Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional di bidang pendidikan merupakan usaha

mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia

Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Hal

ini sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Mansyur,
2009:39)

Guna mewujudkan pembangunan di bidang pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional, maka diperlukan peningkatan mutu

pendidikan yang berkaitan erat dengan peningkatan kualitas proses belajar

mengajar.

Sekolah adalah merupakan salah satu dari tri pusat pendidikan

disamping rumah tangga dan masyarakat. Sekolah menitikberatkan kepada

pendidikan formal, disekolah prosedur pendidikan telah diatur sedemikian

rupa, ada guru, ada siswa, ada jadwal pelajaran yang berpedoman kepada

kurikulum dam silabus, ada jam-jam tertentu waktu belajar serta dilengkapi

1
2

dengan sarana dan fasilitas pendidikan serta pelengkapan-perlengkapan, dan

peraturan lainnya. Sekolah pada hakekatnya adalah bertujuan untuk

membantu orang tua mengajarkan kebiasaan baik dan menanamkan budi

pekerti yang baik. (Daulay, 2001:86).

Pendidikan di sekolah terdiri dari guru kelas, guru bidang studi, guru

praktek, dan guru pembimbing. Jadi guru bidang studi adalah guru yang

mengajar mata pelajaran tertentu sesuai dengan keahliannya. Oleh karena

itu guru tersebut harus menguasai teori dan praktek sistem penyampaian

khusus untuk bidang studi tertentu.

Guru dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui

pendektan intruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat

pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar

berlangsung. Dengan pendekatan pribadi guru akan secara langsung

mengenal dan memahami siswa-siswanya secara lebih mendalam sehingga

dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. (Djamarah, 2013:112)

Setiap guru pastilah memiliki program yang akan dilaksanakannya, baik

program administrasi guru, seperti : PROTA, PROSEM, Silabus, RPP, dan

lain sebagainya. Guru juga mempunyai progaram untuk mengatasi siswa yang

bermasalah, seperti siswa mengalami kesulitan belajar.

Tugas utama siswa adalah belajar yang merupakan kegiatan untuk

menguasai materi pelajaran dengan berbagai tuntutannya. Selain itu, siswa-

siswa mempunyai kelebihan dan kekurangan, di antara kekurangannya itu

adalah siswa mengalami kesulitan dalam belajar.


3

Lokasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah salah satu

kelas pada sekolah menengah pertama yang ada di desa lau bakeri yaitu di

SMP Swasta Galih Agung. SMP ini adalah salah satu satuan pendidikan yang

ada di Pesantren Darul Arafah Raya, yang saat ini memiliki siswa/siswi

kurang lebih dari 3000 siswa/siswi. Dan siswi di SMP Swasta Galih Agung

berjumlah 746 siswi dengan 25 kelas. Sekolah ini berada dalam naungan

Pondok Pesantren Darularafah Raya yang mana siswi-siswinya bermukim di

asrama.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk pelaksanaan penelitian dengan

judul : “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWI KELAS VII-B SMP

SWASTA GALIH AGUNG TAHUN AJARAN 2020-2021”.

B. Identifikasi Masalah

Setelah melakukan observasi pendahuluan, maka masalah-masalah

yang teindetifikasi adalah sebagai berikut :

1. Sebagian siswi sulit untuk mengingat

2. Sebagian siswi sulit untuk berkonsentrasi

3. Sebagian siswi sulit untuk menguasai pelajaran

C. Pembatasan Masalah

Dikarenakan keterbatasan kemampuan dan waktu yang tersedia bagi

peneliti, serta menghindari kesalah pahaman dari penafsiran judul skripsi ini,
4

maka perlu diberikan batasan masalah. Maka masalah yang akan diteliti

dibatasi sebagai berikut :

1. Guru PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru mata

pelajaran tafsir

2. Kesulitan belajar yang dimaksud dalam mata pelajaran tafsir ialah sulit

untuk mengingat.

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini

adalah peranan guru mengatasi kesulitan belajar siswi Pesantren Darul

Arafah, Jalan Berdikari Desa Lau Bakeri, Kutalimbaru, tepatnya di SMP

Swasta Galih Agung, Rumusan masalah yang dapat diambil dari ruang

lingkup masalah di atas adalah :

1. Bagaimana peran guru PAI dalam mendidik siswi kelas VII-B di SMP

Swasta Galih Agung tahun ajaran 2020-2021?

2. Apa kesulitan yang dihadapi siswi kelas VII-B dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islan di SMP Swasta Galih Agung tahun ajaran

2020-2021?

3. Apa peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar siswi kelas VII-

B SMP Swasta Galih Agung tahun ajaran 2020-2021 dalam

pembelajaran?
5

E. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam mendidik siswi kelas VII-B di

SMP Swasta Galih Agung tahun ajaran 2020-2021

2. Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswi kelas VII-B dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Swasta Galih Agung

tahun ajaran 2020-2021

3. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar

siswi kelas VII-B SMP Swasta Galih Agung tahun ajaran 2020-2021

dalam pembelajaran

F. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat

bagi segenap ilmuan dan pecinta ilmu pengetahuan, namun untuk merinci

kegunaan penelitian ini dapat penulis uraikan sebagai berikut :

1. Secara Teoretis

a. Bagi peneliti

Sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas strata satu (S1) di

Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arafah (STAIDA) Deli

Serdang. Serta dapat membantu peneliti dalam menerapkan kepada

peserta didik yang sering mengalami kesulitan belajar dalam

pembelajaran PAI.
6

2. Secara Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan menentukan langkah untuk meningkatkan kinerja

guru sehingga terjadi pembelajaran yang makin intensif dan

perolehan belajar yang makin berkualitas secara intelektual,

emosiaonal dan spritual.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

bahan penambah informasi untuk menentukan sikap yang lebih

tepat untuk menentukan kiat dalam mengatasi kesulitan peserta

didik dalam pembelajaran PAI.

c. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

pertimbangan dalam menentukan sikap dan langkah partisipatif

memperkokoh kemampuan belajar PAI siswi

d. Bagi Peneliti yang Akan Datang

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai penambah

informasi untuk menyusun rancangan penelitian lanjutan dengan

menerapkan pendekatan metode dan strategi yang variatif.


7

G. Penelitian yang Relevan

Kajian relevansi dalam penelitian adalah sebagai pembanding dari

peneliti dalam penelitian. Oleh sebab itu, peneliti mengambil dua penelitian

diantaranya yang dilakukan oleh :

1. Paruntungan Simbolon (2005) “Peranan guru pembimbing mengatasi

kesulitan belajar siswa di MTS PAB 3 Helvetia Deli Serdang.” Hasil

penelitian ini menemukan bahwa guru pembimbing sangat berperan

mengatasi kesulitan belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Hermiana meneliti tentang peran

guru pembimbing dalam mengatasi kesulitan belajar. Dan objek

penelitian kami sama, yaitu mengatasi kesulitan belajar

2. Mulyadi (2009) “Upaya guru kelas dalam meningkatkan keberhasilan

belajar siswa di SD Swasta Bakti Medan Deli – Medan.” Hasil

penelitian ini menemukan berhasil tidaknya siswa dalan kegiatan

belajar tergantung guru kelas.

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi meneliti tentang upaya

wali kelas dalam meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Dan objek

penelitian kami berbeda, beliau meningkatkan keberhasilan belajar

siswa sedangkan saya mengatasi kesulitan belajar siswi.

Kelebihan penelitian pertama yaitu bahwa guru pembimbing sangat

berperan mengatasi kesulitan belajar siswa. Dan kelebihan penelitian kedua

yaitu berhasil tidaknya siswa dalan kegiatan belajar tergantung guru kelas.
8

Adapun kelebihan penelitian yang akan kita laksanakan yaitu guru

mengidentifikasi jenis kesulitan belajar sebagian siswi.

Saya melakukan penelitian terhadap guru PAI dalam mengatasi

kesulitan belajar karena banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dari

mata pelajaran PAI, sedangkan penelitian yang relevan saya pilih tentang

guru sangat berperan dalam mengatasi belajar siswa dan berhasil tidaknya

siswa dalan kegiatan belajar tergantung guru dalam pembelajaran yang sudah

dibuktikan oleh peneliti sebelumnya.

H. Sistematika Penulisan

1. BAB I : Pendahuluan

a. Latar belakang masalah

b. Identifikasi Masalah

c. Pembatasan Masalah

d. Perumusan Masalah

e. Tujuan Penelitian

f. Kegunaan Penelitian

g. Penelitian yang Relevan

h. Sistematika penulisan

2. BAB II : Landasan Teoretis

a. Guru

b. Kesulitan Belajar dan Faktor Penyebabnya

3. BAB III : Metode Penenlitian


9

Pada bab metodologi penelitian ini memuat aspek metodologi

penelitian proposal yang memaparkan:

a. Pendekatan dan jenis penelitian

b. Lokasi Penelitian

c. Data dan Sumber Data

d. Metode Pengumpulan Data

e. Teknik Analisis Data

4. BAB IV : Paparan Data dan Hasil Penelitian

a. Paparan data tentang profil sekolah

b. Hasil penelitian dari wawancara dan observasi

5. BAB V : Kesimpulan dan Saran


BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Guru

1. Pengertian Guru

Guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang

mengajar. Dalam bahasa Inggris, dari kata teacher yang berarti

pengajar. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang

yang melakukan kegiatan mendidik atau mengajar

Pendidik atau lazimnya disebut sebagai guru adalah sosok orang

dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta

didik dalam mengembangkan jasmani dan rohaninya, agar mencapai

tingkat kedewasaan serta mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya

sebagai hamba Allah, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk

individu yang mandiri. (Ramayulis, 2005:49).

Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses

belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber

daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. (Djammah,

2000:1) Guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus

diwujudkan untuk kepentingan anak didik, menunjang hubungan

sebaik-baiknya, dalam kerangka menjunjung tinggi, mengembangkan

dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan

keilmuan. (Nurdin, 2003:8). Guru adalah pendidik formal pelaksana

10
11

kegiatan dalam menanamkan nilai dan norma pendidikan. Guru yang

baik bukan hanya ahli dalam ilmu yang diajarkannya, karena tugas guru

tidak terbatas pada mengajarkan mata pelajaran saja, tetapi meliputi

tugas mendidik kepribadian siswa. ( Sutedjo, 1998:118)

Secara Etimologi, guru atau pendidik merupakan orang yang

melakukan bimbingan, pengertian ini memberikan kesan bahwa

pendidik atau guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam

pendidikan. ( Ramayulis, 2005:58)

Sedangkan secara termilogi, arti guru menurut beberapa ahli adalah

sebagai berikut :

a. Menurut Syaiful Bahri, yang dimaksud guru disini adalah figuer

seorang pemimpin atau sosok arsitektur yang dapat membentuk

jiwa dan watak anak didik yang bertujuan untuk membangun

kepribadian anak didik menjadi orang berguna bagi agama, bangsa,

dan negara. Jadi guru disini mempunyai tanggung jawab atas segala

sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam rangka membina jiwa dan

watak anak didik.

b. Menurut Madyo Ekosusilo, guru adalah seseorang yang

bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar

terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik

baik dari aspek jasmani atau rohani sebagai individu dan juga

sebagai makhluk sosial. (Mujib, 2010:88)


12

c. Menurut Abdul Mujib, guru dalam Islam adalah bapak rohani

(spritual father) bagi peserta didik yang memberikan santapan jiwa

dengan ilmu, pembinaan akhlak dan menghindari perilaku tercela.

(Mujib, 2010:88)

d. Menurut Zakiah Daradjat, Guru adalah seorang yang memiliki

kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam

melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus

sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih lebihan, sanggup

berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu perlu

diperhatikan pula dalam hal dimana ia memiliki kemampuaan dan

kelemahan. (Daradjat, 1996:266)

Sedangkan guru bidang studi adalah guru yang mengajar mata

pelajaran tertentu sesuai dengan keahliannya. Oleh karena

itu guru tersebut harus menguasai teori dan praktek sistem penyampaian

khusus untuk bidang studi tertentu. (Barizi & Idris, 2010:142)

2. Peranan dan Tanggung Jawab Guru

Ketika berbicara mengenai pendidikan, maka tidak bisa terlepas

dari istilah guru. Setelah mengetahui pengertian guru dari uraian di atas,

bahasan selanjutnya mengkaji mengenai peran guru. Guru bagi siswa

adalah resi spiritual yang mengenyangkan diri dengan ilmu. Guru

adalah pribadi yang mengagungkan akhlak siswanya. Guru merupakan

pribadi penuh cinta terhadap anak-anaknya (siswanya). Hidup dan

matinya pembelajaran bergantung sepenuhnya kepada guru. Guru


13

merupakan pembangkit listrik kehidupan siswa di masa depan. (Barizi

& Idris, 2010:131)

E. Mulyasa, dengan mengutip Pullias dan Young, Manan, serta

Yelon, (Mulyasa, 2011:13) mengidentifikasikan peran guru kelas,

yakni:

a. Guru sebagai pendidik

b. Guru sebagai pengajar

c. Guru sebagai pembimbing

d. Guru sebagai pelatih

e. Guru sebagai penasehat

f. Guru sebagai pembaharu (innovator)

g. Guru sebagai evaluator (Usman, 2011:11)

Bimbingan dilakukan oleh manusia terhadap manusia , dan bagi

kepentingan manusia. Sesuai dengan hakekatnya, manusia adalah

makhluk yang diciptakan dalam keadaan terbaik, termulia dan

sempurna bila dibandingkan dengan makhluk yang lainnya, tetapi

sekaligus itu memiliki kekurangan-kekurangan yaitu :

a. Manusia itu makhluk yang lemah

b. Banyak membantah

c. Mudah lupa dan banyak salah

d. Banyak ingkar (Surya, 1998:12)

Menurut pandangan Islam guru memberikan bantuan kepada

seseorang yang mengalami kesulitan baik lahiriyah maupun batiniyah.


