Anda di halaman 1dari 27

PENGERTIAN DAN SEJARAH PERJALANAN KJKS/BMT

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen BMT dan
UKM
Dosen pengampu: Rini Puji Astuti, S. Kom., M.M

Disusun Oleh
Kelompok 1:
Faisal Abdillah Hasbi (E20172059)
M. Ghonim Makhtum (E20172078)
Galih Prahistiningrum (E20172981)
Shoma Arifatul Azizah (E20172094)
Anni Afifah (E20172095)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER
MARET 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat karunia dan rahmat Allah SWT, sehingga makalah


ini dapat terselesaikan, meskipun penulis yakin masih banyak kekurangan yang
memerlukan penyempurnaan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen BMT
dan UKM. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun makalah
ini menjadi yang lebih baik lagi. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan pengetahuan kepada seluruh mahasiswa khususnya dan pihak
lain pada umumnya.

Jember, 03 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian KJKS dan BMT............................................................................ 3
2.2 Sejarah Berdirinya KJKS dan BMT di Indonesia.......................................... 8
2.3 Gerakan Koperasi Syariah di Indonesia......................................................... 12
2.4 Koperasi dalam pandangan Islam................................................................... 16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 21
3.2 Saran............................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah lembaga keuangan mikro
yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, dengan menumbuh kembangkan
bisnis usaha mikro dalam rangka mengankat derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin , ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari
tokoh masyarakat setempat.
KJKS sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan mempertemukan
antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak
yang mempunyai kelebihan dana (luck of funds). Secara kelembagaan KJKS
adalah usaha ekonomi rakyat kecil yang beranggotakan orang-orang atau suatu
badan hukum berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi. Karena KJKS
berkedudukan sebagai badan hukum koperasi yang terlindungi dengan Undang-
Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang pokok perkoperasian.
Saat ini di Indonesia lembaga keuangan syariah mulai berkembang,
berbagai produk keuangan berbasis syariah kini telah menjadi fenomena
kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian. Perkembangan
sistem keuangan syariah ini ditandai dengan didirikannya berbagai lembaga
keuangan syariah dan diterbitkannya instrumen keuangan berbasis syariah.
Berawal dari berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992, kemudian
diikiuti lembaga keuangan syariah lainnya, seperti Asuransi Syariah, Pegadaian
Syariah, Pasar Modal Syariah, Reksadana Syariah, Koperasi Syariah, dll.
Tetapi, berbeda dengan lembaga keuangan konvensional dari segi umum
seperti bank, lembaga konvensional lebih maju dibanding lembaga keuangan
syariah, mengingat lembaga keuangan konvensional lebih dulu berdiri, lebih
maju, dan lebih dikenal oleh masyarakat luas. Sekarang ini lembaga keuangan
syariah mulai menunjukkan perkembangannya, terbukti dari banyaknya
kemunculan lembaga keuangan syariah di Indonesia. Tidak hanya itu, melihat
lembaga keuangan syariah banyak diminati oleh masyarakat Indonesia yang

1
mayoritas negara muslim, lembaga keuangan konvensional seperti perbankakn
sudah mulai membuka dual banking system, dimana dalam satu bank terdapat dua
sistem yaitu konvensional dan syariah.
Sejarah berdirinya koperasi syariah di Indonesia dilandasi oleh Keputusan
Menteri (Kepmen) Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 tentang petunjuk
pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah. Keputusan Menteri
ini memfasilitasi berdirinya koperasi syariah menjadi KJKS (Koperasi Jasa
Keuangan Syariah) atau UJKS (Unit Jasa Keuangan Syariah), dengan adanya
sistem ini membantu koperasi serba usaha di Indonesia memiliki unit jasa
keuangan syariah.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian dari KJKS dan BMT?
b) Bagaimana Sejarah berdirinya KJKS dan BMT di Indonesia?
c) Bagaimana Gerakan Koperasi Syariah di Indonesia?
d) Bagaimanakah Koperasi dalam pandangan Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Untuk mengetahui pengertian dari KJKS dan BMT.
b) Untuk mengetahui sejarah berdirinya KJKS dan BMT di Indonesia.
c) Untuk mengetahui gerakan koperasi syariah di Indonesia.
d) Untuk mengetahui bagaimana koperasi dalam pandangan islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 A. Pengertian KJKS


Secara bahasa koperasi berasal dari bahasa Latin “Coopere”, yang
dalam bahasa Inggris disebut Cooperation. “Co” berarti bersama dan
“Operation” berarti bekerja, jadi cooperation berarti bekerja sama. dalam
hal ini, kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama.1
Berdasarkan International Cooperative Alliance (ICA) atau
Perserikatan Koperasi Internasional dalam buku “The Cooperative
Principles” karangan P.E Weraman memberikan definisi sebagai berikut,
“koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan
untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan memenuhi kebutuhan
anggotanya dengan jalan saling membantu antara satu dengan yang lainnya
dengan cara membatasi keuntungan, usaha tersebut harus atas prinsip-
prinsip koperasi”
Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia No: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004,
berbagai pengertian berkaitan koperasi syariah, antara lain :
a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b. Koperasi jasa keuangan syariah selanjutnya disebut KJKS, yaitu
koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan,
investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
c. Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS, yaitu unit
koperasi yang bergerak dibidang usaha pembiayaan, investasi dan

