Zakat membutuhkan adanya kepastian hukum dan kejelasan regulasi yang mengaturnya. kesadaran
masyarakat dalam berzakat akan tinggi dan mempermudah akses para amil/Lembaga zakat untuk
menghimpun dan mengelola dana zakat lebih luas lagi.
5. Pendayagunaan zakat.
Pelaksanaannya melihat skala prioritas berdasarkan kondisi mustahik pada wilayah masing-
masing pengelola zakat dan bersifat produktif.
6. Mengatur tentang Pengawasan.
Pengawasan yang dilakukan Komisi Pengawas meliputi pengawasan terhadap keuangan, kinerja
BAZ dalam menerpakan uu dan prinsip-prinsip syariah. Badan Pelaksana BAZ sendiri membuat
pelaporan tahunan mengenai pelaksanaan tugasnya sesuai tingkatannya.
1. Nama Lembaga
Pada awalnya, lembaga pengelola zakat dinamakan BAZ dan diberi tambahan sesuai dengan
tingkatan wilayah operasionalnya. Tingkat nasional dinamakan BAZNAS, tingkat provinsi dan
kabupaten dinaman BAZDA dan tingkat kecamatan BAZCAM. Dalam UU yang baru lembaga ini
dinamakan BAZNAS dan diberi penjelasan sesuai dengan tingkatan wilayah operasionalnya, yaitu
BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota, sedangkan tingkat Kecamatan tidak ada
dalam ketetapan.
2. Objek zakat
Pada undang-undang baru terdapat pengembangan objek yang wajib dizakati yaitu: logam mulia
lainnya (selain emas dan perak), surat berharga lainnya (selain uang), kehutanan dan
perindustrian.
3. Susunan organisasi dan tata kerja
Pada peraturan lama susunan organisasi BAZ terdiri dari Badan Pelaksana, Dewan Pertimbangan
dan Komisi Pengawas. Undang-undang yang baru melakukan efisiensi, hanya menetapkan Badan
pengurus dengan jumlah personal sebanyak 11 orang, 8 dari unsur masyarakat dan 3 dari unsur
pemerintahan. fungsi kepengurusannya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
pelaporan terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
5. Pembiayaan
Ketentuan tentang pembiayaan merupakan pasal baru yang sebelumnya tidak diatur.
Berdasarkan ketetapan undang-undang ini, seluruh tugas BAZNAS dibiayai APBN sesuai
tingkatan wilayah operasionalnya dan hak amil yang diambil dari zakat. Biaya operarional yang
dibebankan kepada APBN meliputi :
1. Hak keuangan pimpinan BAZNAS.
2. Biaya administrasi umum,
3. Biaya sosialisasi dan koordinasi BAZNAS dengan BAZNAS tingkatan lainnya dan LAZ yang
menjadi mitranya.
Biaya-biaya operasional lain selain yang tersebut diatas dibebankan kepada hak amil, Seluruh
penggunaan hak amil dicantumkan dalam rencana kerja dan anggaran tahunan BAZNAS Provinsi
dan kabupaten yang disyahkan BAZNAS.
E. Kesimpulan