Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKUNTANSI UNTUK ZAKAT, INFAQ DAN SODAQOH, DAN


ORGANISASI PENGELOLAHAN ZAKAT

DOSEN PEMBIMBING
Syaiful,S.E,M.M.

DISUSUN OLEH:
1. Fathima Azahro S 2103020
2. Zakiyah Khamada 2103028
3. Dewi Nurul Arofah 210302030
4. Ayu Rahmawati 210302031
5. Abiyyu Alfadhil A 210302059
6. Adindah Amelia 210302095

Program Studi: Akuntansi Sore


Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK


KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmanirrahim
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmatdan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah ini Alhamdulillah tepat pada waktunya berjudul “AKUNTANSI
UNTUK ZAKAT, INFAQ DAN SODAQOH DAN ORGANISASI
PENGELOLAHAN ZAKAT”
Makalah ini berisikan tentang informasi dasar, salah satu diantaranya yaitu
dapat memperluas pengetahuan tentang Akuntansi Syari’ah. Makalah ini juga
disusun untuk memenuhi salah satu tugas di mata kuliah Pendidikan Agama
Saya harap makalah ini dapat memberikan informasi kepada pembaca.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunanmakalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah swt. Selalu
meridhai usaha kita.

Gresik, 13 April 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….
1.3 Tujuan ...............................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Akuntansi untuk Zakat .....................................................................................
2.2. Akuntansi untuk Infaq dan Sodaqoh …………………………………………
2.3. Organisasi Pengelola Zakat .............................................................................

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kesatuan dengan mayoritas penduduknya
beragama islam. Agama Islam adalah keyakinan atau kepercayaan, yang di mana
manusia dianjurkan untuk saling menyayangi, mengasihi dan menyantuni.
Konfigurasi dari ajaran tersebut diantaranya ialah di perintahkan untuk berinfaq,
bershadaqah, dan berzakat. Diantara perintah tersebut, yang ditetapkan oleh
Allah, yang telah dijelaskan diatas, salah satunya ialah zakat, yang di mana zakat
termaksud rukun islam yang ke empat dan hukumnya wajib. Adapun dasar hukum
wajib zakat yang tertera dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 43: Artinya: Dan
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku’.
Tafsiran dari ayat tersebut ialah, tunaikanlah shalat secara sempurna
dengan melaksanakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunnah-sunnahnya.
Bayarkanlah zakat harta yang telah Allah berikan kepada kalian. Dan tunduklah
kalian kepada Allah bersama umat Muhammad ‫ صلى هللا عليه وسلم‬yang tunduk
kepada-Nya. Zakat, infaq dan sedekah sangat berperan penting dalam bagian
pemerataan pendapatan dalam mencapai perekonomian yang adil serta dalam
ajaran Islam zakat, infaq, dan sedekah merupakan bentuk bantuan bagi
perekonomian masyarakat miskin, yang dimana kemiskinan ialah salah satu
bentuk masalah yang dihadapi oleh suatu bangsa yang sedang berkembang,
termasuk negara Indonesia. Apalagi dalam kondisi saat ini, yang dimana angka
kemiskinan dan pengangguran bertambah akibat munculnya virus Covid-19 dan
menekan semua perekonomian di berbagai Negara akibat wabah tersebut.
Angka Kemiskinan di Indonesia naik selama pandemi. Institute for
Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan angka
kemiskinan di Indonesia pada periode September 2020 yakni jumlah penduduk
miskin naik 1,63 juta jiwa atau 0,56% selama masa pandemi Covid-19. Zakat,
infaq dan sedekah merupakan potensi strategis untuk menunjang perekonomian
Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Zakat Nomor 23 Tahun 2011 bagian Kelima pasal 29 ayat 1
bahwa BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan sosial keagamaan lainnya kepada
BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala. Forum Zakat bersama
dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyusun akuntansi zakat pada tahun
2007.Pada tahun 2008 IAI menyelesaikan PSAK No.109 tentang Akuntansi
Zakat. Hal ini diharapkan dapat terwujudnya keseragaman pelaporan, sehingga
publik dapat membaca laporan akuntansi Lembaga Amil Zakat serta mengawasi
pengelolaannya. Selain itu penerapan PSAK 109 ini juga bertujuan memastikan
bahwa organisasi Lembaga Amil Zakat telah memakai prinsip-prinsip syariah,
dan seberapa jauh Lembaga Amil Zakat memiliki tingkat kepatuhan
menerapkannya. PSAK 109 yang mengatur akuntansi zakat dan infaq/sedekah, di
dalamnya termuat definisi-definisi, pengakuan dan pengukuran, penyajian, serta
pengungkapan hal-hal yang terkait dengan kebijakan penyaluran hingga
operasionalisasi zakat, infaq dan sedekah. PSAK 109 yang diterbitkan oleh IAI
bertujuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dalam menjalankan syariat islam
dan untuk meningkatkan standar pelaporan keuangan pada Lembaga Amil Zakat
dan Badan Amil Zakat di Indonesia.
PSAK 109 penting untuk diterapkan karena PSAK 109 diharapkan menjadi
kunci sukses untuk lembaga pengelola zakat dalam melaksanakan dan mengelola
zakat, infaq dan sedekah. Sekaligus di dalamnya untuk memenuhi good
govermance yang meliputi transparency, responsibility, accountality, fairness,
dan independency. Akuntabilitas dan transparansi dari lembaga amil zakat, infak
dan sedekah telah diatur oleh IAI PSAK 109 dibuat untuk menyamakan bentuk
laporan transaksi zakat, infaq dan sedekah. Maka dari itu, untuk memberikan
informasi pengelolaan dan yang baik dan benar Lembaga Amil Zakat harus
menerapkan PSAK 109. Sesuai dengan peraturan BAZNAZ No. 02 Tahun 2014
BAB II Pasal 3 yang menyebutkan bahwa “Lembaga Amil Zakat harus bersedia
diaudit syariat dan keuangan secara berkala” oleh karena itu IAI membuat PSAK
109 untuk menyamakan laporan keuangan serta memudahkan dalam proses
pengauditan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah
a) Bagaimana akuntansi dalam zakat
b) Bagaimana akuntansi dalam infaq dan shodaqoh
c) Apa organisasi pengelola zakat