1
Danang Sunyoto, Studi Kelayakan Bisnis, (Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service),
2005, hal 473

3
simpanan denga pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan
koperasi yang bersangkutan.2

B. Pengertian BMT
BMT merupakn kependekan dari Baitul Maal wa Tamwil terkadang ditulis
pula Baitul Maal wa Baitul Tamwil, dalam konteks kontemporer, BMT secara
sederhana konsep Baitul Maal diubah menjadi lembaga solidaritas sosial dan
lembaga pemberdayaan rakyat kecil untuk dapat bersaing dengan lembaga
ekonomi modern multinasional bahakan trans-internasional.3
Pengertian BMT menurut Para Ahli yaitu:
a. Menurut Karnaen A. Perwataatmadja, Baitul Mal wal Tamwil merupakan
pengembangan ekonomi berbasis masjid sebagai sarana untuk
memakmurkan masjid.4
b. Menurut Abdul Aziz dan Mariyah Ulfah Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi
hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka
mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir
miskin.
c. Baitu Mal Wal Tamwil adalah lembaga keuangan nonbank yang
beroperasi berdasarkan syariah dengan prinsip bagi hasil, yang didirikan
oleh dan untuk masyarakat di suatu tempat atau daerah.5
Jadi, Baitul Mal wa Tamwil adalah balai usaha mandiri terpandu yang
isinya berintikan bayt al-mal wa altamwil dengan kegiatan mengembangkan
usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan
ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.6

2
Ibid., hal 474
3
Slamet Mujiono, Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal Lahirnya BMT di Indonesia,
IAINU Kebumen, Jurnal lembaga keuangan dan perbankan volume 2 nomor 2, (2017).
4
Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia, (Depok:Usaha kami),
hal.17
5
Azyumardi Azra, Berdema Untuk Semua, (Jakarta:PT.Mizan Publika,2003), Hlm 236
6
PINBUK(t.t), Pedoman Cara Pembentuk BMT Balai Usaha Mandiri Terpandu, PINBUK,
Jakarta,hal.1

4
Baitul Mal wa Tamwil merupakan lembaga ekonomi atau keuangan
Syari’ah non perbankan yang sifatnya informal. Lembaga yang didirikan oleh
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga
keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya sehingga BMT
disebut bersifat informal. Selain berfungsi sebagai lembaga keuangan, BMT
juga berfungsi sebagai lembaga ekonomi (BT). Selain BMT bertugas
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada
masyarakat.BMT berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti
perdagangan,industry dan pertanian.7
BMT memiliki dua bidang kerja yaitu sebagai Lembaga Mal (Baitul Mal)
dan sebagai lembaga Tamwil ( Baitul Tamwil). Baitul Mal yang dimaksud
adalah untuk menghimpun zakat dan infak maupun sedekah dan menyalurkan
kepada pihak-pihak yang berhak dalam bentuk pemberian tunai maupun
pinjaman modal tanpa bagi hasil, yang mana Baitul Mal bersifat nirlaba
(sosial).
Sedangkan Baitul Mal artinya menghimpun dana masyarakat yang
mampu dalam bentuk saham, simpanan atau deposito dan menyalurkannya
sebagai modal usaha dengan ketentuan bagi hasil antara pemodal dan
peminjam dan BMT. BMT mengembangkan usaha- usaha produktif dan
investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha makro
dan mikro dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya. BMT menggunakan badan hukum koperasi
dan sering disebut dengan koperasi jasa keuangan syariah ( KJKS).
Keunikan BMT modern merupakan pengejawantahan prinsip-prinsip
syariah yang berlandaskan iman dan taqwa. Berdasarkan konsep syariah BMT
yang lahir memiliki kegiatan yang utama yaitu mengumpulkan kekayaan dari
berbagai sumber dari zakat,infak, sadaqah yang dapat disalurkan kepada fakir
miskin atau yang membutuhkan. Kemudian BMT sebagai pengentasan
kemiskinan melakukan kegiatan produktif dalam rangka menciptakan nilai

