. Selain itu kordinator kelompok tidak
hanya memberikan penjelasannya kepada kelompoknya saja tapi dilakukan
cara bertukar dengan kordinator kelompok lain. Dengan demikian siswa
akan lebih aktif dan tertarik dalam proses belajar dengan bimbingan peneliti.
a. Data Hasil Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan siklus 2 ini akan melalui melalui beberapa
tahapan yaitu :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP)
dengan melihat kekurangan pelaksanaan perbaikan pada siklus 1.
2) Menyiapkan materi yang lebih terfokus pada mata pelajaran IPA
tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya.
3) Menyiapkan alat peraga dan sarana yang akan digunakan yang
mencukupi untuk semua siswa.
4) Menyusun soal untuk evaluasi.
5) Memeriksa kembali alat-alat pengumpulan data, berupa lembar
observasi dan lembar evaluasi yang telah disepakati dengan teman
sejawat yang akan membantu jalannya observasi.
b. Data Hasil Pengamatan
Setelah rencana disusun dengan matang dan memperhatikan
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus 1, kemudian dilaksanakan
tindakan perbaikan pembelajaran siklus 2 pada pertemuan 1 dan 2. Dari
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus 2 hal yang diamati oleh
peneliti adalah tentang hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 3
Kedungwringin pada pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis
benda berdasarkan sifatnya melalui model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) .
1) Data Hasil Belajar Siswa
Pada perbaikan pembelajaran siklus 2 telah diperoleh data hasil
belajar siswa terhadap pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis

43
benda berdasarkan sifatnya melalui pemberian soal uraian singkat dengan
rincian seperti pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2


No.
NIS Nama Siswa Nilai Ket
Absen
1 3303 Muhammad Taufik 100 T
2 3313 Aldi Sugianto 80 T
3 3314 Balqis Nur Azizah 80 T
4 3315 Dian Novita Sari 100 T
5 3316 Dola Ainun 70 T
6 3317 Embun R. 100 T
7 3318 Farhan Febrianto 70 T
8 3319 Ikhsan Dwi P. 90 T
9 3320 Isna Junita 90 T
10 3321 Keyla Aulia 80 T
11 3322 Khroerun Nisa 80 T
12 3323 Lute Nurjana 100 T
13 3324 Mohamad Wisnu 70 T
14 3325 Muhammad Arif 100 T
15 3326 Refi Mariska 80 T
16 3327 Risky Salya V. 90 T
17 3359 Muhammad A. 100 T
18 3386 Ayu V. 100 T
Rata-rata 87,8
Prosentase Ketuntasan 100%
Prosentase Tidak Tuntas 0%

Keterangan:
Siswa dikatakan tuntas jika memenuhi ≥ 70
Siswa dikatakan tidak tuntas jika tidak memenuhi ≤ 69
T : Tuntas
BT : Belum Tuntas

Hasil belajar siswa pada siklus 2 dapat dilihat pada Gambar 4.3
sebagai berikut.

44
Siswa Tuntas Belajar

Tuntas
Belum Tuntas
100%

Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Hasil Belajar Siklus 2

Dari Gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa
kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin pada siklus 2 dapat menyelesaikan
soal yang diberikan pada mata pelajaran IPA tentang mengelompokan
jenis benda berdasarkan sifatnya dengan sangat baik. Dari 18 siswa yang
memperoleh nilai di ≥ 70 atau telah tuntas KKM sebanyak 18 siswa atau
sudah mencapai 100% seperti yang tergambar pada warna hijau pada
diagram lingkaran di atas. Sedangkan yang masih di ≤ 69 tidak tuntas
KKM sejumlah 0% atau sudah tidak ada lagi siswa yang belum tuntas
KKM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan
pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan
sifatnya melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization
(TAI) dinyatakan telah berhasil karena kentuntasan belajar siswa sudah
100%.
2) Data Hasil Refleksi
Perbaikan pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda
berdasarkan sifatnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui
penggunaan model pembelajaran Team Assited Individualization (TAI)
pada siklus 2 telah menunjukkan peningkatan hasil belajar yang sangat
baik. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus 2 diperoleh data yaitu