14

Menyangkut masa kini dan masa datang. Bantuan tersebut merupakan

pertolongan dibidang mental dan spritual agar orang bersangkutan

mampu mengatasi dengan kemampuan yang ada pada dirinya melalui

dari dorongan dari kekuatan iman dan taqwanya kepada Allah swt.

( Sukardi. 1998:168).

Allah memerintahkan agar segolongan umat yang mengajak

manusia berbuat baik serta melarang manusia berbuat kejahatan, maka

dalam hal ini harus melaksanakan tugasnya dengan suruhan Allah swt,

yang dijelaskan dalam Al quran surat Ali Imran ayat 104 :

ِ ‫و ۡلت ُك ۡن ِّم ۡن ُك مۡ اَُّمةٌ يَّۡدعُ ۡوَن اِلَى ا ۡل َخ ۡيِر وي ۡامر ۡوَن بِ ا ۡلم ۡعر ۡو‬
‌‫ف َويَ ۡن َه ۡوَن َع ِن ا ۡل ُم ۡن َك ِر‬ ُ َ ُُ َ َ ََ
‫ك ُه ُم ا ۡل ُم ۡفلِ ُح ۡوَن‬ ٓ
َ ?@‫َواُو ٰل ِٕٕٮ‬
Waltakum mingkum ummatuy yad'ụna ilal-khairi wa ya`murụna
bil-ma'rụfi wa yan-hauna 'anil-mungkar, wa ulā`ika humul-mufliḥụn

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat


yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”
(Q.S Ali Imran : 104) (Hidayat, 2019:63)

Yad’una ilal khairi maksudnya segolongan orang yang mengajak

kepada kebaikan, yaitu kepada yang mengandung kebaikan kehidupan

agama dan duniawi. Ajakan untuk berbuat baik dibebankan kepada

umum, baik berbentuk perbuatan maupun penolakan. Kemudian jakan

itu secara khusus diarahkan pada ayat selanjutnya, yaitu : Wa

ya’muruna bil ma’rufi, yaitu sesuatu yang dianggap baik oleh syara’

dan akal, yakni kesesuaian antara keduanya. (Buruswi, 1996:53)


15

Wa yanhauna anil munkar, yaitu sesuatu yang dianggap buruk

oleh syara’dan akal, yakni pertentangan diantara keduanya. Wa ula-ika

humul muflihun, yaitu orang-orang yang disifati dengan sifat

sempurna.dan memperoleh kebahagian. (Buruswi, 1996:54)

Disamping itu terdapat pula hadis Nabi yang menjelaskan bahwa

berbuat kebaikan itu merupakan amal dan mendapat ganjaran dari Allah

swt. Sebagaimana sabda Nabi saw yang mengatakan:

‫ال‬
َ َ‫ ق‬: ‫ال‬َ َ‫ض َى اهللُ َع ْنهُ ق‬ِ ‫و َعن اَبِى مسعو ٍد ُع ْقبةَ بْ ِن َعم ٍرو وااْل َنْصا ِرى اْلب ْد ِري ر‬
َ ْ َ َ َ ْ َ ُْ ْ َ ْ ْ َ
ِِ ِ ِ َّ ِ ِ
َ ‫ َم ْن َدل َعلَى َخ ْي ٍر َفلَهُ مثْ ُل اَ ْج ُرفَا عله‬: ‫صلَى اهلل َعلَْيه َوسلَم‬
ُ‫(ر َواه‬ َ ‫َر ُس ْو ُل اهلل‬
)‫ُم ْسلِم‬
Wa’an Abi mas’ud Uqbah ‘bni Amru wal Anshori Al Badri ra,
Qola : Qola Rasulullah Saw. Man dalla ‘ala khoirin falahu mitslu
ajrufa ‘alaihi (HR. Muslim)

Artinya : “Dari Abu ma’ud “Uqbah bin “Amr Al Anshary Al Badri


ra. Berkata, Rasulullah Saw. Bersabda : “Barang siapa yang
memberikan petunjuk kepada kebaikan maka ia mendapat pahala
seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. muslim) ( Yahya.
1981:188)

Allah Swt. Juga memerintahkan kepada hambanya agar saling

nasehat menasehati agar tidak menjadi orang-orang yang merugi.

Sebagaimana FirmanNya :

ۡ ‫َوا ۡلَع‬
‫ص ۙ ِر‬
wal-'aṣr

 
‫سا َن لَِف ۡى ُۡخس ۙ ٍر‬ ۡ ِۡ ِ
َ ‫ا َّن ا لا ن‬
innal-insāna lafī khusr
16

ِ ‫الصلِ ٰح‬ ِ ِ
َّ ِ‫اص ۡاو ب‬
َ ‫اص ۡاو بِا ل َح ِّق ۙ َوَت َو‬ ّٰ ‫ااَّل الَّذ ۡي َن ٰا َمنُ ۡ او َو َع ِملُوا‬
‫الص ۡب ِر‬ ۡ
َ ‫ت َوَت َو‬
illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau
biṣ-ṣabr

Artinya :
1. demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr : 1-3).
(Hidayat, 2019:601)

Terjemahan ayat pertama dari surat Al “Ashr adalah, “Demi masa”

kata Waw sebelum kata al ashr terjemahannya adalah demi, yang

merupakan salah satu dari tiga huruf sumpah. Huruf waw tersebut

berfungsi sebagai muqsam bih, yaitu Allah bersumpah dengannya.

Dalam hal ini Allah bersumpah dengan al ashr (masa) yang

menunjukkan betapa pentingnya manusia memperhatikan waktu.

(Mansur, 2009:127)

Terjemahan ayat kedua adalah “Sesungguhnya manusia itu benar-

benar dalam kerugian”. Manusia mendapat keberuntungan atau

kerugian baik di dunia maupun di akhirat adalah disebabkan oleh

manuasia itu sendiri. Manusia berbeda perlakukannya dalam menjalani

kehidupan, dan diharpkan manusia tidak menjadi manusia yang ingkar

kepada Allah. Disinilah pentingnya setiap pribadi manusia untuk dapat

menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Menarik untuk disimak

keterangan yang dikemukakan Quraish Syihab yang mengatakan, ‘jika


17

anda bertanya, apakah akibat yang akan terjasi kalau menyia-nyiakan

waktu?. Salah satu yang paling gambalang adalah ayat pertama dan

kedua surat Al Ashr. Ayat kedua surat Al Ashr adalah sebagai muqsam

atau jawaban al-qasam.

Al Sa’di menunjukkan bahwa rugi adalah lawan dari untung. Rugi

itu bermacam-macam, kadang-kadang rugi secara mutlak, yaitu rugi

dunia dan akhirat, kadang-kadang rugi sebagian. (Mansur, 2009:128)

Terjemahan ayat ketiga adalah “kecuali orang-orang yang beriman

dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati

kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Pada ayat ketiga atau ayat terakhir dari surat ini dikatakan sebagai

pengecualian (yang tidak merugi) yaitu yang memiliki empat sifat

yaitu:

Sifat pertama orang yang tidak merugi itu adalah orang-orang

beriman kepada Allah Swt. Sifat kedua adalah mengerjakan amal

sholeh. Sifat ketiga adalah nasehat menasehati supaya menta’ati

kebenaran. Sifat keempat adalah nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran. (Mansur, 2009:129)

3. Guru dalam Perspektif Islam

Pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan anak didik. Guru merupakan unsur dasar

pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan.

(Mukhtar, 1993:98) Dalam perspektif Islam pendidikan Islam


18

keberadaan dan fungsi guru merupakan keharusan yang tidak dapat

diingkari. Guru merupakan penentu arah dan sistematika. (Mukhtar,

1993:20).

Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan anak didik. Dalam islam, Orang yang paling

bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik.

Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal:

pertama karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi

orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung

jawab mendidik anakanya; kedua karena kepentingan kedua orang tua.

Yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan

anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tuanya.

Guru lebih diartikan sebagai pendidik yang profesional yang

bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan

serta melakukan peenlitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Adapun peran penting Guru Pendidikan Agama Islam adalah :

a. Peran Guru pendidikan Agama Islam

Desain intruksional Pendidikan Agama islam juga menkankan

pada asfek profesionalitas pendidik yang didukung oleh kebijakan

sekolah yang bersangkutan sehingga kehadiran sekolah tersebut

dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Profesionalitas

pendidik tidak hanya berangkat dari pengajaran serta penelitian


19

saja, tetapi juga menyentuh sisi pengabdian kepada masyarakat

luas, yang pada masa-masa sebelumnya dirasakan masih kurang

tersentuh. Profesionalitas pendidik merupakan suatu pekerjaan

yang elastis, yang harus disesuaiakan dengan perubahan dan

perkembangan zaman. Peningkatan kualitas pendidik harus

senantiasa dilakukan untuk mngembangi pesatnya perkembangan

dan perumaha zaman. Sekolah sudah seharusnya juga

mengupayakan proyek-proyek tom pembelajaran dalam

merumuskan kebijakan yang berkaitan langsung atau tidak dengan

Mutu pendidikan Agama Islam. (Mukhtar, 2003:96)

Dengan demikian, semua siswa merasa senang dan familiar

untuk sama-sama mnerima pelajaran dari pendidiknya tanpa

paksaan, tekanan dan sejenisnya.

b. Peran Guru sebagai pembimbing.

Peran guru/pendidik sebagai pembimbing sangat berkaitan erat

dengan publik keseharian. Untuk dapat menjadi seorang guru, guru

pendidik harus mampu memperlakukan para siswa dengan

menghormati dan menyayangi (mencintai). Ada beberapa hal yang

tidak boleh dilakukan oleh seorang pendidik yaitu: Meremehkan/

Merendahkan siswa, memperlakukan sebagian siswa secara tidak

adil, da, membenci sebagian siswa.


20

Perlakuan pendidik terhadap siswanya sebenarnya sama

dengan perlakuan yang diberikan oleh orang tua di rumah terhadap

anaknya, yaitu harus penuh respek, kasih ayang dan perlindungan.

Tidak boleh ada seorang siswapun yang merasa dendam, iri,

benci, terpaksa, tersinggung, marah, dipermalukan, atau sejenisnya

yang disebabkan perlakuan pendidiknya. (Mukhtar, 2003:96)

Adapun peranan, tugas, dan tujuan guru pembimbing adalah :

1) Peranan Pembimbing

Perkembangan ilmu dan teknologi dan disertai dengan

perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan deras

dewasa ini, peranan guru telah meningkat dari sebagai

pengajar menjadi pembimbing. Tugas dan tanggung jawab

menjadi lebih meningkat terus, yang didalamnya termasuk

fungsi-fungsi guru sebagai perancang pengajaran ( designer of

instruction), pengelola pelajaran (manager of instruction),

evaluator of student lesrning, motivator belajar dan sebagai

pembimbing. ( Sukardi, 1983:85).

Seorang guru pembimbing yang baik harus mempunyai

minat terhadap pekerjaan dengan orang lain dan harus

mempunyai kemampuan untuk bertindak dan bertingkah laku

secara ramah dan bijaksana terhadap siswa.

Sifat-sifat kepribadian seorang guru pembimbing, dapat

dilihat dari kemtangan emosinya, seperti tempat dalam


21

pengaturan hidupnya, ia menunjukkan sifat-sifat sabar,

bijaksana, tenang, memiliki perasaan humor, harga diri dan

sosial serta suka menerima kritik dengan hati terbuka. (Ahmadi

dan Rohani, 1991:160).

Pada umumnya guru biasa membatasi dirinya pada kasus-

kasus yang tidak begitu berat di dalam kelasnya, guru

pembimbing diharapkan memiliki pengetahuan yang lebih

lengkap mengenai kepribadan peserta didik serta teknik-teknik

untuk mengadakan wawancara, serta menghadapi kasus-kasus

yang lebih besar, tetapi meskipun demikian dalam ahal yang

amat berat ia harus minta pelayanan kepada orang ahli seperti

dokter, psikolog, atau klinik bimbingan yang memiliki

perlengakapan memadai. (Ahmadi dan Rohani, 1991:161).

