Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

AKUNTANSI TRANSAKSI ZAKAT & KEBAJIKAN

DOSEN PENGAMPU
RATNA AMBAR M, S.E., M.M.

Disusun Oleh
Kelompok 8

Bella Winda Wiguna Seleon : (201111014)


Tiara Putri Anugrah : (201111057)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YKP
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul tentang “Akuntansi
Transaksi Zakat & Kebajikan” dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Perbankan Syariah.
Dengan tersusunnya makalah ini kami dapat menambah wawasan bagi pembaca dan
juga diri kami sendiri. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya jauh lebih baik.

Yogyakarta, 2023

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
Tujuan............................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2
Dana Zakat ....................................................................................................................... 2
Pengungkapan Dana Zakat ............................................................................................... 2
Dana Kebajikan ................................................................................................................ 5
Pengungkapan Dana Kebajikan ....................................................................................... 6
Pinjaman Qordh2 .............................................................................................................. 10
Ketentuan Syar’i Transaksi Pinjaman Qardh ................................................................... 10
Uukun Transaksi Pinjaman Qardh .................................................................................. 11
Alur Transaksi Pinjaman Qardh ....................................................................................... 13
Teknis Perhitungan Pinjaman Qardh ................................................................................ 14
Pengungkapan Pinjaman Qardh ....................................................................................... 14
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 15
Kesimpulan ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam Islam sistem akuntansi penuh dengan nilai akuntabilitas, keadilan dan
kebenaran tanpa adanya mementingkan sepihak sebagai pemodal, semua berjalan
sesuai koridornya dengan melibatkan Allah SWT sehingga menguntungkan bagi semua
pihak. Standar akuntansi berbasis islam mencakup pada akuntansi perusahaan yang
tidak hanya untuk Allah tapi untuk masyarakat dan memenuhi informasi yang relevan
sesuai dengan kebutuhan spiritual dari pengambilan keputusan muslim. Laporan dana
kebajiakan dan dana zakat merupakan komponen utama laporan keuangan yang harus
disajikan oleh entitas syariah adalah laporan dana kebajikan dan laporan dana zakat.
BAZNAS sebagai suatu entitas syariah memiliki tanggung jawab lebih dari sekedar
menyusun laporan keuangan tetapi juga menunjukan kepatuhan kepada prinsip syariah.
BAZNAS dan LAZ memiliki tugas menerima, mengelola dan menyalurkan
dana dari muzakki (orang yang memberikan zakat) dalam bentuk aktivitas yang
bertujuan sosial baik aktivitas produktif atau konsumtif. BAZNAS dalam hal ini
membentuk organisasi yaitu Unit Pengumpul Zakat yang tugas utamanya adalah
mengumpulkan zakat pada tiap–tiap lembaga atau instansi baik lembaga pemerintahan,
perusahaan swasta maupun dari bank-bank syariah. Semua dana yang terhimpun akan
dikelola oleh BAZNAS.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Mengetahui definisi dana zakat dan kebajikan
2. Mengetahui transaksi terkait penghimpunan dan penyaluran dana zakat dan
kebajikan
3. Mengetahui sumber dan penggunaan dana zakat dan kebajikan
4. Hal apa saja yang harus di ungkapkan dana zakat dan kebajikan

1.3. TUJUAN
1. Perlakuan akuntansi dana kebajikan yang didalamnya terdapat dana non-halal.
2. Menganalisis penyajian dana kebajikan
3. Menganalisis pengungkapan dana kebajikan
1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Dana Zakat


