Anda di halaman 1dari 20

Makalah

EFEKTIVITAS BAZNAS PROVINSI SUMATERA UTARA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hukum Zakat dan Wakaf

Dosen Pengampu : Muhammad Wahyu Ilhami, M.H.I

Disusun oleh :

Mawarni

PROGRAM STUDI AHWAL SYAHKHSYIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH

SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt atas nikmat karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat dan salam tidak lupa pula kita
panjatkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad saw,yang mana beliau
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang menderang.
Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak banyaknya
kepada dosen kami Ustad Muhammad Wahyu Ilhami, M.H.I dosen mata kuliah
Hukum Zakat dan Wakaf.
Dan kami juga meminta maaf kepada dosen,dan teman teman sekalian apabila
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran masukan dari teman-teman sekalian.

Lau Bekeri, 24 Maret 2021

Penulis

 
 

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Efektivitas.............................................................................3
B. Pengertian Lembaga Baznas...................................................................5
C. Efektivitas Baznas Provinsi Sumatera Utara...........................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu konsep ajaran Islam yang berlandaskan pada
Al-Quran dan Sunnah Rasul, yang memberikan pengajaran bahwa harta
kekayaan yang dimiliki oleh seseorang merupakan amanat dari Allah dan
berfungsi secara sosial.
Adanya zakat tidak hanya bermanfaat untuk membantu saudara
muslim yang membutuhkan saja. Lebih dari itu, Hafidhuddin menjabarkan
beberapa hikmah dan manfaat dari berzakat. Pertama, sebagai wujud
keimanan kepada Allah SWT dengan rasa syukur atas nikmat-Nya, mampu
menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, mampu
menghilangkan sifat kikir sekaligus mampu membersihkan harta yang
dimiliki. Kedua, mampu menolong, membantu, membina para mustahik ke
arah kehidupan yang lebih sejahtera. Ketiga, sebagai pilar amal bersama
antara orang kaya dengan orang yang seluruh waktunya digunakan untuk
berjihad di jalan Allah. Keempat, sebagai salah satu instrumen pemerataan
pendapatan.[ CITATION Haf02 \l 1033 ]
Mengingat besarnya manfaat dan hikmah pada zakat, maka
dibentuklah lembaga untuk mengelola zakat yang diberi nama BAZNAS
(Badan Amil Zakat Nasional). Menurut Undang-undang RI No. 23 pasal 5
ayat 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat mengartikan bahwa Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan lembaga pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab dalam
pengelolaan zakat kepada Presiden melalui Menteri Agama. Maka dari itu,
Baznas merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bertugas untuk
mengelola zakat seutuhnya, yakni dimulai dari pengumpulan, penyaluran,
serta pendayagunaan dana zakat kepada masyarakat yang kurang mampu.
Guna keefektifan dan keefisienan pengelolaan zakat, maka dalam proses
berjalannya, Kementerian Agama membagi Baznas menjadi beberapa