Guru pembimbing yang menyelenggarakan bimbingan

kelompok sangat berkepentingan dengan pengembangan

dinamika kelompokya itu. Bahkan pengembangan dinamika

kelompok itu merupakan tugas utama. Tanpa berkembangnya

dinamika kelompok sampai pada taraf keefektifan tertentu,

tidak dapat diharapkan kegiatan bimbingan kelompok itu akan

membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Dinamika

kelompok yang telah berkembang itu dapat diibaratkan sebagai

kenderaan yang sudah siap pakai untuk dimuati barang tertenu

yang akan dibawa kesuatutujuan tertentu. Muatan dimaksud itu


22

adalah permasalahan yang akan dibahas dalam kegiatan lebih

lanjut. (Prayitno, 1995:65-66)

Dalam hal “kenderaan” dan “muatan” di atas, guru

pembimbing harus pandai-pandai memilihara dan menjalankan

kenderaan itu serta memuatinya dengan barang-barang yang

berharga. Dengan kenderaan itu muatan yang berharga tersebut

diantarkan sampai ketempat tujuan, yaitu tujuan guru

pembimbing. (Prayitno, 1995:67)

2) Tugas Guru Pembimbing

Secara umum dan luas tugas-tugas guru pembimbing

sekolah dirimuskan sebagai berikut :

a) Bertanggung jawab tentang keseluruhan pelaksanaan

binbingan disekolah.

b) Mengumpulkan, menyusun, mengolah serta menafsirkan

data, yang kemudian dapat dipergunakan oleh semua staf

bimbingan di sekolah.

c) Memilih dan menggunakan berbagai instrumen test

psikologis untuk memperoleh barbagai informasi

mengenai bakat khusus, minat, kepribadian, dan

intelegensinya untuk masing-masing siswa.

d) Melaksanakan bimbingan kelompok maupun bimbingan

individu (wawancara bimbingan)


23

e) Membantu tugas bimbingan untuk mengumpulkan,

menyusun, dan mempergunakan imformasi tentang

berbagai amsalah pendidikan, pekerjaan, jabatan atau

karir. Yang dibutuhkan oleh guru bidang studi dalam

proses belajar mengajar.

f) Melayani orang tua/wali murid yang ingin mengadakan

konsultasi tentang anak-anaknya. (Sukardi, 1991:104-105)

3) Tujuan Pelayanan Bimbingan

Belajar merupakan inti kegiatan pengajaran disekolah,

maka wajiblah murid dibimbing agar tercapai tujuan

belajarnya. Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah

membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik

dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar

dengan efisien sesuai demham lemampuan yang dimilikinya

dan mencapai perkembangan yang optimal. ( Ahmadi dan

Supriono, 1991:104).

Untuk lebih jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar

dirinci sebagai berikut :

a) Mencari cara-cara belajar yang efisien dan efeltif bagi

seorang anak atau kelompok anak.

b) Menunjukkan cara-cara mempelajari sesuai dengan

menggunakan buku pelajaran.


24

c) Memberikan informasi (saran dan petunjuk) bagi yang

memanfaatkan perpustakaan.

d) Memilih suatu bidang studi sesuai dengan bakat, minat,

kecerdasan, cita-cita dan kondisi pisik atau kesehatnnya.

e) Membuat tugas sekolah dan mempersiapkan diri dalam

ulangan dan ujian

f) Menunjukkan cara-cara menghadapi kesulitan dalam

bidang studi tertentu.

g) Menentukan pembagian waktu an perencanaan jadwal

belajarnya

h) Memilih pelajaran tambahan baik yang berhubungan

dengan pelajaran di sekolah maupun pengembangan bakat

dan karirnya dimasa depan ( Ahmadi dan Supriono,

1991:104)

c. Peran Guru sebagai pendidik

Guru sebagai seorang pendidik tidak hanya tahu tentang materi

yang akan diajarkan. Akan tetapi, ia pun harus memiliki

kepribadian yang kuat yang menjadikannya sebagai panutan bagi

para siswanya. Hal ini penting karena sebagai seorang pendidik,

guru tidak hanya mengajarkan siswanya untuk mengetahui

beberapa hal. Guru juga harus melatih keterampilan, sikap dan

mental anak didik. Penanaman keterampilan, sikap dan mental ini


25

tidak bisa sekedar asal tahu saja, tetapi harus dikuasai dan

dipraktikkan siswa dalam kehidupan sehari-harinya.

Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung

dalam setiap materi yang disampaikan kepada anak. Penanaman

nilai-nilai ini akan lebih efektif apabila dibarengi dengan teladan

yang baik dari gurunya yang akan dijadikan contoh bagi anak.

Dengan demikian diharapkan siswa dapat menghayati nilai-nilai

tersebut dan menjadikannya bagian dari kehidupan siswa itu

sendiri. Jadi peran dan tugas guru bukan hanya menjejali anak

dengan semua ilmu pengetahuan dan menjadikan siswa tahu segala

hal. Akan tetapi guru juga harus dapat berperan sebagai pentransfer

nilai-nilai.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru sebagai

pendidik, yaitu:

1) Guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai teladan bagi

siswanya. Teladan di sini bukan berarti bahwa guru harus

menjadi manusia sempurna yang tidak pernah salah. Guru

adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi

guru harus berusaha menghindari perbuatan tercela yang akan

menjatuhkan harga dirinya.

2) Guru harus mengenal siswanya. Bukan saja mengenai

kebutuhan, cara belajar dan gaya belajarnya saja. Akan tetapi,

guru harus mengetahui sifat, bakat, dan minat masing-masing


26

siswanya sebagai seorang pribadi yang berbeda satu sama

lainnya.

3) Guru harus mengatahui metode-metode penanaman nilai dan

bagaimana menggunakan metode-metode tersebut sehingga

berlangsung dengan efektif dan efisien.

4) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang tujuan

pendidikan Indonesia pada umumnya, sehingga memberikan

arah dalam memberikan bimbingan kepada siswa.

5) Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang materi

yang akan diajarkan. Selain itu guru harus selalu belajar untuk

menambah pengetahuannya, baik pengetahuan tentang materi-

materi ajar ataupun peningkatan keterampilan mengajarnya

agar lebih profesional.

d. Peran Guru sebagai penasehat

Seorang pendidik memiliki jalinan ikatan batin atau emosional

dengan para siswa yang diajarinya. Dalam hubungan ini pendidik

berperan aktif sebagai penasehat. Peran pendidik bukan hanya

sekedar menyampaikan materi pelajaran yang disampaikannya

tersebut. Namun lebih dari itu ia juga harus mampu memberi

nasehat bagi siswa yang memgutuhkannya, baik diminta ataupun

tidak. Seorang pendidik seharusnya memberikan nasehat secara

ikhlas demi kebaikan para siswa di masa yang akan datang. Cara

untuk menyampaikan nasehat tersebut dapat dilakukan secara


27

umum didepan peserta didik secara kelseluruhan, atau diberikan

secara individual dalam hal-hal tertentu. ( Ahmadi dan Supriono.

1991:97).

B. Kesulitan Belajar dan Faktor Penyebabnya

1. Pengertian belajar dan kesulitan belajar

Belajar adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

Rumusan tersebut mengandung makna bahwa belajar bukan hanya

mengingat melainkan lebih luas dari itu, yakni mengalami hasil belajar

bukan hanya penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakukan.

Pengertian ini berbeda dengan pengertian lama tentang belajar yang

mengatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahan

belajar adalah latihan pembentukan kebiasan secara otomatis (Rusyan,

1989:7).

Belajar dalam arti yang luas ialah proses perubahan tingkah laku

yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penelitian

terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai. Pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih

luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang

terorganisasi. (Rusyan, 1989:8).

Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat

berlangsung secara wajar. Adakalanya lancar, tidak, dapat cepat

menangkap apa yang dipelajari, terkadang terasa amat sulit. Dalam hal
28

ini semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan

konsentrasi.

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor

intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat pula

disebabkan oleh faktor non intelegensi. Dengan demikian IQ yang

tinggi belum menjamin keberhasilan belajar. Karena itu, dalam rangka

memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para

pendidik perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan

kesulitan belajar. (Dalyono, 1997:229).

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor

intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat pula

disebabkan dengan oleh faktor non intelegensi. Dengan demikian IQ

yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Karena itu,

dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak

didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah yang

berhubungan dengan kesulitan belajar. (Dalyono, 1997:230)

Masih banyak yang beranggapan bahwa hasil belajar yang tinggi

terutama sekali ditentukan oleh proses belajar mengajar di dalam kelas,

padahal sehebat-hebatnya guru mengajar di dalam kelas, apabila

kegiatan belajar siswa itu sendiri lemah, maka hasil belajar yang

diperoleh akan tidak memadai. Sebaliknya selemah-lemahnya proses

belajar mengajar di dalam kelas, apabila siswa melakukan kegiatan

belajar sendiri dengan sehebat-hebatnya. Hasil yang lebih tinggi


29

mungkin dicapai, kegiatan belajar siswa di dalam mengikuti proses

belajar mengajar dan belajar diluar kelas amat tergantung pada lima hal,

yaitu :

a. Prasyarat penguasaan materi pelajaran

b. Keterampilan belajar

c. Sarana belajar

d. Keadaan diri pribadi

e. Lingkungan belajar dan sosio-emosional (Prayitno. 1997:2)

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi

dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan

ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar

individu. (Slameto, 1991:54)

a. Faktor intern

Didalam membicarakan faktor intern ini akan dibahas menjadi

dua faktor, yaitu : faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

1) Faktor jasmani

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing, ngantuk , jika badannya lemah,

kurang darah, ataupun ada gangguan-gangguan, kelainan-

kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya atau cacat tubuh.


30

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar, siswa

yang cacat belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi,

hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau

mengurangi pengaruh kecacatannya. (Slameto, 1991:4).

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah adanya kesiapan mental pada diri

seseorang dalam artian mental itu kuat, dapat menghadapi

masalah-masalah yang berkaitan dengan belajarnya.

Adapun faktor psikologis itu sekurang – kurangnya ada

tujuh faktor, yaitu intelegensi, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kelelahan. (Slameto, 1991:55).

Berikut ini faktor psikologis tersebut akan diuraikan

sebagai berikut :

a) Intelegensi

Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau

rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara

terarah, berfikir secara baik, dan bergaul dengan

lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi

aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau

kehidupan sehari-hari. (Dimyati & Mudaiono, 1994:245).

Intelegensi ini erat hubungannya dengan kegiatan

belajar, intelegensi juga dapat diartikan kemampuan


31

dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat

secara tertentu. (Purwanto, 1994:52).

Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum

dalam keberhasilan belajar. Dalam prolehan hasil belajar

yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang

rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti

terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. (Dimyati

& Mudaiono, 1994:246)

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang sudah

dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu

objek atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil

belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian

terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran

tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,

sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat

belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu

menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran

itu sesuai dengan hobi dan bakatnya. (Slameto, 1991:56)

c) Minat

Minat erat sekali hubungannya dengan motif, bila

motif yang kuat dimiliki anak umtuk belajar, maka ia

berusaha belajar sebaik-baiknya. Minat merupakan faktor


32

yang sangat mempengaruhi motif, bila anak mempunyai

minat, ia akan berbuat sesuai dengan minatnya dan akan

membesarkan motif untuk melakukan sesuatu pekerjaan

atau kegiatan. Kecendrungan jiwa pada sesuatu, karena

kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, maka

inilah yang disebut minat. (Slameto, 1991:56).

Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu

pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak

ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, dan

dapat menimbulkan problema pada dirinya. Ada tidaknya

minat terhadap suatu pelajaran, dapat dilihat dari cara anak

mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan dan

memperhatikan pelajaran. (Dalyono, 1997:235)

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemauan itu

baru trealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah

belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik

misalnya, akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar

dibandingkan dengan orang lain yang kurang berbakat

dibidang itu.

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa bakat itu

mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang

dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil


33

belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah

selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah

penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan

siswa belajar disekolah yang sesuai dengan bakatnya.

(Dalyono, 1997:57-58)

e) Motivasi

Para ahli berbeda pandangan dalam hal motivasi.

Menurut M Ngalim Purwanto motivasi ialah segala

sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak

melakukan sesuatu. (Purwanto, 1995:60).

Sedangkan menurut Ivor K davis motivasi adalah

kekuatan tersembunyi dalam diri kita, yang mendorong

kita untuk berkelakuan dan bertindak melakukan sesuatu.

(Davis, 1991:214).