2.1.1. Definisi Dana Zakat
Zakat adalah sebagian harta yang wajib dikeluarkan oleh wajib zakat (muzakki) untuk
diserahkan kepada penerima zakat (mustahiq). Pembayaran zakat dilakukan apabila nisab
dan haulnya terpenuhi dari harta yang memenuhi kriteria wajib zakat (PSAK 101 paragraf
71). Unsur dasar Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat meliputi sumber dana,
penggunaan dana, penggunaan dana selama suatu jangka waktu, serta saldo dana zakat yang
menunjukkan dana zakat yang belum disalurkan pada tanggal tertentu (paragraf 72). Dalam
hal ini, dana zakat tidak diperkenankan untuk menutup cadangan kerugian aset produktif.
Sumber dana zakat di bank syariah terdiri atas:
• Zakat dari dalam entitas bank syariah
• Dana zakat dari pihak luar entitas bank syariah (termasuk zakat dari nasabah)
Penyaluran dana zakat dibatasi pada 8 golongan (asnaf) yang sudah ditentukan oleh syariah,
yaitu:
(1) Fakir
(2) Miskin
(3) Amil
(4) Orang yang baru masuk Islam (muallaf)
(5) Hamba sahaya (riqab)
(6) Orang yang terlilit utang (ghorimin)
(7) Orang yang sedang berjihad (fisabilillah)
(8) Orang yang sedang dalam perjalanan (ibnu sabil)

2.1.2. Akuntansi Dana Zakat


Berikut akan disajikan ilustrasi kasus yang terkait dengan pengumpulan dan
penyaluran dana zakat.

2
Kasus 13.1 Transaksi Terkait Penghimpunan dan Penyaluran Dana Zakat

Pada laporan keuangan tahun 20XA, saldo dana zakat Bank Syariah Peduli adalah sebesar
Rp15.000.000. Berikut adalah transaksi yang terkait dengan dana zakat pada Bank Syariah
Peduli selama tahun 20XB.
15 Jan 20XB diterima zakat dari Bapak Rahmad secara tunai sebesar Rp3.000.000.
13 Mar 20XB diterima zakat dari Bapak Thariq secara tunai sebesar Rp12.000.000.
17 Mar 20XB disalurkan tunai dana zakat kepada masyarakat miskin sebesar
Rp12.000.000.
1 Apr 20XB diterima zakat perniagaan Bank Syariah Peduli selama tahun 20XB sebesar
Rp50.000.000.
2 Mei 20XB diterima via rekening tabungan, zakat dari jamaah pengajian BUMN sebesar
Rp10.000.000.
7 Mei 20XB disalurkan dana zakat kepada ustad yang berdakwah di pedalaman pulau
Kalimantan sebesar Rp10.500.000.
16 Ags 20XB diterima dana zakat penghasilan dari nasabah giro sebesar Rp20.000.000
via rekening nasabah.
25 Sp 20XB disalurkan tunai dana zakat kepada orang miskin Rp65.000.000.
30 Nov 20XB disalurkan tunai dana zakat kepada mualaf sebesar Rp2.000.000.
15 Des 20XB disalurkan tunai dana zakat kepada ibnu sabil sebesar Rp500.000.
27 Des 20XB ditransfer honorarium amil sebesar Rp500.000 ke rekening tabungan Bapak
Abdi petugas penyaluran bantuan dana ZIS.

3
Jurnal transaksi di atas adalah sebagai berikut.

4
2.1.3. Laporan Dana Zakat
Berdasarkan transaksi Kasus 13.1 dapat dibuat Laporan Sumber dan Penggunaan
Dana Zakat sebagai berikut untuk tahun 20XB yang dibandingkan dengan laporan tahun
sebelumnya.

Bank Syariah Peduli


Laporan Sumber dan Penggunaan Zakat
Periode 1 Januari s/d 31 Desember 20X2 dan 20X1

Keterangan Tahun 20X2 Tahun 20X1

Sumber Dana Zakat


a) Zakat dari Bank Rp 50.000.000 Rp 35.000.000
b) Zakat dari pihak luar BPRS Rp 45.000.000 Rp 45.000.000
Total sumber dana Rp 95.000.000 Rp 80.000.000

Penggunaan dana Zakat


a. Fakir (Rp 0) (Rp 0)
b. Miskin (Rp 77.000.000) (Rp 48.000.000)
c. Amil (Rp 500.000) (Rp 500.000)
d. Muallaf (Rp 2.000.000) (Rp 4.000.000)
e. Gharim (Rp 0) (Rp 0)
f. Hamba sahaya (Riqab) (Rp 0) (Rp 0)
g. Orang yg berjihad (Fisabilillah) (Rp10.500.000) (Rp 1.500.000)
h. Orang yg dalam perjalanan (Ibnu sabil) (Rp 500.000) (Rp 30.000.000)
Total Penggunaan (Rp 90.500.000) (Rp 84.000.000)

Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan Rp 4.500.000 (Rp 4.000.000)

Sumber dana Zakat pada awal tahun Rp 15.000.000 Rp 19.000.000

Sumber dana Zakat pada akhir tahun Rp 19.500.000 Rp 15.000.000

2.2. Pengungkapan Dana Zakat


Hal-hal yang harus diungkapkan terkait transaksi dana zakat antara lain:
1. Sumber dana zakat yang berasal dari internal bank.
2. Sumber dana zakat yang berasal dari eksternal bank.
3. Kebijakan penyaluran zakat.
4. Proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing entitas pengelola zakat yang
diklasifikasikan menjadi pihak berelasi dan pihak ketiga.

5
2.3. Dana Kebajikan
Definisi Dana Kebajikan
Dana kebajikan merupakan dana sosial di luar zakat yang berasal dari masyarakat
yang dikelola oleh bank syariah. Dana kebajikan biasa juga disebut dengan dana qardhul
hasan. PSAK No. 59 dan PAPSI 2003 menggunakan istilah qardhul hasan dan bukan istilah
dana kebajikan. Akan tetapi pada PSAK No. 101 dan PAPSI 2013, istilah ini diganti dengan
istilah “Dana Kebajikan”.
Akan tetapi, pada PSAK 101, istilah ini diganti dengan istilah “Dana Kebajikan”. Tidak ada
keterangan resmi alasan penggantian istilah ini dalam PSAK 101. Akan tetapi, adanya istilah
dana kebajikan memberi fleksibilitas dalam sumber maupun penggunaan dana tersebut,
mengingat istilah qardh lebih tepat digunakan untuk transaksi yang terkait dengan pinjam
meminjam tanpa bunga. Berdasarkan PSAK 101 paragraf 75, sumber dana kebajikan terdiri
atas:
• Infak
• Sedekah
• Hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku
• Pengembalian dana kebajikan produktif
• Denda
• Pendapatan non-halal
• Sumbangan/hibah1

Infak dan sedekah yang dimaksud dalam dana kebajikan adalah semua jenis infak dan
sedekah baik yang peruntukannya ditentukan secara khusus oleh pemberi infak dan sedekah
maupun yang tidak. Denda merupakan sanksi berupa uang yang dikenakan oleh bank
syariah kepada nasabah yang mampu, tetapi dengan sengaja menunda-nunda pembayaran
kewajibannya kepada bank syariah. Semua penerimaan bank syariah dari nasabah yang
merupakan denda dimasukkan ke dalam dana kebajikan.
Sumbangan atau hibah pada dasarnya merupakan salah satu bentuk sedekah sunah.
Akan tetapi, istilah sumbangan atau hibah secara terminologi dipandang universal, sehingga
dapat menampung bantuan yang mungkin berasal dari orang yang bukan beragam Islam
ataupun dari instansi dan lembaga yang cenderung memilih istilah yang umum dalam
memberikan suatu bantuan. Pendapatan non-halal merupakan sumber dana kebajikan yang

6
berasal dari transaksi bank syariah dengan pihak lain yang tidak menggunakan skema
syariah. Untuk keperluan lalu lintas keuangan, bank syariah dalam hal tertentu harus
memiliki rekening di bank konvensional. Dengan memiliki rekening di bank konvensional,
baik yang ada di dalam maupun di luar negeri, adanya bunga bank dari bank mitra
merupakan suatu yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, bunga yang diterima tersebut
tidak boleh menambah pendapatan bank syariah, tetapi dimasukkan sebagai tambahan dana
kebajikan.
Berdasarkan PSAK 101, dana kebajikan dapat digunakan untuk:
1. Dana kebajikan produktif;
2. Sumbangan; dan
3. Penggunaan lainnya untuk kepentingan umum

Akuntansi Dana Kebajikan


Berikut akan disajikan ilustrasi kasus yang terkait dengan pengumpulan dan penyaluran dana
kebajikan.

