Anda di halaman 1dari 5

Nuri Ahli Taqwa_11180860000013

ZAKAT
Zakat berasal dari kata zakkaa – yuzakkii – tazkiyatan – zakaatan yang secara harfiah berarti
pertumbuhan, meningkat atau menyucikan. Untuk konteks individu, zakat berarti
meningkatkan (to improve) atau menjadikan lebih baik (to make better). Sehingga zakat juga
diinterprestasikan sebagai berkah, pertumbuhan, kebersihan, pujian dan perbaikan. Dalam
perspektif fikih, Qaradhawi (2000)

Sejarah Pengelolaan Zakat di Indonesia

Awalnya pengelolaan zakat bersifat sukarela dan berdasarkan penilaian mandiri yang
dilakukan oleh muzakki. Pemerintah mendorong umat Islam untuk membayar zakat tapi
belum ada peraturan secara resmi yang mengatur.

Pembayaran zakat yang masih belum tersistematisasi mengurangi manfaat zakat itu sendiri.
Maka dari itu pemerintah kemudian memberikan perhatian khusus pada tahun 1999, yakni
pada UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Isinya ialah penetapan Badan Amil
zakat (BAZ) sebagai badan pengelola zakat bersama dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Kemudian pada tahun 2008 pemerintah mengajukan UU No.36 Tahun 2008 yang
memperbolehkan individu maupun institusi milik umat Islam untuk memotong pembayaran
zakat dari penghasilan kena pajak mereka.

Kemudian pada tahun 2011 pemerintah mengenalkan peraturan baru yakni UU No.23 tahun
2011 mengenai peran BAZNAS sebagai badan independen yang fungsinya meliputi
merencanakan, melaksanakan, mengendalikan proses pengumpulan, penyaluran, dan
penggunaan zakat, serta melaporkan kinerja operasional pengelolaan zakat.

Kemudian tahun 2014 presiden mengeluarkan Inpres No.3 Tahun 2014 yang
memperbolehkan pengumpulan zakat dari ASN.

Struktur kelembagaan Zakat di Indonesia


Perkembangan Hingga Saat Ini

Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan antara tahun 2011 dan 2015 sebesar 25,7%

Faktor yang mempengaruhi besaran kontribusi zakat:

1. Kesadaran dan pemahaman Muzakki


2. Kepercayaan publik
3. Persepsi umum para Muzakki tentang kewajiban pembayaran zakat langsung ke
mustahiq
4. Kurangnya insentif bagi para Muzakki

Kerangka Kerja Peraturan Perundang-undangan

Secara umum UU No. 23 Tahun 2011 sebagai prinsip dasar menegenai pengeloaan zakat.
Maka dari itu untuk menghilangkan konflik kepentingan , maka fungsi Direktorat zakat
dibawah naungan KEMENAG dipindahkan ke BAZNAS. Kemudian pada pasal 15 (2) dan (3)
pada UU zakat menyebutkan bahwa pendirian divisi Provinsi dan daerah memerlukan izin
dan tindakan dari KEMENAG.

Pada pasal 34 UU Zakat memberikan kewenang kepada KEMENAG untuk mengembangkan


dan mengawasi BAZNAS di Provinsi dan area regional dan juga LAZ.kewajiban melapor
untuk kantor regional BAZNAS ditetapkan dalam pasal 71 PP No. 14 Tahun 2014.