7
A.Djazuli dan Yadi Yanwari, Lembaga-Lembaga Perekonomi Umat Sebuah Pengenalan,
(Jakarta:Rajawali Press, 2002), hlm 184

5
tambah dan mendorong pertumbuhan ekonomi umat Islam yang berbasis
Sumberdaya Manusia Insani yang beriman dan bertaqwa.
Dalam buku panduan Pinbuk SOP SOM BMT merupakan lembaga
keuangan yang kegiatannya sebagai intermediasi untuk titipan dana yang
berasal dari zakat, infak, sadaqah, wakaf dan dana sosial lainnya, yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai syariah. Dana titipan tersebut harus
dialokasikan sesuai dengan amanta syariah. Dari konteks ini Baitul Maal yang
memiliki syariah sebagai lembaga pengelola dana sosial yang tidak
berorientasi kepada profit (nirlaba), fungsi utamanya sebagai media
ataumempertemukan antara pemeberi dana, hibah, muzaki, atau muwakif
kepada yang membutuhkan.
Baitul Maal (Rumah Harta) lembaga yang mengarah pada penerimaan
titipan dana zakat, infaq dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya
sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Baitul Tamwil (Rumah
Pengembangan Harta) melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha
mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Dari kedua definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha
Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan
prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro kecil, dalam
rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum
fakir miskin.8
BMT sebagai lombaga keuangan non bank menjalankan tugas perantara
keuangan (financial intermediary), menghimpun dana dari masyarakat yang
mempunyai kelebihan dana melalui tabungan, deposito, kemudian disalurkan
kembali kepada pihak-pihak yang membutuhkan melalui penyaluran
pembiayaan atau penyertaan modal.9
Ciri pokok atau identitas utama dari BMT :
8
Buku Diktat Basic Training KSPPS BMT Bina Ummat Sejahtera Lasem
9
Slamet Mujiono, Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal Lahirnya BMT di Indonesia,
IAINU Kebumen, Jurnal lembaga keuangan dan perbankan volume 2 nomor 2, (2017).

6
1. Sebagai lembaga berdasarkan prinsip syariah, yang aktivitas
seluruhnya tunduk kepada prinsip-prinsip dan aturan main syariah.
2. Sebagai lembaga keuangan mikro (LKM) yang menjadi motor
penggerak sektor usaha mikro dan usaha kecil (UMK). Dengan fokus
penyaluran kepada sektor UMK yang merupakan tumpuan hidup dari
mayoritas rakyat Indonesia, maka diharapkan produktifitas masyarakat
secara keseluruhan menjadi meningkat.
3. Sebagai lembaga maal yang terkait dengan fungsi maal dalam aktivitas
BMT. Fungsi maal adalah sebagai salah satu alat pemberdayaan kaum
miskin denga skema-skema tertentu yang tak berdasar perhitungan
bisnis atau keuangan.
4. Sebagai koperasi indonesia. BMT juga lembaga keuangan mikro di
Indonesia yang sejak awal kehadirannya fokus untuk melayani
kebutuhan finansial UMK.10
Tujuan dan Prinsip Utama BMT
a. Tujuan adanya BMT
Didirikannya BMT bertujuan untuk meningkatkan kualitas usaha
ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Dapat dipahami bahwa BMT berorientasi pada upaya
peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Dengan menjadi
anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui
peningkatan usahanya.11
b. Prinsip Utama BMT
Dalam melaksanakan usahanya BMT berpegang teguh pada prinsip
utama sebagai berikut :
1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan prinsip
Syariah dan Muamalah Islam ke dalam kehidupan nyata.
2) Keterpaduan, yakni nilai sepiritual dan moral mengarahkan etika
bisnis yang dinamis, progresif adil dan berakhlaq mulia.

10
Ibid.,
11
Muhammad, Manajemen…, hal. 128

7
3) Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi. Semua pengelola, pengurus dengan semua
lininya serta anggota, dibangun rasa kekeluargaan sehingga akan
tumbuh rasa saling melindungi.
4) Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar
semua elemen BMT. Antara pengelola dan pengurus harus
memiliki satu visi dan bersama-sama anggota untuk memperbaiki
kondisi ekonomi dan sosial.
5) Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik. Tidak
tergantung dengan dana-dana pinjaman tetapi senantiasa proaktif
untuk menggalang dana masyarakat sebanyak-banyaknya.
6) Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi dengan
dilandasi dengan dasar keimanan. Sikap profesionalisme dibangun
dengan semangat untuk terus belajar demi mencapai tingkat standar
kerja yang tinggi.
7) Istiqomah; konsisten, berkelanjutan tanpa henti dan tanpa putus
asa. Setelah mencapai suatu tahap, maju ketahap berikutnya dan
hanya kepada Allah berharap.12

2.2 Sejarah Perjalanan KJKS/BMT Indonesia


A. Sejarah Berdirinya KJKS di Indonesia
Koperasi berbasis islam di indonesia sudah ada sejak awal
didirikannya SDI (Serikat Dagang Islam) di Solo, Jawa Tengah. Serikat
dagang islam selanjutnya menjadi serikat islam yang cenderung bernuansa
politik. Setelah SDI mengkonsentrasikan perjuangannya di bidang Politik,
koperasi syariah tidak terdengar lagi di Indonesia, baru tahun 1990
koperasi syariah mulai muncul lagi di Indonesia.13
Kelahiran koperasi syariah di indonesia dilandasi oleh ketentuan
keputusan menteri (kepmen) koperasi dan UKM Republik Indonesia
12
Ibid., hal.130.
13
Danang Sunyoto, Studi Kelayakan Bisnis, (Yogyakarta: CAPS (Center Of Academic Publishing
service) 2005)), hal 473.