1.3 Tujuan
Pembuatan makalah yang berjudul "Akuntansi untuk Zakat, Akuntansi untuk
Infaq dan Shodaqah dan Akuntansi untuk pengelola Zakat" Berfungsi untuk
a) Memenuhi salah satu tugas mata kuliah akuntasi syariah
b) Memperluas wawasan pembaca tentang penerapan akuntansi dalam zakat,
infaq dan shodaqoh di organisasi pengelola zakat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi untuk Zakat


Zakat berasal dari kata Zaka yang berarti berkah, tumbuh, dan baik. Kata
Zaka dalam bahasa Arab mengandung arti Suci, tumbuh, berkah, dan Terpuji.
Zakat menurut istilah agama Islam artinya kadar harta tertentu yang diberikan
kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat (sulaiman, 1954:184).
Kata zakat dalam terminologi Alqur’an sama dengan kata sodakoh atau sedekah.
Zakat adalah salah satu rukun Islam bahkan merupakan rukun
kemasyarakatan yang paling tampak diantara sekalian rukun rukun Islam.
menurut undang undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, zakat
adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh orang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan zakat adalah
sebagian harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat (muzzaki) Kepada obyek
zakat(mustahik) apabila telah mencapai Nisbah dan sesuai dengan syariat Islam.
a. Karakteristik zakat
Dana zakat adalah dana yang dibatasi yang merupakan dana kepercayaan
yang dimaksud dibatasi adalah dibatasi dari Sisi yang mengeluarkan zakat sesuai
dengan nishab dan Haul juga dibatasi dalam penyaluran khusus kepada delapan
asnaf yang telah ditetapkan syariah.
b. Akuntansi zakat bagi LAZ (lembaga Amil zakat)
Penerapan akuntansi zakat pada lembaga Amil zakat di seluruh Indonesia
ini akan mendorong L AZ untuk berusaha lebih baik dalam mencatat laporan
keuangannya, karena dari laporan keuangan tersebut para Muzaki dapat
memperoleh informasi dan yang terpenting adalah mereka percaya bahwa dana
yang disalurkan Pada LAZ tidak disalah gunakan. oleh karena itu laporan
keuangan yang digunakan adalah akuntansi zakat yang sesuai dengan PS AK
nomor 109 yaitu akuntansi zakat bertujuan untuk mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat.
Berikut ini adalah klasifikasi akun yang dipakai oleh lembaga Amil zakat
untuk dana zakat dan Infaq atau dana yang terbatas dan untuk dana yang tidak
terbatas atau dana sodakoh.
AKTIVA LANCAR SALDO DANA ZAKAT
Kas dan Bank Infaq
Persediaan barang Zakat untuk Pihak Tertentu
Biaya dibayar dimuka Zakat Lainnya
Perlengkapan kantor Transfer dari Dana Shodaqah untuk
AKTIVA TETAP umum PENGELUARAN
Tanah Fakir dan Miskin
Bangunan Gaji dan Upah
Aktiva Tetap lainnya Muallaf