Selanjutnya Sardiman AM mengatakan motivasi

dapat diartikan dengan daya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motovasi dapat dikatakan

sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek

untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu

tujuan. Berawal dari kata motiv itu, maka motivasi dapat

diartikan sebagi daya penggerak yang telah menjadi aktif

pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuaj yang dirasakan mendesak.


34

Motivasi dapat disimpulkan sebagai dorongan atau

tenaga yng mendorong seseorang berbuat sesuatu

perbuatan. Dalam kegiatan belajar mengajar motivasi

merupakan daya penggerak bagi siswa dalam

menimbulkan kegiatan belajar mengajar, menjamin

kelangsungan kegiatan belajar dan dapat memberikan

arahan dalam kegiatan belajar sehingga tujuan dapat

dicapai. (Imran, 1996:3)

f) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan

seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan

kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-

jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah

siap untuk berfiikir abstrak dan lain-lain. Kematangan

belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara

terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan

pembelajaran. (Slameto, 1991:58)

g) Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk

dipisahkan, tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan

jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul


35

kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan

rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk sesuatu

hilang.

Dari uraian tersebut dapatlah dimengerti bahwa

kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat

belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai

terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu

diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. (Slameto,

1991:60)

b. Faktor ekstern

Disamping adanya faktor intern (yang berasal dari individu),

ada juga faktor ekstern (yang berasal dari luar individu), yang turut

pula memberi pengaruh terhadap proses hasil belajar. Faktor

ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah

dikelompokkkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor

sekolah dan faktor masyarakat. Uraian berikut akan membahas

ketiga faktor tersebut.

1) Faktor keluarga

Keluarga merupakan tempat yang pertama untuk seorang

anak dalam memperoleh pendidikan. Keluarga mempunyai

peran yang sangat besar bagi keberhasilan seseorang anak

dalam belajar. Keberhasilan anak di sekolah sangat tergantung


36

bagaimana orang tuanya mendidik dan membina dirumah.

Pada dasarnya seorang anak sangat membutuhkan perhatian

dan keharmonisan antara anggota kelurga untuk ketentraman

jiwanya. Banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang

dapat mempengaruhi tingkah laku anak. Dalam hal ini, sesuai

dengan pendapat A Tabtani Rusyan adalah :

“Banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat

menimbulkan perbedaan individu seperti kultur di dalam

keluarga. Tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,

hubungan antara kedua orang tua, sikap keluarga terhadap

masalah-masalah sosial, realitas kehidipan dan lain-lain.

Faktor-faktor ini akan memberikan pengalaman kepada siswa

dan dapat menimbulkan perbedaan dalam apreasi, sikap,

pemahaman ekonomi, perbendaharaan bahasa, abilitas,

berkomunikasi dengan orang lain, modus berfikir, kebiasan

berbicara, dan pola hubungan kerja sama dengan orang lain,

perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan

perbuatan di sekolah”. (Rusyan, 1989:161)

2) Faktor Sekolah

a) Waktu sekolah dan disiplin

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar

mengajar disekolah. Waktu itu dapat pagi hari, siang, sore

atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi


37

belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah

disore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung

jawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa

harus sekolah, hingga mereka mengikuti pelajaran dengan

mengantuk dan sebagainya. Sebaliknya siswa belajar

dipagi hari , pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi

baik. Kesulitan ini disebabkan karena siswa sukar

berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang

lemah. Waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh

yang positif terhadap belajar. (Slameto, 1991:68).

Disamping itu pelaksanaan disiplin yang kurang,

misalnya murid-murid liar, sering terlambat datang, tugas

yang diberikan tidak dilaksanakan, kewajibannya

dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih

guru kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan

dan pelajaran. (Ahmadi dan Supriono, 1991:87)

b) Kurikulum

Kurikulum sangat berperan dalam proses belajar

mengajar, kurikulum yang baik dapat meningkatkan

prestasi belajar. Kurikulum yang kurang baik, misalnya :

bahan-bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan tidak

seimbang (kelas satu banyak pelajaran dan kelas-kelas

diatasnya sedikit pelajaran). Hal-hal itu akan membawa


38

kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya kurikulum

yang sesuai dengan kebutuhan anak, akan membawa

kesuksesan dalam belajar. (Ahmadi dan Supriono,

1991:86)

c) Kondisi gedung

Kondisi gedung adalah tempat dimana pembelajaran

dilaksanakan.apakah tempat belajarnya nyaman atau tidak,

apakah tempat belajarnya segar atau pengap. Hal-hal

demikian ini berpengaruh terhadap motivasi belajar,

demikian juga tempat yang amburadul tidak memberikan

gairah bagi belajar seseorang, sebaliknnya tempat teratur

yang tertata rapi, mendorong seseorang bergairah belajar.

Tempat belajar yang bising oleh suara mengganggu

belajar seseorang. Sebaliknya tempat belajar yang tenang

bisa menimbulkan gairah belajar. Jelaslah bahwa

lingkungan fisik atau kondisi gedung berpengaruh

terhadap motivasi belajar. (Imran, 1996:103).

Sedangkan faktor lainnya sekolah lainnya yang dapat

mempengaruhi kesulitan belajar ialah metode mengajar,

relasi guru dengan siswa, standar pelajaran, metode

belajar, dan tugas rumah. (Imran, 1996:64).


39

3) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi

karena keberadaannya siswa dalam masyarakat, seperti

media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat

(Imran, 1996:70).

Pengaruh masyarakat sangat berperan terhadap belajar

siswa. Dengan demikian yang dimaksud dengan anak yang

keadaannya berada didalam lingkungan suatu masyarakat

adalah apabila anak itu tidak berada dibawah pengawasan

orang tua atau anggota keluarga yang lain, pengawasan

tingkah laku perbuatan anak dala lingkungan masyarakat

atau juga orang lain yang berada dalam masyrakat.

(Djamarah, 2011:243)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi penelitian merupakan tempat penulis dapat menangkap

keadaan yang sebenarnya dari objek yang penulis teliti dalam rangka

memperoleh data. Agar data yang diperoleh lebih akurat, maka penulis

memilih sekaligus menetapkan tempat yang memungkinkan dalam upaya

menggali keterangan atau data yang dibutuhkan dengan pertimbangan agar

dapat memperoleh kemudahan, keringanan waktu dan biaya dalam

pengambilan data yang sesuai dengan tema dalam penelitian.

Adapun lokasi yang dijadikan sebagai tempat untuk penelitian ini ada di

Pesantren Darul Arafah, Jalan Berdikari Desa Lau Bakeri, Kutalimbaru,

Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Topografis Desa Lau Bakeri adalah dataran tinggi. Ketinggian dari

permukaan laut sekitar 141 m dengan suhu udara berkisar 29º – 32º

sedangkan letaknya dari pusat kota medan sekitar 25 km. Dan jika

mengendarai kendaraan darat (motor atau mobil) memerlukan waktu 1

sampai 2 jam untuk bisa sampai ke kota medan.

Waktu penelitian ini diperkirakan mulai dari bulan januari sampai

dengan bulan April 2021.

B. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, defenisi dari penelitian

kualitatif menurut Lexy J. Moleong adalah penelitian yang dimaksud untuk

40
41

memahami fenomena yang dialami oleh objek penelitian dengan cara

deskriftif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

alamiah dan dengan manfaatkan berbagai metode ilmiah. (Moleong.

2002:11).

Metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian

naturalistic, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi karena pada

awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang

antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang

terkumpul dan anlisisnya lebih bersifat kualitaitf. (Sugiono, 2010:14).

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, penelitian deskriptif

merupakan penelitian terhadap penomena atau populasi tertentu yang

diperoleh peneliti dari objek yang berupa individu, operasional atau

perspektif lain.

Pada umumnya penelitian deskriptif tidak menggunakan hipotesis non

hipotesis) sehingga dalam penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.

(Arikunto, 2002:245).

Menurut Suharsimi Arikunto ada tiga macam pendekatan yang

termasuk dalam penelitian deskriptif, yaitu penelitian kasus atau studi kasus,

penelitian komperatif dan penelitian korelasi. (Arikunto, 2002:81).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan studi kasus,

penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci

dan mendalam terhadap organisasi lembaga atau gejala tertentu, ditinjau dari
42

wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang

sangat sempit. Dalam hal ini yang diinginkan oleh peneliti adalah mengetahui

bagaimana cara Guru Mengatasi Kesulitan Belajar Siswi SMP Swasta Galih

Agung.

C. Data dan Sumber Data

Yang dimaksud data adalah subjek dari mana-mana data dapat

diperoleh. (Arikunto, 2002:90)Sedangkan yang dimaskud dengan sumber

data dalam penelitian ini adalah tempat dimana peneliti memperoleh

informasi sebanyak-banyaknya berupa data-data yang diperlukan dalam

penelitian.

Sedangkan menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. (Moleong, 2002:112).

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini akan diambil dari dua

sumber. Adapun sumber-sumber itu sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Data primer dalam penelitian ini adalah, Kepala Sekolah, guru PAI

yang bersangkutan, dan wali siswi. Data primer dianggap lebih akurat,

karena data ini disajikan secara terperinci. Data primer adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh peneliti dari lapangan.

Data ini tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk

file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah
43

teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau

orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun

data.

2. Data Sekunder

Sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung oleh

sumbernya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah

laporan yang telah tersedia. Dalam penelitian ini adalah data-data yang

dapat menunjang data primer yang diperoleh melalui wawancara

kepada guru yang bersangkutan, kepala sekolah, anak yang mengalami

kesulitan dalam pembelajaran dan dokumen-dokumen yang berkaitan

erat dengan persoalan dalam penelitian ini.

Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari

dan memahami melalui media lain yang bersumber pada literatur dan

buku-buku di perpustakaan, yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Data sekunder yang diperoleh peneliti melalui :

a. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data melalui

referensi buku yang dapat digunakan sebagai pedoman, serta untuk

memperoleh landasan ilmiah yang berbentuk teoritis, maupun

definisi-definisi guna mendapatkan pengertian dari topik dan

permasalahan dalam pelaksanaan penelitian. Peneliti mendapatkan

beberapa sumber buku study pustaka, diantaranya ialah:

metodologi pendidikan agama Islam, guru dan anak didik,


44

bimbingan dan konseling, bimbingan dan penyuluhan sekolah,

psikologi belajar, dan pendekatan dalam proses belajar mengajar.

D. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif data mencakup materi yang dicatat dan

direkam secara aktif oleh peneliti yang sedang melaksanakan pengkajian

seperti tramskip wawancara, dan catatan data observasi partisipatif. Pada

penelitian kualitatif, data juga mencakup apa yang telah dikerjakan oleh orang

lain dan apa yang telah ditemukan oleh peneliti, misalnya dokumen. Sejalan

dengan ini Bogdan dan Biklen (1982) menjelaskan teknik pengumpulan data

dalam penelitian kualitatif menggunakan teknik observasi, wawancara, dan

pengkajian dokumen cecara simultan (Danim. 2002:162-163)

1. Observasi

Adapun observasi yang dilakukan dalam penelitian ialah dengan

pengamatan langsung pada tempat penelitian baik secara terbuka

maupun terselubung. Disamping itu, bila perlu dilakukan pengamatan

yang lebih aktif yaitu dengan mencoba berpartisipasi dan melibatkan

serta berusaha mendekatkan diri dengan diri yang diteliti.

Menurut Suharsimi Arikunto, observasi atau disebut pula dengan

pengamatan meliputi pengelihatan, penciuman, pendengaran, peraba

dan pengecap. (Danim, 2002:150).

Observasi (pengamatan langsung), yaitu suatu teknik pengumpulan

data dimana peneliti terlibat dengan kegiatan orang yang sedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini
45

dilakukan dengan tujuan agar dalam penelitian tersebut dapat

memperoleh data yang benar-benar akurat.

2. Wawancara

Wawancara terhadap informasi sebagai narasumber data dan

informasi dilakukan dengan tujuan penggalian informasi tentang fokus

penelitian. Dengan kata lain, wawancara dilakukan untuk untuk

mengkostruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, perasaan motivasi,

tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Metode wawancara digunakan untuk

mendapatkan data tentang upaya guru kelas mengatasi kesulitan belajar

siswa.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu teknik yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data dengan mencari data seperti catatan transkip, data

guru, daat siswa, data karyawan, letak geografis, sejarah berdirinya dan

perkembangan sekolah.

Dokumentasi Yaitu mendapatkan informasi dalam penelitian ini

berupa pengumuman, aturan-aturan laporan keputusan kepala sekolah

serta catatan yang ada hubungannya dengan penerapan peranan guru

kelas mengatasi kesulitan belajar siswa.

Menurut Irwan adalah teknik pengumpulan data yang ditujukan

kepada subjek peneliti. Dokumen yang diketik dapat berbagai macam,

tidak hanya dokumen reesmi, dokumen dapat berupa catatan pribadi,


46

surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan khusus,

rekaman kaset, rekaman video, foto, dan lain sebagainya.

E. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

model interaktif. Menurut Miles dan Huberman dalam model ini ada tiga

komponen analisis. Yaitu reduksi data (data reduction). Penyajian data (data

display) penarikan kesimpulan (conclusing drawing). (Rumidi. 2004:100-

101) Ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Reduksi Data (data reduction)

Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, umtul

itu perlu dicatat secara teliti dan rinci, mereduksi data bererti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Data yang telah direduksi akan memberikan gambara yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (data display)

Setelah direduksi, maka langkah berikutnya adalah mendisplaykan

data. Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchat dan

sebagainya. Miles dan Hubermen menyatakan : “The most frequent

form of display data for qialitative research data ini the pas been
47

narrative tex” artinya yang paling sering digunakan untuk menyajikan

data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain

dalam bentuk naratif, display data dapt juga berupa grafik, matriks,

network (jejaringan kerja).

3. Penarikan Kesimpulan (conclusing drawing)

Langkah ketiga adalah penarikan keSMPulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dilakukan masih bersifat sementara, dan akan

berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung

pada tahapan pengunpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan

telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisiten saat peneliti

kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan

kesimpulan yang kredible (dapat dipercaya).


BAB IV

PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Dyah Galih Agung Pesantren Darularafah Raya

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Galih Agung Pesantren

Darularafah Raya. Pesantren Darularafah Raya adalah sebuah pesantren

modern yang terletak di Desa Lau Bakeri, Kecamatan Kutalimbaru,

Kabupaten Deli Serdang, berjarak sekitar :

 25 km dari pusat kota ibu kota provinsi sumatera utara (kota

medan),

 50 km dari pusat kabupaten,

 20 km dari pusat pemerintah

Pesantren Darul Arafah Raya berdiri di atas tanah seluas 200 ha.

Pesantren ini didirikan oleh Bapak H. Amrullah Naga Lubis dan

keluarga bersama beberapa guru alumni gontor. Pada tanggal 17

Agustus 1985. Adapun yang melatar belakangi didirikannya Pesantren

Darularafah Raya adalah dengan kunjungan bapak H. Amrullah Naga

Lubis ke pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor untuk

mengantar putra beliau menjadi santri disana. Akhirnya menjadi

motivasi yang kuat bagi beliau untuk mendirikan Pondok Pesantren di

Sumatera Utara. Tetapi Pesantren Darularafah Raya di dirikan di daerah

terpencil jauh dari hiruk pikuk keramaian kota serta berada di

48
49

lingkungan masyarakat yang mayoritas non muslim. Tujuan awal

didirikannya pesantren adalah untuk melahirkan ulama yang ahli dalam

bidang ilmu agama islam. Namun dalam perkembangannya tidak hanya

ilmu agama yang diberikan tetapi juga ilmu-ilmu lainnya seperti Sosial,

Ekonomi dan Eksakta, sehingga para alumninya dapat melanjutkan

studinya ke Perguruan Tinggi Umum (USU, UI, UGM, IPB, UNIMED,

UNPAD, dll) disamping itu tentu saja ke Perguruan Tinggi Agama

(IAIN Indonesia, Al- Azhar / Mesir, Univ. Madinah / Arab Saudi,

Aligard/India).

Pesantren Darularafah Raya berkembang dengan pesat dan diikuti

dengan pendirian pesantren khusus untuk putri. Perkembangan visi

dimulai pada bulan April – Mei 1996 meliputi 5 unit gedung umtuk

asrama, 1 unit aula, ruang kegiatan, mushallah, kantor perumahan guru

dan ruang makan. Rangakain bangunan tersebut diresmikan oleh ibu Hj.

Ainun Habibie pada tanggal 30 September 1996.

Pesantren putri ini diberi nama “Galih Agung” yang diambil dari

bahasa jawa kuno yang berarti “Jiwa Yang Besar” atau “Inti Yang

Agung”, dan santriwatinya dipanggil dengan “Dyah” yang merupakan

panggilan wanita muda keturunan bangsawan.

Pesantren Darularafah Raya memiliki 7 lembaga sekolah yaitu : TK

Arafah, SD Arafah, MTs Swasta Darul Arafah, SMP Swasta Galih

Agung, MA Swasta Darularafah, SMA Swasta Galih Agung, Sekolah

Tinggi Agama Islam Darul Arafah (STAIDA). Peneliti melakukan


50

penelitian di sekolah SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darularafah

Raya.

SMP Swasta Galih Agung berada di kampus yang sama dengan

Pesantren Darularafah Raya. Sekolah ini sudah beroperasi sejak tahun

1996, sudah 25 tahun dan saat ini memiliki 724 siswi dengan 25 kelas,

dan 49 guru dalam 33 pelajaran dan hanya 1 jurusan. Dan memiliki

sarana prasana yang sudah cukup lengkap salah satunya ada

perpustakaan, laboratorium, ruang IT, dan lain-lain. Murid-murid di

sekolah ini semua bermukim diasrama dan penuh dengan pengawasan.

SMP Swasta Galih Agung juga sudah banyak mendapat prestasi dari

bidang pendidikan maupun bidang ekstrarikuler seperti kejuaraan OSN,

O2SN dan Pospeda

2. Tujuan dan Visi Misi SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darularafah

Raya

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembanganya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

b. Visi SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul Arafah Raya

Menjadi SMP yang unggul, berprestasi dan berkarakter Islami

sehingga dapat mempersiapkan Ulama dan Umaro’.


51

c. Misi SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul Arafah Raya

1) Menjadi SMP yang unggul dalam hal sarana dan prasana

2) Menjadi SMP yang dapat mengembangkan seluruh potensi dan

bakat Dyah sehingga dapat berpotensi secara regional dan

nasional

3) Menjadi SMP yang memiliki budaya Islami sehingga

menghasilkan Dyah yang berkarakter Islami

4) Memiliki Kurikulum yang dapat mempersiapkan Dyah dengan

karakter Islami dan menjadi Ulama dan Umaro’

3. Kondisi SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul Arafah Raya

Untuk mengetahui kondisi SMP Swasta Galih Agung Pesantren

Darularafah Raya, maka peneliti mengadakan penggalian data baik

dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi secara langsung

mulai tanggal 4 april sampai 20 april 2021, adapun berbagai kondisi

obyek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keadaan Guru Dan Karyawan SMP Swasta Galih Agung Pesantren

Darul Arafah Raya

Guru merupakan pembimbing langsung anak didik di dalam

kelas sehingga keberadaan dan peran guru sangat mempengaruhi

kelangsungan yang dapat menjamin kelangsungan kegiatan

pembelajaran yang lebih baik dan lebih kondusif. Begitu juga wali

kelas yang lebih sering bertatap muka dengan siswa dan siswi di

dalam ataupun diluar kelas.


52

Kebanyakan dari para guru dipesantren Darul Arafah Raya dari

lulusan strata 1 (S1) dan strata 2 (S2) dari universitas al-azhar

(mesir), USU, UMA, UNIMED, UIN-SU, ITS, UGM, Pesantren

Modern Gontor Dan Pesantren Darularafah Raya.

Sedangkan para karyawan yang ada, mereka lulusan SMA

dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing, mereka

mengerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan saling

mendukung satu sama lainnya.

b. Struktur Organisasi SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul

Arafah Raya.

KEPALA SEKOLAH
Nirwansyah,
c. M.PdI

PKS I PKS II PKS III

Misdan, S. Ag Fauzan Azhary, M.Psi Liza Rahmi Aini

Ka. Tata Usaha

Hadori, S.Ag

Tata Usaha Tata Usaha

Sella Novia Ratna Utari


Gambar 4.1. Keterangan Struktur Organisasi Sekolah
53

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru PAI SMP

Swasta Galih Agung Pesantren Darularafah Raya tahun ajaran 2020-

2021. Guru PAI dengan nama Harmida Ramadhani berjenis kelamin

Perempuan, beragama Islam, dan memiliki kualifikasi akademik S.Pd.I

di sekolah Tinggi Agama Islam Darularafah (STAIDA) lulusan tahun

2015-2016 dengan jurusan PAI. Beliau mengajar di SMP Swasta Galih

Agung Pesantren Darularafah Raya terhitung dari tahun 2011.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan april 2021 di

SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul Arafah Raya. Penelitian

dilakukan dengan mengobservasi kelas VII B dan wawancara dengan

subjek penelitian dan beberapa informan untuk mendapatkan hasil

penelitian yang akurat.

a. Peran Guru PAI dalam Mendidik Siswi Kelas VII-B SMP

Swasta Galih Agung Tahun Ajaran 2020-2021

Guru mempunyai tanggung jawab besar dalam mengenalkan

pelajaran PAI. Kesalahan guru dalam mengenalkan dan

mengajarkan materi akan berdampak negatif pada siswi, baik pada

pelafalan maupun penulisannya. Untuk melafalkan tafsir yang


54

sesuai dengan makharij al-huruf yang benar. Dan dalam penulisan,

guru harus lebih berhati-hati.

Dalam penulisan ini peneliti membahas peran guru PAI dalam

mendidik siswi kelas VII-B SMP Swasata Galih Agung tahun

ajaran 2020-2021.

Dan Peneliti mewawancarai Bapak Nirwansyah selaku kepala

sekolah SMP Swasta Galih Agung, pada tanggal 1 Maret 2021,

yang mana beliau menyampaikan:

“Saya juga mengajar di sekolah ini, dan saya pernah menerima


laporan dari Guru PAI tentang kendala dalam proses belajar
mengajar, salah satu dari kendala dalam proses belajar mengajar
ialah kesulitan dalam belajar seperti sulit mengingat, sulit
berkonsentrasi dan sulit menguasai pelajaran”.

Menurut Bapak Nirwansyah faktor-faktor menyebabkan siswi

kesulitan banyak sekali, namun dapat dikelompokkan menjadi dua

faktor penyebab, yaitu:

“Faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah penyebab


kesulitan belajar yang berasal dari individu siswai sendiri.
Beberapa hal yang menyebabkan kesulitan belajar antara lain:
gangguan pada kesehatan, kelainan pada pendengaran dan
penglihatan, rendahnya konsentrasi belajar, dan lain sebagainya.
Sedangkan Faktor eksternal yaitu penyebab kesulitan belajar yang
berasal dari luar diri siswa seperti: kondisi belajar yang tidak
kondusif, beratnya beban belajar, dan lain sebagainya”.

Jadi Guru PAI bertanggung jawab dan bertugas untuk

mendidik, mengembangkan ilmu pengetahuan agama,

menanamkan keimanan pada diri siswanya dan menanamkan moral

pada siswa.
55

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini di

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan

menengah.

Peran guru pendidikan agama Islam dalam mengajarkan agama

kepada siswa bertujuan untuk mengembangkan potensi spiritual

dan membentuk siswa menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan supaya siswa dapat

memahami fitrahnya sebagai makhluk Tuhan.

Seiring perkembangan zaman, pada masa sekarang banyak

sekali kita jumpai siswa-siswi yang menyepelekan adab dan

akhlak. Guru PAI mempunyai peran penting dalam menjadikan

siswa beradab serta meningkatakan akhlaqul kharimah siswanya.

Adanya guru PAI dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari

perannya untuk mengajarkan ilmu agama kepada siswanya.

Mengajarkan ilmu agama yang di lakukan oleh guru PAI meliputi

pelajaran Alquran dan hadits, fiqh, akidah dan akhlak.

Sebagaimana arahan dari Bapak kepala Sekolah kepada guru

PAI pada tanggal 1 Maret 2021. yaitu:

“Peran guru PAI dalam mendidik moral siswanya dapat


dilakukan dengan cara melatih kejujuran siswa, tanggung jawab,
sikap menyayangi, menanamkan sikap kedisiplinan dan mengajak
anak bersosial. Pendidik harus bersabar dan ikhlas dalam mengajar.
Bagi siswi pendidikan merupakan hak dan Bagi pendidik,
pendidikan merupakan kewajiban. Caranya pun harus dilakukan
56

dengan penuh kasih sayang. Bukan dengan cara menghardik dan


menghajar. Karena, sikap kasar cenderung merusak pikiran dan
jiwa anak-anak”.

Menghardik berbeda dengan mendidik, menghajar berbeda

dengan mengajar, menghardik dan menghajar tak mungkin terjadi

jika guru menjadikan rasa kasih sayang sebagai cara terbaik

mendidik anak-anak.

Guru harus mendidik dengan kasih sayang dan penuh

perhatian. Mendidik dengan kasih sayang bisa tampak melalui

sikap hidup yang ditunjukkan guru kepada murid. Guru punya

kewajiban sekaligus etika dalam mendidik anak dengan landasan

kasih sayang.