8
Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 september 2004 tentang
petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah.
Dengan adnya sistem ini, membantu koperasi serba usaha di Indonesia
memiliki Unit Jasa Keuangan Syariah.
B. Sejarah Berdirinya BMT di Indonesia
Latar belakang berdirinya BMT di Indonesia diawali dari
kemampuan perbankan sangat terbatas untuk menjangkau sektor usaha
mikro dan kecil sehingga dibutuhkan lembaga keuangan yang komersial
seperti bank yang mampu dan dapat menjangkau sektor usaha kecil dan
menengah (UMK). Lembaga keuangan formal ini belum menyentuh UMK
misalnya pedagang yang ada di pasar tradisional, pedagang kaki lima
sampai pedagang asongan yang biasanya disebut sebagai ekonomi rakyat
kecil. Apabila diperhatikan secara seksama justru presentase UMK jauh
lebih besar dari usaha-usaha menengah keatas, sehingga akan terjadi
ketimpangan pasar dalam bidang ekonomi.
Beberapa orang ada yang memperhatikan dan tersentuh dalam
usaha mikro ini, kelompok individu yang memperhatikan UMK tersebut,
individu tersebut sering dikenal di masyarakat umum sebagai rentenir.
Keberadaan rentenir itu sendiri tidak membawa kemaslahatan yang
signifikan dalam bentuk kegiatan individu tersebut, diantaranya adalah
bentuk permodalan yang dilakukan dari rentenir tersebut. Para rentenir
biasanya meminjamkan uang mereka kepada ara peminjam dengan
beberapa ketentuan yang mengikat diantaranya penentu bungan yang
tinggi dengan jangka waktu pengembalian yang sangat pendek. Sehingga
praktek ini secara tidak langsung tidak memberikan solusi akan
permasalahan ekonomi rakyat kecil, akan tetapi menambah masalah
perekonomian mereka yang sudah kompleks. Oleh karena itu dibutuhkan
instansi keuangan mikro baru yang mempunyai kompetensi baik dalam
profesionalitas dan material yang bisa mengcover kebutuhan masyarakat
akan hal itu, dan tidak menjerat mereka dalam lingkaran hutang yang
berkepanjangan.

9
BMT ini dapat diharapkan menjadi penyokong UMK
danmenggantikan praktek rentenir yang dianggap mencekik UMK dalam
jeratan hutang yang berkepanjangan itu dan dan dapat menyeimbangkan
pasaran Indonesia secara umum.
BMT secara umum telah terbukti berhasil menjadi lembaga
keuangan mikro yang andal. Kemampuannya untuk menghimpun dana
masyarakat terbilang luar biasa, mengingat mayoritas anggota dan
nasabahnya adalah pelaku usaha berskala mikro, yang selama ini tidak
diperhitungkan oleh perbankan sebagai sumber dana. Dengan
mengembangkan kemampuan menabung mereka, ketahanan masyarakat
dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat mendesak lainnya
menjadi semakin kuat.
Pada tahun 2010, telah ada sekitar 4.000 BMT yang beroperasi di
Indonesia. Beberapa diantaranya memiliki kantor pelayanan lebih dari
satu. Wilayah operasionalnya pun sudah mencakup daerah perdesaan dan
daerah perkotaan, di pulau jawa dan luar jawa.
BMT tersebut diperkirakan melayani sekitar 3 juta orang nasabah,
yang sebagian besar bergerak di bidang usaha mikro dan usaha kecil.
Cakupan bidang usaha dan profesi dari mereka yang dilayani sangat luas.
Mulai dari pedagang sayur, penarikbecak, pedagang asongan,pedagang
kelontongan, penjahit rumahan, pengrajin kecil, tukang batu, petani,
peternak, sampai dengan kontraktor dan usaha jasa yang relatif modern.
Perkembangan BMT.14
BMT pertama kali muncul adalah BMT Bina Insal Kamil (BIK) di
Jakarta yang beroperasi Juni 1992. Para penggiat BMT BIK yang
didukung oleh pihak yang peduli membentuk pusat pengkajian dan
pengembangan usaha kecil (P3UK) pada tahun 1994, P3UK sempat
membina sekitar 100 BMT di Jakarta. Kemudian adanya keterlibatan aktif

14
Tuty Sariwulan, Baitul Maal Wat Tamwil Dipandang Dari Sudut Agama, Serta Sejarah
Berdirinya Di Indonesia, Econosains, Volume X Nomor 1, hal 67, (2012).

10
Dompet Dhuafa (DD) Republika, suatu lembaga penghimpun zakat, infak,
sadaqah dan wakaf.15
Setelah studi ke BMT BIK, DD menggelar diklat sendiri : Bogor
(1994), Semarang (1994), dan Yogyakarta (1995). Selanjutnya
berkembang sekitar 60 BMT (1995) yang dibina dan dikembangkan secara
cukup serius.
Setelah itu Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (Pinbuk) didirikan
tahun 1995 oleh Ketua Umum MUI, Ketua Umum ICMI dan Dirut Bank
Muamalat Indonesia yang banyak memperkenalkan istilah BMT. PINBUK
paling giat mengadakan banyak forum ilmiah, menerbitkan buku-buku
petunjuk dan mengembangkan jaringan kerjasama . pada akhir 1990-an
dan awal 2000-an, berdiri banyak BMT, ada yang terkait P3UK dan
Pinbuk dan ada juga inisiatif dari penggiat Ormas, tokoh masyarakat,
intelektual, ulama atau dan pengusaha yang peduli termasuk dari
kelompok pengajian/tarbiyah.
Sebagian yang kini masih beroperasi dan tumbuh baik, adalah:
BMT Tamzis, Wonosobo (1992); BMT Binama, Semarang (1992), BMT
Bina Umar Sejahtera, Rembang (1995); BMT Marhamah, Wonosobo
(1995); BMT Ben Taqwa, Purwodadi (1996); BMT Fastabiq, Pati (1998),
BMT Beringharjo, Jogyakarta (2000), BMT Umar Sejahtera dan BMT
UGT Sidogiri (2000). Kemudian Berdiri berbagai asosiasi BMT daerah :
asosiasi BMT Surakarta, Asosiasi BMT Klaten, Asosiasi BMT Wonosobo,
dan asosiasi BMT Jawa Tengah. Perhimpunan BMT Indonesia, sempat
dikenal sebagai BMT Center, didirikan di Jakarta (14 Juni 2005), dan
Asosiasi Baitul Maal Wat Tamwil Se-Indonesia (ABSINDO) berdiri pada
bulan Desember 2005 yang diprakarsai oleh 12 BMT. Saat deklarasi 14
Juni 2005 di Jakarta, bersamaan dengan acara Sharia Micro Finance
Summit 2005disetujui 96 BMT, sampai Januari 2012 terdapat 195 BMT.
Pada Musyawarah Nasional kedua, April 2010 di Jakarta menetapkan

