BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tantangan yang dihadapi oleh setiap negara. Tingkat kesejahteraan suatu negara
undang-undang zakat ini diharapkan dapat menjadi sumber dana yang potensial
untuk kesejahteraan umum yang secara hakiki. Sehingga pemerintah pun perlu
pada ranah zakat perorangan namun juga zakat perusahaan. Namun saat ini,
pemberdayaan masih berorientasi pada zakat perorangan padahal zakat
perusahaan tentunya berpotensi ekonomis yang lebih besar. Oleh karena itu, perlu
ekonomi agar tidak hanya membangun aspek komersial tetapi juga semestinya
zakat berbasis penyisihan sebagian harta yang dimiliki seseorang untuk diberikan
yang merupakan bentuk pemerataan pendapatan ini perlu dikelola dengan baik
pola menengadahkan tangan ke atas untuk menerima dari pihak pemberi dan
kehidupan lebih baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik
B. Rumusan Masalah
Zakat?
BAB II
PEMBAHASAN
Zakat secara etimologis berasal dari kata zaka artinya, “berkah, bersih, dan
baik.” Zaka dapat pula “berarti tumbuh dan berkembang”.1 Secara terminologi,
zakat berarti “Sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan pada
disimpulkan bahwa zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap
yang bergerak di bidang pengelolaan dana zakat, infaq, dan shadaqah. Definisi
tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Mentri Agama ( KMA )
No. 373 tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang–Undang No. 38 tahun 1999 dan
Keputusan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No.
1
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadis (terj.: Salamun Harun, dkk) (Pustaka Litera Antar Nusa dan
Mizan, Bogor) h. 34.
D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Undang–Undang
No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7
menyatakan bahwa lembaga pengelolaan zakat terdiri dari dua macam, yaitu
Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil
LAZ dibetuk oleh masyarakat. Adapun susunan organisasi pengelola zakat seperti
BAZ diantaranya:
1. Badan Amil Zakat terdiri atas Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan
Badan Pelaksana.
5. Anggota pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan
2
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (2012, Ekonosia, Yogyakarta) h.
272
Adapun fungsi dan tugas pokok pengurus Badan Amil Zakat sebagai
berikut:3
a. Dewan Pertimbangan
1) Fungsi:
Pelaksana dan Komisi Pengawas dalam pengelolaan Badan Amil Zakat meliputi
2) Tugas Pokok:
Pengawas
dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus Badan Amil
Zakat
b. Komisi Pengawas
1) Fungsi
3
Ibid, 273-274
Sebagai Pengawas internal lembaga atas opersional kegiatan yang
2) Tugas Pokok
dewan pertimbangan.
c. Badan Pelaksana
1) Fungsi
2) Tugas Pokok
e) Berindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Badan Amil
opersinya tingakat regional. Namun telah diperhatikan dari sekian bnyak instansi
pemerintah dan perusahaan di Indonesia, baru beberapa instansi pemerintah dan
perusahan yang mempunyai LAZ/BAZ dan telah di kelola dengan baik. Karena
bnyak dilihat instansi maupun perusahaan mempunyai potensi yang sangat besar
stansi pemerintah dan staf perusahaan, maka tujuan tergalinya zakat sebagai
medium untuk menegaskan kemiskinan, juga dapat digunakan sebagai alat perekat
dan penghilang jarak antara yang mampu dan tidak mampu. Oleh karena itu,
kalangan PNS dan staff perusahaan, yang dapat dilakukan dengan cara:
ZISWAF.