Guru adalah orang tua bagi murid-murid, guru menyadari

bahwa anak merupakan amanah titipan dari Allah SWT. Tak ada

istilah anak kandung dan anak tiri. Semua murid harus

diperlakukan bak anak kandung. Guru bertanggung jawab penuh

atas cara dan proses pendidikan murid di sekolah.

Peran guru sungguh amat penting dan strategis bagi pendidikan

anak di sekolah. Cara perhatian guru kepada murid yang adil. Guru

tak berlebihan dalam memberikan penghargaan dan hukuman.

Jangan pelit tapi juga tak mengumbar pujian. Jangan enggan dan

ragu, tapi juga tak setiap saat memberikan teguran. 


57

Sikap baik ini membangun cara pandang guru yang tepat

terhadap sosok anak pintar dan anak nakal. Anak pintar dan nakal

bisa jadi sumber cobaan bagi guru.

Anak pintar bisa menjebak guru jadi bersikap terlena dan

merasa hebat. Mendidik anak pintar menjadi sosok rendah hati pun

bukan perkara mudah. Sebaliknya, anak nakal bisa meruntuhkan

batas kesabaran guru. Tak jarang guru yang tak mampu kuasai

hawa nafsunya bisa menghardik, bahkan memukul anak.

Jika guru menggunakan cara-cara kekerasan saat mendidik

anak, makna mendidik jadi kehilangan esensinya. Nilai-nilai

kemanusiaan pada diri anak menjadi tergerus. Dampaknya akan

membuahkan anak didik yang berjiwa lemah, labil emosinya,

lemah tekad dan inisiatif, serta punya citra diri yang buruk.

Metode mengajar merupakan cara yang dipergunakan oleh

guru dalam berhubungan dengan siswi pada saat berlangsungnya

proses pembelajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar

adalah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar

siswi sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Sehingga

terciptalah interaksi edukatif. Proses interaksi ini, akan berjalan

baik apabila guru dan siswi saling berpartisipasi aktif dalam

kegiatan belajar mengajar


58

Peneliti juga sudah mewawancarai Ibu Harmida selaku guru

PAI yang ingin diteliti, Ibu Harmida menyampaikan suatu hal

yaitu:

“Saya telah mempersiapkan metode dalam pelaksanaan proses


belajar mengajar yaitu : tujuan pembelajaran, kompetensi guru,
kemampuan siswi, materi, dan sarana prasana. Selama hal-hal
tersebut dapat terpenuhi, ketepatan pemilihan metode akan
tercapai. Begitu pula sebaliknya, apabila hal-hal tersebut masih
bermasalah, metode pun belum dapat diaplikasikan dengan tepat”.

Ibu Harmida selaku guru PAI di SMP Swasta Galih Agung

juga sebagai wali kelas di sekolah tersebut, sebagaimana yang telah

disampaikan Bapak nirwansyah, Ibu Harmida pernah melaporkan

tentang kendala dalam proses belajar mengajar, dan diantara

kendala tersebut ialah:

“Ibu Harmida pernah melapor ke saya tentang kesulitan belajar


siswi, beliau mengatakan kesulitannya seperti sulit mengetahui,
sulit konsentrasi dan sulit menguasai pelajaran”.

Begitu juga yang saya perhatikan ketika melakukan penelitian,

pelajaran tafsir adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan

menafsirkan yang bersangkutan dengan Alquran dan isinya

berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan

tentang arti dan kandungan Alquran, khususnya menyangkut ayat-

ayat yang tidak di pahami dan samar artinya. Ibu Harmida juga

menyampaikan siswi SMP Swasta Galih Agung wajib menghafal

tafsir:

“Pelajaran tafsir di SMP Swasta Galih Agung wajib untuk di


hafal, Para siswi SMP Swasta Galih Agung kelas VII-B tahun
ajaran 2020-2021 kami wajibkan untuk menghafal pelajaran PAI
59

(tafsir), dan kami memberi nilai kepada yang menghafalkan tafsir,


saya membuat program anak-anak untuk menghafal dan
menyetorkan hafalannya kepada saya pada istirahat, saya mendata
anak-anak yang jarang menyetor hafalan, dan kemudian saya
memanggilnya untuk menasehati agar anak-anak termotivasi untuk
menyetor dan menghafal tafsir”.

Dengan diwajibkannya menghafal tafsir, berkurangnya

kesulitan dalam proses belajar mengajar, dengan menghafal anak-

anak lebih mengetahui pelajaran karna telah membaca pelajaran

dan telah hafal. Sehingga siswi kelas VII-B SMP Swasta Galih

Agung tahun ajaran 2020-2021 dapat menguasai pelajaran.

Dan peneliti juga melihat siswi SMP Swasta Galih Agung

sedang menyetorkan hafalannya, mereka mengantri untuk

menyetor hafalan pelajaran tafsir, selama mengantri siswi SMP

Swasta Galih Agung mengulang-ulang hafalannya.

b. Kesulitan yang dihadapi Siswi kelas VII-B dalam

pembelajaran di SMP Swasta Galih Agung Tahun Ajaran

2020-2021

Kesulitan belajar adalah anak didik tidak dapat mengikuti

pelajaran sebagai mana mestinya. Kesulitan belajar ini tidak selalu

disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi dapat

pula disebabkan oleh faktor non intelegensi. Dengan demikian IQ

yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Karena

itu,dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap

anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah-masalah

yang berhubungan dengan kesulitan belajar.


60

Dalam proses pembelajaran di sekolah baik guru maupun

siswi, pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-

baiknya. Guru mengharapkan agar siswi berhasil dalam belajarnya,

dan siswi mengharapkan guru dapat mengajar dengan baik,

sehingga mereka memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Dalam Kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, masih banyak

siswi yang tidak memperoleh hasil yang memuaskan.

Kesulitan dalam belajar siswi merupakan suatu gejala yang

selalu dihadapi oleh guru, karena guru bertanggung jawab untuk

mengatasinya, kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana siswi

kurang mampu menghadapi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan

dalam proses pembelajaran sehingga proses dan hasilnya kurang

memuaskan. Ini terjadi karena kemampuan siswi untuk melakukan

tugas yang tidak seimbang dengan tuntunan pembelajaran. Ada

siswi yang mendapatkan nilai tinggi dan rendah, bahkan ada pula

siswa yang gagal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kesulitan

dalam belajar merupakan suatu bentuk gangguan faktor fisik dan

psikis yang mendasar yang meliputi pemahaman atau gangguan

bahasa, lisan atau tulisan yang dengan sendirinya muncul berbagai

kemampuan tidak sempurna untuk mendengarkan, berpikir,

berbicara, membaca dan menulis. Termasuk juga kelemahan

motorik ringan, gangguan emosional akibat keadaan ekonomi,

budaya atau lingkungan yang tidak menguntungkan.


61

Ibu Harmida selaku guru PAI juga mengatakan bahwasannya

beliau pernah berdiskusi dengan wali siswi SMP Swasta Galih

Agung tentang kesulitan belajar anaknya,pada 2 Maret 2021 yaitu:

“Yang mana Anak-anak yang mengalami kesulitan belajar


seringkali membuat orangtua stres. Orang tua menganggap
masalah-masalah ini muncul karena anaknya  telat mikir, bodoh,
bandel dan tidak mau belajar. wali siswi meminta bantuan kepada
saya untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami
anaknya”.

Tapi orangtua perlu menyadari bahwa anak yang sulit belajar

bukanlah suatu penyakit melainkan tanda dari perkembangan otak

yang masih kurang optimal, dan hal ini bisa ditangani. Padahal,

anak yang mudah lupa dengan materi pelajaran bukan berarti

mereka bodoh atau daya tampung otaknya kecil.

Salah satu penyebab kenapa anak mudah lupa dengan materi

pelajaran adalah karena mereka belum menemukan gaya atau

strategi belajar yang tepat.

Dan peneliti juga mewawancarai Miftah selaku sisiwi SMP

Swasta Galih Agung, Miftah mengatakan kesulitan yang

dialaminya pada tanggal 3 Maret 2021 adalah:

“Saya sering mengalami sulit berkonsentrasi dalam belajar,


saya mengalami kesulitan belajar pada saat jam terakhir, apalagi
cuaca panas, sehingga saya kurang fokus untuk belajar”.

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswi adalah hal yang

biasa, hampir semua siswi akan mengalamin kesulitan belajar, dan

banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswi tersebut.

Kesulitan belajar itu bisa disebabkan faktor internal dan faktor


62

eksternal, faktor internal ialah kemampuan atau IQ nya yang

terbatas. Sedangkan faktor eksternal di pengaruhi oleh keluarga dan

lingkungan. “Masih banyak yang beranggapan bahwa hasil belajar

yang tinggi terutama sekali ditentukan oleh proses belajar mengajar

di dalam kelas, padahal sehebat-hebatnya guru mengajar di dalam

kelas, apabila kegiatan belajar siswi itu sendiri lemah, maka hasil

belajar yang diperoleh akan tidak memadai. Sebaliknya selemah-

lemahnya proses belajar mengajar di dalam kelas, apabila siswi

melakukan kegiatan belajar sendiri dengan sehebat-hebatnya. Hasil

yang lebih tinggi mungkin dicapai, kegiatan belajar siswi di dalam

mengikuti proses belajar mengajar dan belajar diluar kelas amat

tergantung pada beberapa hal, yaitu : penguasaan materi pelajaran,

Keterampilan belajar, Sarana belajar, Keadaan diri pribadi.

Saya mengamati anak-anak sekolah menengah pertama banyak

yang mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar. Ada

beberapa ciri yang menunjukkan anak mengalami kesulitan belajar

yaitu:

1) Nilai pelajaran yang naik turun

2) Mudah lupa

3) Sering kehilangan barang-barang

4) Sering melamun

Ibu Harmida juga menyebutkan beberapa ciri anak yang

mengalami kesulitan belajar pada tanggal 2 Maret 2021, yaitu:


63

“Terkadang siswi yang mengalami kesulitan belajar seperti,


ceroboh dan tidak teliti, siswi sering lupa kalau ada tugas di
asrama, tidak termotivasi untuk belajar, mudah menyerah dan suka
jail”

Dan peneliti juga melihat langsung beberapa dari siswi SMP

Swasta Galih Agung mudah lupa dan tidak teliti, seperti menyetor

hafalan, siswi kurang lancar menyetorkan hafalannya dan

bersalahan yang di setorkan.

Kepala sekolah, guru PAI dan wali murid mengevaluasi bahwa

ada hal-hal yang harus dihindari karena tidak akan membantu anak

mengatasi kesulitan belajarnya, dan peneliti mewawancarai ibu Sri

selaku ibu kandung dari Ramadhani siswi kelas VI-B SMP Swasta

Galih Agung, pada tanggal 3 Maret 2021, Ibu Sri menyampaikan:

”Bapak Nirwansyah dan Ibu Harmida mengatakan kepada saya


bahwa kami harus sama-sama menghindari untuk memarahi,
menghukum atau mempermalukan siswi, atau juga memberi cap
yang buruk ke siswi.”

Karena ketika memarahi, menghukum atau

mempermalukannya siswi mengalami lemah semangat, sehingga

siswi bukan tambah baik untuk mengatasi kesulitan tetapi nambah

buruk.

Bapak Nirwansyah selaku kepala sekolah menambahkan

bahwa SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul Arafah Raya

secara umum memiliki Program untuk mengatasi kesulitan belajar

siswi pada tanggal 1 Maret. yaitu:


64

“Guru PAI mewajibkan siswinya untuk menghafal, Saya


mengevaluasi hasil dari data ibu Harmida dari berapa persen anak
yang menyetor hafalan, dan saya sidak ke kelas-kelas untuk
menanyakan secara acak kepada siswi SMP Swasta Galih Agung,
untuk mengetahui apakah program itu berjalan atau tidak”.

Berdasarkan laporan Guru PAI dan konsultasi orang tua/wali

kepada saya. Maka komunikasi antara kepala sekolah SMP Swasta

Galih Agung Pesantren Darul Arafah Raya, guru dan orang tua

harus berjalan baik, agar mengetahui penyebab kesulitan belajar

yang dialami oleh siswi, guru PAI harus menginformasikan

perkembangan siswi di sekolah, dan begitu juga dengan orang tua

harus mengimformasikan tentang keadaan siswi ketika berkunjung

ke pesantren atau ketika libur dirumah. Sehingga guru dan orang

tua dapat bekerja sama untuk menemukan kesulitan belajar siswa.

Dalam proses belajar mengajar ada beberapa kendala,

diantaranya adalah kesulitan belajar. Ada beberapa kesulitan yang

muncul pada siswi SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul

Arafah Raya, tetapi yang sering muncul adalah : pertama, siswi

sulit mengingat, sehingga siswi selalu bertanya kepada guru apa

yang telah di pelajari. Kedua, siswi sulit berkonsentrasi ketika

menerima pelajaran dari guru, Dan yang ketiga, siswi sulit untuk

menguasi pelajaran. Berdasarkan masukan dari beberapa orang

tua/wali siswi.