15
Slamet Mujiono, Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal Lahirnya BMT di
Indonesia, IAINU Kebumen, Jurnal lembaga keuangan dan perbankan volume 2 nomor 2, (2017).

11
Jularso sebagai Ketua Umum DPP periode 2010-2015. Pertemuan tahunan
(summit) para manajer puncak dan pengurus BMT: di Wisma Syahida
IAIN Jakarta (2009), di Hotel Bidakara Jakarta (2010), di Jakarta dan
Kuala Lumpur (2011). Total asset para anggota: Rp 364 milyar (2005, 96
BMT), Rp 458 miliar (2006), Rp 695 milyar (2007), Rp 1 trilyun (2008),
Rp 1,6 trilyun (2009), Rp 2,6 trilyun (2010), dan Rp 3,6 trilyun
(2011m187 BMT) (Yusrialis,2013).
Dalam pertumbuhan dan penguatan kelembagaannya para penggiat
pun selalu berupaya mengedepankan berbagai identitas ke Islaman dalam
operasionalnya, termasuk dalam proses dan kinerja sebagai badan usaha
yang melaksanakan prinsip-prinsip syariah. Secara penamaan, lembaga
maupun produk-produknya, mengesankan citra Islami. Konsekuensi logis
dari semua itu, BMT harus bertanggungjawab untuk istiqamah terhadap
jati diri yang demikian. Tidak saja kepada stakeholder yang bersifat
sosiologis, melainkan juga bertanggung jawab dana amanah dari sang
khaliq.

2.3 Gerakan Koperasi Syariah di Indonesia


Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) terdiri dari dua kelompok lembaga,
yakni lembaga keuangan berbentuk bank dan lembaga keuangan berbentuk
bukan bank. Lembaga keuangan yang berbentuk bank mencakup Bank
Umum Syari’ah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS).
Sedangkan lembaga keuangan yang bukan berbentuk bank adalah Unit
Usaha Syari’ah (UUS) dan Bait al Maal wa al Tamwil (BMT).16
Berawal dari lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) sebagai sentral
perekonomian yang bernuansa Islam, maka bermunculan lembaga-lembaga
keuangan yang lain. Yaitu ditandai dengan tingginya semangat bank
konvensional untuk mendirikan lembaga keuangan Islam yaitu bank

16
Hadin Nuryadin, BMT dan Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan Syari’ah, (Bandung:
Pustaka Bani Quraisy, 2004), hlm. 159-160.

12
syari’ah.17 Tetapi karena operasionalisasi bank syari’ah di Indonesia kurang
menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha
untuk mendirikan lembaga keuangan mikro seperti BPR syari’ah dan BMT
yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasioanalisasi di daerah-
daerah.
Perkembangan BMT cukup pesat, hingga akhir 2001 PINBUK (Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) mendata ada 2938 BMT terdaftar dan 1828
BMT yang melaporkan kegiatannya.18 Sampai dengan tahun 2003, jumlah
BMT yang berhasil diinisiasi dan dikembangkan sebanyak 3.200 BMT dan
tersebar di 27 propinsi. Perkembangan tersebut membuktikan bahwa BMT
sangat dibutuhkan masyarakat kecil dan menengah. Karena BMT didaerah
sangat membantu masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi
yang saling menguntungkan dengan memakai sistem bagi hasil.
Di samping itu juga ada bimbingan yang bersifat pemberian pengajian
kepada masyarakat dengan tujuan sebagai sarana transformatif untuk lebih
mengakrabkan diri pada nilai- nilai agama Islam yang bersentuhan langsung
dengan kehidupan sosial masyarakat.19
Menurut pandangan ulama, koperasi (syirkah ta’uwuniyah) dalam Islam
adalah menggunakan akad musyarakah, yakni suatu perjanjian kerja sama
antara dua orang atau lebih, di satu pihak menyediakan modal usaha,
sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharing menurut
perjanjian, dan di antara syarat sah musyarakah itu ialah keuntungan setiap
tahun dengan persentase tetap kepada salah satu pihak dari musyarakah
tersebut.
Koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi
menghimpun dana masyarakat. Dana yang telah terhimpun, kemudian
disalurkan kembali kepada masyarakat. Dalam menjalankan dua aktivitas

17
Ahamad Sumiyanto, Menuju Koperasi Modern (Panduan untuk Pemilik, Pengelola dan
Pemerhati Baitul maal wat Tamwii dalam format Koperasi), (Yogyakarta: Debeta, 2008), hlm. 23.
18
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yoyakarta:
Ekonosia, cet. ke-2, (2007), hlm. 98.
19
Ahmad Sumiyanto, Menuju Koperasi Modern (Panduan untuk Pemilik, Pengelola dan
Pemerhati Baitul maal wat Tamwii dalam format Koperasi), hlm. 24.