Kasus 13.2 Transaksi Terkait Penghimpunan dan Penyaluran Dana Kebajikan

Pada laporan keuangan tahun 20XA, saldo dana kebajikan Bank Syariah Peduli adalah
sebesar Rp10.000.000. Berikut adalah transaksi yang terkait dengan dana kebajikan pada
BPRS Peduli selama tahun 20XB.

5 Januari 20XB diterima infak dari Bapak Andan secara tunai Rp2.000.000
1 Februari 20XB diterima transfer dari rekening Bapak Wahyu sebagai sedekah
sebesar Rp5.000.000
7 Maret 20XB diterima transfer dari rekening Bapak Rudi sebagai denda atas
keterlambatan pembayaran angsuran murabahah sebesar Rp100.000
13 April 20XB diterima transfer dari rekening PT Antariksa sebagai sumbangan
sebesar Rp10.000.000
30 April 20XB diterima bunga dari rekening giro di Chase Manhattan Bank sebesar
Rp250.000
15 Mei 20XB disalurkan dana kebajikan sebagai sumbangan kepada Panti Asuhan
Yatim Putra Muhammadiyah secara tunai sebesar Rp10.000.000

7
11 Juni 20XB disalurkan dana Kebajikan sebagai sumbangan kepada Sekolah
Dasar Negeri 1 Sidoarjo secara tunai sebesar Rp5.000.000
12 Agustus 20XB disalurkan secara tunai dana Kebajikan untuk pinjaman Qardhul
hasan Mbah Mujir yang hendak merintis usaha pisang goreng
sebesar Rp100.000.
8 September diterima secara tunai pengembalian dana Qardhul hasan tahap 1 oleh
20XB Mbah Mujir sebesar Rp50.000.
18 Oktober disalurkan dana Kebajikan untuk pinjaman Qardhul hasan Ibu Sukini
20XB yang hendak merintis usaha pecel lele sebesar Rp500.000.
17 Desember diterima secara tunai pengembalian dana Qardhul hasan tahap 2 oleh
20XB mbah Mujir sebesar Rp50.000 dan tahap 1 oleh Ibu Sukini sebesar
Rp100.000.

Jurnal transaksi di atas adalah sebagai berikut.

8
2.3.1. Laporan Dana Kebajikan
Berdasarkan transaksi Kasus 13.2, dapat dibuat laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan untuk tahun 20XB yang dibandingkan dengan laporan tahun sebelumnya.

9
Bank Syariah Peduli
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Periode 1 Januari s/d 31 Desember 20X2 dan 20X1

Keterangan Tahun 20X2 Tahun 20X1

Sumber Dana Kebajikan


a. Infak dan Sedekah Rp 7.000.000 Rp 5.000.000
b. Denda Rp 100.000 Rp 3.000.000
c. Sumbangan/hibah Rp10.000.000 Rp 8.000.000
d. Pendapatan non-halal Rp 250.000 Rp 2.000.000
Total sumber dana Rp17.350.000 Rp18.000.000

Penggunaan dana Kebajikan


a. Pinjaman Qardhul hasan (Rp 400.000) (Rp2.000.000)
b. Sumbangan (Rp15.000.000) (Rp12.000.000)
Total Penggunaan (Rp15.400.000) (Rp14.000.000)

Kenaikan (penurunan) sumber atas penggunaan Rp 1.950.000 Rp 4.000.000

Sumber dana Kebajikan pada awal tahun Rp10.000.000 Rp 6.000.000

Sumber dana Kebajikan pada akhir tahun Rp11.950.000 Rp10.000.000

2.4. Pengungkapan Dana Kebajikan


Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Sumber dana kebajikan.
2. Kebijakan penyaluran dana kebajikan kepada masing-masing penerima.
3. Proporsi dana yang disalurkan untuk masing-masing penerima dana kebajikan yaitu
pihak berelasi dan pihak ketiga.
4. Alasan terjadinya dan penggunaan atas penerimaan non-halal.
2.5. Pinjaman Qardh2
2.5.1. Definisi dan Penggunaan
Secara terminologi, qardh berarti menyerahkan harta kepada orang yang menggunakannya
untuk dikembalikan gantinya pada suatu saat. Qardh merupakan transaksi yang diperbolehkan

