Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat, karunia, dan kuasa-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Islam
pada Masa Dinasti Abbasiyah” tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., para
sahabatnya dan kepada umatnya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak
akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai sumber referensi
baik internet maupun buku. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa juga
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas berbagai sumber referensi demi
tersusunnya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik konstruktif yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pada umumnya
bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..........................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
.......... ii
BAB I PENDAHULUAN
.......... 1
A. Latar Belakang
..............................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
..............................................................................................................
2
C. Tujuan
..............................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
.......... 3
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
..............................................................................................................
3
B. Kemajuan Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbassiyah
..............................................................................................................
6
C. Tujuan Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
..............................................................................................................
11
D. Tingkat Pengajaran Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
..............................................................................................................
12
E..Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
ii
..............................................................................................................
13
F..Kurikulum Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
..............................................................................................................
16
G. Metode Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
..............................................................................................................
17
BAB III PENUTUP
.......... 19
A. Kesimpulan
..............................................................................................................
19
B. Saran
..............................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya pendidikan islam erat kaitannya dengan sejarah islam,
karena proses pendidikan Islam telah berlangsung sepanjang sejarah islam,
dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya umat Islam.
Para ahli sejarah menyebut bahwa sebelum muncul sekolah dan universitas,
sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sesungguhnya sudah
berkembang lembaga-lembaga pendidikan slam non formal, diantaranya
adalah masjid.
Pada masa Nabi, masjid bukan hanya sebagai sarana ibadah, tapi juga
sebagai tempat menyiarkan ilmu pengetahuan pada anak-anak dan orang-
orang dewasa, disamping sebagai tempat peradilan, tempat berkumpulnya
tentara dan tempat menerima duta-duta asing, bahkan di masa Dinasti
Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, masjid yang didirikan oleh penguasa
umumnya dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas pendidikan seperti
tempat belajar, ruang perpustakaan dan buku-buku dari berbagai macam
disiplin keilmuan yang berkembang pada saat itu. Sebelum al-Azhar didirikan
di Kairo, sesungguhnya sudah banyak masjid yang dipakai sebagai tempat
belajar, tentunya dengan kebijakan-kebijakan penguasa pada saat itu.
Islam mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, terutama pada
masa Dinasti Abbasiyah. Pada saat itu, mayoritas umat muslim sudah bisa
membaca dan menulis dan dapat memahami isi dan kandungan al-Quran
dengan baik. Pada masa ini murid-murid di tingkat dasar mempelajari pokok-
pokok umum yang ringkas, jelas dan mudah dipahami tentang beberapa
masalah.
Pendidikan di tingkat dasar ini diselenggarakan di Kuttab, dimana al-
Quran merupakan buku teks wajib. Pada tingkat pendidikan menengah
diberikan penjelasan-penjelasan yang lebih mendalam dan rinci terhadap
materi yang sudah diajarkan pada tingkat pendidikan dasar. Selanjutnya pada
1
tingkat universitas sudah diberikan spesialisasi, pendalaman dan analisa.
Dengan mempelajari sejarah Islam terutama dalam bidang pendidikan, umat
Islam dapat mengambil contoh pola pendidikan Islam pada masa lalu, sejak
periode Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama’ setelahnya.1
Berdasarkan uraian diatas, saya akan membahasnya dalam makalah yang
berjudul “Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah ”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya dinasti abbasiyah?
2. Bagaimana kemajuan pendidikan islam pada masa dinasti abbassiyyah?
3. Apa tujuan pendidikan islam pada masa dinasti abbasiyah?
4. Bagaimana tingkat pengajaran pendidikan islam pada masa dinasti
abbasiyah?
5. Bagaimana lembaga-lembaga pendidikan islam pada masa dinasti
abbasiyah?
6. Bagaimana kurikulum pendidikan islam pada masa dinasti abbasiyah?
7. Bagaimana metode pendidikan islam pada masa dinasti abbasiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya dinasti abbasiyah
2. Untuk mengetahui kemajuan pendidikan islam pada masa dinasti
abbassiyyah
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan islam pada masa dinasti abbasiyah
4. Untuk mengetahui tingkat pengajaran pendidikan islam pada masa
dinasti abbasiyah
5. Untuk mengetahui lembaga-lembaga pendidikan islam pada masa dinasti
abbasiyah
6. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan islam pada masa dinasti
abbasiyah
7. Untuk mengetahui metode pendidikan islam pada masa dinasti
abbasiyah
1http://riffai47.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sejarah-pendidikan-islam-masa.html/
(diakses tanggal 8 Oktober 2020)
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Di kota Humaimah bermukim Keluarga Abbasiyah, Salah seorang
pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad Bin Ali yang merupakan peletak
dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi
perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah SAW.
Para penerang dakwa Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah papa
pemimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah
Muhammad Bin Ali.
Propraganda Abbasiyah dilaksamakan dengan strategi yang cukup
matang sebagai gerakan rahasia . akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin
Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya
diketahui oleh Khalifah Umayyah terakhir, Marwan Bin Muhammad. Ibrahim
akhirnya tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan diharan
sebelum akhirnya eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas
untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan
memerintahkan untuk pindah kekuffah. Sedangkan pemimpin propaganda
dibebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari
Humayyah ke kuffah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti
Abu ja’far ,Isa Bin Musa,dan Abdullah Bin Ali.
Pengusa Umayyah diupah ,Yazin Bin Umar Hubairah, ditaklukkan di
oleh Abbasiyah dan diusir diwasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah
selanjutnya berkemah dikufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H.
Abdullah Bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan untuk
mengejar khalifah Umayyah terakhir , Marwan bin Muhammad bersama
pasukannya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul didaratan
rendah sungai Zab.
4
a. Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya dinasti Abbasiyah tahun
132 H/750 M sampai meninggalnya khalifah Al-Watsiq 232 H/847
M.
b. Masa Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun
232 H/847 M sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad
tahun 334 H/946 M
c. Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun
334 H/946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad Tahun 447
H/1055 M.
d. Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum saljuk di Baghdad tahun
447 H/1055 M sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol
dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H/1258 M.2
2Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 1992, hlm.138-141.
5
Lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami
perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan
oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang
sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa
pengetahuan, selain itu juga ada dua hal yang tidak terlepas dari
kemajuan ilmu pengetahuan yaitu :
a. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa bangsa lain
yang telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan. Pada masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab
banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan
bernilai guna. Bangsa-bagssa itu memberi saham tertentu bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia
sangat kuat dalam bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu, bangsa
Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra.
Pengaruh India terlihat dari bidang kedokteran, ilmu matematika,
dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat dari terjemahan-
terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.
b. Gerakan penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama,
pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase
ini yang banyak diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu
Astronomi dan Mantiq. Fase kedua terjadi pada masa khalifah Al-
Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemah
adalah bidang filsafat, dan kedokteran. Dan pada fase ketiga
berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya
pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang ilmu yang
diterjemahkan semakinmeluas.3
3Ibid, hlm. 145-146.
6
Abbassiyyah pada periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan islam dari pada perluasan wilayah. Puncak kejayaan dinasti
Abbassiyyah terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M) dan
anaknya Al Ma’mun (813-833M). Ketika Ar Rasyid memerintah, negara
dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun
ada juga pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga
ke India. Pada masanya, hidup pula para Filsuf, pujangga, ahli baca Al
qur’an, dan para Ulama di bidang Agama didirikan perpustakaan yang di beri
nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang dapat membaca, menulis dan
berdiskusi.
1. Bagdad sebagai pusat peradaban islam
Kota Bagdad sebagai pusat intelektual terdapat beberapa pusat
aktifitas pengembangan ilmu antara lain Baitul Hikmah. Sebagai ibu kota
Bagdad mencapai puncaknya pada masa Harun Ar-Rasyid walaupun kota
tersebut belum 50 tahun di bangun. Kemegahan dan kemakmurn
tercermin dalam istana khalifah yang luasnya sepertiga dari kota Bagdad
yang berbentuk bundar dengan di lengkapi beberapa banguna sayap dan
ruang audiensi yang di penuhi berbagai perlengkapan yang terindah,
dengan demikian, dinasti Abbassiyyah dengan pusatnya di Bagdad sangat
maju sebagai pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan.
Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat di sebutka
beberapa berikut:
a. Bidang agama
Kemajuan di bidang agama antara lain dalambeberapa bidang
ilmu yaitu ulumul qur’an, ilmu tafsir, hadis, ilmu kalam, bahasa dan
fiqih.
1) Fiqh
Pada dinasti Abbasiyah lahir para tokoh bidang fiqh dan
pendiri mazhab antara lain sebagai berikut:
Imam Abu Hanifah (700-767 M)
Imam Malik (713-795 M).
7
Imam Syafi’i (767-820 M)
Imam Ahmad bin Hambal (780-855 M).
2) Ilmu Tafsir
Perkembangan ilmu tafsir pada masa pemerintahan
Abbasiyah mengalami kemajuan pesat. Di antara para ahli tafsir
pada masa Dinasti Abbasiyah adalah:
Ibnu Jarir Ath-Thabari.
Ibnu Athiyah Al- Andalusi.
Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.
3) Ilmu Hadis
Diantara para ahli hadis pada masa Dinasti Abbasiyah
adalah:
Imam Bukhori (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhori.
Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Sahih Muslim.
Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
Imam An-Nasai, karyanya Sunan An-Nasai.
Imam Baihaqi.
4) Ilmu Kalam
Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa,
pahala, surga neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau
tauhid, yang menghasilkan suatu kajian ilmu yaitu ilmu kalam
atau teologi. Diantara tokoh ilmu kalam adalah:
Imam Abu Hasan Al- Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al
Maturidi, tokoh Asy’ariyah.
Washil bin Atha, Abu Huzail Al-Allaf (w. 849 M), tokoh
Mu’tazilah.
Al-Jubai.
5) Ilmu Bahasa
8
Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa Dinasti
Abbasiyah adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu
badi’ dan arudh. Bahasa arab di jadikan sebagai ilmu
pengetahuan disamping menjadi alat komunikasi antar bangsa.
Di antara para ahli ilmu bahasa adalah:
Imam Sibawaih (w. 183), karyanya terdiri dari 2 jilid
setebal 1000 halaman.
Al-Kiasi.
Abu Zakaria Al-Farra (w.208), kitab Nahwunya terdiri dari
6000 halaman lebih.
b. Bidang Umum
Dalam bidang umum antara lain berkembang dalam bidang
filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geometri, aljabar,
aritmatika, astronomi, musik, kedokteran, kimia, sejarah dan sastra.4
1) Filsafat
Filsafat muncul sebagai hasil integrasi antara islam dengan
kebudayaan klasik Yunani yang terdapat di Mesir, Suria dan
Persia, dan mulai berkembang pada masa Khalifah Harun Al
Rasyid dan Al Ma’mun. Tokoh filosof muslim yang tekenal
adalah Ya’kub bin Ishaq al Kindi.
2) Kedokteran
Pada masa ini ilmu kedokteran telah mencapai puncak
tertinggi yang melhirkan dokter yang terkenal, yaitu Yuhannah
bin Musawaih (w. 242 H). Pada masa ini telah banyak buku-
buku kedokteran, karangan dalam bentuk ensiklopedi yang
diterjemahkan dalam bahasa latin, dan sebagainya.
3) Astronomi
Astronomi islam yang terkenal pada masa ini adalah al
Fazzari yang pertama kali menyusun atrolaber (Alat yang
dahulu dipakai sebagai pengukur tinggi bintang), Al Fargani
4Ibid, hlm. 148.
9
yang telah mengarang ringkasan ilmu astronomi yang kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa latin.5
4) Ilmu Matematika
Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan
karya dibidang matematika. Diantara ahli matematika islam
yang terkenal adalah Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang
kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka
Nol. Tokoh lainnyaadalah Abu Al-Wafa Muhammad Bin
Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu
matematika.6
5) Geografi
Pada masa Abbasiyah Perlawatan Kaum muslimin telah
sampai ke India, Srilangka, Malaysia, Indonesia, Cina, dan lain
lain. Dari perjalanan tersebut kaum muslimin berusaha
melukiskan selengkapnya ihwal negeri-negeri yang dilihatnya
sehingga melahirkan geografi islam ternama. Mereka adalah Ibn
Khardazabah dengan karyanya al Masalik wa al Mamalik, ibn
Al Haik dengan karyanya al Ikli, dan sebagainya.
5http://riffai47.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sejarah-pendidikan-islam-masa.html/
(diakses tanggal 8 Oktober 2020)
6Samsul munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 1992, hlm.150-151
10
Ibnu Firnas ( Armen Firman ), mulai meneliti gerak
aerodinamika, fisika udara, dan anatomi burung dan kelelawar.
Sampai pada suatu saat dia menciptakan sebuah alat terbang seperti
sayap kelelawar, lalu dia menaiki menara Masjid Cordoba,
disaksikan oleh ribuan orang di bawahnya, lalu dia melompat dan
melayang terbang sejauh kira-kira 3 km dan mendarat dengan
selamat. Ribuan orang bertepuk tangan atas ciptaannya. Sebaliknya
masyarakat Eropa yang saat itu sedang di era kegelapan, heboh
sendiri karena menganggap Ibnu Firnas melakukan sihir yang
mereka saja belum pernah melihatnya. Alat terbang Ibnu Firnas
inilah yang menginspirasi Wright Bersaudara menciptakan pesawat
terbang pada awal abad 19.7
7http://riffai47.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sejarah-pendidikan-islam-masa.html/
(diakses tanggal 8 Oktober 2020)
11
maju dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut maka ilmu-ilmu yang
diajarkan di Madrasah bukan saja ilmu agama dan Bahasa Arab, bahkan
juga diajarkan ilmu duniawi yang berfaedah untuk kemajuan masyarakat.
3. Cinta akan ilmu pengetahuan
Masyarakat pada saat itu belajar tidak mengaharapkan apa-apa selain
dari pada memperdalam ilmu pengetahuan. Mereka merantau ke seluruh
negeri islam untuk menuntut ilmu tanpa memperdulikan susah payah
dalam perjalanan yang umumnya dilakukan dengan berjalan kaki atau
mengendarai keledai. Tujuan mereka tidak lain untuk memuaskan
jiwanya untuk menuntut ilmu.
4. Tujuan kebendaan
Pada masa itu mereka menuntut ilmu supaya mendapatkan
penghidupan yang layak dan pangkat yang tinggi, bahkan kalau
memungkinkan mendapat kemegahan dan kekuasaan di dunia ini,
sebagaimana tujuan sebagian orang pada masa sekarang ini.
12
Balaghoh, ilmu pasti, Mantiq, Falak, Sejarah, ilmu alam, kedokteran, dan
juga music.
3. Tingkat perguruan tinggi,
Seperti Baitul Hikmah di Bagdad dan Darul Ilmu di Mesir (Kairo),
di masjid dan lain-lain. Pada tingkatan ini umumnya perguruan tinggi
terdiri dari dua jurusan:
a. Jurusan ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab serta kesastraannya. Ibnu
Khaldun menamainya ilmu itu dengan Ilmu Naqliyah. Ilmu yang
diajarkan pada jurusan ini meliputi: Tafsir Al-Qur’an, Hadits, Fiqih,
Nahwu, Sharaf, Balaghoh, dan juga Bahasa Arab.
b. Jurusan ilmu-ilmu hikmah (filsafat), Ibnu Khaldun menamainya
dengan Ilmu Aqliyah. Ilmu yang diajarkan pada jurusan ini meliputi
Mantiq, ilmu alam dan kimia, Musik, ilmu-ilmu pasti, ilmu ukur,
Falak, Ilahiyah (ketuhanan), ilmu hewan, dan juga kedokteran.8
8https://elmisbah.wordpress.com/sejarah-pendidikan-agama-islam-masa-abbasiyah/
(diakses tanggal 8 Oktober 2020)
13
abad pertama hijriyah munculah jenis Kuttab yang disamping
memberikan pelajaran membaca dan menulis, juga mengajarkan
membaca Al-Qur’an dan pokok-pokok ajaran agama, serta pengetahuan
dasar lainnya.
2. Pendidikan Rendah di Istana
Corak pendidikan anak-anak di istana berbeda dengan pendidikan
anak-anak di kuttab-kuttab, pada umumnya di istana para orang tua siswa
(para pembesar istana) yang membuat rencana pembelajaran selaras
dengan anaknya dan tujuan yang ingin dicapai orang tuanya. Rencana
pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama dengan
pelajaran pada kuttab-kuttab hanya sedikit ditambah dan dikurangi sesuai
dengan kehendak orang tua mereka. Guru yang mengajar di Istana
disebut Muaddib. Kata muaddib berasal dari kata adab yang berarti budi
pekerti atau meriwayatkan. Guru pendidikan di istana
disebut muaddib karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan
kecerdasan dan pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu kepada
anak-anak pejabat.
3. Toko-toko Buku
Pada masa ini, toko buku berkembang dengan pesat seiring dengan
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Uniknya toko buku ini tidak
hanya menjadi pusat pengumpulan dan penyebaran (penjualan) buku-
buku, tetapi juga menjadi pusat studi berkembang di dalamnya. Pemilik
toko buku dapat berperan sebagai tuan rumah dan juga sebagai pemimpin
lingkar studi tersebut.
4. Rumah Sakit
Pada masa Abbasiyah, rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai
tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik
tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan
melalui praktikum yang diadakan oleh sekolah kedikteran di luar rumah
sakit.
5. Perpustakaan
14
Para ulama dan sarjana dari berbagai macam keahlian, pada
umumnya menulis buku dalam bidangnya masing-masing dan
selanjutnya, karya-karya para ilmuan muslim tersebut dihimpun dalam
perpustakaan yang tersebar di berbagai kota. Menurut catatan Mehdi
Nakosteen ada 36 perpustakaan di Baghdad sebelum akhirnya
diluluhlantahkan oleh tentara Hulagu Khan dari Mongol. Baitul
Hikmah di Baghdad yang didirikan khalifah Al-Rasyid adalah merupakan
salah satu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi
ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam ilmu
pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu. Perpustakaan pada
masa itu lebih merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat
kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
6. Masjid
Semenjak berdirinya dizaman nabi Muhammad SAW, Masjid telah
menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum
muslimin. Ia menjadi tempat bermusyawarah, tempat mengadili perkara,
tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya dan
tempat menyelenggarakan pendidikan. Pada masa Bani Abbasiyah dan
masa perkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan
oleh para pengusaha pada umumnya di lengkapi dengan berbagai macam
sarana dan fasilitas untuk pendidikan. Masjid dapat dikatakan sebagai
lembaga pendidikan yang khas. Dan pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah, penyelenggaraan pendidikan di masjid sangat didukung oleh
pemerintah.
7. Rumah-Rumah Para Ulama’ (Ahli Ilmu Pengetahuan)
Walaupun sebenarnya, rumah bukanlah merupakan tempat yang baik
untuk tempat memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, banyak
juga rumah-rumah para ulama’ dan ahli ilmu pengetahuan menjadi
tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan
karena ulama’ dan ahli yang bersangkutan yang tidak mungkin
15
memberikan pelajaran di masjid, sedangkan pelajar banyak yang
berminat untuk mempelajari ilmu pengetahuan daripadanya. Diantara
rumah para ulama yang dijadikan tempat belajar adalah rumah Abu
Muhammad ibnu Hatim al-Razy al-Hafish seorang muhaddis yang
terkenal ketsiqahannya, Ibnu Sina, Al-Gazali, dan Ali ibnu Muhammad
Al-Fasihi.
8. Madrasah
Madrasah sangat diperlukan keberadaannya sebagai tempat untuk
menerima ilmu pengetahuan agama secara teratur dan sistematis.