13
besar tersebut, koperasi harus menjalankan sesuai dengan kaidah-kaidah
yang berlaku, utamanya adalah kaidah transaksi dalam pengumpulan dan
penyaluran dana menurut Islam serta tidak bertentangan dengan tujuan
koperasi. Seperti yang terkutip dalam pasal 3 UU RI Nomor 25 tahun 1992
tentang perkoperasian “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945” Koperasi sebagai Lembaga Keuangan (non
Bank) yang menggunakan prinsip syari’ah sangat sesuai dengan konsep
Lembaga Keuangan Menurut al-Qur’an, walaupun dalam al-Qur’an tidak
menyebut konsep Lembaga Keuangan secara eksplisit, namun al-Qur’an
telah sejak lama memberikan aturan dan prinsipprinsip dasar yang menjadi
landasan bagi Pembentukan Organisasi Ekonomi modern. Seperti konsep
pencatatan (Akuntansi dalam istilah ekonomi modern), baik laporan
keuangan (rugi laba perubahan Modal dan Administrasi bisnis yang lain)
secara jelas telah diatur dalam al-Qur’an.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
memberikan pengertian bahwa Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau
koperasi jasa keuangan syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya
bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi
hasil (syariah).20 Dengan demikian semua BMT yang ada di Indonesia dapat
digolongkan dalam KJKS, mempunyai payung Hukum dan legal kegiatan
operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan perundangundangan yang
berlaku.
Keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 91/kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang
petunjuk pelaksanaan kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah

20
Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah, hlm. 456.

14
merupakan realisasi yang tumbuh subur dalam masyarakat ekonomi
Indonesia terutama dalam lingkungan. Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah. Kenyataan itu membuktikan bahwa sistem ekonomi syariah
dapat diterima dan diterapkan dalam masyarakat Indonesia bahkan
mempunyai nilai positif membangun masyarakat Indonesia dalam kegiatan
ekonomi sekaligus membuktikan kebenaran hukum ekonomi syariah
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan sistem ekonomi komunis
maupun ekonomi kapitalis. Indonesia yang masyarakatnya mayoritas
beragama Islam adalah lahan subur untuk berkembangnya ekonomi syariah.
Semakin tinggi kualitas kemampuan seseorang dan integritas diniyahnya
akan semakin tertarik untuk menerapkan sistem ekonomi syariah dari pada
yang lain. Hal ini disebabkan oleh panggilan hati nurani dan semangat jihad
yang membakar keteguhan jiwanya memperjuangkan ajaran agama dalam
segala unsur dunia.
Praktek usaha Koperasi yang dikelola secara syari’ah telah tumbuh dan
berkembang di masyarakat serta mengambil bagian penting dalam
memberdayakan ekonomi masyarakat. Di masyarakat telah bermunculan
BMT yang bernaung dalam kehidupan payung hukum koperasi. Hal inilah
yang mendorong Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
untuk menerbitkan Surat Keputusan Nomor 91/kep/MKUKM/IX/2004.

Koperasi syari’ah menegakkan prinsip-prinsip ekonomi Islam, sebagai


berikut:
a. Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun
secara mutlak.
b. Manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan ketentuan
syariah.
c. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur dimuka bumi.
d. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi dan
pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok
orang saja.

15
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan koperasi syariah sesuai
dengan keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Bab II Pasal 2, tujuan pengembangan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit
Jasa Keuangan Syariah:
a. Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan
usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem syariah.
b. Mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro,
kecil, dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada umumnya.
Meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam
kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

2.4 Koperasi dalam Pandangan Islam


Institusi keuangan belum dikenal secara jelas dalam sejarah islam.
Namun prinsip-prinsip pertukaran dan pinjam-meminjam sudah ada banyak
terjadi pada zaman Nabi SAW bahkan sebelumnya. Tidak dipungkiri bahwa
kemajuan pembangunan ekonomi dan perdagangan, telah mempengaruhi
lahirnya institusi yang berperan dalam lalu lintas keuangan. Para pedangan
dan pengusaha sudah tidak mungkin lagi mengurusi keuangannya secara
sendiri.
Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan
pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan
kebutuhan investasi yang membutuhkan modal besar yang tidak mungkin
dipenuhi tanpa bantuan lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan
tumpuan bagi para pengusaha untuk mendapatkan tambahan modalnya
melalui mekanisme kredit dan menjadi tumpuan investasi melalui
mekanisme saving.sehingga lembaga keuangan telah memainkan peranan
yang sangat besar dalam mendistribusikan sumber-sumber daya ekonomidi
kalangan masyarakat, meskipun tidak sepenuhnya dapat mewakili
kepentingan masyarakat yang luas.