Dalam PSAK 101, istilah pinjaman qardh diganti dengan istilah dana kebajikan produktif.
Menurut penulis, penggantian istilah tersebut kuranglah tepat mengingat dalam praktiknya

10
pinjaman yang diberikan tidak harus dalam bentuk usaha produktif melainkan juga dalam
pemenuhan kebutuhan dana non-produktif. Akan tetapi, terdapat di dalamnya kesepakatan
pengembalian dana tanpa adanya tambahan pendapatan yang disyaratkan di muka. Dalam hal
ini, istilah pinjaman qardh beserta hukum-hukum syar’i yang melekat pada qardh justru lebih
tepat untuk digunakan oleh syariah dengan menggunakan skema pinjam-meminjam. Akad
qardh merupakan akad yang memfasilitasi transaksi peminjaman sejumlah dana tanpa adanya
pembebanan bunga atas dana yang dipinjam oleh nasabah. Transaksi qardh pada dasarnya
merupakan transaksi yang bersifat sosial karena tidak diikuti dengan pengambilan keuntungan
dari dana yang dipinjamkan. Kendati demikian, transaksi ini juga bermanfaat bagi bank syariah
untuk memfasilitasi berbagai keperluan bank syariah dalam hal:
1. Pemenuhan tanggung jawab sosial bank syariah untuk membantu mengembangkan usaha
kecil mikro yang memerlukan dana tanpa bunga.
2. Menyalurkan dana sosial yang dihimpun oleh bank syariah baik dari sumber dana yang
sesuai dengan syariah seperti dana infak, sedekah, hibah, denda, dan lainnya maupun yang
tidak sesuai dengan syariah seperti bunga bank konvensional yang tidak dapat dihindari
terkait dengan pembukaan giro dan sebagainya di bank konvensional
3. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya
yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek, ataupun nasabah
yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik karena dananya tersimpan di
bank syariah dalam bentuk deposito (Antonio, 2001).
4. Sebagai skema khusus membantu pegawai bank syariah yang membutuhkan pinjaman untuk
kebutuhan yang bersifat insidental.
5. Pengambilalihan utang bank konvensional kepada bank syariah. Proses pengambilalihan
tersebut didahului dengan bank syariah memberikan dana qardh kepada nasabah. Dengan
dana qardh tersebut, nasabah melunasi utang konvensionalnya. Jaminan yang sudah jadi
milik nasabah kemudian dijual kepada bank syariah. Dengan hasil penjualan tersebut,
nasabah melunasi qardh kepada bank syariah. Selanjutnya, bank syariah menyewakan aset
yang telah dimilikinya tersebut kepada nasabah dengan akad al-Ijarah Muntahiya Bittamlik.
Kesemua akad dilakukan terpisah dan tidak ada mempersyaratkan satu dengan yang lain.

2.6. Ketentuan Syar’i Transaksi Pinjaman Qardh


Disyariatkannya qardh mengacu pada Alquran dan Sunah, antara lain:

11
Q.S. Al-Baqarah: 245, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak.”

Hadis riwayat Ibnu Hibban, “Setiap muslim yang memberikan pinjaman kepada
sesamanya dua kali, maka ia itu seperti orang yang bersedekah satu kali.”

Hadis riwayat Bukhari, “Berikan saja kepadanya. Sesungguhnya orang yang terbaik
adalah yang paling baik dalam mengembalikan utang.”