KEWAJIBAN-KEWAJIBAN Membebaskan Budak


Hutang Dagang Ghorimin
Biaya-Biaya yang Belum Dibayar Fi sabililah (berjalan dijalan Allah)
Hutang Jangka Panjang yang Jatuh Ibnu Sabil
Tempo Hutang Jangka Pendek yang Biaya Administrasi
Lainnya Hutang Jangka Panjang Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Tujuan Khusus (Bea Siswa, Masjid,
dsb).

c. Laporan keuangan Amil (pengelola zakat)


PS AK nomor 109 (2011:10) menyatakan bahwa komponen laporan keuangan
yang lengkap dari amil terdiri dari:
1. Neraca (laporan posisi keuangan
2. laporan perubahan dana
3. Laporan perubahan aset kelolaan
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
d. Laporan fungsi sosial atas LKS
Pelaporan sosial oleh perbankan Islam menjadi tapi Kutama dalam penelitian ini
karena beberapa alasan:
1. Masyarakat muslim perlu sebuah model baru perbankan Islam yang
melayani dengan Devi adil dan mudah untuk diakses
2. Telah banyak studi pada perusahaan perusahaan Barat yang fokus pada
penyampaian tanggung jawab sosial perusahaan sejak lama
2.2 Akuntansi Untuku Infaq dan Shodaqoh
a) Infaq
Dalam pernyataan standar akuntansi keuangan Nomor 109 Akuntansi Zakat,
Infaq/ Shadaqah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya,
baik yang peruntukan nya dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi. Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Infaq adalah
harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha diluar zakat untuk
kemaslahatan umum.
Dapat disimpulkan, infaq adalah sebagai harta yang dikeluarkan oleh seseorang
dengan ikhlas dengan tujuan tertentu dan tidak mengharapkan imbalan.
b) Shodaqoh
Sedekah dalam syariat Islam memiliki arti yang sama dengan infaq, akan tetapi
dalam hal cakupan berbeda, jika infaq lebih mengarah kepada pengertian materil,
sedangkan sedekah memiliki cakupan yang lebih luas menyangkut hal-hal yang
bersifat materil dan imateril. Sedekah adalah sesuatu yang diberikan dengan
tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (Parman,2012:125). Sedekah
merupakan segala pemberian atau kegiatan untuk mengharap pahala dari Allah
SWT. Sedekah bersifat sukarela tidak di wajibkan untuk mengeluarkan atau
memberikan sebagian rezekinya kepada orang lain. Sedekah memiliki arti yang
cukup luas dibandingkan dengan infaq, yaitu memiliki tiga pengertian
(Nurhayati,2015:284):
1. Sedekah merupakan pemberian kepada fakir miskin yang membutuhkan
uluran bantuan tanpa mengharapkan balas budi atau timbal balik, sedekah
bersifat sunnah.
2. Sedekah ialah sesuatu yang ma’ruf (benar dalam sudut pandang syariah)
sesuai dalam hadits Nabi Muhammah SAW “setiap kebajikan, adalah
sedekah” (HR. Muslim)
3. Sedekah dapat berupa zakat karena dalam beberapa teks AlQuran dan As
Sunnah dikatakan bahwa “sedekah pahala yang dimaksud ialah zakat”.
Berdasarkan ketiga dimensi diatas dapat disimpulkan bahwa sedekah tidak hanya
berdimensi memberikan sesuatu dalam bentuk harta namun juga bias dalam
bentuk kebajikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, seperti hadits Nabi
Muhammad SAW:
Abu Musa Al-Asyary r.a dan Nabi Muhammad SAW bersabda. “tiap-tiap muslim
haruslah bersedekah”: sahabat bertanya; “bagaimana kalau dia tidak mampu Ya
Rasulullah?”; Nabi menjawab, “Dia harus berusaha dengan kedua
tangan(tenaga)nya hingga berhasil untuk dirinya dan untuk bersedekah”; Sahabat
bertanya “ bagaimana jika dia tidak mampu”?; Nabi menjawab “menolong orang
yang memiliki kebutuhan dan keluhan” Sahabat bertanya lagi “bagaimana jika
dia tidak mampu” Nabi menjawab “dia melakukan suatu perbuatan baik atau
menahan dirinya dari perbuatan munkar(kejahatan) itu pun merupakan sedekah
baginya” . “senyum merupakan sedekah” (HR Baihaqi).
Manfaat Infaq dan Sedekah adalah sebagai berikut:
a) Mencegah datangnya bala (kesulitan)
b) Memelihara harta dari hal-hal yang tidak diinginkan
c) Mengharap keberkahan harta yang dimiliki
d) Mendekatkan diri kepada Allah SWT

2.3 Akuntansi Pengelola Zak


Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) adalah organisasi yang diberi kewenngan atau
ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola dana masyarakat. PERATURAN
PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT. Dalam Peraturan
Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
a) Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
b) Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS adalah
lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
c) Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga
yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
d) Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disingkat UPZ adalah satuan
organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulan
zakat.
e) Hak Amil adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat dimanfaatkan untuk
biaya operasional dalam pengelolaan zakat sesuai dengan syariat Islam.
f) Undang-Undang adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat.
g) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang agama.
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Baznas:
a) Pemerintah membentuk BAZNAS untuk melaksanakan pengelolaan zakat.
b) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di ibu kota
negara.
c) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan lembaga
pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri.
Untuk dapat diangkat sebagai anggota BAZNAS paling sedikit harus memenuhi
persyaratan:
a) warga negara Indonesia;
b) beragama Islam;
c) bertakwa kepada Allah SWT;
d) berahlak mulia;
e) berusia paling sedikit 40 (empat puluh) tahun;
f) sehat jasmani dan rohani;
g) tidak menjadi anggota partai politik;
h) memiliki kompetensi di bidang Pengelolaan Zakat; dan
i) tidak pernah di hukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.
Anggota BAZNAS diberhentikan apabila:
a) meninggal dunia;
b) habis masa jabatan;
c) mengundurkan diri;
d) tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus menerus;
atau
e) tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota.
Sasaran Pengelolaan Zakat adalah tercapainya Sumber Dana yang maksimal
untuk dimanfaatkan bagi Mustahiq yaitu:
a) Faqir, yaitu, orang yang tidak memiliki penghasilan dan pekerjaan
sehingga ia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Miskin, yaitu, orang yang memiliki harta dan penghasilan, namun belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri dan keluarganya.
c) Amil, yaitu orang yang ditunjuk oleh phak yang berwenang untuk
mencurahkan segenap waktu, pikiran dan tenaganya dalam mengurus
zakat.
d) Muallaf, seorang muslim yang dipandang perlu diberikan kekuatan
financial untuk menumbuhkan keteguhan hati dan loyalitasnya terhadap
Islam;
e) Riqab, yaitu seorang muslim yang berada dalam status perbudakan;
f) Gharimin, yaitu seorang muslim yang mempunyai hutang dan harus segera
membayar hutangnya namun tidak memiliki kemampuan untuk
membayarnya.
g) Fi Sabilillah, yaitu orang yang berjuang dijalan Allah
h) Ibn al-sabil, yaitu musafir yang kehabisan bekal dan biaya diperjalanannya.
Perjalanan yang dijalaninya bukan perjalanan maksiat.
Zakat meliputi zakat maal dan zakat fitrah. Zakat mal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a) emas, perak, dan logam mulia lainnya;
b) uang dan surat berharga lainnya;
c) perniagaan;