16
Al-Qur’an tidak menyebut konsep lembaga keuangan secara eksplisit.
Namun penekanan tentang konsep organisasi sebagaimana organisasi
keuangan telah terdapat dalam Al-Qur’an. Konsep dasar kerjasama
muamalah dengan berbagai cabang-cabang kegiatannya mendapat perhatian
yang cukup banyak dalam Al-Qur’an. Khusus tentang urusan ekonomi, Al-
Qur’an memberikan aturan-aturan dasar, supaya transaksi ekonomi tidak
sampai melanggar norma/etika. Lebih jauh dari itu, transaksi ekonomi dan
keuangan lebih berorientasi pada keadilan dan kemakmuran umat.
Konsep organisasi atau lembaga sesungguhnya sudah dikenal sejak
sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul. Darun Nadwah, sebuah
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat jahiliyyah dan berfungsi untuk
merembuk masalah-masalah kemasyarakatan. Organisasi ini mirip dengan
Dewan Perwakilan Rakyat. Karena didalamnya berkumpul para tokoh dan
perwakilan suku. Mereka saling bertukar pikiran dan berdiskusi untuk
mencapai titik kesepakatan.
Kemudian pada awal penyebaran Islam Rasulullah membentuk Darul
Arqom. Yakni organisasi dakwah yang didalamnya dilakukan pengkaderan
secara intensif untuk membentuk pribadi muslim yang tangguh.kemudian
dengan masjid Quba dan selanjutnya masjid Nabawi yang kemudian
menjadi sentral pemerintahan.
Pendirian Baitul Maal (rumah dana), merupakan lembaga bisnis dan
sosial pertama yang dibangun oleh Nabi. Lembaga ini sebagai tempat
penyimpanan.21
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam sistem perekonomian
islam adalah akad atau perjanjian. Akad ini menjadi bagian penentu setiap
transaksi ekonomi. Diantara masalah ekonomi adalah koperasi atau yang
disebut dengan syirkah/ syarikah. Syirkah merupakan salah satu institusi
tertua yang hingga sekarang masih eksis dan dipraktikkan oleh masyarakat

21
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wat Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press,
2014), hal 47

17
muslim. Syirkah secara bahasa berarti al-ikhtilat yang artinya adalah
campur atau percampuran.22
Dapat pula diartikan sebagai persekutuan dua atau lebih sehingga
masing- masing sulit dibedakan, misalnya persekutuan hak milik atau
perserikatan usaha.23
sedangkan menurut istilah ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh
ulama sebagai berikut:
a. Menurut ulama Hanafiah
Syirkah adalah akad antara dua orang yang berserikat pada pokok harta
(modal) dan keuntungan”.
b. Menurut ulama Malikiyah
Syirkah adalah izin untuk bertindak secara hukum bagi kedua orang
yang bekerjasama terhadap harta mereka.
c. Menurut Hasby as- Shiddiqie
Syirkah adalah Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk
saling tolong menolong dalam satu usaha dan membagi keuntungannya”.24
Jika diperhatikan dari tiga defenisi diatas sesungguhnya perbedaan
hanya bersifat redaksional, namun secara esensial prinsipnya sama yaitu
bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha dan
konsekuensi keuntungan dan kerugiannya ditanggung secara bersama.
Koperasi merupakan perkumpulan yang beranggotakan orang- orang
atau badan- badan yang memberikan kebebasan untuk masuk keluar
sebagai anggota, kerjasama dilakukan secara kekeluargaan, dan usaha
dijalankan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Nilai-nilai yang
terkandung dalam koperasi adalah berasaskan kekeluargaan/ gotong royong,
bertujuan mengembangkan kesejahteraan anggota, keanggotaan koperasi
bersifat sukarela, pembagian hasil usaha didasarkan atas keseimbangan

22
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal 125
23
Gufron A Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal
192
24
Hasby Ash Shiddiqie, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hal 89

18
jasa, kekuasaan tertinggi dalam kehidupan koperasi ada ditangan rapat
anggota serta mewajibkan dan mendorong anggotanya untuk menyimpan
dana secara teratur.Koperasi dari segi proses pendiriannya termasuk syirkah
amwal, yaitu dua syarik atau lebih memiliki harta bersama melalui usaha
tertentu atau tanpa melalui usaha tertentu.25
Koperasi dari segi pengelolaannya dapat dikelompokkan sebagai
syirkah taushiyahbashitat yaitu sebagai akad syirkah antara mutadhamin dan
muschi. Muthadamin adalah pihak yang menyertakan modal usaha serta
bertanggung jawab atas pengelolaan badan usaha, pihak mutadhamin lah
yang yang merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan
mengontrol badan usaha, sehingga mereka bertindak atas nama dan untuk
badan usaha serta bertanggung jawab untuk menunaikan kewajiban-
kewajiban badan usaha.
Sedangkan mushi adalah pihak yang menyertakan harta untuk dijadikan
modal badan usaha yang tidak bertanggung jawab atas manajemen badan
usaha dan juga tidak dibebani kewajiban- kewajiban badan usaha.
Dilihat dari segi kewenangan untuk mengangkat pengelola, koperasi lebih
dekat dengan konsep syirkah abdan karena hak suara dalam Rapat Tahunan
Anggota ditentukan berdasarkan jumlah anggota, bukan jumlah modal yang
disertakan. Syirkah abdan adalah kerjasama usaha dengan modal
ketrampilan diantara para syarik untuk melakukan pekerjaan tertentu
berdasarkan permintaan atau pesanan.
Dasar Hukum Syirkah
Syirkah memiliki kedudukan yang sangat kuat dalam Islam. Sebab
keberadaannya diperkuat oleh Alquran, Hadis, dan ijma ulama. Dalam
Alquran terdapat ayat- ayat yang mengisyaratkan pentingnya syirkah.
Berdasarkan sumber hukum, secara ijma para ulama sepakat
bahwa hukum syirkah yaitu boleh selama tidak mengandung:
a. Maysir

