100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
137 tayangan6 halaman
1. Dokumen ini menawarkan kerja sama antara Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah untuk membentuk Mitra Pengelola Zakat guna menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah;
2. Mitra Pengelola Zakat akan dibentuk berdasarkan prinsip sinergitas, kepercayaan, transparansi, dan saling menguntungkan antara kedua belah pihak;
3. Tugas dan tang
1. Dokumen ini menawarkan kerja sama antara Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah untuk membentuk Mitra Pengelola Zakat guna menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah;
2. Mitra Pengelola Zakat akan dibentuk berdasarkan prinsip sinergitas, kepercayaan, transparansi, dan saling menguntungkan antara kedua belah pihak;
3. Tugas dan tang
1. Dokumen ini menawarkan kerja sama antara Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah untuk membentuk Mitra Pengelola Zakat guna menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah;
2. Mitra Pengelola Zakat akan dibentuk berdasarkan prinsip sinergitas, kepercayaan, transparansi, dan saling menguntungkan antara kedua belah pihak;
3. Tugas dan tang
BAGI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) / UNIT JASA
KEUANGAN SYARIAH (KJKS)
Informasi : Imam Baihaqi Pemimpin Kanal Kemitraan MPZ Dompet Dhuafa Hp : 08111 922 902 Email : imam@zakat.or.id Alamat Kantor : Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Jalan Ir. H. Juanda No 50 Ciputat Indah Permai C26 Ciputat Tangerang Selatan 15419 Phone : 021 7416050 Facs : 021 7416070 Pendahuluan Perkembangan BMT (Baitul Mal Wattamwil) dari waktu ke waktu menunjukkan tren yang positif. Saat ini jumlah BMT di Indonesia ada sekitar 3.307. Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan terhadap BMT. Ada dua bagian dari BMT yang keduanya memiliki fungsi dan pengertian yang berbeda. Pertama, baitul maal merupakan lembaga penerima zakat, infak, sadaqoh dan sekaligus menjalankannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Kedua Baitul Tamwil yang merupakan lembaga keuangan yang berorientasi bisnis dengan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi masyarakat terutama masyarakat dengan usaha skala kecil. Dalam perkembangannya BMT juga diartikan sebagai Balai-usaha Mandiri Terpadu yang singkatannya juga BMT. Sebagian besar BMT banyak meletakkan fokus di Baitul Tamwil karena memang sumber keuntungan terletak di baitul tamwil. Oleh karena itu, potensi pengembangan zakat di sekitar BMT melalui pengelolaan baitul malnya masih sangat besar bila diberikan tambahan fokus. Baitul mal ini akan sangat membantu pembiayaan terhadap kaum dhuafa yang tidak mampu meminjam dengan sistem bagi hasil. Adanya Baitul Mal ini juga akan semakin memperkuat Tamwil dan juga citra BMT sebagai penolong masyarakat bawah. Dompet Dhuafa (DD) sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) ingin menghidupkan dan mengembangkan Baitul Mal di setiap BMT melalui program MPZ (Mitra Pengelola Zakat). Bersama dengan Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Dompet Dhuafa akan bersinergi dengan BMT-BMT membentuk MPZ untuk menghimpun dan menyalurkan dana Zakat, Infaq, Sedekah (ZIS) demi memaksimalkan potensi zakat yang ada di Indonesia. Tujuan Tujuan dari proposal penawaran MPZ ini antara lain : 1. Mengajak BMT untuk menjalin kemitraan sebagai MPZ Dompet Dhuafa 2. Menghidupkan Baitul Mal pada BMT yang saat ini belum banyak digarap potensinya 3. Menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai zakat ke masyarakat yang lebih luas Pembentukan MPZ KJKS A. Dasar Pembentukan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) / Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) selain menjalankan kegiatan pembiayaan atau Tamwil, dapat menjalankan kegiatan mal dan atau kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq, sodaqoh, dan wakaf. Kegiatan baitul mal (pengelolaan ZIS) oleh KJKS/UJKS dijabarkan pada Keputusan Menteri Koperasi dan UKM no 91 tahun 2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah, namun dengan Kepmen tersebut di atas KJKS belum memiliki dasar hukum yang cukup kuat dan memadahi dalam melakukan penghimpunan ZIS di masyarakat sekitar KJKS. Berdasarkan UU RI nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat menyatakan bahwa lembaga pengelolaan zakat di Indonesia terdiri dari 2 macam yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ dibentuk oleh pemerintah, sedangkan LAZ didirikan oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah melalui kementerian agama republik indonesia. Dengan adanya keputusan dirjen Bimas islam dan urusan haji nomor D/291 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat bab IV perihal pembentukan MPZ, maka KJKS/UJKS dapat bermitra dengan BAZ/LAZ untuk mendirikan MPZ. B. Prinsip Pembentukan 1. Sinergisitas Kemitraan yang dibangun berdasarkan kesamaan kepentingan dalam mengangkat ekonomi umat yang harus dikerjakan bersama-sama baik di tingkat pusat maupun daerah. Diharapkan memberikan efek penguatan kepada kedua belah pihak maupun kepada kemitraan ini, baik dari segi pencitraan, sisi fundraising, dan program penyalurannya. 2. Kepercayaan Kemitraan MPZ dengan LAZ DD dibangun dari fondasi kepercayaan sehingga hubungan kemitraan dapat berjalan dengan baik dan langgeng. Oleh karena itu, kemitraan MPZ akan dikawal dengan profesionalisme sehingga dapat dibangun mekanisme kerjasama yang menjunjung sikap dan kinerja positif. 3. Transparansi Penguatan akan lebih efektif jika dikembangkan dengan transparansi/keterbukaan karena transparansi menjadi awal dari proses akuntabilitas MPZ. 4. Saling menguntungkan a. Legalitas KJKS tidak perlu mengajukan izin kegiatan pengelolaan zakat ke kementerian agama karena secara hukum sudah sah bertindak melakukan kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat. b. Standarisasi kualitas secara manajemen dan syariah Dengan menjadi MPZ maka operasional telah distandarisasi sesuai prinsip pengelolaan zakat yang benar sesuai syariat islam, kualitas manajerial MPZ akan semakin meningkat dan berkembang dengan berbagai program peningkatan capacity building untuk pengelola MPZ yang diselenggarakan LAZ DD, dan paska pelatihan akan dilakukan sertifikasi MPZ untuk memastikan bahwa pengelola MPZ telah memiliki kompetensi yang memadahi. c. Optimalisasi pelayanan Pelayanan yang diberikan oleh MPZ kepada mustahiq maupun muzakki ke depannya akan lebih optimal dengan adanya kerjasama dan pendampingan dari LAZ DD. d. Otonomi pengelolaan MPZ mempunyai pengelolaan zakat, baik dalam hal pengumpulan maupun penyalurannya. e. Jaringan LAZ nasional Dengan bergabung sebagai MPZ, maka baitul mal KJKS memiliki jaringan nasional dan internasional yang dimiliki oleh LAZ DD.
C. Persyaratan Pembentukan 1. Memiliki legalitas Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) 2. KJKS yang memiliki Baitul Mal mengajukan surat permohonan menjadi MPZ 3. KJKS yang belum memiliki Baitul Mal harus membuat berita acara pendirian Baitul Mal dari hasil rapat anggota luar biasa yang selanjutnya menjadi lampiran untuk surat permohonan menjadi MPZ 4. Menyiapkan tenaga pengelola MPZ yang di SK kan oleh pengurus KJKS 5. Memiliki perangkat operasional yang dibutuhkan 6. Memiliki gambaran potensi muzakki di daerahnya 7. Mempunyai SDM yang bekerja fulltime dan mempunyai kriteria sebagai berikut : a. Mempunyai niat dan motivasi kuat untuk bekerja sebagai amil b. Mempunyai aqidah lurus c. Mempunyai integritas dalam hal amanah dan jujur dalam kehidupan sehari-hari d. Mempunyai pengetahuan dan pemahaman tentang fiqih zakat e. Memiliki pengalaman dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya f. Memahami dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan operasioanal MPZ g. Bersedia bekerja full time sebagai pengelola MPZ
D. Penetapan Pembentukan Setelah persyaratan tersebut di atas dilengkapi, maka selanjutnya akan dilakukan beberapa proses penetapan MPZ oleh LAZ DD sebagai berikut : 1. LAZ DD menindaklanjuti permohonan tersebut dengan melakukan evaluasi dan seleksi yang dapat dilakukan baik berdasarkan data maupun kunjungan untuk melakukan pengamatan di lapangan 2. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila KJKS sesuai dengan kriteria maka LAZ DD akan memberikan surat pengukuhan pembentukan MPZ 3. Untuk mengatur teknis operasional, dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama operasional antara LAZ DD dan MPZ 4. Alur proses pembentukan MPZ
Lampiran : 1. Foto Kantor 2. FC KTP, FC Ijazah, CV, Sertifikat Pelatihan pengurus Baitul Mal 3. Profil BMT 4. FC Anggaran Dasar 5. FC Akta Pendirian 6. Laporan Keuangan 3 bulan terkahir 7. Surat Izin Domisili BMT
Tugas dan Tanggung Jawab MPZ dan LAZ DD 1. Tugas dan Tanggung Jawab LAZ DD a. Mengesahkan dan memberhentikan MPZ b. Menjaga dan melestarikan keberlangsungan MPZ c. Membantu mensosialisasikan masyarakat untuk menunaikan zakat, infaq, sedekah, dan waqaf d. Menyetujui atau menolak program-program pendayagunaan yang diusulkan MPZ e. Menyelenggarakan pelatihan pengelolaan ZIS f. Menerima laporan pelaksanaan MPZ g. Melakukan audit pelaksanaan MPZ 2. Tugas dan Tanggung Jawab MPZ a. Bertanggung jawab akan keberlangsungan MPZ b. Mensosialisasikan, menghimpun, dan mengajak masyarakat untuk menunaikan zakat, infaq, sedekah, dan waqaf c. Menyusun program pendayagunaan yang kemudian diusulkan kepada LAZ DD untuk mendapatkan persetujuan d. Membukakan rekening giro pada bank yang ditunjuk oleh LAZ DD atas nama MPZ sebagai rekening penampungan dana ZIS e. Mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh LAZ DD dalam rangka peningkatan kemampuan MPZ f. Melakukan penghimpunan dan penyaluran dana ZIS g. Memberikan laporan penghimpunan dan pendayagunaan secara menyeluruh kepada LAZ DD Hak dan kewajiban LAZ DD dan MPZ 1. Hak dan kewajiban MPZ a. Mengajukan permohonan kerjasama pendirian MPZ kepada LAZ DD secara tertulis b. Menyepakati dan menandatangani kerjasama pendirian MPZ dengan LAZ DD c. Menentukan dan mengangkat petugas MPZ dan membentuk struktur organisasi MPZ d. Menyediakan tempat, perlengkapan, dan peralatan kantor untuk operasional MPZ e. Memasang papan nama MPZ pada tempat yang mudah dibaca f. Menerima hak amil atas dana zakat yang dihimpun yang dipergunakan untuk gaji petugas MPZ, cetak tools marketing, dan biaya operasional g. Melaporkan kegiatan penghimpunan dan penyaluran ke LAZ h. Bersama LAZ DD menghimpun dan mendayagunakan dana ZIS dan dana sosial lainnya melalui program yang disepakati LAZ DD dengan sistem pengajuan rencana program anggaran secara berkala 2. Hak dan kewajiban LAZ DD a. Memberikan dan mensosialisasikan konsep MPZ b. Melakukan verifikasi berkas pengajuan kerjasama MPZ c. Menunjuk, mengangkat, dan memberhentikan petugas MPZ dengan terlebih dahulu memberikan surat pemberitahuan d. Memberikan pendidikan, pelatihan, dan pembinaan petugas MPZ e. Memberikan sertifikasi kemitraan bagi MPZ yang telah memenuhi ketentuan LAZ DD f. Berhak mensosialisasikan perihal zakat, infaq, wakaf, dan program-program pemberdayaan yang dilakukan MPZ g. Menyetujui dan memberikan masukan atas program pendayagunaan yang diusulkan oleh MPZ h. Melakukan monitoring atas penghimpunan dan penyaluran MPZ i. Berhak mengakui hasil penghimpunan dan penyaluran ZISWAF oleh MPZ sebagai portofolio LAZ DD Organisasi MPZ 1. Organisasi Kerjasama LAZ DD dengan MPZ
2. Struktur Organisasi MPZ
Penutup Dalam kemitraan antara LAZ DD dengan KJKS sebagai MPZ, maka diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Mewujudkan pengelolaan ZIS oleh MPZ yang baik, benar, dan berkembang sesuai dengan ketentuan syariat islam 2. Meningkatkan peranan dan posisi MPZ dalam mensejahterakan umat melalui pemberdayaan 3. Menggali optimalisasi potensi ZIS untuk pemanfaatan dan pendayagunaan dalam pemberdayaan usaha mikro di lingkungan KJKS 4. Meningkatkan kepercayaan anggota dan calon anggota dalam pengelolaan zakat oleh MPZ Perjanjian Kerjasama Operasional Pendampingan dan Pelaporan