Anda di halaman 1dari 17

Koperasi Jasa Keuangan Syariah

(Baitul Mal Wat Tamwil-BMT)

MAKALAH
Ditulis untuk memenuhi sebagai Tugas mata kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya

Oleh

riski rafiq ridho


NIM 2016030009
Kelas: MBS’A

Dosen Pengampu
Rahmat Kurnia, S.E, M.E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL
PADANG 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. serta
sholawat dan salam penulis sampaikan bagi tokoh teladan kita Nabi Muhammad
SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.
Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi sebagai tugas
mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya dengan judul "Koperasi Jasa
Keuangan Syariah". Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang ada di Indonesia bagi pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Rahmat Kurnia, S.E,
M.E. selaku dosen pengampu mata kuliah Bank dan Lembaga keuangan lainnnya
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membuat makalah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan motivasi dan saran dalam menyelesaikan makalah ini. Harapan
penulis semoga makalah ini dapat manfaat bagi pembaca dan juga penulis.
Wassalamu'alaikum.Wr.Wb.

Padang, 15 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah…..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan lingkup BMT.....................................................................3
B. Peranan dan Fungsi BMT..........................................................................5
C. Produk Penghimpunan Dana, Pembiayaan dan jasa BMT........................9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................13
B. Saran.......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
A. Latar Belakang BAB I
Masalah
PENDAHULUAN

Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) sebagai lembaga keuangan


mikro syariah memiliki peran yang penting dalam penguatan ekonomi dan
perluasan lapangan pekerjaan. KJKS memiliki peran sebagai agent of asset
distribution dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kegiatan
baitul maal yang memiliki fungsi sebagai lembaga lembaga sosial dan baitul
tamwil sebagai lembaga bisnis dengan pola syariah.
Gerakan ekonomi syariah dalam bentuk Koperasi Jasa Keuangan
Syariah mulai berkembang sebagai solusi dari permasalahan perekonomian
di Indonesia sebagai penyeimbang dari lembaga keuangan konvensional
dengan sistem ekonomi kapitalis. Merespon perkembangan dan aspirasi
masyarakat, khususnya para pelaku BMT, Kementerian Koperasi dan UKM
mengeluarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 91 tahun
2004 yang mengatur tentang Kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah oleh
Koperasi tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa
keuangan syariah. Melalui peraturan tersebut keberadaan BMT yang semula
merupakan lembaga keuangan non formal dapat berubah menjadi lembaga
formal berbadan hukum koperasi dengan nama Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS).
Namun dalam praktek atau penerapannya di masyarakat, KJKS
ternyata belum dapat memberikan dampak positif bagi penguatan gerakan
perekonomian masyarakat terutama kepada pedagang kecil dan UKM. Hal ini
terbukti dengan masih banyak ditemukannya fenomena lintah darat yang
sasarannya adalah pedagang-pedagang kecil di daerah Sragen. Modusnya
adalah dengan memberikan mereka pinjaman tapi di awal sudah dipotong
terlebih dahulu. Kemudian setiap hari pedagang dibebani bunga satu persen
dan harus dibayar harian. Sebagaimana termuat di Joglosemar pada awal
April 2017 lalu, dimana kalangan pedagang dan pelaku usaha kecil di
wilayah Sragen dilaporkan menjadi korban kehadiran lintah darat atau
rentenir penjual uang yang makin marak menyerbu Sragen. Selain bunga
1
mencekik, aksi mereka yang mengejar angsuran harian itu telah membuat
banyak pedagang yang terpaksa tutup karena bangkrut dan ketakutan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui rumusan
masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dan lingkup BMT?
2. Bagaimana Peranan dan Fungsi BMT?
3. Bagaimana Produk Penghimpunan Dana, Pembiayaan dan jasa BMT?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Menjelaskan Pengertian dan lingkup BMT
2. Menjelaskan Peranan dan Fungsi BMT
3. Menjelaskan Produk Penghimpunan Dana, Pembiayaan dan jasa BMT.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan lingkup BMT
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan sebagaimana yang dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan perkoperasian. (Rafsanjani, 2019)
Pengertian BMT menurut Budiharjo merupakan kelompok swadaya
masyarakat yang berupaya untuk mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha kecil-bawah dalam pengentasan kemiskinan. (Budiharjo, 2003)
Pengertian lain yang dikemukakan oleh Azis yakni BMT adalah
balai usaha mandiri terpadu yang dikembangkan dari konsep Baitul Maal wal
Tamwil yang memiliki 2 aspek penting, di mana aspek pertama menerima
titipan bazis dari dana zakat dan sedekah yang pemanfaatannya ditujukan
untuk kesejahteraan masyarakat kecil, fakir, dan miskin. Sementara itu aspek
kedua mengembangkan usahausaha produktif untuk meningkatkan
pendapatan pengusaha kecil dan anggotanya. (Azis, 2004)
Secara harfiah kata koperasi berasal dari kata cooperation (Latin)
atau cooperation (Inggris) atau co-operatie (Belanda) dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai bekerja bersama, atau bekerjasama, atau
kerjasama. (Edilius, 1992:1). Dalam kamus popular, koperasi diartikan
sebagai badan perkumpulan yang bertujuan mengadakan kerjasama dalam hal
mengatur kebutuhan bersama. Para anggota membentuk modal bersama
melalui simpanan-simpanan wajib dan sukarela dengan modal mana
didatangkan baranng-barang keperluan para anggota (bersama). Keuntungan
yang diperoleh setiap tahun dibagikan kepada para anggota dan secara
kemufakatan bersama sebagian dieruntukkan danadana guna menggerakkan
koperasi lebih lanjut. (Kartasapoetra, Dr. G. Mladenata didalam bukunya
“Histoire Desdactrines Cooperative” mengemukakan bahwa koperasi terdiri
atas produsen-produsen yang bergabung secara sukarela untuk mencapai

