Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

RELEVANSI KONSEP BAITUL MAL DALAM EKONOMI ISLAM


PADA MASA KINI

Disusun Guna Memenuhi


Tugas Ekonomi Islam
Pengampu: Drs. Atwal Arifin, Ak, M.Si.

Disusun oleh :
Sherina Arum Pamukti

B200180426

PROGAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Magetan, 10 April 2021

Sherina Arum Pamukti


BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

II. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa maksud dari baitul mal ?
2. Apa tujuan baitul mal ?
3. Bagaimana perkembangan baitul mal di Indonesia ?
4. Apa maksud dari jizyah, dan kharaj ?

III. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Mengetahui maksud dari baitul mal.
2. Mengetahui tujuan dari baitul mal.
3. Menegtahui bagaimana perkembangan baitul mal di Indonesia.
4. Mengetahui maksud dari jizyah, dan kharaj.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Baitul Mal.
Baitul mal yaitupos yang dikhususkan untuk semua pemasukan atau pengeluaran
harta yang menjadi hak kaum muslim. Setiap harta yang menjadi hak kaum muslim,
sementara pemiliknya tidak jelas, merupakan hak Baitul Mal, bahkan yang
kepemilikannya jelas sekalipun. Apabila harta telah diambil, dengan pengembalian
tersebut, harta tersebut telah menjadi hak Baitul Mal, baik dimasukan kedalam kasnya
ataupun tidak. Sebab, Baitul mal mencerminkan sebuah pos, bukan tempat.
Setiap hak yang wajib diberikan untuk kepentingan kaum muslim berlaku untuk
Baitul Mal. Apabila diberikan dalam satu pos Baitul Mal maka harta tersebut telah
menjadi bagian dari pengeluaran Baitul Mal, baik dikeluarkan dari kasnya maupun
tidak. Swbab, harta yang diserahkan kepada para penguasa kaum muslim beserta para
pembantu mereka, atau dikeluarkan melalui tangan mereka, maka hukum baitul mal
berlaku untuk harta tersebut, baik terkait dengan pemasukan maupun pengeluarannya.

II. Tujuan Baitul Mal


Tujuan baitu mal yaitu :
Pelaksanaan layanan penghimpunan zakat, inaq, shodaqoh, dan wakaf yang
mengoptimalkan nilai bagi muzaki, munafiq, tatasadiq, dan muwafit. Kedua
terwujudnya layanann pendayagunaan ziswaf yang mengoptimalkan upaya
pemberayaan mustahiq berbasis pungutan jaringan. Dan juga terwujus=dnya
organisasi sebagai good organization yang mengoptimalkan nilai bagi stalkholder dan
menjadi benchmark bagi lembaga pengelola ZIS dan wakaf di Indonesia. Selain itu
Baitu mal juga berfungsi sebagai bendahara negara (konteks sekarang dalam
perekonomian modern disebut departemen keuangan). Tapi pada hakikatnya Baitul
Mal berfungsi untuk mengelola keuangan negara menggunakan akumulasi dana yang
berasal dari pos-pos penerimaan zakat, kharaj, jizyah, khum, fay, dan lain-lain yang
imanfaatkan untuk melaksanakan program-program pembangunan yang menjadi
kebutuhan negara.