1
wilayah, yakni Baznas Ibu Kota Negara, Baznas Provinsi, dan Baznas
Kabupaten/Kota.[ CITATION Fah16 \l 1033 ]
Adapun untuk penyaluran zakat ini pihak BAZNAS juga memiliki
prosedur tersendiri untuk menyalurkan dana sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Adapun prosedur tersebut dilakukan melalui pengajuan dari
masyarakat yang kemudian pihak BAZNAS melakukakn survei ke lapangan.
Hingga akhirnya pihak BAZNAS sendiri yang dapat menentukan apakah
orang tersebut layak mendapatkan zakat ataukah tidak. Apabila tidak layak,
maka BAZNAS memiliki opsi lain untuk mendapatkan zakat dari program
lain. Kendati demikian, apabila memang benar-benar tidak layak untuk
menerima zakat maka akan dialihkan ke orang lain yang dirasa perlu dan
berhak untuk menerima.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Efektivitas?
2. Apa yang dimaksud dengan Baznas?
3. Bagaimana efektivitas baznas Provinsi Sumatera Utara?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini untuk menjawab rumusan masalah diatas
yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari efektivitas
2. Untuk mengetahui pengertian dari baznas
3. Untuk mengetahui efektivitas baznas provinsi Sumatera Utara.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti suatu
pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat
dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari
berbagai pilihan lainnya. Sementara itu, Hidayat mendefinisikan
efektivitas sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target telah tercapai, yang mana semakin besar presentase target yang
dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektifitasnya.[ CITATION
Suc10 \l 1033 ]
Definisi lain dari efektivitas yaitu tolok ukur yang memberikan
gambaran terkait seberapa jauh target dapat dicapai.[ CITATION
Uma08 \l 1033 ] Efektivitas juga dapat diartikan sebagai suatu
ketercapaian atau keberhasilan suatu tujuan yang sesuai dengan rencana
dan kebutuhan yang diperlukan, baik dalam penggunaan data, sarana
maupun waktunya.[ CITATION Sus13 \l 1033 ]
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas merupakan bentuk keberhasilan dari suatu kegiatan yang
disesuaikan dengan target atau tujuan. Dengan kata lain, suatu kegiatan
dapat dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut dapat diselesaikan pada
waktu yang tepat dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
Sementara itu, Gibson mengungkapkan bahwa efektivitas dapat
diukur dari beberapa kriteria sebagai berikut :[ CITATION Tan05 \l 1033
]
a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.
b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan.
c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap.
d. Perencanaan yang matang.
e. Penyusunan program yang tepat.
f. Tersedianya sarana dan prasarana.

3
g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.

2. ACR (Allocation to Collection Ratio)


Efektifitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui rasio
ACR (Allocation to Collection Ratio), yakni merupakan perbandingan
antara jumlah zakat yang disalurkan dengan jumlah zakat yang dihimpun.
Perhitungan ini sangat penting digunakan sebagai indikator kinerja
penyaluran zakat lembaga yang ada. Apabila suatu lembaga memiliki
nilai ACR 90 persen, maka berarti bahwa 90 persen zakat yang dihimpun
telah disalurkan. Amil menggunakan dana sebanyak 10 persen untuk
memenuhi seluruh kegiatan operasionalnya. Hal tersebut memberikan
makna bahwa semakin rendah prosentase nilai ACR menunjukkan
semakin lemahnya kemampuan manajemen penyaluran lembaga zakat.
Adanya keadaan tersebut, sehingga diperlukan langkah untuk
memperbaikinya.
Senada dengan pernyataan tersebut, Beik juga mengungkapkan
bahwa ACR merupakan rasio perbandingan antara proporsi dana zakat
yang disalurkan dengan dana zakat yang dihimpun. Adapun lima kategori
nilai ACR ini, yaitu kategori highly effective (>90 persen), effective (70
persen – 89 persen), fairly effective (50 persen – 69 persen), below
expectation (20 persen – 49 persen), dan ineffective. Pada kategori
pertama memberikan arti bahwa proporsi dana zakat yang disalurkan
lebih dari 90 persen dibandingkan dengan dana zakat yang diterima. Hak
amil yang digunakan kurang dari 10 persen. Ini menunjukkan bahwa
lembaga zakat memiliki kapasitas penghimpunan dan penyaluran
yang sangat besar.
Adapun pada kategori kedua, proporsi penyaluran zakat
dibandingkan dengan penghimpunannya berkisar diantara 70 persen
hingga 89 persen. Ini berarti hak amil yang digunakan mencapai angka
11 persen hingga 30 persen. Semakin besar penggunaan proporsi hak
amil, maka semakin rendah kapasitas penghimpunan dan penyaluran