Ketentuan yang terkait dengan transaksi pinjaman qardh meliputi berbagai aspek antara lain:
a. Larangan mensyaratkan tambahan pengembalian atas suatu pinjaman
Dalam pinjaman qardh, tidak dibolehkan disyaratkan tambahan pengembalian atas
pinjaman tersebut. Q.S. Al-Baqarah 278-279 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.
.” Akan tetapi, asal tidak dipersyaratkan pada saat akad, orang yang meminjam boleh saja
mengembalikan lebih baik dari yang dipinjamnya (bahkan ini dianjurkan oleh rasul kepada
peminjam). Nabi pernah mengembalikan utang unta bakr dengan unta ruba’ie. Hadis
riwayat Bukhari yang artinya:
“Sesungguhnya orang yang terbaik adalah yang paling baik dalam mengembalikan utang.”
b. Larangan menunda pembayaran pinjaman bagi orang yang mampu Orang yang
meminjam tidak dibolehkan menunda pembayarannya jika dalam keadaan mampu
membayar sebagaimana disebut dalam hadis riwayat Jama’ah yang artinya: “Penundaan
pembayaran oleh orang yang mampu adalah suatu kezaliman.”
c. Perintah meringankan beban orang yang kesulitan membayar pinjaman
Upaya meringankan beban orang yang kesulitan membayar pinjaman dapat dilakukan
dalam bentuk memberikan tangguh maupun menghapus pinjaman. Perintah Allah
memberi tangguh orang yang kesulitan membayar pinjaman terdapat dalam Q.S. Al-
Baqarah (2): 280 yang artinya:
“Dan jika ia dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan.”
Sedangkan menghapus pinjaman orang yang kesulitan membayar pinjaman adalah
didasarkan pada hadis Nabi Muhammad saw. riwayat Muslim yang artinya: “Orang yang

12
melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan
kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia suka
menolong saudaranya.”
d. Pembolehan mengenakan biaya administrasi
Fatwa DSN membolehkan untuk pemberi pinjaman untuk membebankan biaya
administrasi kepada nasabah. (Fatwa Nomor 19 Tahun 2000). Dalam penetapan besarnya
biaya administrasi sehubungan dengan pemberian qardh, tidak boleh berdasarkan
perhitungan persentase dari jumlah dana qardh yang diberikan.
e. Pembolehan pengenaan sanksi pada peminjam yang mampu, tapi melalaikan
kewajibannya
Berdasarkan fatwa DSN nomor 19, disebutkan bahwa dalam hal nasabah tidak
menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan
karena ketidakmampuannya, bank syariah dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
Sanksi yang dijatuhkan dapat berupa pengadaan denda yang digunakan sebagai dana
kebajikan.

2.7. Rukun Transaksi Pinjaman Qardh


Rukun transaksi pinjaman qardh meliputi (a) transaktor, yaitu pemberi pinjaman
(muqridh) dan penerima pinjaman (muqtaridh); (b) objek qardh (mahall al-qardh) yang
berupa uang atau benda habis pakai; dan (c) ijab dan kabul yang merupakan pernyataan
kehendak para pihak yang bertransaksi.
a. Transaktor
Transaktor pada transaksi pinjaman qardh terdiri atas pemberi pinjaman (muqridh)
dan penerima pinjaman (muqtaridh). Sebagaimana pada transaksi lainnya, para pihak
yang terlibat dalam transaksi pinjaman qardh haruslah memenuhi prinsip syariah.
b. Objek qardh (mahall al-qardh) Objek qardh atau biasa disebut mahall al-qardh dapat
berupa uang atau benda habis pakai. Uang yang digunakan sebagai objek qardh oleh
bank syariah dibatasi sumbernya dari (i) bagian modal bank; (ii) keuntungan bank
yang disisihkan; dan (iii) lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran
infaknya kepada bank.
c. Ijab dan kabul Ijab dan kabul dalam transaksi pinjaman qardh merupakan pernyataan
dari kedua belah pihak yang berkontrak, dengan cara penawaran dari pemberi
pinjaman (bank syariah) dan penerimaan yang dinyatakan oleh penerima pinjaman
(nasabah). Pelafalan perjanjian dapat dilakukan dengan lisan, isyarat (bagi yang tidak
13
bisa bicara), tindakan maupun tulisan, bergantung pada praktik yang lazim di
masyarakat dan menunjukkan keridhaan satu pihak untuk meminjamkan sejumlah
dana (objek qardh) dan pihak lain untuk menerima dan melunasi pinjamannya.