Madrasah yang pertama didirikan adalah madrasah al-Baehaqiyah di
kota Naisabur. Pendirian madrasah ini dilatar belakangi karena masjid-
msjid telah dipenuhi oleh pengajian-pengajian dari para guru yang
semakin banyak, sehingga mengganggu orang yang sedang shalat. Yang
menjadikan madrasah ini paling penting fungsinya adalah kelengkapan
ruangan untuk belajar yang dikenal dengan ruangan muhadharah serta
bangunan-bangunan yang berkaitan dengannya, pengamanan murid dan
guru-gurunya.9
9http://riffai47.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sejarah-pendidikan-islam-masa.html/
(diakses tanggal 8 Oktober 2020)
16
ia bertanya pada ibunya. Ibunya berkata kepada Yazid: “…apabila ia sudah
berusia lima tahun saya akan menyerahkannya kepada seorang muaddib
(guru), yang akan mengajarkannya menghapal dan membaca Al-Quran lalu
dia akan mengajarkannya syair. Dan apabila dia sudah dewasa, saya akan
menyuruh orang mengajarinya naik kuda dan memanggul senjata kemudian
dia akan mondar-mandir di lorong-lorong kampungnya untuk mendengarkan
suara orang-orang yang minta pertolongan…”.
Kedua, kurikulum pendidikan tinggi. Pada pendidikan tinggi, kurikulum
sejalan dengan fase dimana dunia Islam mempersiapkan diri untuk
memperdalam masalah agama, menyiarkan dan mempertahankannya. Akan
tetapi bukan berarti pada saat itu, yang diajarkan melulu agama, karena ilmu
yang erat kaitannya dengan agama seperti bahasa, sejarah, tafsir dan hadis
juga diajarkan.10
G. Metode Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
Dalam proses belajar mengajar, metode pendidikan/pengajaran
merupakan salah satu aspek pendidikan/pengajaran yang sangat penting guna
mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para
muridnya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan
pemilikan pengetahuan oleh murid hingga murid dapat menyerap dan
memahami dengan baik apa yang telah disampaikan gurunya.
Pada masa Dinasti abbasiyah metode pendidikan/pengajaran yang
digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam: lisan, hafalan, dan
tulisan.
1. Metode Lisan
Metode lisan berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi. Metode
dikte(imla’) adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap
baik dan aman karena dengan imla’ ini murid mempunyai catatan yang
akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini dianggap penting,
10https://elmisbah.wordpress.com/sejarah-pendidikan-agama-islam-masa-abbasiyah/
(diakses tanggal 8 Oktober 2020)
17
karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti masa sekarang sulit
dimiliki. Sedangkan metode Metode ceramah disebut juga metode as-
sama’, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku dengan
hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Metode qiro’ah biasanya
digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi merupakan metode
yang khas pada masa ini.
2. Metode Menghafal
Metode menghafal Merupakan ciri umum pendidikan pada masa
ini.Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya
sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka, sebagaimana
yang dijelaskan oleh Imam Hanafi, seorang murid harus membaca suatu
pelajaran berulang kali sampai dia menghafalnya. Sehingga dalam proses
selanjutnya murid akan mengeluarkan kembali dan
mengkonstektualisasikan pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam
diskusi dan perdebatan murid dapat merespons, mematahkan lawan, atau
memunculkan sesuatu yang baru.
3. Metode Tulisan
Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa
ini.Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam
pengkajian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat
penguasaan ilmu murid semakin meningkat. Metode ini disamping
berguna bagi proses penguasaan ilmu pengetahuan juga sangat penting
artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada masa ini belum
ada mesin cetak, dengan pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks
buku sedikit teratasi.11
11http://riffai47.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sejarah-pendidikan-islam-masa.html/
(diakses tanggal 8 Oktober 2020)
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khalifah Bani Abbasiyah merupakan pengganti khalifah Bani Umayyah.
Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass.
Khalifah Bani Abbas merupakan pendiri khalifah Bani Abbasiyah. Khalifah
Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Harun
Al Rasyid dan putranya yang bernama Al-ma’mun.
Masa Bani Abbasiyah merupakan puncak perkembangan ilmu
pengetahuan dan ajaran Islam. Hal ini disebabkan Harun Al Rasyid
memanfaatkan kekayaannya untuk membangun rumah sakit, untuk keperluan
sosial, untuk mendirikan lembaga pendidikan kedokteran, farmasi, ilmu
astronomi, matematika, kritik sastra. Ilmu pengetahuan tidak hanya
berkembang di Baghdad tetapi juga di Basrah, Jundabir, Kufah dan Harran.