4
suatu lembaga zakat, sehingga tingkat efektivitas program penyaluran
zakat menjadi semakin rendah.
Indikator kinerja untuk lembaga zakat diwajibkan untuk memastikan
bahwa institusi tersebut berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
Indikator tersebut harus mencakup beberapa bidang utama seperti:
periode pendistribusian, keefektifan alokasi dana, rasio biaya operasional
untuk mengumpulkan dana, kualitas tata pemerintahan, kualitas program
pendistribusian, dana maksimum yang dapat dipertahankan atau diangkut
dll. Salah satu indikator yang digunakan yaitu dengan melihat ke
efektifan pendistribusian dana zakat, dengan indikator tersebut pengawas
zakat dapat mengetahui bahwa dana zakat yang didistribusikan sudah
maksimal atau belum.
Pengawas Manajemen Pendistribusian zakat dapat menentukan
bahwa lembaga zakat memiliki kebijakan dan proses yang memadai
untuk mengelola dana zakat dan sistem distribusi. Pengawas zakat
dapat menilai tingkat pengelolaan pendistribusian dengan menggunakan
rasio allocation-to-collection ratio (ACR). Rasio ini mengkuantifikasi
kemampuan lembaga zakat untuk mendistribusikan dana zakat dengan
membagi total penyaluran dana zakat dengan total penghimpunan dana
zakat.

B. Lembaga Baznas
1. Pengertian Lembaga Baznas
Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS
merupakan lembaga yang berwenang melaksanakan tugas pengelolaan
zakat secara nasional. BAZNAS provinsi adalah lembaga yang dibentuk
oleh Menteri Agama yang berwenang melaksanakan tugas pengelolaan
zakat di tingkat provinsi. BAZNAS provinsi bertanggung jawab kepada
BAZNAS dan pemerintah provinsi. BAZNAS provinsi mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi. Dalam
melaksanakan tugas, BAZNAS provinsi menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:

5
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat di tingkat provinsi.
b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat di tingkat provinsi.
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat di tingkat provinsi.
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di tingkat provinsi.
e. Pemberian rekomendasi dalam proses izin pembukaan
perwakilan LAZ berskala nasional di provinsi.
Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas dan fungsi, BAZNAS
provinsi wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di tingkat
provinsi.
b. Melakukan koordinasi dengan kantor wilayah kementerian agama
provinsi dan instansi terkait di tingkat provinsi dalam pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
c. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan zakat, infak
dan sedekah, serta dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS
dan gubernur setiap 6 (Enam) bulan dan akhir tahun.
d. Melakukan verifikasi administratif dan faktual atas pengajuan
rekomendasi dalam proses izin pembukaan perwakilan LAZ berskala
nasional di provinsi.

2. Ketentuan Lembaga Baznas


Adapun ketentuan yang ada pada lembaga BAZNAS diklasifikasikan
menjadi beberapa bagian atau struktur organisasi. Sehingga
dalam pelaksanaannya, dibagi dan disesuaikan dengan tugas serta fungsi
masing- masing diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Ketua mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas BAZNAS
provinsi.

6
b. Wakil Ketua mempunyai tugas membantu ketua memimpin
pelaksanaan tugas BAZNAS provinsi dalam perencanaan,
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan, keuangan,
administrasi perkantoran, sumber daya manusia, umum, pemberian
rekomendasi, dan pelaporan.
c. Bidang pengumpulan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
pengumpulan zakat, fungsi yang dilaksanakan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Penyusunan strategi pengumpulan zakat.
2) Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan data muzaki.
3) Pelaksanaan kampanye zakat.
4) Pelaksanaan dan pengendalian pengumpulan zakat Pelaksanaan
pelayanan muzaki.
5) Pelaksanaan evaluasi pengelolaan pengumpulan zakat.
6) Penyusunan pelaporan dan pertanggungjawaban
pengumpulan zakat.
7) Pelaksanaan penerimaan dan tindak lanjut komplain atas
layanan muzaki.
8) Koordinasi pelaksanaan pengumpulan zakat tingkat provinsi.
d. Bidang pendistribusian dan pendayagunaan mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan pendistribusian dan pendayagunaan
zakat, yang mana menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Penyusunan strategi pendistribusian dan pendayagunaan zakat..
Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan data mustahik.
2) Pelaksanaan dan pengendalian pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
3) Pelaksanaan evaluasi pengelolaan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat..
4) Penyusunan pelaporan dan pertanggungjawaban pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
5) Koordinasi pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan
zakat.

7
e. Bagian perencanaan, keuangan, dan pelaporan mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan perencanaan, keuangan, dan pelaporan
yang mana menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Penyiapan penyusunan rencana strategis pengelolaan
zakat provinsi..
2) Penyusunan rencana tahunan BAZNAS provinsi.
3) Pelaksanaan evaluasi tahunan dan lima tahunan
rencana pengelolaan zakat provinsi.
4) Pelaksanaan pengelolaan keuangan BAZNAS provinsi.
5) Pelaksanaan sistem akuntansi BAZNAS provinsi.
6) Penyusunan laporan keuangan dan laporan akuntabilitas kinerja.
BAZNAS provinsi.
7) Penyiapan penyusunan laporan pengelolaan zakat tingkat
provinsi.
f. Bagian adminsitrasi,sumber daya manusia, dan umum
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan amil BAZNAS
provinsi, administrasi perkantoran, komunikasi, umum, dan
pemberian rekomendasi, yakni menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:
1) Penyusunan strategi pengelolaan amil BAZNAS provinsi.
2) Pelaksanaan perencanaan amil BAZNAS provinsi.
3) Pelaksanaan rekrutmen amil BAZNAS provinsi.
4) Pelaksanaan pengembangan amil BAZNAS provinsi.
5) Pelaksanaan administrasi perkantoran BAZNAS provinsi.
6) Penyusunan rencana strategi komunikasi dan hubungan
masyarakat BAZNAS provinsi.
7) Pelaksanaan strategi komunikasi dan hubungan
masyarakat BAZNAS provinsi.
8) Pengadaan, pencatatan, pemeliharaan, pengendalian, dan
pelaporan aset BAZNAS provinsi.
9) Pemberian rekomendasi pembukaan perwakilan LAZ
berskala nasional di provinsi.

8
g. Satuan Audit Internal mempunyai tugas pelaksanaan audit keuangan,
audit manajemen, audit mutu, dan audit kepatuhan internal
BAZNAS provinsi, yakni menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) Penyiapan program audit.
2) Pelaksanaan audit.
3) Pelaksanaan audit untuk tujuan tertentu atas penugasan
ketua BAZNAS.
4) Penyusunan laporan hasil audit.
5) Penyiapan pelaksanaan audit yang dilakukan oleh pihak
eksternal.
6) Pelaksanaan koordinasi pengelolaan audit internal
dengan BAZNAS kabupaten/kota.

C. Efektivitas Baznas Provinsi Sumatera Utara


1. Pengelolaan Dana Zakat Baznas Provinsi Sumatera Utara
Menyadari urgensi aspek penggalangan dana, BAZNAS Sumatera
Provinsi Utara mempraktikkan penggalangan dengan cara “menjemput
bola”.Dalam perkembangannya BAZNAS Provinsi Sumatera Utara
tidak saja menerapkan strategi tersebut. Lebih dari itu lembaga ini
menerapkan konsep dan teori markting dalam hal penggalangan dana.
penggalangan pada dasarnya adalah sama dengan menjual produk.
BAZNAS ProvinsiSumatera Utara dalam hal ini menjual program dan
produk syariah. Produk yang dijual dalam bentuk progam seperti
program peduli pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Program-program
BAZNAS Provinsi Sumatera Utara adalah Beasiswa Dhuafa dan yatim,
Program Kesehatan Masyarakat Keliling, Program Sinergi Pemberdayaan
Ekonomi, dan sebagainya. Sedangkan produk syariah yang dijual oleh
BAZNAProvinsi Sumatera Utara berbentuk bagaimana seorang muslim
mau menerima ZIS dan menyerahkan wakafnya.
Secara umum sistem penggalangan dana yang dipakai adalah
pemasaran diakukan melalui fasilitas internet. Kedua, melalui surat
menyurat biasa yang dibagikan anggota, simpatisan dan masyarakat luas.

9
Ketiga, melalui promosi dan prsentasi yang dilakukan beberapa
perusahaan dan lembaga/badan usaha swasta dan pemerintah.
Kelompok sasaran yang dibidik BAZNAS Provinsi Sumatera Utara
untuk menjadi target muzakki saat ini adalah perusahaan-perusahaan
pemerintah seperti BUMN,dan perusahaan swasta. Target ini di bidik
oleh BAZNAS Provinsi Sumatera Utara karena secara resmi BUMN
memiliki kewajiban untuk menyumbangkan dana bagi kesejahteraan
sosial. Sedangkan bagi perusahaan swasta, lebih sebagai kewajiban
moral. Cara-cara yang ditempuh oleh BAZNAS provinsi Sumatera utara
untuk memasarkan produk syariahnya keperusahaan langsung
mendatangi manajemen perusahaan,atau individu-individu kunci
diperusahaan-perusahaan tertentu.
Dalam rangka mempromosikan dan mensosialisasikan program
BAZNAS provinsi Sumatera utara lembaga ini melakukan beberapa
metode.pertama BAZNAS provinsi Sumatera utara mandatangi setiap
kantor dan perusahaan secara door to door untuk mempromosikan
program dan menggalang dana ZIS. Kedua,membentuk program khusus
untuk penggalangan dana kemanusiaan jika terjadi kasus dan bencana
seperti program peduli bencana nasional, dan sebagainya. Ketiga, dalam
rangka menjaga keberlangsungan penghimpunan dana yang telah
terkumpul, BAZNAS provinsi Sumatera utara terus menjalin hubungan
baik dengan donatur. Keempat, dalam rangka melebarkan jarigan
penggalangan dana BAZNAS provinsi Sumatera utara juga rutin
mensosialisasikan berbagai program dan produknya kepada masyarakat
luas baik melalui website,media cetak/elektronik, sepanduk,pamplet dan
sebagainya.
2. Penyaluran Dana Zakat di Baznas Provinsi Sumatera Utara
Dalam mendistribusikan dana zakat,BAZNAS Provinsi Sumatera
Utara mengelompokan delapan asnaf yang disebut dalam al-Qur‟an
menjadi dua ketegori. Empat asnaf pertama merupakan asnafnya
yang sifatnya darurat sehingga lebih diperioritaskan adalah fakir
miskin. Golongan inilah yang dianggap paling membutuhkan. Selain

10
itu kelompok fakir miskin sering kali menjadi sasaran misi tertentu dari
kalangan non muslim. Dalam pendistribusian dana zakat, ada empat
payung program yang meliputi empat bidang yaitu: kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan rescue. Dilihat dari sifatnya, program
tersebut dapat diketegorikan menjadi tiga kelompok, yaitu rescue (gawat
darurat), rehabilitas, pembangunan komunitas, selama ini BAZNAS
Provinsi Sumatera Utara mendistribusikan dana zakat yang berhasil
digalang keempat bidang diatas. Dari pengalaman BAZNAS Provinsi
Sumatera Utara memiliki keunggulan untuk mendistribusikan dana zakat
dalam program yang sifatnya perlu penanganan yang cepat, seperti
peristiwa gempa, banjir dan sebagainya.
Dalam penyaluranya dana zakat BAZNAS Provinsi Sumatera
Utara memiliki beberapa program-program tersebut secara garis besar
yaitu:
a. Bina sumut peduli terdiri dari :
1) Bantuan individu dan keluarga miskin untuk sesaat/konsumtif
2) Bantuan kepada lembaga/ormas islam.
3) Bantuan musibah/bencana alam kebakaran, banjir, gempa
bumi, dan lain sebagainya.
b. Bina sumut sehat terdiri dari :
1) Unit kesehatan kelinik
2) Klinik kesehatan dhu‟afa dengan pengobatan geratis.
3) Sunat massal.
c. Bina sumut cerdas terdiri dari :
1) Beasiswa bagi siswa-siswi tingkat sd, smp, sma.
2) Perpustakaan bazda terutama tentang zakat.
3) Perpustakaan di masjid-masjid.
d. Bina sumut makmur terdiri dari :
1) Modal bergulir bagi usaha kecil.
2) Usaha ternak di desa masjid,batang kuis.
3) Tani desa makmur, tanjung morawa.
e. Bina sumut taqwa terdiri dari :