pada saat pembayaran setiap bulannya 2,5%. Hal ini dimaksudkan untuk
5
memprmudah pelaksanaan pengumpulan zakat. setelah itu perlu adanya peran
Badan Amil Zakat yang selain profesional juga jujur. Sifat jujur dan profesional
ini sangat di perlukan bagi pengelola zaket. Oleh karenanya dalam terminology
fiqh, Amil zakat disebut Mushaddiq (yang jujur dan amanah dalam
mendistribusikan zakat). Hal ini untuk meminimalisir alasan orang yang enggan
berzakat kerena adanya kurang kepercyaan mereka kepada pengelola zakat. Dan
4
Nukthoh Arfawie Kurde, Memungut Zakat dan Infaq Profesi (2005, Pustaka Pelajar,
Yohyakarta) h. 38-39
5
Nukthoh Arfawie Kurde, Memungut Zakat dan Infaq Profesi, h.42
hal ini bisa dilakukan dengan cara pendekatan ilmiah secara insentif misalnya
diadakan seminar tentang zakat dan manfaat yang diperoleh jika berzakat, bisa
Masyarakat
Pengelolaan Zakat oleh Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat
Pengelolaan Zakat No. 38 Tahun 1999 telah memberikan arah dan mekanisme
yang jelas, jika dijalankan akan diyakini memberikan dampak yang cukup baik
terhadap pengelolaan zakat. Walaupun demikian,di sisi yang lain juga diakui
bahwa masih ada beberapa kelemahan. Arah dan kejelasan yang dimaksud yaitu
jika antara para pengelola baik BAZ maupun LAZ dapat bersinergi dengan baik
maka potensi zakat yang cukup tinggi dan bisa mencapai angka trilliunan per
tahun yang dilansir beberapa lembaga survey, maka pengumpulan potensi itu
dapat tercapai atau paling tidak mendekati angka maksimal. Namun koordinasi
dan sinergitas antar satu lembaga dengan lembaga lainnya tidak berjalan dengan
baik.
Indonesia antara lain:7 pertama, soal kelembagaan. Saat ini belum ada kejelasan
fungsi siapa sebagai regulator, siapa sebagai pengawas, dan siapa sebagai
operator. Kedua, belum ada strategic planning secara nasional baik penghimpunan
maupun pendayagunaan. Ketiga, soal mekanisme pelaporan yang hingga saat ini
6
Ibid, 42
7
CiD,DDR,Pebs-FEUI, Zakat dan Pembangunan: Era Baru Zakat Menuju Kesejahteraan
Ummat (Jakarta: 2008) h.66
belum ada mekanisme pelaporan yang jelas bagi lembaga/badan amil zakat.
Keempat, masalah hubungan zakat dan pajak. Dalam UU No. 38 Tahun 1999
bahwa sangat bagus menekankan pada kewajiban pembayaran zakat bagi umat
Islam. Jika pengaturan kewajiban ini diwadahi, tentu menjadi potensi zakat
pengelolaan ekonomi yang cukup besar. Jika Undang-Undang Zakat ini diiringi
hal yang dapat dibangun oleh senua pihak dalam memaksimalkan pengelolaan dan
zakat secara umum. 8Sehingga Badan Amil Zakat mempunyi program tentang
badan pemeriksa, agar segala kegiatan yang berkaitan dengan pengelola zakat ada
keuangan, mereka haruslah membuat laporan keuangan setiap akhir tahun sebagai
8
Adiwarman Karim,Makalah dalam seminar Zakat dan Pembangunan: Era Baru Zakat
Menuju Kesejahteraan Ummat (Graha Niaga, 2008)
pertnggung jwaban pengelolaan zakat. Oleh karena itu mereka lagi tidk berfikir
bahwa zakat itu cukup dikelola secara tradisional tanpa adanya profesional. 9
Pertama, donatur harus jelas akad dana yang diberikan apakah untuk keperluan
zakat maal atau infaq dan shadaqah sebab penyalurannya berbeda. Selanjutnya,
amil dan donatur akan melakukan ijab kabul (serah terima) dan diakhiri dengan
mendoakan donatur ZIS. Zakat adalah wajib yang artinya jika tidak ditunaikan
berdosa sementara hukum infak dan sedekah adalah sunah sehingga pemberi infak
dan sedekah akan diberi pahala lebih jika melaksanakannya. Permasalahan ini
terjadi karena kurang pahamnya donatur mengenai hukum menafkahkan harta dan
infak atau sedekah. Penyaluran dana infak dan sedekah didistribusikan pada
dakwah. Adapun penyaluran zakat ini dikontrol dengan standar yang jelas dan
harus memenuhi kriteria delapan asnaf ini, tidak boleh diperuntukkan yang lain
sebab distribusi zakat telah diatur dalam hukum Islam. Dengan kata lain zakat
9
Nukthoh Arfawie Kurde, Memungut Zakat dan Infaq Profesi, h.45
1. Fakir
tahun) yang telah bekerja tetapi hasilnya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari.