45
pada hasil tes formatif yang sebelumnya pada siklus 1 hanya ada 11
siswa yang tuntas belajar dengan persentase 61% dan siswa yang belum
tuntas sebanyak 7 siswa dengan persentase 39%. Kemudian pada siklus 2
mengalami peningkatan secara maksimal dari 18 siswa yang tuntas
belajar sebanyak 18 siswa atau ketuntasan belajar telah mencapai 100%.
Pada siklus 1 rata-rata kelas hanya 75,6 pada siklus 2 rata-rata kelas naik
menjadi 87,8.
Pada perbaikan pembelajaran siklus 2 melalui penggunaan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) sudah sangat tepat
karena telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa hingga
ketuntasan belajar siswa mencapai 100% sehingga peneliti mengakhiri
perbaikan pembelajaran ini hanya sampai pada siklus 2.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan karena adanya temuan pada studi
awal/pra siklus, yaitu rendahnya hasil tes formatif siswa kelas III SD Negeri 3
Kedungwringin pada pembelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda
berdasarkan sifatnya. Pada kondisi awal hasil belajar yang diperoleh siswa
kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin masih sangat rendah. Setelah peneliti
melaakukan analisis dan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 dan 2 dijelaskan
bahwa pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya melalui penerapan model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) menunjukkan peningkatan
hasil belajar pada setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran
baik pada prasiklus, siklus 1 maupun pada Siklus 2 tentang hasil belajar
melalui tes formatif dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran


No Kegiatan Jumlah Rata- Siswa Tuntas Siswa Belum
Siswa rata Belajar Tuntas Belajar
Frekuensi % Frekuensi %

46
1. Studi Awal 5 28 13 72
2. Siklus 1 11 61 7 39
3. Siklus 2 18 100 0 0

Dari Tabel 4.4 di atas tentang rekapitulasi hasil belajar siswa pada
pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dari 18 siswa pada prasiklus, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa
dengan persentase 28% sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 15
siswa dengan persentase 72%. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah
58,9.
b. Pada Siklus 1, dari 18 siswa yang tuntas ada 11 siswa dengan persentase
61% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa dengan
persentase 39%. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,6.
c. Kemudian pada siklus 2, dari 18 siswa siswa yang tuntas sebanyak 18
siswa dengan persentase 100% sedangkan siswa yang belum tuntas ada
0 siswa dengan persentase 0%. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah
87,8.
Berdasarkan tabel di di atas tentang rekapitulasi hasil belajar siswa
pada tiap siklus menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup
baik, untuk memperjelas data rekapitulasi hasil belajar siswa pada setiap
siklusnya dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut.

100
90 87.8
80 75.6
70
58.9
60
Rata-rata
50 Tuntas
40 Belum Tuntas
30
20 18
13 11
10 5 7
0
0
Studi Awal Siklus I Siklus II

47
Gambar 4.4 Diagram Batang Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Dari Gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa ketuntasan hasil belajar


siswa pada siswa kelas III pada pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis
benda berdasarkan sifatnya mengalami peningkatan yang sangat baik. Dari
18 siswa pada prasiklus, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa dengan
persentase 28% sedangkan siswa yang belum tuntas sejumlah 13 siswa
dengan persentase 72%. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 58,9.
Kemudian pada Siklus 1, dari 18 siswa yang tuntas ada 11 siswa dengan
persentase 61% sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa
dengan persentase 39%. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,6.
Selanjutnya pada siklus 2, dari 18 siswa siswa yang tuntas sebanyak 18
siswa dengan persentase 100% sedangkan siswa yang belum tuntas ada 0
siswa dengan persentase 0%. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 87,8.
Dari penjelasan hasil penelitian mulai pada tahap awal, siklus 1
hingga siklus 2, maka dapat disimpulkan bahwa setelah peneliti
menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin yang dilaksanakan
pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022 meningkat dengan sangat
baik dengan ketuntasan belajar mencapai 100%.

48
BAB V
SIMPULAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan

Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA tentang mengelompokan


jenis benda berdasarkan sifatnya pada siswa kelas III SD Negeri 3
Kedungwringin dengan menggunakan model pembelajaran Team Assisted
Individualization (TAI) diperoleh hasil bahwa telah adanya peningkatan hasil
belajar siswa. Pembelajaran lebih aktif, efektif dan menyenangkan. Hal ini
dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada pra siklus yaitu siswa yang
mencapai ketuntasan KKM sejumlah 5 siswa atau 28%, sedangkan yang belum
tuntas ada 13 siswa atau 72%. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 58,9.
Kemudian setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 1 siswa yang
tuntas sejumlah 11 siswa atau 61%, sedangkan yang belum tuntas sejumlah 7
siswa atau 39%. Rata-rata kelas yang diperoleh adalah 75,6. Karena ketuntasan
belajar siswa belum maksimal peneliti melanjutkan perbaikan pembelajaran
pada siklus 2.
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus 2 hasil belajar yang
diperoleh siswa meningkat dengan optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan
hasil yang diperoleh siswa yang tuntas pada siklus 1 sejumlah 11 siswa atau
61%, sedangkan yang belum tuntas sejumlah 7 siswa atau 39%. Rata-rata kelas
yang diperoleh adalah 75,6. Kemudian pada siklus 2 siswa yang tuntas
sejumlah 18 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas 0 siswa. Rata-rata kelas
yang diperoleh meningkat dengan cukup baik yaitu 87,8.
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus
1 dan siklus 2 dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA tentang mengelompokan jenis benda berdasarkan
sifatnya bagi siswa kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin. Dalam setiap
siklusnya ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dengan baik.