11
1) Perogram bantuan da‟i, di desa terpencil minoritas islam.
2) Pembinaan mua‟llaf.
Disebutkan dalam Al-Qur‟an tetapi di BAZNAS Provinsi
Sumatera Utara ada 2 mustahiq yang tidak mendapatkan penyaluran
dana zakatnya yaitu, amil (pengurus) dan riqab (budak). Kedua
smustahiq ini tidak mendapatkan penyaluran dana zakat karena di
Sumatera Utara tidak ada budak dan para pengurus BAZNAS
Provinsi Sumatera Utara juga tidak mengambil haknya karena lembaga
masih membutuhkan dana untuk penyaluran yang lainnya sehingga para,
amil lebih menyerahkan hak mereka kepada yang lebih membutuhkan.
Dengan demikian dapat di katakan kegiatan pengelolaan zakat
BAZNAS Provinsi Sumatera Utara sampai sekarang ini baru mampu
menyentuh sisi pengumpulan dan pendistribusian, itupun pada umumnya
langsung didistribusikan oleh BAZNAS kepada mustahiq, akibat dari
minimnya upaya dan kegiatan pengelolaan harta zakat seperti
diuraikan di atas, maka mudah dipahami jika kinerja zakat sampai
hari ini belum mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
Zakat belum mampu memberdayakan kaum fakir dan miskin selama ini.
Besaran dana zakat yang terhimpun belum seimbang dengan hasil
dan manfaat yang didapat.
Untuk meningkatkan kinerja zakat dimasa yang akan datang
diperlukan pemikiran kreatif dan tindakan nyata dari semua pihak,
terutama Badan Amil Zakat yang telah ditunjuk dan diangkat oleh
pemerintah.
Untuk pemberian uang zakat bagi pemberdayaan ekonomi
masyarakat BAZNAS Provinsi Sumatera Utara mengeluarkannya dengan
beberapa pertimbangan yang matang dengan melakukan survei mulai
dari penghasilan rumah, dan bentuk usahanya, ini dilaukan agar uang
dari hasil zakat itu tepat guna dan dapat berputar untuk membantu yang
lainnya. Karena tujuan utama dan esensi dari zakat adalah untuk melatih
kemandirian bagi penerima dana zakat menjadikan BAZNAS Provinsi
Sumatera Utara yang tetap eksis dan melakukan pengelolaan zakat untuk