2. Miskin
Yaitu orang-orang yang masih dalam usia produktif dan masih memiliki alat
3. Amil
zakat.
4. Muallaf
Orang-orang yang baru masuk Islam atau orang-orang yang lemah imannya
5. Riqab
6. Ghorimin
7. Sabilillah
Yakni orang-orang yang dalam proses belajar agama Islam maupun umum
kepentingan fisabilillah ini adalah urutan ketujuh di antara para mustahik. Dana
beasiswa dapat pula diberikan dengan catatan masuk salah satu kategori dari
delapan asnaf tersebut. Meskipun penerimaan zakat oleh BAZNAS dan LAZ
insentif pajak berupa pemotongan persentase pajak jika memiliki NPWP. Namun,
pemerintah tidak pernah memberitahukan akan sadar zakat bagi umat Islam.
Kampanye sadar zakat justru dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat. Akibatnya,
umat Islam yang bertindak sebagai muzakki (pembayar zakat) merasa dibebani
adalah pejabat, birokrat, PNS dan masih rendahnya kepercayaan masyarakat pada
BAZNAS akibat kurangnya tata kelola pemerintahan yang bersih. Selain itu,
10
Amiruddin Inoed, Anatomi Fiqh Zakat: Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat
Sumatera Selatan (2005, Pustaka Pelajar, Yogyakarta) h. 35-38.
belum jelas pula apakah zakat yang dibayarkan masuk kas negara atau kas
BAZNAS. Jika masuk dalam kas BAZNAS artinya penerimaan zakat tidak
mendorong
dalam mendapatkan mustahik zakat. Persaingan dalam hal ini boleh diartikan
mengajak orang menunaikan rukun Islam yang ketiga yakni membayar zakat.
Persinggungan segmen pembayar zakat memang dapat terjadi namun tidak pada
segmentasi utama.
Segmen utama penarikan zakat BAZNAS adalah pada pejabat atau birokrat
berbeda dari segi mustahik, segmen penyaluran BAZNAS dan LAZ juga berbeda.
donatur zakat BAZNAS dan LAZ masih bertumpu pada zakat penghasilan
individu. Padahal secara besaran, zakat badan usaha, badan hukum, atau
perusahaan tentunya lebih besar daripada besaran zakat penghasilan pribadi. Dua
isu dalam hal zakat perusahaan ini mengenai subyek perusahaan yang wajib
membayar zakat dan mekanisme pembayaran zakat. Isu yang pertama berkenaan
dengan kategori perusahaan yang menjadi subyek zakat. Zakat hanya wajib bagi
setiap muslim. Jika diterapkan dalam konteks perusahaan, subyek zakat adalah
pemilik perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan prinsip bahwa setiap harta yang
diperoleh dari usaha apapun wajib dialokasikan sebesar 2,5% untuk zakat.
Penghasilan perusahaan dalam hal ini masuk dalam kategori zakat perniagaan
(perdagangan).
Hukum zakat dikenai pada setiap muslim. Jika dikaitkan dengan perniagaan,
perniagaan ini tentunya harus dijalankan oleh Muslim atau berbadan hukum yang
berbadan hukum yang dapat dijadikan wajib zakat dalam konteks perkembangan.
terikat pada prinsip larangan riba serta kewajiban membayar zakat. Oleh karena
itu, wajib zakat perusahaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah bank syariah.