3
tujuan bersama, dengan mengerjakan summber-sumber yang disumbanngkan
2001:2) oleh anggota (Subandi, 2009:19). Dari berbagai penngertian di atas
dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang
beranggotakan orang-orang atau badanbadan yang memberikan kebebasan
masuk dan keluar sebagai anggota dan bekerja sama secara kekeluargaan,
menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya (Widiyanti, 1988:1) mengatur kebutuhan bersama. (Mundir,
2016)
Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan dengan konsep
syariah yang lahir sebagai pilihan yang menggabungkan konsep maal dan
tamwil dalam satu kegiatan lembaga. Konsep maal lahir dan menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat muslim dalam hal menghimpun dan menyalurkan
dana untuk zakat, infak dan shadaqah (ZIS) secara produktif. Sedangkan
konsep tamwil lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang murni untuk
mendapatkan keuntungan dengan sektor masyarakat menengah ke bawah
(mikro). Kehadiran BMT untuk menyerap aspirasi masyarakat muslim di
tengah kegelisahan kegiatan ekonomi dengan prinsip riba, sekaligus sebagai
supporting funding untuk mengembangkan kegiatan pemberdayaan usaha
kecil dan menengah. Kehadiran lembaga keuangan mikro syariah yang
bernama Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dirasakan telah membawa manfaat
finansil bagi masyarakat, terutama masyarakat kecil yang tidak bankable dan
menolak riba, karena berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Kehadiran BMT
di satu sisi menjalankan misi ekonomi syariah dan di sisi lain mengemban
tugas ekonomi kerakyatan dengan meningkatkan ekonomi mikro, itulah
sebabnya perkembangan BMT sangat pesat di tengah perkembangan lembaga
keuangan mikro konvensional lainnya. (Masyithoh, 2014)
Adapun ciri-ciri BMT yaitu sebagai berikut (Mashuri, -):
1. Berbadan hukum koperasi
2. Bertujuan menyediakan dana murah dan cepat guna pengembangan dan
memajukan usaha bagi anggotanya

4
3. Skala produk dan pendanaan yang terbatas menjadi prinsip dan pembeda
dengan lembaga keuangan lainnya, sedangkan mekanisme dan
transaksinya hampir sama dengan perbankan syariah non riba.
Setiap visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan
BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota,
sehingga mampu berperan sebagai wakil pengabdi Allah SWT.
memakmurkan hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Titik tekan perumusan visi BMT adalah mewujudkan lembaga
yang professional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah tidak hanya ibadah
dalam aspek spiritual namun mencakup segala aspek kehidupan. Sehingga
setiap kegiatan BMT harus berorientasi pada upaya mewujudkan ekonomi
yang adil dan makmur.
Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan
perekonomian dan berstruktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran-
berkemajuan, serta makmur-maju berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho
Allah SWT. Dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa misi BMT
bukan semata-mata mencari keuntungan dan penumpukan laba-modal pada
segolongan orang kaya saja, tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian
laba yang merata dan adil sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Tujuan didirikannya BMT adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi
untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Pengertian tersebut dipahami bahwa BMT harus berorientasi pada upaya
peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. BMT bersifat usaha
bisnis dan mandiri serta ditumbuhkembangkan secara swadaya dan dikelola
secara professional.