12
usaha produktif dan diharapkan setelah mereka mandiri, bisa memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dan dalam jangka panjang mereka tidak
menggantungkan hidup dari uluran tangan orang lain.
Pada dasarnya zakat harus diterima langsung oleh mustahiq. Namun
demikian, memang diperlukan suatu kebijakan dan kecermatan dalam
mempertimbangkan kebutuhan nyata dari mereka termasuk kemampuan
mereka dalam menggunakan dana zakat yang mengarah pada
peningkatan kesejahteraan hidupnya, sehingga pada nantinya yang
bersangkutan tidak menjadi mustahiqzakat tapi mungkin juga pemberi
zakat.
Jadi zakat diarahkan bukan semata-mata untuk keperluan sesaat
yang sifatnya konsumtif. Imam syafi‟i, imam nawawi menyatakan
bahwa jika mustahiqzakat yang mempunyai keterampilan atau keahlian
tertentu, misal perdagangan diberikan modal berdagang, yang punya
keterampilan menjahit, potong rambut, berkebun, petani dan lain
sebagainya diberi modal alat-alat yang sesuai dengan keahliannya.
Jumlah modal kerjanya tentu disesuaikan jenis pekerjaan dan kondisi
oang tersebut sehingga dengan modal usaha yang diberikan mungkin
mereka memperoleh keuntungan yang dapat memenuhi kebutuhan
pokok.
Selama ini zakat selalu digunakan secara konsumtif, padahal
masalah penggunannya telah diseminarkan beberapa tahun yang lalu
yang dihadiri oleh pakar Islam, tetapi realisasi rekomendasinya belum
begitu nampak dimasyarakat. Zakat seharusnya diinfestasikan dan
dijadikan modal kerja untuk membentuk badan usaha yang produktif,
sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan tarap hidup
masyarakat miskin.
Selama ini penyaluran zakat masih menggunakan pola konsumtif.
Ini tidak sejalan dengan misi dan tujuan zakat, Harus ada pembaharuan
pengelolaan zakat jadi jangan diberi mereka ikan, tetapi berikan mereka
kail.

13
Meski dalam sekala kecil, karya nyata yang ditunjukan oleh
BAZNAS Provinsi Sumatera Utara sangat membantu perkembangan
usaha perdagangan- perdagangan kecil. Dana zakat yang masuk ke
BAZNAS Provinsi Sumatera Utara disalurkan dalam bentuk pembiayaan
dan untuk mengembalikan pinjaman dipeminjaman dapat mengangsur
tiap hari, tidak dikenakan bunga, tetapi peminjam bebas untuk
memberikan kelebihan pinjaman yang berasal dari keuntungan.
Langkah yang dilakukan oleh BAZNAS Provinsi Sumatera Utara
patut dicontoh oleh lembaga lain, baik lembaga pemerintah atau lembaga
perekonomian umat lainnya. Disaat badai krisis belum berlalu usaha
kecil menengah yang secara nyata dapat bertahan belum mendapatkan
perhatian dari pemerintah padahal, keberadaan usaha kecil menengah
memberikan kontribusi yang cukup besar yaitu sekitar 40% terhadap
PDB Nasional. BAZNAS Provinsi Sumatera Utara memang
mendapatkan pelayanan yang prima bagi para muzakkinya.
BAZNAS memberikan kemudahan bagi para donatur yang ingin
memberikan dana zakatnya. Bisa melalui bank, sms, antar jemput zakat,
semangat BAZNAS memang harus diapresiasikan. Semangat BAZNAS
dalam mensosialisasikan zakat dapat dilihat pada uraian berikut.
a. Semangat Menyadarkan Umat (Spirit of Consciousness)
Semangat para amil mau tidak mau harus menjadi motor dalam
penyadaran umat atas penting dan perlunya berzakat. Hal ini
tidaklah berlebihan, karena sebenarnya idealnya penyadaran umat
ini menjadi tugas Negara melalui ketetapan hukum negara (jika
sistem pemerintahannya mengadopsi sistem pemerintah islam yang
mewajibkan bagi masyarakat untuk berzakat), namun hal itu tidak
dilakukan di indonesia karena Indonesia bukanlah Negara Islam
yang bisa memaksa bahkan memerangi bagi mereka yang
membangkang karna tidak mau membayar zakat. Oleh karena itu
jika otoritas negara tidak dalam posisi untuk melakukannya, maka
para amil dan da‟i yang memahami pentingnya berzakat bagi
pemberdayaan umat, harus menjadi motor penggerak dalam