Ibu Ramadhani mengatakan Beliau mengakui bahwa anaknya

mengalami kesulitan menguasai pelajaran, sehingga siswi tidak


65

mengerti pelajaran yang sudah diterimanya, masalah ini sudah

didiskusikan dengan Kepala SMP Swasta Galih Agung Pesantren

Darul Arafah Raya, beliaupun sudah menerima masukan seperti itu.

“Hasil Wawancara dengan ibu Sri selaku ibu kandung dari

Ramadhani siswi kelas VI-B SMP Swasta Galih Agung, pada

tanggal 3 Maret 2021”.

Mengenai permasalahan kesulitan belajar ditambahkan oleh

ibu Harmida Ramadhani beliau mengatakan kesulitan belajar yang

sering timbul di SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul Arafah

Raya adalah siswi sulit untuk mengingat pelajaran, sulit

berkonsentrasi dan sulit menguasai pelajaran. “Hasil Wawancara

dengan ibu Harmida selaku guru PAI siswi kelas VII-B SMP

Swasta Galih Agung, pada tanggal 2 Maret 2021”

Sedangkan Bapak Nirwansyah menjelaskan hasil diskusi

dengan orang tua/wali tentang kesulitan belajar yang di alami siswi

juga sama seperti yang di katakan Ibu Harmida. “Hasil Wawancara

dengan bapak Nirwansyah selaku kepala Sekolah SMP Swasta

Galih Agung, pada tanggal 1 Maret 2021”.

Kesulitan siswi yang dikemukakan tersebut dibenarkan oleh

beberapa orang tua/wali siswi pada tanggal 3 Maret 2021. Mama

Rayya merasa bersyukur dengan suasana belajar di SMP Swasta

Galih Agung Pesantren Darul Arafah Raya, karena anaknya merasa


66

senang dan nyaman belajar di sekolah tersebut, mama Rayya juga

menyampaikan apa yang diskusikannya dengan Rayya, yaitu:

“Anak saya jarang menceritakan pelajaran yang ia terima


disekolah, setelah berdiskusi dengan gurunya, bahwa anak saya itu
sulit untuk mengingat pelajaran, dan masalah ini sudah
diselesaikan oleh gurunya”.

Dan mama Ramadhani mengatakan, ia merasakan apa yang

diungkapkan oleh guru SMP Swasta Galih Agung Pesantren Darul

Arafah Raya tentang kesulitan belajar, Sulit berkonsentrasi dan

sulit mengingat pelajaran itu adalah benar, karena saya merasakan

bahwa anak saya mengalami seperti itu. “Hasil Wawancara dengan

ibu Sri selaku ibu kandung dari Ramadhani siswi kelas VI-B SMP

Swasta Galih Agung, pada tanggal 3 Maret 2021”

Tetapi mama Ramadhani mengungkapkan bahwa anaknya

sangat semangat untuk belajar di SMP Swasta Galih Agung, karena

ketika mama nya ingin mengizinkannya untuk pulang urusan

keluarga, Ramadhani menolak untuk ikut pulang. . “Hasil

Wawancara dengan ibu Sri selaku ibu kandung dari Ramadhani

siswi kelas VI-B SMP Swasta Galih Agung, pada tanggal 3 Maret

2021”.

c. Peran Guru PAI Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswi

kelas VII-B SMP Swasta Galih Agung Tahun Ajaran 2020-

2021
67

Guru adalah yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan

anak didik. Tidak ada seorang gurupun yang mengharapkan anak

didiknya menjadi sampah masyarakat. Untuk itulah guru dengan

penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina

anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna

bagi nusa dan bangsa. Dan pribadi yang baik adalah yang

diharapkan pada setiap anak didik.

Berdasarkan gejala yang teramati dan faktor penyebab

kesulitan belajar, maka upaya dilakukan guru antara lain:

1) Tempat duduk siswa

Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan

penglihatan hendaknya mengambil posisi tempat duduk bagian

depan. Mereka akan dapat melihat tulisan di papan tulis lebih

jelas. Begitu pula dalam mendengar semua informasi belajar

yang diucapkan oleh guru. 

Ibu Harmida selaku guru PAI siswi kelas VII-B SMP

Swasta Galih Agung, pada tanggal 2 Maret 2021 mengatakan

upayanya dalam mengatasi kesulitan belajar, beliau

menyampaikan:

“Ketika saya mengajar, siswi yang rabun saya pindahkan


tempat duduk siswi yang awalnya di belakang saya pindahkan
ke depan agar siswi dapat melihat dan mencatat pelajaran dari
papan tulis. Dan anak yang lemah dalam belajar juga saya
pindahkan duduknya di barisan depan”.
68

Melihat penjelasan guru PAI, peneliti melihat langsung

saat melakukan pengamatan saat guru PAI mengajar, bahkan

siswi yang tidak rabun dan siswi yang aktif dikelas dengan

senang hati pindah duduk ke barisan belakang, agar temannya

yang rabun dan lemah dalam belajar juga bisa sama-sama

mendapatkan ilmu. “wawancara dilakukan pada tanggal 2

Maret 2021”

2) Program remedial

Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat

gangguan internal, perlu ditolong dengan melaksanakan

program remedial. Teknik program remedial dapat dilakukan

dengan berbagai cara. Di antaranya adalah mengulang kembali

bahan pelajaran yang belum dikuasai, memberikan tugas-tugas

tertentu kepada siswa, dan lain sebagainya.

Ibu Harmida selaku guru PAI siswi kelas VII-B SMP

Swasta Galih Agung, pada tanggal 2 Maret 2021 mengatakan

upayanya dalam mengatasi kesulitan belajar, beliau

menyampaikan:

“Saya mengadakan kuis kepada siswi SMP Swasta Galih


Agung agar siswi tersebut belajar dan mengulang kembali
pelajaran, kuis saya adakan setiap dua minggu sekali, dan saya
selalu mengingatkan kembali kepada siswi 3 hari sebelum
quis, agar siswi mempunyai persiapan yang lebih mantap dan
mendapatkan hasil yang memuaskan”.

Melihat penjelasan guru PAI, peneliti melihat langsung

saat melakukan pengamatan saat guru PAI mengajar, bahkan


69

siswi SMP Swasta Galih Agung sangat bersungguh-sungguh

untuk mendapatkan nilai yang bagus agar tidak malu kepada

wali kelasnya, karna hasil nilai kuis diserahkan guru PAI ke

wali kelas.

3) Suasana belajar menyenangkan

Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah

menciptakan suasana belajar kondusif. Suasana belajar yang

nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang

mengalami hambatan dalam menerima materi pelajaran.

Ibu Harmida selaku guru PAI siswi kelas VII-B SMP

Swasta Galih Agung, pada tanggal 2 Maret 2021 mengatakan

upayanya dalam membuat suasana belajar yang

menyenangkan, beliau menyampaikan:

“Saya sering bercanda kepada siswi kelas VII-B SMP


Swasta Galing Agung agar suasana kelas lebih
menggembirakan, dan saya selalu menyuruh siswi untuk
membuang sampah di bawah meja atau merapikan dulu
barang-barang yang ada diatas meja sebelum dimulainya
proses belajar mengajar”.

Proses pembelajaran di dalam kelas memang tidaklah

selalu lancar dan sesuai dengan apa yang menjadi harapan

seorang guru. Selalu ada kendala dan hambatan yang dijumpai

siswa untuk meraih prestasi dalam belajar. Salah satu

hambatan yang sering ditemui adalah terganggunya

konsentrasi siswa saat proses pembelajaran.


70

Konsentrasi atau fokus merupakan kemampuan untuk

memusatkan perhatian dan pikiran dalam satu objek ataupun

kegiatan untuk waktu tertentu. Dalam proses pembelajaran

konsentrasi sangatlah diperlukan, karena ini menyangkut

dengan kemampuan siswa menangkap materi yang

disampaikan oleh guru. Selain itu, konsentrasi juga akan

menambah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Berbicara mengenai konsentrasi, sekarang ini banyak

siswa yang kurang berkonsentrasi dalam belajar, hal itu juga

menyebabkan lahirnya generasi yang tidak mau tau mengenai

pelajaran. Mungkin masih ada beberapa siswa yang

berkonsentrasi dalam belajar, itu dikarenakan jasmani dan

rohaninya sejalan. Sedangkan siswa yang kurang

berkonsentrasi. itu karena jasmani dan rohaninya saling

bertolak belakang.

Namun perlu diketahui, kemampuan konsentrasi pada

anak juga berbeda-beda sesuai dengan usianya. Jangka waktu

anak dalam menerima atau memperhatikan informasi melalui

aktivitas apapun juga berbeda. Walaupun konsentrasi

merupakan pemusatan perhatian yang sengaja dilakukan, tapi

apabila dilakukan dalam waktu yang lama juga akan

menurunkan konsentrasi anak.


71

Untuk itu kita perlu mengetahui apa saja yang

menyebabkan siswa kurang konsentrasi dalam belajar yaitu :

a) Tidak Sarapan Pagi

Sarapan pagi sangatlah berpengaruh pada konsentrasi

siswa, hal ini sangatlah mutlak terjadi. Anak yang tidak

sarapan pagi, kemampuan konsentrasi dalam belajarnya

akan berkurang. Namun sebaliknya, jika anak sarapan pagi

baik di rumah ataupun di sekolah walaupun sedikit akan

mampu berkonsentrasi dalam belajarnya secara optimal.

Karena dengan sarapan pagi, berarti anak telah

mengkonsumsi karbohidrat sehingga akan memiliki

energy dan tidak lapar saat proses pembelajaran.

Sebagaimana yang di sampaikan ibu Harmida pada

tanggal 2 Maret, yaitu

“Siswi menjadi kurang fokus karna tidak sarapan,


siswi kelaparan dan membuatnya gelisah di kelas, dan
pikiran siswi selama prose pembelajaran hanya menunggu
waktu istirahat agar bisa makan”.

b) Keluarga Yang Broken Home

Keluarga yang broken home merupakan keluarga

yang mempunyai masalah dalam berumah tangga, yang

bermasalah disini adalah ibu dan ayah, bukan anaknya.

Jika ibu dan ayah sering bertengkar, tentu saja perhatian

pada anak akan berkurang. Akibat dari hal tersebut,

seorang anak akan merasa terasingkan dan selalu


72

kepikiran dengan masalah mereka. Dan tak jarang juga

anak akan terus memikirkan pertengkaran ibu dan ayahnya

sampai pada proses pembelajaran dan mengakibatkan

konsentrasi anak menjadi berkurang.

Dan dari hasil pengamatan saya, anak yang broken

home sangat ingin di perhatikan, tetapi terkadang siswi

menggunakan cara yang salah, mereka sengaja menjadi

nakal, suka melanggar peraturan, agar siswi tersebut di

panggil guru dan lebih di perhatikan.

c) Kurang Tidur

Sangat jelas sekali bahwa kurang tidur bisa

mengganggu konsentrasi anak dalam belajar. Jika anak

kurang tidur, maka saat proses pembelajaran berlangsung

tentu ia akan merasa mengantuk. Mengantuk itulah yang

akan menyebabkan anak kita tidak bisa menangkap

pelajaran yang diberikan oleh guru.

Ibu Harmida juga menambahkan Kurang tidur

merupakan salah satu penyebab utama mudah lupa

mengingat suatu hal. Sebab, waktu tidur yang terlalu

sedikit atau kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan

perubahan suasana, hati, dan kecemasan. Adapun hal ini

dapat menurunkan fokus dan konsentrasi yang pada

akhirnya dapat memengaruhi kemampuan daya ingat


73

seseorang. “Hasil Wawancara dengan ibu Harmida

Ramadhani selaku guru PAI siswi kelas VI-B SMP Swasta

Galih Agung, pada tanggal 2 Maret 2021”

d) Pengaruh Dari Cuaca

Cuaca yang membuat tubuh tidak nyaman akan

menyebabkan konsentrasi anak berkurang. Contohnya jika

cuaca panas akan membuat tubuh menjadi gerah dan

kurang nyaman. Terkadang ada anak yang berkipas-kipas,

hal tersebut tentu saja akan mengurangi konsentrasi anak

dalam belajar.

Miftah juga mengatakan bahwa ada program dari guru

PAI untuk mengatasi kesulitan belajar, pada tanggal 3

Maret 2021.

“Ketika saya kepanasan dan ngantuk atau kurang


berkonsentrasi, guru PAI menyuruh saya untuk
mengambil wudhu, sehingga ngantuk saya hilang dan
mulai berkonsentrasi kembali”.

Dari beberapa penyebab tersebut diatas, memang

sedikit membuat guru menjadi sulit untuk melakukan

pendekatan pemecahan masalah. Akibatnya, guru harus

bisa berperan secara ganda, bisa sebagai guru mata

pelajaran sekaligus menjadi guru konselor. Guru mata

pelajaran juga perlu menguasai dasar dan teknik konseling

untuk mengatasi masalah dalam proses pembelajaran yang

berkaitan dengan psikologi siswa.


74

Seorang guru harus melakukan pendekatan

pemecahan masalah konsentrasi dalam belajar siswa,

dengan menggunakan pendekatan pemusatan

perhatian.  Perhatian sendiri dibagi menjadi dua jenis,

yaitu perhatian yang spontan dan tidak spontan. Perhatian

spontan berarti perhatian itu berasal dari dalam dirinya

sendiri. Sedangkan perhatian yang tidah spontan berarti

perhatian yang muncul karena rangsangan dari seseorang.

Guru harus memiliki upaya untuk mengatasi

kurangnya konsentrasi pada anak atau siswa dengan

menimbulkan perhatian tidak spontan dalam proses

pembelajaran.

Upaya yang dilakukan ibu Harmida Ramadhani

selaku guru PAI antara lain :

 Mengatur bahan dan materi yang akan disampaikan

dengan maksimal dengan tujuan agar bisa

mengundang perhatian siswa.

 Menyajikan bahan dan materi dengan metode yang

disukai oleh siswa, agar siswa lebih menikmati dan

mendengarkan materi pembelajaran yang

disampaikan.

 Menghubungkan materi pembelajaran dengan

pengalaman atau fakta hidup siswa sehati-hari.


75

 Menyajikan materi pelajaran sesuai dengan

pengalaman batin dan taraf berfikir siswa.

 Menyampaikan materi pembelajaran dengan gaya

bahasa dan vocal yang menarik sehingga mengundang

perhatian siswa.

Menampilkan ekspresi  dan sikap optimis, ceria dan

bersemangat serta jangan lupa memberi humor segar pada

sela proses pembelajaran agar siswa tidak merasa

bosan. “Hasil Wawancara dengan ibu Harmida Ramadhani

selaku guru PAI siswi kelas VI-B SMP Swasta Galih

Agung, pada tanggal 2 Maret 2021”.

Berdasarkan wawancara dengan guru PAI SMP

Swasta Galih Agung Pesantren Darul Arafah Raya dan di

benarkan oleh orang tua siswi, kesulitan belajar yang

sering terjadi adalah :

1) Sulit mengingat

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu

Harmida, S.Pd.I, selaku salah seorang guru PAI SMP

Swasta Galih Agung kelas VII-B tahun ajaran 2020-

2021. Beliau menjelaskan upaya yang dilakukan

untuk mengatasi kesulitan belajar siswi dam hal sulit

mengingat adalah :
76

a) Setiap memulai pelajaran guru menjelaskan

kepada siswi betapa pentingnya pelajaran yang

akan disampaikan.

b) Setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung

siswi harus memiliki kemauan yang kuat untuk

mengatahui pelajaran

c) Merubah metode pengajaran yang sulit dipahami

menjadi metode yang menyenangkan siswi.

d) Guru PAI berusaha memotivasi siswi agar dapat

mengikuti pelajaran dengan semangat dan ceria.

2) Sulit berkonsentrasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu

Harmida selaku gutru PAI SMP Swasta Galih Agung.

Beliau menjelaskan upaya yang dilakukan untuk

mengatasi kesulitan belajar siswi dam hal sulit

berkonsentrasi adalah :

a) Menciptakan suasana belajar yang aman, tenang,

dan jauh dari suara hiruk pikuk.

b) Mengetahui penyebab sulit berkonsentrasi,

dengan cara mengetahui kegemarannya di luar

sekolah.

c) Mengkondusifkan ruangan saat proses belajar

mengajar.
77

Guru lebih sabar memberikan arahan kepada

siswi, sehingga siswi memahami apa yang dimaksud

oleh guru. “Hasil Wawancara dengan ibu Harmida

Ramadhani selaku guru PAI siswi kelas VI-B SMP

Swasta Galih Agung, pada tanggal 2 Maret 2021”

3) Sulit menguasai pelajaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu

Harmida, S.Pd.I, selaku salah seorang guru PAI SMP

Swasta Galih Agung kelas VII-B tahun ajaran 2020-

2021. beliau menjelaskan upaya yang dilakukan

untuk mengatasi kesulitan belajar siswi dam hal sulit

menguasai pelajaran adalah :

a) Memberikan motivasi belajar kepada siswa dalam

mengikuti pelajaran di dalam kelas.

b) Memberikan pengarahan dengan cara

menyenangkan, sehingga siswa tertarik mengikuti

arahan guru kelas

c) Mengarahkan siswa agar mau belajar diasrama

d) Menyampaikan materi dengan cara bercerita,

sehingga siswa tertarik mendengarkannya.

Mengevaluasi setiap pelajaran yang disampaikan,

agar mengetahui apakah siswa paham dengan apa

yang diajarkan. “Hasil Wawancara dengan ibu


78

Harmida Ramadhani selaku guru PAI siswi kelas VI-

B SMP Swasta Galih Agung, pada tanggal 2 Maret

2021”.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Guru sangat berperan di dalam kelas terutama jika ada permasalah atau

kesulitan pada peserta didiknya, karena orang yang bertanggung jawab di

kelas adalah guru. Guru harus mendidik dengan kasih sayang dan penuh

perhatian. Mendidik dengan kasih sayang bisa tampak melalui sikap hidup

yang ditunjukkan guru kepada murid. Guru punya kewajiban sekaligus etika

dalam mendidik anak dengan landasan kasih sayang. Dengan adanya guru

PAI kelas VII-B yang sangat berperan di dalam kelas maka siswi kelas VII-B

mampu mengatasi kesulitan dalam pembelajaran.

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswi adalah hal yang biasa, hampir

semua siswi akan mengalamin kesulitan belajar. Dalam pembelajaran PAI

peserta didik mengalami kesulitan belajar yang dialami sebagian siswi SMP

Swasta Galih Agung kelas VII-B tahun ajaran 2020-2021 adalah Sulit

mengingat, Sulit berkonsentrasi dan Sulit menguasai pelajaran.

Peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar siswi kelas VII-B

SMP Swasta Galih Agung tahun ajaran 2020-2021. Adapun program yang

dilaksankan adalah Mengetahui bentuk kesulitan belajar yang dialami siswi,

Pengajaran perbaikan, Program pengayaan, Peningkatan motivasi belajar,

Pengembangan sikap, dan kebiasaan belajar efektif.

79
80

B. Saran

Penelitian ini mengkaji tentang peran guru PAI dalam mengatasi

kesulitan belajar siswi kelas VII-B SMP Swasta Galih Agung, jika peneliti

selanjutnya ingin meneliti tentang kesulitan belajar siswa, peneliti sarankan

untuk mengkaji dari sisi peran orang tua atau wali kelas dalam mengatasi

kesulitan belajar siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta,
Jakarta, 2000.
Bahri, Syaiful, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2011.
Bahri, Syaiful, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2013.
Barizi, Ahmad dan idris, Menjadi Guru Unggul, Ar Ruzz Media, Jogjakarta,
2010.
Daen Kusuma, indra, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Bandung,
1973.
Dahlan, HMD, terjemahan Tafsir Ruhul Bayan CV. Diponegoro, Bandung, 1996.
Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Damin, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung, 2002.
Daradjat, Zakiah, Metodelogi pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
1996.
Dimyati dan Midaiyono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1994.
Hidayat, Adi, At-Taisir Mushaf Hafalan, Quantum Akhyar Institute, Jawa Barat,
2019
Imran, Ali, Belajar dan Pembelajaran, Pustaka jaya, Malang, 1996.
J, Lexy, Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya,
Bandung 1993.
Ketut Sukardi, Dewa, Bimbingan dan Konseling, Aksara, Jakarta, 1998.
Mansur, Hasan, Lebih Dekat dengan Al Quran, Citapustaka Media Perintis,
Bandung, 2009.
Mansyur, Agus Salim. Administrasi Pendidikan Dan Supervisi Pendidikan.
Bandung: pusaka Setia, 2009.
Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media, 2010.
Mukhtar, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta 1993.
Mulyasa, Menjadi guru Profesional Menciptakan Pelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Rosda Karya, Bandung, 2011.
Ngalim, M, Purwanto, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung,
1995.
Nurdin Syafaruddni, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Ciputat
Press, Jakarta, 2003.
Prayitno, Layanan dan Bimbingan Konseling Kelompok, Galia Indonesia, Padang,
1995.
Putra, Haidar, Pendidikan Islan Indonesia, Citapustaka Media, 2001.
Ramayulis, Metodoligi penelitian, Kalam Mulia, Jakarta, 2005.
Shabir, Muslich, terjemahan Raiyadhus Sholihin, PT. Karya Toha Putra,
Semarang, 1981.
Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta,
Jakarta, 1991.
Sugiono, Metode penelitian Pendidikan Kuantitaif dan Kualitatif, Alfabeta,
Bandung, 2010.

81
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktis, Renika
Cipta, Jakarta, 2002.
Surya, M, Dasar Konseling Pendidikan, Yogyakarta 1998.
Sutedjo, Muwardi, Pendidikan Agama Islam, Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam dan Universitas Terbuaka, Jakarta, 1998.
Tabrani, A. Rusyan, Dkk, Pendekatan Dalam Proses Mengajar, Remaja Rosda
karya, Bandung, 1989.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, PT. Remaja Rosda
Karya, Bandung, 2005.
Uzer, Usman Mohammad, Menjadi Guru Profesional, Rosdakarya, Bandung,
2011.

Lampiran 1 : Lembar Observasi Wawancara

WAWANCARA

A. KEPALA SEKOLAH SMP SWASTA GALIH AGUNG

1. Apakah Bapak sebagai Kepala Sekolah Juga mengajar?

2. Apakah Bapak pernah menerima laporan dari Guru PAI tentang kendala

dalam proses belajar mengajar?

82
3. Apakah salah satu dari kendala tersebut adalah siswi kesulitan dalam

belajar?

4. Menurut Bapak apa faktor-faktor yang menyebabkan siswi kesulitan

dalam belajar?

5. Apakah ada orang tua yang berkonsultasi kepada bapak tentang keluhan

anaknya mengikuti pelajaran di sekolah?

6. Apakah Bapak memberikan arahan kepada Guru PAI dalam mengatasi

kesulitan belajar tersebut?

7. Apakah bapak memiliki program khusus terhadap guru PAI untuk

mengatasi kesulitan belajar?

8. Apakah ada evaluasi dari Bapak tentang program mengatasi kesulitan

belajar tersebut ?

B. GURU PAI

1. Apakah yang Ibu persiapkan dalam melaksanakan proses belajar

mengajar ?

2. Selain menjadi guru PAI apakah ibu juga sebagai wali kelas?

3. Apakah Ibu memiliki kendala dalam melaksanakan proses belajar

mengajar ?

4. Apakah diantara kendala tersebut, termasuk kesulitan belajar siswi?

5. Apakah ibu memilki program untuk mengatasi kesulitan belajar siwi?

83
6. Kesulitan-kesulitan belajar apa yang ibu temukan selama proses belajar

mengajar?

7. Apa upaya ibu untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut ?

8. Apakah ibu pernah konsultasi dengan Kepala Sekolah tentang pemecahan

kesulitan belajar siswi tersebut ?

9. Apakah ibu pernah berdiskusi dengan orang tua/wali siswi tentang

kesulitan belajar anaknya ?

10. Apakah ada evaluasi tentang kesulitan belajar siswi antara guru PAI,

orang tua/wali, dan kepala sekolah?

C. ORANG TUA/WALI

1. Apakah ibu merasa senang dan nyaman menyekolahkan anak ibu di SMP

Swasta Galih Agung ?

2. Apakah putri ibu memiliki semangat yang tinggi untuk hadir ke SMP

Swasta Galih Agung?

3. Apakah anak ibu pernah mengeluh tentang menerima pelajaran di SMP

Swasta Galih Agung?

4. Menurut guru kesulitan belajar yang sering muncul adalah sulit

berkonsentrasi, dan sulit menghafal, bagaimana menurut ibu?

5. Apakah Guru PAI pernah menyampaikan atau berdiskusi tentang

kesulitan belajar yang dialami putri ibu ?

D. Siswi SMP Swasta Galih Agung

84
1. Apa saja kesulitanmu dalam belajar?

2. Pada saat kapan kamu mengalami kesulitan belajar?

3. Apakah ada program dari guru PAI untuk mengatasi kesulitan belajar?

4. Apakah guru PAI mewajibkan untuk menghafal dan menyetor pelajaran?

Lampiran 2 : Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Galih Agung

85
Lampiran 3 : Wawancara dengan guru Agama Islam SMP Galih Agung

86
Lampiran 4 : Wawancara dengan salah satu wali siswi SMP Galih Agung

87
Lampiran 5 : Wawancara dengan salah satu wali siswi SMP Galih Agung

88
89

Anda mungkin juga menyukai