Rekomendasi

Memperbaiki Kerangka Kerja Pengaturan

1. Meluncurkan sistem pengelolaan zakat nasional dengan cara mengubah peranan


BAZNAS dan LAZ, yakni dengan cara:
- Memperkuat fungsi BAZNAS dengan menyatukan semua fungsi yang
berhubungan dengan zakat
- BAZNAS bertanggungjawab menyusun kebijakan, panduan dan kewajiban yang
jelas untuk LAZ
- BAZNAS melanjutkan fungsinya sebagai pengatur, pengawas, dan pelaksana
zakat.
- Zakat harus dikumpukan dalam jangka waktu tiga tahun oleh BAZNAS
- AdanYa pemisahan keajiban yang jelas antara BAZNAS dan LAZ
- LAZ boleh mengumpulkan dan menyalurkan dana, namun harus melapor secara
teratur
- Semua LAZ harus menerima dana melalui rekening
- Semua LAZ harus diaudit oleh auditor
- Semua harus mendaftar pada LAZ dalam jangka waktu 12 bulan
2. Mengenalkan peraturan pelaksanaan pengelolaan zakat
- Badan penasehat dan tim pengelola BAZNAS memberikan kriteria kaelayakan
dan kepatuhan yang terperinci
- Menerapkan tanggungjawab kerahasiaan
- Menempatkan kekuatan dan kendali yang lebih besar pada BAZNAS untuk
mendaftar, mengatur, dan mengawasi LAZ
- BAZNAS melakukan publikasi laporan rinci tahunan
- Semua dana zakat harus disimpan pada rekening bank syariah
3. Memperbaiki Kerangka Kerja Tata Kelola
- Restrukturisasi kerangka kerja tata kelola Baznas
- Tes kelayakan dan kepatutan bagi tim pengelola yang direkrut
- Penyediaan dana awal dari pemerintah untuk BAZNAS
4. Membangun Kredibilitas BAZNAS dan mengembalikan kepercayaan publik
terhadap sistem pengelolaan zakat nasional
- Mengumumkan kebijakan baru pemerintah mengenai pengelolaan zakat
- Mengumumkan perubahan struktur tata kelola BAZNAS
- Fokus pada peluncuran program pengentasan kemiskinan
- Menunjukkan perkembangan nyata pada sistem pengelolaan zakat nasional
- Melaksanakan kampanye pemasaran
- Menekankan transparansi, profesionalisme, sinergi, dan efisiensi
5. Meluncurkan kampanye kesadaran nasional untuk sosialisasi zakat
- Mendidik masyarakat mengenai: persyaratan zakat, pentingnya sistem
pengelolaan zakat, legislasi terkait, dan instrumen pasar modal syariah baru yang
ditawarkan di pasar

Tujuan Rekomendasi

- Memperkuat transparansi, akuntabilitas, rasa memiliki dan profesionalisme dalam


pengelolaan Zakat;
- Meningkatkan efisiensi pengelolaan Zakat untuk mengoptimalkan manfaat bagi
Mustahiq;
- Mengembalikan kepercayaan dan keyakinan masyarakat terhadap sistem
pengelolaan Zakat nasional;
- Mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan sistem pengelolaan Zakat
nasional karena banyaknya manfaat baru yang bisa didapat;
- Mendukung industri keuangan syariah menggunakan sistem keuangan yang
komprehensif.

Dukungan Zakat Terhadap Industri Halal

- Sebagai penggerak pertumbuhan UMKM


- Meningkatkan konsumsi agregat, investasi agregat, dan pertumbuhan ekonomi
- Mendorong peningkatan produktivitas
- Mengurangi pengangguran

Peluang dan Tantangan Pengembangan Dana Zakat


Quick Wins khusus Zakat

1. Akselerasi implementasi peraturan Baznas No. 2 tahun 2018 Tentang Sertifikasi Amil
Zakat Pada tahun 2018 BAZNAS selaku regulator dalam zakat telah mengeluarkan
regulasi terkait Sertifikasi Amil Zakat pada Peraturan Baznas No. 2 tahun 2018.
Regulasi ini merupakan salah satu regulasi yang penting pada sektor dana sosial Islam
seperti zakat terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya amil zakat yang
profesional dan berkompetensi.
2. Otomatisasi zakat bagi institusi, terutama institusi yang berbasis pemerintahan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan realisasi penghimpunan
zakat di Indonesia adalah dengan memungut zakat melalui otomatisasi zakat
penghasilan dari instansi-intansi tertentu, terutama instansi berbasis pemerintahan
seperti Aparatur Sipil Negara (ASN) atau pegawai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN). Instansi-instansi lainnya yang potensial untuk dipungut zakat
penghasilannya secara otomatis adalah Lembaga Keuangan Syariah dan lembaga-
lembaga di bawah Organisasi Masyarakat Berbasis Islam.
3. Harmonisasi dan revisi regulasi terkait zakat, termasuk UU Zakat No 23/2011 dan UU
No. 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan untuk mendorong zakat sebagai tax
credit

Anda mungkin juga menyukai