Pada masa kekuasaan al-Ma’mun banyak di datangkan penterjemah dari
berbagai negara untuk menterjemahkan buku-buku yang menggunakan
bahasa Yunani. Al-mu’min juga membangun beberapa sekolah. Karya besar
Al-ma’mun adalah membangun Bait al-Hikmah yang digunakan sebagai
perpustakaan besar dan perpustakaan umum yang disebut darul ilmi. Bait al-
Hikmah juga sebagai pusat penterjemahan buku buku. Bait Al Hikmah juga
berfungsi sebagai perguruan tinggi yang memilki banyak buku yang tidak
dapat ditemukan ditempat lain. Sehingga banyak orang yang datang ke
Baghdad untuk menimba ilmu.
Pada masa Bani Abbasiyah banyak didirikan institusi pendidikan. Harun
Al Rasyid mendirikan Baitul Hikmah sebagai pusat penterjemahan buku-
buku asing dan pusat pengajian. Al-Mak’mun berhasil mejadikan Baghdad
sebagai kota pusat pengetahuan yang ramai dikunjungi orang dari berbagai
kota di dunia. Bani Saljuk dan perdana mentri Nizam Al-muluk berhasil
mendirikan madrasah Nizamiyyah sebagai institusi pendidikan tinggi di kota
19
Naisabur. Pada masa ini juga banyak ditemui khuttab dan tempat pengajian
umum, perpustakaan, maupun kedai-kedai buku di sekitar Baghdad.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah berbeda dengan pendidikan pada
masa Bani Umayyah. Pada masa ini guru mendapat gaji yang sangat tinggi.
Banyak guru yang belajar ke luar kota untuk menambah pengetahuan meraka.
Sebagian besar guru guru pada masa khalifah Bani Abbasiyah mencintai
kesastraan dan ilmu ilmu pengetahuan. Pada masa ini Bahasa Arab digunakan
sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan bahasa administrasi sehingga bayak
orang non muslim yang sedang belajar di Baghdad menjadi muallaf.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah berlangsung di khuttab sebagai
tempat belajar membaca, menulis, mengaji, membaca iqra dan membaca
Alquran. Bagi mereka yang sudah pandai membaca akan diajrkan ilmu
pengetahuan lain, seperti kimia, matematika, astronomi, sastra dan ilmu
falsafah.
Pendidikan pada masa Bani Abbasiyah banyak melahirkan ilmuwan dan
temuan baru. Al-Fazari berhasil mengembangkan ilmu asrologi dan sebagai
astronom Islam pertama yang berhasil menyusun astrolobe. Dalam bidang
Kedokteran Ibnu Sina berhasil menulis buku al-Qanun fi al-Tiib yang
menjadi buku fenomenal. Ibnu sina juga menemukan sistem peredaran darah
pada manusia. Dalam bidang Kimia Jabir ibn Hayyan,mengemukakan
pendapatnya bahwa logam seperti besi, tembaga dan timah dan tembaga dapat
diubah menjadi perak atau emas.12
B. Saran
Dari penjelasan diatas, diharapkan mahasiswa dapat mengambil pelajaran
yang dapat digunakan sebagai teladan yang baik, seperti menuntut ilmu
dengan sungguh-sungguh, memikirkan ciptaan Allah SWT seperti halnya
mempelajari pelajaran fisika, kimia dll, serta selalu berusaha dan berdoa
kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
12http://www.informasi-pendidikan.com/2015/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa-
bani.html (diakses tanggal 8 Oktober 2020)
20
http://riffai47.blogspot.co.id/2013/10/makalah-sejarah-pendidikan-islam-
masa.html (diakses tanggal 8 Oktober 2020)
http://www.informasi-pendidikan.com/2015/02/sejarah-pendidikan-islam-pada-
masa-bani.html (diakses tanggal 8 Oktober 2020)
https://elmisbah.wordpress.com/sejarah-pendidikan-agama-islam-masa-abbasiyah/
(diakses tanggal 8 Oktober 2020)
Samsul Munir Amin. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2009.
21