B. Peranan dan Fungsi BMT


1. Peranan BMT
Secara umum BMT berperan sebagai berikut (Sudjana dan Rizkison,
2020):
a. Manajemen Investasi

5
BMT dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan
menggunakan akad Mudharabah atau sebagai investasi.
b. Investor
Ekonomi syariah lewat industri keuangan syariah turut andil dalam
menarik investasi luar negeri ke Indonesia, terutama dari negara-
negara Timurtengah. Adanya berbagai peluang investasi syariah di
Indonesia, telah menarik minat investor dari negara-negara petro-
dollar ini untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Peluang ini bisa
memperkuat permodalan ekonomi berbasis keuangan mikro yang di
Indonesia sangat subur berkembang.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran
BMT dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan keuangan seperti
yang dilakukan bank non syariah sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah, dengan dukungan teknologi di era sekarang
sangat mungkin BMT mengeksekusi jasa layanan tersebut
d. Pengembangan fungsi sosial
BMT dapat memberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan
dana zakat, infaq, shadaqah, serta pinjaman kebajikan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e. Fungsi kepada masyarakat
Gerakan ekonomi syariah mendorong timbulnya perilaku ekonomi
yang etis di masyarakat Indonesia. Ekonomi syariah adalah ekonomi
yang berpihak kepada kebenaran dan keadilan dan menolak segala
bentuk perilaku ekonomi yang tidak baik seperti sistem riba,
spekulasi, dan ketidakpastian (gharar).
Namun BMT secara khusus berperan sebagai berikut:
a. Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam
progam pengentasan kemiskinan.
b. Memberikan sumbangan aktif terhadap upaya pemberdayaaan dan
peningkatan kesejahteraan umat.
c. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota
dengan prinsip syari’ah.

6
d. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan gemar
menabung.
e. Menumbuhkembangkan usaha-usaha yang produktif dan sekaligus
memberikan bimbingan dan konsultasi bagi anggota di bidang
usahanya.
f. Meningkatkan kesadaran dan wawasan umat tentang sistem dan pola
perekonomian Islam.
g. Membantu para pengusaha lemah untuk mendapatkan modal
pinjaman.
h. Menjadi lembaga keuangan alternative yang dapat menopang
percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Fungsi BMT
Dengan kehadiran dan keberadaan BMT yang semakin
berkembang, maka memiliki dua fungsi utama yang harus dilaksanakan,
yaitu berfungsi sebagai media yang menyalurkan pendayagunaan harta
untuk ibadah seperti : zakāh, infak, ṣadaqah dan wakāf, serta dapat juga
berfungsi sebagai instuisi yang bergerak di bidang investasi produktif.
(Saefullah dan Handayani, 2016)
Sedangkan menurut Ahmad Ifham Sholihin, fungsi BMT adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, pengelola menjadi
lebih profesional, mendesain (selamat, damai dan sejahtera), dan
amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan
berusaha (beribadah) menghadapi tantangan global.
b. Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki
oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di
luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
c. Mengembangkan kesempatan kerja.
d. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-
produk anggota.
Adapun fungsi BMT menurut Muhammad Ridwan demi tercapai
tujuannya, adalah sebagai berikut:

7
a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota,
kelompok anggota muamalat (pokusma), dan daerah kerjanya.
b. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi lebih
professional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam
menghadapi persaingan global.
c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara agniya
sebagai ṣahibul māl dengan dhu’afa sebagi mudharib, terutama untuk
dana-dana sosial seperti zakāh, infaq, ṣadaqah, wakāf, hibah dan lain-
lain.
e. Dan menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara
pemilik dana (ṣahibul māl), baik sebagai pemodal maupun menyimpan
pengguna dana mudharib) untuk pengembangan usaha produktif.
Fungsi BMT di masyarakat, adalah untuk (Al Arif, 2012):
a. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola
menjadi lebih profesional, salaam (selamat, damai, dan sejahtera), dan
amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dalam berjuang dan
berusaha (beribadah) menghadapi tantangan global.
b. Mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki
oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di
luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
c. Mengembangkan kesempatan kerja.
d. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-
produk anggota.
e. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi
dan sosial masyarakat banyak.
Dalam perekonomian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) harus
mampu berfungsi sebagai:

8
a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota,
kelompok anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya
b. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi lebih
professional dan Islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam
menghadapi persaingan global
c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota
d. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara agniya
sebagai shohibul maal dengan dhuafa sebagai mudharib, terutama
untuk dana-dana sosial seperti zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah, dil
e. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara pemilik
dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun penyimpan
dengan pengguna dana (mudharib) untuk pengembangan usaha
produktif

C. Produk Penghimpunan Dana, Pembiayaan dan jasa BMT


1. Produk Penghimpunan Dana
Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan persoalan utama.
Tanpa dana bank tidak dapat berbuat apa-apa, artinya tidak berfungsi
sama sekali. Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank atau pun
aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Dana
yang dimiliki atau yang dikuasai bank tidaklah bersumber dari milik bank
sendiri, tapi juga ada dari pihak lain.
Penghimpunan dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan, yaitu
dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada BMT untuk disalurkan ke
sektor produktif dalam bentuk pembiayaan. Simpanan ini dapat berbentuk
tabungan wadi’ah, simpanan mudharabah jangka pendek dan jangka
panjang. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah
untuk keamanan uangnya. Kemudian untuk melakukan investasi dengan
harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Selain itu juga untuk
memudahkan melakukan transaksi pembayaran.

9
Penghimpunan dana adalah kegiatan usaha BMT yang dilakukan
dengan kegiatan usaha penyimpanan. Simpanan merupakan dana yang
dipercayakan oleh anggota, calon anggota, atau BMT lain dalam bentuk
simpanan dan simpanan berjangka.
Adapun pengertian simpanan menurut undang-undang no. 7 tahun
1992 dalam pasal 1 (5) yakni ; “Simpanan adalah dana yang dipercayakan
oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana
dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu. (Sanwati, 2017)
2. Produk Pembiayaan
Penyaluran pembiayaan BMT akan menambah modal finansial
bagi para pelaku usaha mikro. Pembiayaan tersebut dapat digunakan
sebagai modal awal maupun sebagai modal tambahan untuk
mengembangkan usaha, baik menambah barang dagangan atau
memperluas dan menambah tempat usaha. Pembiayaan yang diberikan
BMT meliputi pembiayaan kerjasama usaha yaitu Mudharabah dan
Musyarakah. Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara pihak
pemilik dana (Shahibul maal) dengan pihak pengelola dana (mudharib)
dimana keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya, sedangkan kerugian finansial ditanggung pemilik dana
(PSAK 105).
Menurut PSAK 106 Musyarakah sebagai akad kerjasama antara
dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan
kontribusi dana. Selain akad kerjasama, terdapat akad jual beli yang
disebut dengan murabahah, yaitu akad jual beli barang dengan harga jual
sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan
penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada
pembeli (PSAK 102).
Ada pula akad sewa menyewa yang dibagi menjadi dua macam
yaitu ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik. Ijarah merupakan akad

10
pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang. Sedangkan Ijarah
Muntahiya Bit Tamlik adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan
jasa melalui pembayaran upah dengan diikuti pemindahan kepemilikan.
Jadi setelah masa sewa berakhir, pihak yang menyewa mengadakan akad
kembali dengan pihak yang menyewakan untuk melakukan pemindahan
hak kepemilikan. Pembiayaan lain yang diberikan BMT kepada
anggotanya adalah qardh, yaitu pembiayaan tanpa dikenakan biaya (hanya
wajib membayar sebesar pokok pembiayaan). Pada BMT, qardh
digunakan untuk pendampingan usaha dan membantu biaya pemasaran.
(Saputra, 2017)
Produk dan layanan diperuntukkan bagi yang mengutamakan prinsip
syariah disertai dengan kenyamanan, keamanan, keleluasaan dan kemudahan
bertransaksi. Berbagai produk BMT MUDA adalah (Aini, 2016):
1. Unit Usaha Riil, yang meliputi:
a. Unit Usaha Pulsa : melayani pembelian pulsa secara grosir dan retail
b. Unit Usaha Catering : melayani pemesanan makanan, baik kotak
maupun bungkus
2. Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS), yang meliputi:
a. Simpanan
1) Tabungan Umum (Rela MUDA)
2) Deposito MUDA
3) Tabungan Pelajar
4) Tabungan Idul Fitri
5) Tabungan Qurban
6) Tabungan Umrah
7) Tabungan Walimah
b. Pembiayaan
1) Pembiayaan Mudharabah
2) Pembiayaan Musharakah
3) Pembiayaan Murabahah
4) Pembiayaan Ijarah

11
5) Pinjaman Qard
c. Jasa Layanan
1) Pembelian Isi Ulang Pulsa
2) Transfer Antar Bank
3) Pembayaran Listrik PLN
d. Baitul Maal
1) Penghimpunan Zakat, Infaq, Shodaqoh & Wakaf (ZISWAF)
2) Penyaluran (ZISWAF) untuk beasiswa, sumbangan kemanusiaan,
sumbangan lembaga keagamaan dan sosial keagamaan

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan dengan konsep


syariah yang lahir sebagai pilihan yang menggabungkan konsep maal dan
tamwil dalam satu kegiatan lembaga. Konsep maal lahir dan menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat muslim dalam hal menghimpun dan menyalurkan
dana untuk zakat, infak dan shadaqah (ZIS) secara produktif. Sedangkan
konsep tamwil lahir untuk kegiatan bisnis produktif yang murni untuk
mendapatkan keuntungan dengan sektor masyarakat menengah ke bawah
(mikro). Kehadiran BMT untuk menyerap aspirasi masyarakat muslim di
tengah kegelisahan kegiatan ekonomi dengan prinsip riba, sekaligus sebagai
supporting funding untuk mengembangkan kegiatan pemberdayaan usaha
kecil dan menengah.
Dengan kehadiran dan keberadaan BMT yang semakin berkembang,
maka memiliki dua fungsi utama yang harus dilaksanakan, yaitu berfungsi
sebagai media yang menyalurkan pendayagunaan harta untuk ibadah seperti :
zakāh, infak, ṣadaqah dan wakāf, serta dapat juga berfungsi sebagai instuisi
yang bergerak di bidang investasi produktif.

B. Saran
Penyusun sangat menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini
masih sangat banyak kekurangan, dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penyusun menyarankan kepada semua pembaca makalah ini untuk
memberikan saran-saran yang membangun, untuk kebaikan bagi kita semua.

13
Daftar Pustaka

Aini, Nur. 2016. “Analisis Produk Pembiayaan Murabahah pada BMT dalam
Meningkatkan Pendapatan Nasabah”. Vol 19 No (2).
Al Arif, M.Nur Rianto. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. CV Pustaka Setia:
Bandung.
Azis, A. (2004). Buku Pedoman Pendirian BMT, Jakarta: PINBUK.
Budiharjo, A. (2003). Pengenalan BMT, makalah, disajikan pada seminar tentang
BMT, Bandung.
Mashuri. -. “Peran Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Dalam Upaya
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”.
Masyithoh, Novita Dewi. 2014. “Analisis Normatif Undang-Undang N0.1 Tahun
2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Atas Status Badan
Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)”. Vol 5
Mundir, Abdillah. 2016. “Strategi Pengembangan Koperasi Jasa Keuangan
Syariah”. Vol 7 Nol (2).
Rafsanjani, Haqiqi. 2019. “Koperasi Syariah & Keuangan Inklusif”. Vol 4 No (2).
Saefullah, Eef dan Fitria Handayani. 2016. “Impelementasi Fungsi Bayt Al-Māl
Dan Pengelolaannya Pada Bmt Al-Falah Sumber”. Vol 8 No (2)
Sanwati. 2017. “Strategi Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Pada Baitul Maal
Wat Tamwil (Bmt) Al-Hidayah Di Kabupaten Lombok Timur”. Vol 14 No
(1).
Saputra, Dimas. 2017. “Respons Masyarakat terhadap Produk Pembiayaan BMT
di Kartasura”. Vol 1 No (2).
Sudjana, Krisna dan Rizkison. 2020. “Peran Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
dalam Mewujudkan Ekonomi Syariah yang Kompetitif”. Vol 6 No (2).

14

Anda mungkin juga menyukai