d) pertanian, perkebunan dan kehutanan;
e) peternakan dan perikanan;
f) pertambangan;
g) perindustrian;
h) pendapatan dan jasa; dan
i) rikaz.
Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan harta yang dimiliki
oleh muzaki perseorangan atau badan usaha. Zakat Profesi, Zakat Perdagangan
dan jasa, perusahaan dan pendapatan usaha lainnya seperti; Industri, Usaha
Perhotelan, Restoran, Kontraktor, Perumahan, Percetakan, periklanan, Jasa
konsultasi, Notaris, Travel Biro, Salon, Alat Transportasi, Dokter, Perbengkelan,
Pendapatan Gaji, Honorarium, Jasa Produksi, Lembur atau Jasa Profesi lainnya.
Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal, zakat fitrah dan zakat profesi diatur
dalam peraturan BAZNAS Kabupaten.
BAB III
KESIMPULAN
Kepercayaan merupakan faktor penting dalam menumbuhkan kesadaran,
kepatuhan dan motivasi masyarakat Muslim dalam menunaikan kewajiban
ZISnya melalui organisasi resmi atau formal (BAZNAS dan LAZ). Semakin
tinggi kepercayaan umat terhadap OPZ maka akan semakin tinggi pula
kesadaran, kepatuhan dan motivasi mereka untuk secara sukarela menyalurkan
ZISnya ke OPZ formal. Transparansi dan akuntabilitas merupakan faktor
penting yang dibutuhkan masyarakat untuk menumbuhkan kepercayaan mereka
kepada OPZ. Bentuk transparansi dan akuntabilitas OPZ ditunjukkan dengan
laporan keuangan ZIS yang dibuat oleh OPZ disetiap periode dan
dipublikasikan melalui berbagai media massa baik media cetak maupun
elektronik. Untuk menghasilkan suatu laporan keuangan ZIS yang baik, maka
dibutuhkan penerapan sistem akuntansi yang baik pula. Sistem akuntansi
merupakan proses akuntansi yang diawali dari identifikasi transaksi sampai
dengan penyusunan laporan keuangan. Dalam pelaksanaan proses akuntansi
dibutuhkan standar/pedoman akuntansi yang mengatur tentang pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi zakat dan infak/sedekah.
Standar akuntansi ZIS yang berlaku di Indonesia yaitu PSAK No. 109 tentang
akuntansi ZIS yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
disyahkan pada tahun 2010. PSAK ini berlaku untuk amil yakni suatu
organisasi/entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan pengukuhannya
diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan dan menyalurkan zakat dan infak/sedekah, bukan untuk entitas
syariah yang menerima dan menyalurkan ZIS tetapi bukan kegiatan utamanya.
Dengan PSAK 109 tersebut diharapkan dapat tercipta keseragaman (uniformity)
dan keterbandingan (comparability) laporan keuangan yang dibuat dan supaya
OPZ juga siap untuk diaudit oleh akuntan publik. Saat ini sebagian OPZ dalam
membuat laporan keuangan masih belum menerapkan PSAK 109, sebagian
OPZ masih menggunakan pelaporan keuangan yang sederhana sehingga bentuk
dan format pelaporan tiap OPZ menjadi berbeda-beda. Faktor penyebab belum
diterapkannya PSAK 109 di sebagian OPZ adalah kesulitan dalam
menerapkannya karena kendala sumber daya manusia yang dimiliki OPZ.
Sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan pelatihan dan
pendampingan bagi OPZ terkait penerapan PSAK 109.
DAFTAR PUSTAKA

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/19858-Full_Text.pdf
https://id.scribd.com/document/511112714/Akuntansi-Zakat-Infaq-Dan-
Shodaqoh-Final
https://id.scribd.com/document/511112714/Akuntansi-Zakat-Infaq-Dan-
Shodaqoh-Final

Anda mungkin juga menyukai