Hal ini didasari pertimbangan bahwa bank syariah yang memiliki landasan hukum
positif yang jelas berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Selain itu, perkembangan bank syariah
yang cukup pesat di Indonesia diiringi dengan eksistensi LAZ yang dikelola oleh
Oleh karena itu, satu alasan tidak efektifnya penarikan zakat perusahaan adalah
kurang. Hal ini disebabkan regulasi pemerintah mengenai wajib zakat pun tidak
tegas dan tidak ada upaya kampanye sadar zakat. Selain itu, zakat perusahaan
yang relatif lebih besar dari zakat penghasilan individu dapat dipergunakan secara
kemiskinan.
C. Pandangan Al-Qur’an tentang Pelembagaan Zakat
berfirman:
َْق
د
ّها
ْلح من زَك
آف
Artinya:
ّاةالسرع
( )زكartinya tatkala tumbuhan sedang tumbuh merekah dan
bertambah11.
Adapun dalil-dalil yang menjadi dasar hukum wajib zakat, antara lain:12
1. Al-Qur’an
a. Surah Al- Baqarah: 43
ََّلة
الص ُوا
ِيم
وأق
َّكاة الز ُوآ
توا
مع ْكع
ُوا وار
ِع
ِين َّاك
الر
Artinya:
11
Nuruh Huda,Keuangan Publik Islami Pendekatan Teoritis dan Sejarah, (Jakarta,
Kencana, Prenada Media Groub) h. 90
12
Qardawi, Yusuf 1993. Hukum Zakat. Bogor : Litera Antar Nusa.
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku”
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
2. Hadits
Hadits Bukhori Muslim dari Ibnu Abbas r.a, sesungguhnya nabi SAW
mengutus Muadzr.a, ke Yaman, beliau bersabda, “ajaklah mereka untuk mengakui
bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mengakui bahwa akuadalah utusan Allah.
Jika mereka menerima itu, beritahukanlah bahwa Allah Azza Wa Jalla telah
mewajibkan bagi mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika ini telah
mereka taati sampaikanlah bahwa Allah telah mewajibkan zakat pada harta benda
mereka yangdipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang
miskin diantara mereka.13
D. Tujuan dan Fungsi Zakatpada Lembaga Zakat di Indonesia
berupaya agar perekonomian Islami menjadi alternatif utama. Hal ini untuk
menghindar segala praktek keuangan yang bersifat ribawi, selain itu pemanfaatan
zakat, infak, dan sedekah (ZIS) yang berasal dari umat Islam harus dikelola secara
13
Al-Bukhari, Muhammad Ismail, Shahih, h. 427
umat. Zakat sebagai rukun iman ketiga, di samping berfungsi ibadah juga
berfungsi sosial sebagai salah satu pilar ekonomi Islam. Menurut Muhammad
Abdul Mannan dalam bukunya Islamic Economics: Theory and Practice, zakat
Pada prinsip (2), (3) dan (4) menggambarkan perlunya manajemen zakat,
(manajemen industri). Dalam hal akses sumberdaya (input), masih banyak hal
dan transparan, sedang aspek pemanfaatan harus dilakukan secara terukur dan
(khususnya untuk zakat fungsi produktif). Berikutnya, hal yang tidak kalah
mustahik fakir miskin sebanyak satu persen dari jumlah masyarakat miskin di
14
Muhammad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf, (1988, UI Press.
Jakarta).
daerah maupun komunitas di Indonesia. Untuk mengembangkan kerja-kerja
Indonesia.Selama ini, potensi zakat belum dapat digalang secara maksimal dan
sosial.
luas di masyarakat.antara zakat dan SDGs akan dapat bersinergi karena keduanya
memiliki tujuan yang sama. Dari ke-17 poin tujuan SDGs, secara garis besar
yang layak, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi, energi, pertumbuhan
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat,
penyerahan harta akan berpengaruh pada pola penyaluran harta sebab zakat
zakat.