25
Maulana Hasnussin dan Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hal 20

19
Yaitu segala bentuk spekulasi judi (gambling) yang mematikan
sektor riil
dan tidak produktif.
b. Asusila
Yaitu segala bentuk praktik usaha yang melanggar asusila dan
norma sosial
c. Ghoror
Yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak jelas
sehingga berpotensi merugikan salah satu pihak
d. Haram
Yaitu objek transaksi dan proyek usaha yang diharamkan syariah
e. Riba
Yaitu segala bentuk distorsi mata uang menjadi komoditas dengan
mengenakan tambahan (bunga) pada transaksi kredit pinjaman dan
pertukaran barter lebih antar barang ribawi sejenis.
f. Ihtikar
Yaitu penimbunan dan monopoli barang dan jasa untuk tujuan
permainan harga.
g. Berbahaya
Yaitu segala bentuk transaksi dan usaha yang membahayakan
individu maupun masyarakat serta bertentangan dengan maslahat dalam
maqashid syariah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Koperasi jasa keuangan syariah selanjutnya disebut KJKS, yaitu koperasi
yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan
simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
Baitul Mal wa Tamwil adalah balai usaha mandiri terpandu yang isinya
berintikan bayt al-mal wa altamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-
usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya
Kelahiran koperasi syariah di indonesia dilandasi oleh ketentuan keputusan
menteri (kepmen) koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 september 2004 tentang petunjuk
pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Dengan adnya
sistem ini, membantu koperasi serba usaha di Indonesia memiliki Unit Jasa
Keuangan Syariah
Latar belakang berdirinya BMT di Indonesia diawali dari kemampuan
perbankan sangat terbatas untuk menjangkau sektor usaha mikro dan kecil
sehingga dibutuhkan lembaga keuangan yang komersial seperti bank yang
mampu dan dapat menjangkau sektor usaha kecil dan menengah (UMK).

3.2 Saran
Kami hanyalah seorang manusia biasa yang tidak pernah sirna dari
kekhilafan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt. Karena dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka selayaknya kami
mengharapkan kritik ataupun saran yang membangun kepada para Pembaca
agar kami bisa memperbaiki dalam pembuatan makalah selanjutnya supaya
bisa menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

A Mas’adi, Gufron. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

A Perwataatmadja, Karnaen. Membumikan Ekonomi Islam Di Indonesia.


Depok:Usaha kami.

Buku Diktat Basic Training KSPPS BMT Bina Ummat Sejahtera Lasem

Ash Shiddiqie, Hasby. 1984. Pengantar Fiqh Muamalah. Jakarta: Bulan Bintang.

Azra, Azyumardi. 2003. Berdema Untuk Semua. Jakarta:PT.Mizan Publika.

Djazuli, A dan Yadi Yanwari. 2002. Lembaga-Lembaga Perekonomi Umat


Sebuah Pengenalan. Jakarta:Rajawali Press.

Hasnussin, Maulana dan Jaih Mubarok. 2012. Perkembangan Akad Musyarakah.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Ifham Sholihin, Ahmad. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah.

Mujiono, Slamet. 2017. Eksistensi Lembaga Keuangan Mikro: Cikal Bakal


Lahirnya BMT di Indonesia, IAINU Kebumen, Jurnal lembaga keuangan
dan perbankan volume 2 nomor 2.

Nuryadin, Hadin. 2004. BMT dan Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan
Syari’ah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Ridwan, Muhammad. 2014. Manajemen Baitul Mal Wat Tamwil (BMT).


Yogyakarta: UII Press.

Sariwulan, Tuty. 2012. Baitul Maal Wat Tamwil Dipandang Dari Sudut Agama,
Serta Sejarah Berdirinya Di Indonesia, Econosains, Volume X Nomor 1.

Sudarsono, Heri. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan
Ilustrasi. Yoyakarta: Ekonosia. cet. ke-2.

Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sumiyanto, Ahamad. 2008. Menuju Koperasi Modern (Panduan untuk Pemilik,


Pengelola dan Pemerhati Baitul maal wat Tamwii dalam format
Koperasi). Yogyakarta: Debeta.

23
Sunyoto, Danang 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Center of Academic
Publishing Service.

24

Anda mungkin juga menyukai