Anda di halaman 1dari 1

Syarat-Syarat mahkum fih

1. Perbuatan itu diketahui secara sempurna dan rinci oleh orang mukallaf sehingga suatu
perintah dapat dilaksanakan secara lengkap seperti yang dikehendaki oleh Allah dan Rasul-
Nya. Ayat-ayat al-Quran yang bersifat global, baru wajib dilaksanakan setelah ada penjelasan
secara rinci tatacaranya dari Rasulullah Saw. Seperti shalat, puasa, zakat, haji, dsb.

2. Diketahui secara pasti oleh mukallaf bahwa perintah itu datang dari Allah Swt dan Rasul-Nya.
Itulah sebabnya setiap upaya mencari pemecahan hukum, yang paling utama dilakukan
adalah pembahasan tentang validitas suatu dalil sebagai sumber hukum.

3. Perbuatan yang diperintahkan atau dilarang haruslah berupa perbuatan yang dalam batas
kemampuan manusia untuk melakukan atau meninggalkannya.

Syarat-syarat mahkum ‘alaih

Orang mukallaf (orang yang layak dibebani hukum taklifi), jika telah memenuhi beberapa
persyaratan.

1. Mampu memahami khithab syar’i dan dalil-dalil hukum baik secara mandiri atau dengan
bantuan orang lain minimal sebatas memungkinkannya untuk mengamalkan isi dari ayat
atau hadis. Adanya kemampuan memahami hukum taklifi disebabkan seseorang mempunyai
akal yang sehat sempurna. Jika diukur secara fisik, batas baligh berakal pada wanita ditandai
dengan menstruasi, sedangkan pada pria ditandai dengan mimpi basah. QS. Al-Nur: 59.

2. Mempunyai ahliyat al-ada, yaitu kecakapan untuk bertindak secara hukum atau memikul
beban taklif. Dengan adanya kecakapan seperti itu seseorang disebut mukallaf, artinya
segala perbuatannya diperhitungkan oleh hukum Islam, ia diperingatkan untuk
melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan. Kecakapan seperti itu baru dimiliki
seseorang jika ia baligh, berakal sehat, bebas dari segala hal yang menjadi penghalang bagi
kecakapan tsb seperti keadaan tertidur, gila, lupa, terpaksa, dsb. Khusus tasharruf harta,
kewenangan seseorang baru dianggap sah disamping sudah baligh berakal juga setelah
rusyd (kemampuan mengendalikan hartanya).

Anda mungkin juga menyukai