2.8. Alur Transaksi Pinjaman Qardh


Transaki pinjaman qard dapat dilihat pada Figur 13.1. Alur transaksi tersebut adalah
sebagai berikut.
Alur Transaksi Pinjaman Qardh

Pertama, bank syariah melakukan evaluasi dan seleksi terhadap kelayakan nasabah
menerima pinjaman qardh. Evaluasi dan seleksi lebih dilihat pada aspek kesesuaian
nasabah dengan kriteria yang ditetapkan bagi penerima dana qardh yang bersifat
sosial. Selanjutnya kedua belah pihak menyepakati akad qardh.
Kedua, setelah akad qardh disepakati, bank syariah selanjutnya menyerahkan dana
qardh sesuai dengan yang disepakati.
Ketiga, nasabah melakukan pengembalian pinjaman qardh sebesar yang dipinjam,
baik secara langsung keseluruhan maupun angsuran.

2.9. Teknis Perhitungan Pinjaman Qardh


Dalam transaksi pinjaman qardh, terdapat beberapa perhitungan yang harus dilakukan oleh
bank syariah, yaitu:
a. Perhitungan angsuran per bulan :
Angsuran per bulan = Total Piutang Neto
Jumlah Bulan Pelunasan
Angsuran per bulan = Rp1.000.000
4

14
Angsuran per bulan = Rp250.000

b. Perhitungan biaya administrasi


Biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah dapat dihitung dengan
menggunakan persentase tertentu dari besar pinjaman. Biaya administrasi dipungut
untuk menutup beban yang dikeluarkan bank syariah untuk administrasi pembiayaan.
Biaya administrasi langsung dipungut bank pada saat akad disepakati. Dalam hal ini,
bank syariah menerapkan kebijakan biaya administrasi sebesar 1% dari pinjaman.
Dengan demikian biaya administrasi adalah sebagai berikut.
Biaya administrasi = n% × besar pinjaman
= 1% × Rp1.000.000
= Rp10.000

2.10. Pengungkapan Pinjaman Qardh


Berdasarkan PAPSI 2013 (h. 7.2) disebutkan bahwa:
Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:
1. Rincian jumlah pinjaman qardh berdasarkan sumber dana, jenis penggunaan dan
sektor ekonomi.
2. Jumlah pinjaman qardh yang diberikan kepada pihak yang berelasi.
3. Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian risiko pinjaman qardh.
4. Ikhtisar pinjaman qardh yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal,
penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas pinjaman qardh yang telah
dihapusbukukan dan pinjaman qardh yang telah dihapus tagih dan saldo akhir
pinjaman qardh yang dihapus buku.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dana zakat merupakan dana amanah yang dibayar masyarakat untuk disalurkan
kepada mustahik. Penggunaan dana adalah pengurangan sumber daya organisasi baik
berupa kas maupun non kas dalam rangka penyaluran, pembayaran beban atau,
pembayaran hutang. Sedangkan Dana Kebajikan adalah dana yang di dapat dari dana
sumbangan baik dari internal maupun eksternal. Dana yang berasal dari internal berupa
pengembalian dana kebajikan produktif, denda dan pendapatan non-halal sedangkan dana
yang bersal dari eksternal berupa infaq, shadaqah, hasil pengelolaan wakaf.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruqi, Ismail Rajhi. 1982. Islamization of Knowledge. Washington: IIIT.


AAOIFI. 2003. Accounting and Auditing and Governance Standards for Islamic Financial
Institutions. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions.
Manama, Bahrain.
Abdelgader, A.E. 1994. Accounting postulates and principles from an Islamic perspective.
Review of Islamic Economics. 3, 2, hlm. 1-18.
Adnan, M.A. dan Gaffikin. 1997. The Shariah, Islamic banks and accounting concepts and
practices. Proceedings of the International Conference 1: Accounting Commerce and
Finance: The Islamic Perspective. Sydney.
Adnan, Muhammad Akhyar, dan Labatjo, Irma H. 2006. Sejarah Akuntansi dalam Perspektif
Islam: Benarkah Luca Pacioli Bapak Akuntansi Modern? Yogyakarta: Penerbit Matan.
Al Mushlih, Abdullah dan Ash-Shawi, Shalah. 2004. Fikih Ekonomi Keuangan Islam.
Jakarta: Darul Haq
Anwar, Muhammad. 1987. “Islamic Economic Methodology”. Paper of the Seminar on
Islamic Economics. Washington.

Anda mungkin juga menyukai