49
52

50
B. Saran Tindak Lanjut

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata


terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran
IPA. Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan penelitian di
Kelas III SD Negeri 3 Kedungwringin Kecamatan Jatilawang tahun pelajaran
2021/2022, maka peneliti dapat memberikan saran tindak lanjut antara lain:
1. Apabila guru mempunyai permasalahan dalam pembelajaran IPA tentang
mengelompokan jenis benda berdasarkan sifatnya dapat menggunakan
model pembelajaran Team Assisted Individulization (TAI) dalam
pembelajarannya karena model pembelajaran ini dapat menimbulkan
suasana kelas yang kondusif, kompetitif, menyenangkan sekaligus
menantang siswa untuk berprestasi.
2. Penggunaan model pembelajaran Team Assisted Individulization (TAI) dapat
digunakan pada materi yang dianggap sukar dan membosankan untuk siswa.
3. Guru harus menguasai cara penerapan model pembelajaran Team Assisted
Individulization (TAI) serta harus disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan.
4. Siswa diharapkan agar berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
5. Bagi guru model ini dapat dikembangkan dengan lebih inovatif melalui
instrumen yang lebih sempurna, perlu berkolaboratif dengan teman sejawat,
kepala sekolah, dan unsur-unsur terkait sehingga pelaksanaan pembelajaran
lebih optimal.

51
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. (2012). Peningkatan Mutu Dan Minat Belajar IPS Melalui
Cooperative Learning Model STAD Di Kelas 7A SMPN 1 Ajibarang.
Jurnal Paedagog, 14 (7), hal. 4.

Bloom, Benyamin. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar: Strategi


Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

Direktorat Ketenagaan. (2009). Modul 8. Kurikulum Sekolah Dasar: Perspektif


Pendidikan SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Gagne. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar: Strategi Pembelajaran.


Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

Heinic, dkk. (2012). Modul 5. Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran IPA:
Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

http://www.karyatulisku.com/2017/10/model-pembelajaran-team-assisted.html
dikases pada 3 April 2019

Ibrahim, Muslim. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Research Group Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas 8A SMP Negeri 2
Karanglewas Kabupaten Banyumas. Jurnal Paedagog, 14 (7), hal. 50.

Joni. (2011). Modul 1. Hakikat Strategi Pembelajaran: Strategi Pembelajaran di


SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Joyce, Bruce dan Weil,Marsha. (2014). Modul 5. Penyusunan Rencana


Pembelajaran Kelas Rangkap (RPKR): Pembelajaran Kelas
Rangkap.Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

Kurikulum 2004. (2012). Modul 2. Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA SD:


Pembelajaran IPA di SD. Tangerang Selatan: Penerbit Universitas Terbuka.

R. Hilgard, Ernest. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar: Strategi


Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

Rasyid Harun. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIIG
SMPN 2 Wangon Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal

52
Paedagog, 14 (7), hal. 67.

Romizoswki. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar: Strategi


Pembelajaran. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

54
Riduan. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Materi Integral Kelas XII IPA3 SMA Negeri 5 Purwokerto Tahun Pelajaran
2011/2012. Jurnal Paedagog, 14 (7), hal. 130.

S, Erman. (2012). Peningkatan Soft Skill dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
MDSP Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas X Program
Keahlian Teknik Survei dan Pemetaan. Jurnal Paedagog, 14 (7), hal. 112.

Slameto. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Research Group Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Sains Pada Siswa Kelas 8A SMP Negeri 2
Karanglewas Kabupaten Banyumas. Jurnal Paedagog, 14 (7), hal. 50.

Sudjana. (2009). Modul 1. Konsep Dasar PKM. Pemantapan Kemampuan


Mengajar (PKM)-PGSD. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

TIM-FKIP. (2012). Modul 1. Konsep Dasar PKM: Pemantapan Kemampuan


Mengajar (PKM)-PGSD. Tangerang Selatan: Pusat Penerbit Universitas
Terbuka.

W.Anitah, Sri, dkk. (2011). Modul 2. Pembelajaran Di Sekolah Dasar: Strategi


Pembelajaran di SD. Jakarta: Pusat Penerbit Universitas Terbuka.

BSNP (2006). Diunduh 23 Maret 2019 dari


https://dnoeng.wordpress.com/2011/07/17/teori-pembelajaran-ipa/.

Hardy dan Fleer (1996). Diunduh 29 Maret 2019 dari http://www.kata-


bijak.web.id/2015/03/pengertian-dan-ruang-lingkup-pendidikan.html?m=1
.

53
54

Anda mungkin juga menyukai