III. Perkembangan Baitul Mal di Indonesia


BMT atau Baitul Maal wa Tamwil adalah lembaga yang bergerak dalam penyediaan
jasa layanan keuangan bagi masyarakat yang tidak terjangkau oleh layanan perbankan
atau unbankable. Sistem dan fungsi dari BMT tidak jauh berbeda dengan koperasi.
BMT juga sering disamakan dengan koperasi syariah karena BMT memegang teguh
prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan operasionalnya.
Pertumbuhan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) sejak pertama kali diperkenalkan pada
awal 2000-an hingga saat ini, terus mengalami peningkatan dan mencapai titik yang
luar biasa. Selama ini pengawasan dan pembinaan lembaga keuangan mikro syariah,
termasuk koperasi BMT berada pada dua kelembagaan yakni Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dan Kementerian Koperasi dan UMKM. Sebagian besar BMT atau lembaga
keuangan mikro di Indonesia memilih untuk berbadan hukum koperasi. Hanya
beberapa saja yang memilih pengawasan dan pembinaan di bawah OJK.
Pertumbuhan BMT cukup signifikan, di mana berdasarkan data Permodalan BMT
(PBMT) ventura sebagai asosiasi BMT di Indonesia, terdapat sekitar 4.500 BMT di
2015 yang melayani kurang lebih 3,7 juta orang dengan aset sekitar Rp16triliun yang
dikelola sekitar 20 ribu orang. Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan
UKM, menunjukkan jumlah unit usaha koperasi di Indonesia mencapai 150.223 unit
usaha, di mana terdapat 1,5 persen koperasi yang berbadan hukum.
Keberadaan BMT diharapkan mampu mendorong sektor usaha mikro dan kecil. Hal
tersebut dianggap penting karena BMT menjadi bagian penggerak perekonomian
Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia yang menjadi pengusaha sektor UMKM terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kredit yang disalurkan pun demikian. Di
2011 sebanyak Rp458,16triliun, 2012 sebesar Rp526,40triliun, 2013 sebanyak
Rp610,03triliun, 2014 sebanyak Rp671,72triliun, 2015 sebanyak Rp739,80triliun, dan
2016 sebanyak Rp781,91triliun.
Skala usaha menengah dapat mengakses kredit melalui bank, sedangkan untuk usaha
mikro dan kecil dapat memanfaatkan keberadaan koperasi atau BMT. Hal ini semakin
memperkuat fungsi BMT sebagai penolong masyarakat yang tidak terjangkau oleh
perbankan.
Pemerintah harus melihat secara nyata potensi dalam pengembangan BMT. BMT
secara nyata telah membantu ribuan masyarakat maupun pengusaha sektor usaha
mikro dan kecil. Adanya syarat agunan dalam memperoleh pinjaman di perbankan,
tidak mampu dipenuhi oleh beberapa pengusaha tersebut. Sehingga banyak usaha
mikro dan kecil yang nyaris tutup karena adanya kesulitan dalam hal permodalan.
Perhatian pemerintah kepada BMT bukan dalam bentuk permodalan, karena selama
ini BMT dikenal sebagai lembaga yang mandiri. Adanya bantuan permodalan akan
mengurangi aspek kemandirian BMT. Pemerintah bisa memberikan bantuan dalam
hal edukasi kepada para pemilik dan pegawai BMT. Edukasi tersebut meliputi
pengelolaan administrasi perkantoran, tata kerja usaha, menganalisis segmen pasar,
dan etika perusahaan.
Pemerintah juga dapat memberikan bantuan dalam hal pengembangan teknologi
berbasis IT untuk diterapkan kepada seluruh BMT di Indonesia. Hal ini dalam rangka
meningkatkan pelayanan BMT kepada nasabahnya, sehingga memberikan
kemudahan dalam mengakses informasi terbaru mengenai berbagai kegiatan di BMT
tersebut. Selain itu, penerapan teknologi berbasis IT kepada BMT juga bertujuan
dalam mempercepat konektivitas informasi antar pegawai dengan nasabah, efisiensi
waktu dan tenaga, serta dapat mengurangi jumlah pegawai. Sehingga biaya
operasional BMT dapat dihemat sebaik mungkin.
Peran BMT tidak hanya sebagai lembaga penyedia jasa keuangan selain bank, tetapi
juga berperan sebagai lembaga amil zakat, akan memperkuat keberadaan BMT di
tengah-tengah masyarakat. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, zakat nasional masih
dapat dipacu karena melihat potensi zakat di Indonesia sebesar Rp217triliun.
Apalagi realisasi penghimpunan zakat nasional masih sangat jauh dari potensinya.
Hal ini harus ditanggapi secara serius oleh para pemilik BMT untuk menyerap potensi
zakat tersebut. BMT harus jemput bola dalam pengumpulan zakat dari muzakki
sehingga hal ini tidak hanya berdampak kepada peningkatan moral BMT, tetapi juga
secara langsung, BMT ikut membantu negara dalam meningkatkan penyerapan zakat
di Indonesia.
Kemudian, BMT secara tidak langsung dapat menjadi faktor penopang perekonomian
negara. Hal ini dapat dilihat bagaimana peran BMT dalam menjangkau usaha rakyat
kecil dalam hal pembiayaan dengan menggunakan akad transaksi syariah seperti
Mudharabah dan Musyarakah. Kemudahan akses dalam memperoleh pembiayaan
tanpa agunan secara mental akan memperkuat semangat para pemilik usaha untuk
lebih giat bekerja. Jika usaha yang dibiayai tersebut berkembang besar, para pemilik
usaha akan membayar pajak kepada pemerintah. Pajak tersebut akan digunakan
dalam pembangunan infrastruktur negara serta berbagai layanan yang dimanfaatkan
oleh rakyat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran BMT sangatlah besar. Umat Muslim harus
mendukung penuh pengembangan BMT sebagai lembaga keuangan syariah berbasis
keumatan ini dalam perannnya mendukung perekonomian nasional