14
penyadaran ini. Hal inilah yang dilakukan oleh BAZNAS Provinsi
Sumatera Utara dalam mempromosikan zakat, infak dan sedekah.
Fenomena unik inilah yang terjadi dalam pengembangan zakat di
negeri kita, meskipun pengembangannya terkadang harus jatuh
bangun, namun dengan keikhlasan dan semangat menyadarkan
umat membuat BAZNAS Provinsi Sumatera Utara seakan
pantang menyerah demi hadirnya civil society di negri ini.
b. Semangat Melayani Secara Profesional (spirit of profesional
services) Bayangkan bila seorang amil dapat bekerja secara sangat
profesional yang akan muncul setelah itu adalah timbulnya
kepercayaan terhadap BAZNAS Provinsi Sumatera Utara.
Kepercayaan yang tinggi terhadap lembaga yang dikelola secara
profesional pada gilirannya akan membuat gairah tersendiri dalam
menyalurkan zakat bagi para muzakki. Efek jangka
panjangnya adalah kemampuan menghimpun potensi zakat umat
islam yang luar biasa besar itu. Selanjutnya bila zakat berhasil di
kumpulkan dengan baik, dan berhasil dikelola dengan penuh
amanah, maka persoalan klasik umat yang selama ini tak kunjung
selesai, yakni hubungan harmonis si kaya dan si miskin akan
dapat dijawab dengan baik.
c. Semangat Berinovasi Membantu Mustahik (Spirit of Inovation)
Kemajuan sebuah lembaga akan bergantung pada inovasi. Ini juga
berlaku pada BAZNAS Provinsi Sumatera Utara tanpa inovasi,
lembaga ini hanya akan berkutat pada pekerjaan yang sama dari
waktu ke waktu. Oleh karena itu, BAZNAS Provinsi Sumatera
Utara memiliki orang-orang yang inovatif dalam menemukan
peluang sekecil apapun dalam memberdayakan masyarakat yang
membutuhkan . setiap BAZ besar, saat ini banyak memiliki
program-program unik dalam memikat hati muzakki. Program
unik inilah yang membuat muzakki luluh hatinya menyerahkan
dananya kepada BAZNAS Provinsi Sumatera Utara.

15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Efektivitas merupakan bentuk keberhasilan dari suatu kegiatan yang
disesuaikan dengan target atau tujuan. Dengan kata lain, suatu kegiatan dapat
dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut dapat diselesaikan pada waktu yang
tepat dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS merupakan
lembaga yang berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
BAZNAS provinsi adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri Agama yang
berwenang melaksanakan tugas pengelolaan zakat di tingkat provinsi. BAZNAS
provinsi bertanggung jawab kepada BAZNAS dan pemerintah provinsi.
BAZNAS provinsi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan zakat pada
tingkat provinsi.
BAZNAS Provinsi Sumatera Utara sudah mempunyai konsep
panduan yang jelas tentang pelaksanaan pengelolaan, dan pendistribusian zakat
berupa; tentang tata tertib pengelolaan dan pendistribusian zakat, mekanisme dan
pola pendampingan dan lain- lain secara lengkap. Pelaksanaan penyaluran zakat
yang ada di BAZNAS Provinsi Sumatera Utara sudah sesuai syariat Islam dan
ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fahrini, H. H. (2016). Efektivitas Program Penyaluran Dana Zakat Profesi Dalam


Bentuk Pemberian Beasiswa Bagi Muslim Kurang Mampu oleh Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di Kabupaten Tabanan Tahun 2015.
Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi, 7.
Hafidhuddin, D. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani.

Raharjo, M. D. (1999). Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Jakarta:


Lembaga Studi Agama dan Filsafat.

Sucahyowati, H. (2010). Manajemen Sebuah Pengantar. Jakarta: Grafindo.

Susiol, F. A. (2013). Peningkatan Efektivitas Pada Proses Pembelajaran. Jurnal


Ilmiah.

Tangklisan, H. N. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.

Umar, H. (2008). Strategic Management In Action. Yogyakarta: Kanisius.

17

Anda mungkin juga menyukai