IV. Jizyah dan Kharaj


a. Jizyah
yaitu pajak yang dikenakan pada kalangan non muslim sebagai imbalan untuk
jaminan yang diberikan oleh suatu Negara Islam pada mereka guna melindungi
kehidupannya.9 Pada masa Rasulullah saw., besarnya jizyah satu dinar pertahun
untuk orang dewasa yang mampu membayarnya. Perempuan, anak-anak,
pengemis, pendeta, orang tua, penderita sakit jiwa dan semua yang menderita
penyakit dibebaskan dari kewajiban ini. Pembayaran tidak harus berupa uang
tunai, tetapi dapat juga berupa barang dan jasa. Sistem ini terus berlangsung
hingga masa Harun ar-Rasyid.
b. Kharaj
Yaitu sejenis pajak yang dikenakan pada tanah yang terutama dilakukan oleh
kekuasaan senjata, terlepas dari pemilik itu seorang yang di bawah umur, seorang
dewasa, seorang bebas, budak, muslim ataupun tidak beriman.
Kharaj  diperkenalkan pertama kali setelah perang Khaibar, ketika
Rasulullah saw., membolehkan orang-orang Yahudi Khaibar kembali ke
tanah milik mereka dengan syarat mau membayar separuh dari hasil
panennya kepada pemerintah Islam, yang disebut kharaj.

BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Baitu Mal yaitu suatu lembaga yang
telah mengelola pemasukan atau pengeluaran harta yang menjadi hak kaum muslim.
Sumber pemasukan baitul mal yaitu fai, ganimah, anfal, kharaj, dan jizyah. Harta lain
yang merupakan hal Baitul Mal, diletakan dan dibelanjakan untuk perluan negara dan
umat, serta ashaf, termasuk apasaja yang menjadi kebijakan negara.
Daftar Pustaka
Rahman, Hafidz Abd. 2004. Nidham al- Iqtishadi fi al-islam. Jakarta: Hizbut Tahrir
Indonesia.

Gusti, Dirga Alfakhri. 2019. https://sharianews.com/posts/menyongsong-perkembangan-


bmt-di-indonesia.

Asikin, Abdul Aziz. 2014.  GHANIMAH, FA’I. JIZYAH DAN KHARAJ. Makalah
ghanimah, fai’, jizyah dan kharaj.

Muhammad. 2007. Lembaga Ekonomi Syari’ah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai