Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KOPERASI DAN UKM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ekonomi Koperasi dan UKM

Disusun oleh :

SYAHRA RAHMADANI HASIBUAN

150202029

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SAMUDRA

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya, sehingga makalah UKM Koperasi ini dapat
penyusun selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Selain itu, penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada.

1. Abdul Latief selaku dosen yang mengajarkan mata kuliah Ekonomi


Koperasi yang telah membantu penyusun dalam hal menentukan topik yang
akan dibahas dalam makalah ini.

2. Rekan-rekan yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung.

Diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk peningkatan tulisan


selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Langsa, 11 januari 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I

DAFTAR ISI ......................................................................................................... II

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ...................................................................... 1


B. TUJUAN........................................................................................................ 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. SEJARAH KOPERASI DAN UKM ................................................................... 3


B. PENGERTIAN KOPERASI DAN UKM .............................................................. 14

BAB III ................................................................................................................. 22

PENUTUP ............................................................................................................ 22

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 22
B. SARAN ....................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

koperasi ada kerena ada anggota atau sekelompok orang yang


mempenyai tujuan yang sama secara ekonomi.tujuan adanya koperasi adalah
mensejahterakan anggota terutama dalam konteks ekonomi dan spiritual. Prof
SES menyebutnya sebagai sosialis religius.dan untuk mensejahterakan anggota
koperasi harus mempunyai usaha yang tentu harus sesuai dengen kebutuhan
anggotanya yang dikelola sesuai pronsip dan nilai koperasi.dalam usaha koperasi
perencana adalah anggota (disusun oleh pengurus dan disahkan RAT) pengelola
koperasi adalah anggota (pengurus dan karyawan) yang akan mendapatkan
keuntungan materi berupa gaji atau pendapatan dan pengawasan dilakukan oleh
anggota yang juga akan mendapatkan pendapatan berupa insentif untuk
pengawas.dalam usaha koperasi ada supllier yang seharusnya juga berasal dari
anggota sehingga anggota mendapatkan keuntungan langsung dan koperasi
dapat memperoleh harga lebih murah. Anggota juga berperan dalam
pengumpulan modal sehingga permodalan koperasi akan terjamin dan dari
modal yang merupakan simpanan anggota maka anggota mendapatkan uang
jasa. Kemudian anggota sebagai pelanggan, koperasi seharusnya dapat
memberikan nilai tambah dalam bentuk memberikan harga senurah mungkin
sehingga anggota mendapatkan keuntungan berupa direct revenue
(pengembalian langsung) sampai pada tahap ini proses mensejahterakan
anggota telah berjalan, bahkan sebagian besar proses mensejahterakan anggota
justru dimulai pada tahap proses usaha ini. Inilah alasanya kenapa prinsip
koperasi ketiga berbunyi Member Economic Participation (ICA,1995) sedangkan
SHU bukan bagian yang paling significan dalam konteks mensejahterakan

1
anggota, kenapa karena jumlah SHU terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah
anggota koperasi.Keuntungan yang diperoleh koperasi lagi-lagi diperuntukan
untuk anggota dalam bentuk pelatihan untuk memahmkan idiologi koperasi dan
praktek-prakte real agar anggota paham bagiamana memperoleh.
kesejahteraan dalam koperasi.( Education, Training and
Information)Selanjutnya keuntungan koperasi juga harus dialokasikan untuk
gerakan. Dalam konteks ini, salah jika ada yang berpendapat bahwa gerakan
tidak memberikan kontribusi terhadap usaha.yaitu dengan ada nya UKM ( usaha
Kecil Menengah ).

B. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun antara lain sebagai
berikut :
 Mengetahui Pengertian dari Koperasi dan UKM.
 Mengetahui apakah UKM pada saat ini sudah berhasil memperkuat basis
ekonomi.
 Mengetahui Awal Mulanya Koperasi dan UKM.
 Mengetahui Salah satu Contoh dari UKM yang sudah berhasil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Koperasi dan UKM

Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik)


yang cukup kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada
Pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa ?Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan?. Dalam
Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok
dengan asas kekeluargaan itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula
dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang sering disebut sebagai perumus pasal
tersebut. Pada Penjelasan konstitusi tersebut juga dikatakan, bahwa sistem
ekonomi Indonesia didasarkan pada asas Demokrasi Ekonomi, di mana produksi
dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat ditafsirkan sebagai
Koperasi.Dalam wacana sistem ekonomi dunia, Koperasi disebut juga sebagai the
third way, atau ?jalan ketiga?, istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan oleh
sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai ?jalan tengah? antara
kapitalisme dan sosialisme.Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria
Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan
Koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan
rentenir. R. Aria Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian dibantu
pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi
pemerintah. Seorang pejabat pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi
sarjana ekonomi, Booke, juga menaruh perhatian terhadap Koperasi. Atas dasar
tesisnya, tentang dualisme sosial budaya masyarakat Indonesia antara sektor
modern dan sektor tradisional, ia berkesimpulan bahwa sistem usaha Koperasi
lebih cocok bagi kaum pribumi daripada bentuk badan-badan usaha kapitalis.
Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga

3
pemerintah kolonial itu mengadopsi kebijakan pembinaan Koperasi.Meski
Koperasi tersebut berkembang pesat hingga tahun 1933-an.
pemerintah Kolonial Belanda khawatir Koperasi akan dijadikan tempat
pusat perlawanan, namun Koperasi menjamur kembali hingga pada masa
pendudukan Jepang dan kemerdekaan. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan
Koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di
Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.Bung
Hatta meneruskan tradisi pemikiran ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya
kepada sistem Koperasi agaknya adalah karena pengaruh kunjungannya ke
negara-negara Skandinavia, khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an.
Walaupun ia sering mengaitkan Koperasi dengan nilai dan lembaga tradisional
gotong-royong, namun persepsinya tentang Koperasi adalah sebuah organisasi
ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga membedakan
antara ?Koperasi sosial? yang berdasarkan asas gotong royong, dengan ?Koperasi
ekonomi? yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional dan
kompetitif.Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar
atau nonpasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah
lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa
mengendalikan pasar. Karena itu Koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar,
dengan cara menerapkan prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah
komunitas tertutup, tetapi terbuka, dengan melayani non-anggota, walaupun
dengan maksud untuk menarik mereka menjadi anggota Koperasi, setelah
merasakan manfaat berhubungan dengan Koperasi. Dengan cara itulah sistem
Koperasi akan mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang tidak ramah
terhadap pelaku ekonomi kecil melalui persaingan bebas (kompetisi), menjadi
sistem yang lebih bersandar kepada kerja sama atau Koperasi, tanpa
menghancurkan pasar yang kompetitif itu sendiri.Dewasa ini, di dunia ada dua
macam model Koperasi. Pertama, adalah Koperasi yang dibina oleh pemerintah
dalam kerangka sistem sosialis. Kedua, adalah Koperasi yang dibiarkan
berkembang di pasar oleh masyarakat sendiri, tanpa bantuan pemerintah. Jika

4
badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar, maka Koperasi
mewadahi usaha-usaha kecil, walaupun jika telah bergabung dalam Koperasi
menjadi badan usaha skala besar juga. Di negara-negara kapitalis, baik di Eropa
Barat, Amerika Utara dan Australia, Koperasi juga menjadi wadah usaha kecil dan
konsumen berpendapatan rendah. Di Jepang, Koperasi telah menjadi wadah
perekonomian pedesaan yang berbasis.
pertanian.Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya
tiga macam Koperasi. Pertama, adalah Koperasi konsumsi yang terutama
melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai. Kedua, adalah Koperasi produksi
yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga,
adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna
memenuhi kebutuhan modal. Bung Hatta juga menganjurkan pengorganisasian
industri kecil dan Koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan
pemasaran hasil.Menurut Bung Hatta, tujuan Koperasi bukanlah mencari laba
yang sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah
partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa Koperasi itu
identik dengan usaha skala kecil. Koperasi bisa pula membangun usaha skala
besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya, baik anggota
Koperasi primer maupun anggota Koperasi sekunder. Contohnya adalah industri
tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dan
berbagai Koperasi batik primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam
konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan
dan program pembinaan Koperasi. Semua partai politik, dari dulu hingga kini,
dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan Koperasi sebagai program utama.
Hanya saja kantor menteri negara dan departemen Koperasi baru lahir di masa
Orde Baru pada akhir dasarwarsa 1970-an. Karena itu, gagasan sekarang untuk
menghapuskan departemen Koperasi dan pembinaan usaha kecil dan menengah,
bukan hal yang mengejutkan, karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor
menteri negara atau departemen Koperasi. Sebuah pertanyaan sederhana
namun membutuhkan jawaban njelimet, terlontar dari seorang peserta.

5
?Mengapa jarang dijumpai ada Koperasi yang bertumbuh menjadi usaha besar
yang menggurita, layaknya pelaku ekonomi lain, yakni swasta (konglomerat) dan
BUMN? Mengapa gerakan ini hanya berkutat dari persoalan yang satu ke
persoalan lain, dan cenderung stagnan alias berjalan di tempat? Mengapa
Koperasi sulit berkembang di tengah ?habitat? alamnya di Indonesia?? Inilah
sederet pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan.Padahal,
upaya pemerintah untuk ?memberdayakan? Koperasi seolah tidak pernah habis.
Bahkan, bila dinilai, mungkin amat memanjakan. Berbagai paket program
bantuan dari pemerintah seperti kredit program: KKop, Kredit Usaha Tani (KUT),
pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, skim
program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang merupakan
kredit komersial dari perbankan, juga ?paket program? dari Permodalan Nasional
Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi
kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang menangani
di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha
Kecil Menengah), yang seharusnya memacu gerakan ini untuk terus maju.
Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi
marjinal, pelaku bisnis yang perlu dikasihani, pelaku bisnis ?pupuk bawang?,
pelaku bisnis tak profesional.Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari
substansi Koperasi yang berhubungan dengan semangat. Dalam konteks ini
adalah semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Jadi, bila Koperasi
dianggap kecil, tidak berperan, dan merupakan kumpulan serba lemah, itu terjadi
karena adanya pola pikir yang menciptakan demikian.Singkatnya, Koperasi
adalah untuk yang kecil-kecil, sementara yang menengah bahkan besar, untuk
kalangan swasta dan BUMN. Di sinilah terjadinya penciptaan paradigma yang
salah. Hal ini mungkin terjadi akibat gerakan Koperasi terlalu sarat berbagai
embel-embel, sehingga ia seperti orang kerdil yang menggendong sekarung
beras di pundaknya. Koperasi adalah ?badan usaha?, juga ?perkumpulan orang?
termasuk yang ?berwatak sosial?. Definisi yang melekat jadi memberatkan, yakni
?organisasi sosial yang berbisnis? atau ?lembaga ekonomi yang mengemban

6
fungsi sosial.?Berbagai istilah apa pun yang melekat, sama saja, semua
memberatkan gerakan Koperasi dalam menjalankan visi dan misi bisnisnya.
Mengapa tidak disebut badan usaha misalnya, sama dengan pelaku ekonomi-
bisnis lainnya, yakni kalangan swasta dan BUMN, sehingga ketiganya memiliki
kedudukan dan potensi sejajar. Padahal, persaingan yang terjadi di lapangan
demikian ketat, tak hanya sekadar pembelian embel-embel. Hanya kompetisi
ketat semacam itulah yang membuat mereka bisa menjadi pengusaha besar yang
tangguh dan profesional. Para pemain ini akan disaring secara alami, mana yang
efisien dalam.
menjalankan bisnis dan mereka yang akan tetap eksis.Koperasi yang
selama ini diidentikkan dengan hal-hal yang kecil, pinggiran dan akhirnya
menyebabkan fungsinya tidak berjalan optimal. Memang pertumbuhan Koperasi
cukup fantastis, di mana di akhir tahun 1999 hanya berjumlah 52.000-an, maka
di akhir tahun 2000 sudah mencapai hampir 90.000-an dan di tahun 2007 ini
terdapat Koperasi di Indonesia. Namun, dari jumlah yang demikian besar itu,
kontribusinya bagi pertumbuhan mesin ekonomi belum terlalu signifikan.
Koperasi masih cenderung menempati ekonomi pinggiran (pemasok dan
produksi), lebih dari itu, sudah dikuasai swasta dan BUMN. Karena itu, tidak aneh
bila kontribusi Koperasi terhadap GDP (gross domestic product) baru sekitar satu
sampai dua persen, itu adalah akibat frame of mind yang salah.Di Indonesia,
beberapa Koperasi sebenarnya sudah bisa dikatakan memiliki unit usaha besar
dan beragam serta tumbuh menjadi raksasa bisnis berskala besar. Beberapa
Koperasi telah tumbuh menjadi konglomerat ekonomi Indonesia, yang tentunya
tidak kalah jika dibandingkan dengan perusahaan swasta atau BUMN yang sudah
menggurita, namun kini banyak yang sakit. Omzet mereka mencapai milyaran
rupiah setiap bulan. Konglomerat yang dimaksud di sini memiliki pengertian:
Koperasi yang bersangkutan sudah merambah dan menangani berbagai bidang
usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak dan merangsek ke berbagai
bidang usaha-bisnis komersial.

7
Sebagai sebuah sistem, kebijakan dasar pengembangan SDM koperasi
dan UKM dipahami sebagai kebijakan yang melibatkan banyak actor dan
kepentingan yang merupakan sub-sub sistem. Sub-sub sistem tersebut bisa
dipahami sebagai stakeholders yang masing-masing mempunyai peran dan
kepentingan terhadap eksistensi dari koperasi dan UKM. Oleh karena itu, untuk
mendesain kebijakan dasar pengembangan SDM koperasi dan UKM yang
komprehensif, pertama yang harus dilakukan adalah memetakan atau
mengidentifikasi kelompok-kelompok yang terlibat dalam formulasi kebijakan
dan yang menjadi target dari kebijakan tersebut (policy formation and target
group). Kelompok-kelompok ini merupakan entitas yang sudah eksis dan terlibat
secara intens dengan urusan koperasi dan UKM.
Terkait dengan kegiatan pemetaan ini adalah identifikasi peran (role) dan
kebutuhan (needs) yang diinginkan oleh masing-masing stakeholders terhadap
koperasi dan UKM. Termasuk didalamnya adalah identifikasi permasalahan-
permasalahan (problems) yang ditemui dari setiap stakeholder dalam
mengoptimalkan perannya dalam pengembangan SDM Koperasi dan UKM.
Beberapa metode yang digunakan untuk mengeksplorasi keinginan, peran, dan
juga problematika stakeholders tersebut diantaranya adalah diskusi kelompok
terbatas, teknik moderasi, dan juga wawancara mendalam dengan pelaku-pelaku
kepentingan.

Koperasi dan UKM Diantara Banyak Kepentingan


Dari kajian lapangan yang dilakukan hampir 6 bulan teridentifikasi
beberapa stakeholders yang secara significant berpengaruh terhadap program
pengembangan SDM koperasi dan UKM; diantaranya: Kantor Kementerian
Negara Koperasi dan UKM dan Dinas Koperasi dan UKM (dalam beberapa
Kabupaten dan Kota masuk dalam dinas perekonomian), serta balai latihan
koperasi dan UKM. Ketiga stakeholders tersebut mewakili unsur pemerintah
(government side). Adapun yang non pemerintah terpetakan LSM, Dekopin,
perguruan tinggi, perbankan maupun non perbankan, paguyuban koperasi dan
UKM.

8
Secara ringkas peran optimal dan keinginan dari berbagai stakeholders
yang seharusnya dilaksanakan dalam rangka pengembangan SDM koperasi dan
UKM adalah sebagai berikut: pertama, Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM
(Meneg KUKM). Sesuai dengan arah manajemen pengelolaan pemerintahan yang
desentralistis fungsi "mandatory" dari kantor Kementerian Negara Koperasi dan
UKM adalah dalam formulasi kebijakan dasar pengembangan koperasi dan UKM
yang mengacu pada dua prinsip: rasionalitas dalam artian sesuai dengan tingkat
kebutuhan masyarakat pengguna (target group) dan berkeadilan dalam
mendistribusikan nilai-nilai (termasuk di dalamnya adalah mekanisme yang fair
dan transparan dalam pengelolaannya). Untuk mendukung peran ini maka harus
ditopang oleh suatu kajian (research) yang sungguh-sungguh.
Untuk itudiperlukan adanya suatu data yang valid dan representatif, tidak
hanya didasarkan padaasumsi-asumsi yang sering menyesatkan. Keterbatasan
rasional (bounded rationality) yang sering menjadi salah satu ciri kelemahan
kebijakan publik akan dapat dikurangi dengan supply data yang komprehensif
dari berbagai sumber.
Kedua, Dinas Koperasi dan UKM pada tiap Kabupaten dan Kota adalah avant
garde (ujung tombak) dalam pembinaan koperasi dan UKM di daerah. Otonomi
daerah yang bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi pelayanan kepada
masyarakat, akan memberikan amanah yang sangat besar kepada stakeholder
ini. Pada saat sekarang dinas tidak bisa lagi bertumpu pada petunjuk dari instansi
di atasnya. Segala sesuatunya tergantung pada inovasi dan kreatifitas masing-
masing dinas di daerah. Dalam menjalankan fungsi ini, dinas UKM dan koperasi
tetap harus berpegangan pada unsur pemberdayaan masyarakat, pemerintah
hanya akan memainkan peran sebagai fasilitator yang menyediakan informasi
yang berkaitan dengan kompetensi inti lokal (local core competency) yang dapat
diolah menjadi produk barang dan jasa dan juga informasi pasar. Dalam
beberapa temu muka dengan anggota koperasi dan UKM ditemukan semacam
keragaman keluhan yakni masih birokratisnya proses untuk mendapatkan jasa ini
dan juga validitas data dan informasi yang sering sudah usang.

9
Ketiga, Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan. Peran yang dapat
dimainkan oleh adalah memfasilitasi dalam pengembangan riset dan SDM untuk
mengembangkan koperasi dan UKM. Dengan demikian koperasi dan UKM akan
mendapatkan supply pengetahuan yang up-to date untuk pengembangan
bisnisnya. Idealnya antara pemerintah, koperasi dan UKM, serta lembaga
pendidikan ada keterkaitan tri partiet. Disini perguruan tinggi akan berperan
dalam pengkajian dan penelitian berbagai hal yang berkaitan dengan
pengembangan usaha koperasi dan UKM, serta mencetak alumni yang dapat
dimanfaatkan oleh koperasi dan UKM.
Keempat, Lembaga Swadaya Masyarakat. Peran LSM adalah berfungsi
sebagai pendamping bagi koperasi dan UKM saat berhubungan dengan pihak-
pihak luar seperti.
pemerintah, perbankan maupun sektor swasta lainnya. Selain itu LSM
juga bisa berperan dalam membangkitkan kesadaran sosial dan peranan yang
bisa dimainkan olehnya, khususnya dalam menghadapi pengusaha-pengusaha
besar. Sehingga kekhawatiran adanya eksploitasi sumber daya akan dapat
dikurangi. Termasuk LSM di sini adalah Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin).
Kelima, Lembaga Keuangan (bank maupun non-bank). Lembaga keuangan
akan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan usaha
koperasi dan UKM. Berdasarkan kajian dari berbagai negara menunjukkan bahwa
koperasi dan UKM adalah unit usaha yang memperoleh keistimewaan (privileges)
dari pemerintah dalam permodalannya. Berdasarkan kajian, terlihat bahwa
koperasi mendapatkan perlakuan yang sama dengan unit bisnis lainnya,
akibatnya dalam pengajuan modal ke perbankan sering menemui permasalahan.
Keenam, Badan diklat koperasi dan UKM (Balatkop dan UKM). Lembaga
diklat disini dipahami sebagai sistem temporer yang berperan untuk memberikan
pengetahuan dan keahlian dalam usaha koperasi dan UKM. Sebagai sistem
temporer lembaga ini berperan dalam menentukan corak dan kompetensi apa
yang akan dihasilkan dari peserta diklatnya. Tuntutan sekarang yang mengemuka
adalah kurikulum yang sesuai dengan local needs. Selain itu komposisi dari

10
kurikulum juga hendaknya lebih menitikberatkan pada praktek melalui magang
ke unit bisnis yang lebih maju. Berdasarkan kajian, permasalahan yang
ditimbulkan dari belum tercapainya tujuan instruksional dari diklat, salah satunya
adalah pola rekrutmen calon peserta diklat yang masih belum selektif dengan
kompetensi yang akan dibangun.
Hal ini yang muncul ke permukaan terkait dengan otonomi daerah,
kebijakan pengembangan koperasi dan UKM harus diarahkan pada jiwa dari
otonomi yakni untuk menciptakan kompetensi lokal dalam rangka meningkatkan
daya kompetisi. Oleh karena itu kebijakan yang mengarah pada bentuk-bentuk
sentralisasi harus dihindarkan. Implikasinya dalam mendesain kurikulum dalam
diklat harus disesuikan dengan kebutuhan.
dan muatan lokal (local needs).Dari temuan lapangan terdeteksi bahwa
peran-peran ideal yang seharusnya dilaksanakan dari masing-masing stakeholder
terhadap koperasi dan UKM belum berjalan secara optimal dalam suatu tatanan
koordinasi yang sinergis. Bahkan fakta dilapangan masih banyak ditemukan
adanya tarik ulur kepentingan antara Dinas Koperasi dan Dekopin, sebagai
stakeholders dominan dalam implementasi kebijakan pengembangan SDM
koperasi dan UKM. Bahkan di beberapa tempat ditemukan konflik yang cukup
tajam antara Dekopin dengan Dinas Koperasi, terutama dalam bidang teknis,
seperti pengembangan diklat, penyaluran subsidi, dan lainnya. Akibatnya muncul
banyak duplikasi dan pengulangan kegiatan dan program. Hal ini menimbulkan
sikap apatis dan apriori dari anggota koperasi dalam mendukung program yang
diajukan oleh kedua institusi ini. Conflict of interest ini juga masih terjadi antara
LSM dengan pemerintah. LSM masih merasa sering dicurigai oleh pemerintah.
Sebaliknya pemerintah juga masih dicurigai oleh LSM, masih sebagai mesin dari
kekuatan politik. Sikap parokialism jelas berdampak kepada efektifitas dan
efisiensi program pembinaan SDM koperasi dan UKM.
Selain itu, dalam masa transisi seperti sekarang ini, masih juga banyak
ditemukan berbagai masalah yang menyangkut penataan kelembagaan instansi
pembina koperasi dan UKM. Sejak diimplemantasikannya UU Otonomi Daerah,

11
urusan terkait dengan pembinaan dan pengembangan koperasi menjadi bidang
tugas dan kewenangan pemerintah Kota /Kabupaten. Namun dalam
implementasinya penyerahan kewenangan termasuk pegawaianya tidak jarang
menimbulkan konflik kepentingan di beberapa pemerintah kabupaten/kota.
Seringkali pemegang otoritas kebijakan di pemerintah kabupaten dan kota dalam
mengangkat pejabat setingkat kepala dinas atau di bawahnya adalah mereka
yang sama sekali tidak memiliki kompetensi dan latar belakang pekerjaan dan
pengetahuan yang berkaitan dengan bidang tugas koperasi dan UKM.
Pertimbangannya semata hanya untuk mengakomodasi senioritas karyawan.
Jelas kebijakan ini akan berdampak kepada efisiensi dan efektifitas dari
keberhasilan program dan kebijakan itu sendiri. Selain itu, juga tidak jarang
menimbulkan friksi dan gejolak yang kontra produktif antara karyawan `asli`
dengan karyawan dari pusat.

Beberapa Langkah Perbaikan


Dari paparan permasalahan yang telah diuraikan, ada beberapa langkah
yang bisa dilakukan berkaitan dengan pengembangan kebijakan dasar koperasi
dan UKM. Pertama, mendesain payung kebijakan yang komprehensif dan
aspiratif. Realitas menunjukkan bahwa dalam pengembangan SDM koperasi dan
UKM banyak sekali kelompok yang mempunyai kepentingan dalam kebijakan ini.
Untuk menjamin tingkat efektifitas koordinasi dan sinkronisasi, maka kebijakan
pengembangan dasar harus berada dalam payung kebijakan yang memiliki daya
jangkauan yang luas dan berada di atas peraturan daerah.
Dari sisi substansi kebijakan, dalam rangka mewujudkan suatu kebijakan
yang rasional dan adil maka diperlukan adanya suatu riset yang menyeluruh
untuk menggali data dan informasi yang berkaitan aspek pengembangan SDM
koperasi dan UKM. Data dan informasi yang yang komprehensif ini akan
meredusir aspek penyederhanaan permasalahan. Koperasi dan UKM memang
merupakan entitas yang sangat beragam, untuk itu perlu untuk diklasifikasikan
berdasarkan skala usahanya. Pengklasifikasian ini dilaksanakan untuk menjamin
adanya efektifitas kebijakan yang dihasilkan.

12
Kedua, membentuk forum dialog dari berbagai stakeholders. Dalam
rangka mereduksi adanya conflict of interest dan duplikasi kegiatan idealnya ada
sinergi masing-masing stakeholders untuk merumuskan kebijakan substantif
pengembangan SDM koperasi dan UKM. Namun demikian sering masing-masing
stakeholders saling "berebut lahan" dalam menciptakan kegiatan pengembangan
koperasi. Misalnya antara Dekopin dan Dinas Koperasi, dan antara pemerintah
dengan LSM. Dari fakta ini jelas diperlukan adanya suatu kesepakatan wilayah
garap (domain) dari masing-masing kelompok yang berkepentingan. Kesepakatan
ini akan terbangun apabila ada komitmen untuk berdialog bersama. Dialog ini
juga dapat diperluas dengan melibatkan stakeholders lainnya; perguruan tinggi,
LSM, dan dunia perbankan. Peran ini pada tahap awal dapat difasilitasi oleh
pemerintah.
Ketiga merevitalisasi Lembaga Diklat. Lembaga Diklat adalah memegang
posisi yang sangat vital dalam menciptakan SDM koperasi yang handal dan
kreatif sesuai dengan jiwa koperasi yakni kemandirian. Titik-titik kritis (crucial
points) yang harus diperbaiki adalah mekanisme rekrutimen yang belum
menjamin adanya kesesuaian dengan kompetensi inti yang akan dibangun,
kurikulum yang harus senantiasa disesuaikan dengan perkembangan jaman dan
kebutuhan lokal (local contains), dan mekanisme pembinaan peserta setelah
mengikuti kursus (post training) dengan menempatkan atau mencangkokkan
mereka pada lembaga bisnis yang lebih unggul dalam rangka transfer
pengetahuan (magang).
Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa pengembangan SDM koperasi dan
UKM hendaknya jangan diredusir dengan mengadakan diklat saja,
pengembangan SDM adalah merupakan sistem yang didalamnya terdapat sub-
sub sistem yang mana diklat hanya merupakan salah satunya.Keempat,
penguatan instansi pembina (capacity building). Hal ini dapat dijalankan dengan
mekanisme kerjasama dengan perguruan tinggi dalam rangka peningkatan SDM
pegawai pemerintah koperasi dan UKM. Hal lain yang bisa dijalankan dalam
rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan pemerintah adalah melalui jalan

13
outsourcing dari organisasi luar. Cara ini digunakan sebagai metode antara untuk
menutupi kekurangan dinas koperasi dan UKM dalam menjalankan fungsinya.
Hal lain yang masih terkait dengan fungsi fasilitator pemerintah adalah
peningkatan kapasitas data dan informasi bisnis yang dapat diakses oleh kopersi
ataupun UKM. Untuk itu perlu dikembangkan sistem informasi bisnis. Kelima,
Memantapkan posisi lembaga diklat koperasi dan UKM di tingkat wilayah. Saat
ini lembaga ini tengah berada dalam masa transisi yang mengarah pada situasi
tak bertuan (stateless). Diklat koperasi dan UKM pada era otonomi daerah
adalah masih diperlukan sebagai salah satu icon dalam menciptakan SDM
koperasi yang unggul. Oleh karena itu, paling tidak pada tingkat propinsi lembaga
ini harus tetap eksis. Keberadaannya pada tingkat propinsi, selain juga dalam
rangka efisiensi juga dalam upaya menciptakan kordinasi dan sinkronisasi
kebijakan.

B. Pengertian Koperasi dan UKM

Kata koperasi sangat familiar di kalangan masyarakat. Koperasi dapat


diartikan sebagai badan usaha yang menaungi anggotanya dalam aspek
perekonomian yang bertujuan mendapatkan kesejahteraan bersama.
Pelaksanaannya berdasarkan prinsip koperasi dan berasaskan kekeluargaan.
Badan usaha ini pun berkembang pesat berkat pengelolaan dan manajemen yang
baik sehingga cukup mempengaruhi banyak orang dan organisasi, di antaranya
Boedi Oetomo dan SDI. Hari koperasi Indonesia ditetapkan pada 12 Juli 1947.
Adapun modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri meliputi simpanan pokok yang wajib dibayarkan
anggota saat pertama kali mendaftar menjadi anggota. Simpanan wajib yang
dibayarkan selama ia menjadi anggota koperasi, simpanan khusus yang terdiri
dari simpanan sukarela (dapat diambil kapan saja), simpanan qurba, dan
deposito berjangka.
Selain itu, modal terdiri dari dana cadangan yang diperoleh dari sisa hasil
usaha yang disisihkan dan hibah (pemberian). Sementara modal pinjaman
koperasi berasal dari anggota atau calon anggota koperasi lainnya, bank

14
dan lembaga keuangan bukan bank, serta penerbitan obligasi dan surat
utang.Perangkat organisasi koperasi adalah sebagai berikut :
Rapat anggota yang memiliki wewenang kekuasaan tertinggi dalam
koperasi sekaligus merupakan media penuangan aspirasi bagi anggotanya. Dalam
rapat anggota, segala hal yang berhubungan dengan kebijakan koperasi
diputuskan seperti pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian personalia
pengurus dan pengawas.
Pengurus koperasi, diberikan wewenang atas kepemimpinan koperasi
dan bertanggungjawab terhadap rapat anggota.
Pengawas dalam koperasi berfungsi untuk melaksanakan pengawasan
terhadap kualitas kerja pengurus. Pengawas dalam menjalankan tugasnya berhak
mendapatkan setiap informasi maupun laporan pengurus yang bersifat rahasia
dan bertanggung jawab kepada rapat anggota.

Menjadi anggota koperasi memiliki banyak manfaat, di antaranya para


anggota akan mendapatkan pembagian hasil usaha, membeli barang maupun
jasa yang dibutuhkan dengan biaya murah, dan kemudahan untuk menjual hasil
produksinya.Selain itu, para anggota mendapatkan kemudahan untuk
mendapatkan fasilitas kredit dengan proses yang cepat dan tentunya bunga yang
dikenakan lebih rendah karena anggota dalam hal ini berperan sebagai pemilik
modal.Begitu banyak keuntungan yang didapatkan melalui keikutsertaan
koperasi. Selain keuntungan dalam segi ekonomi, para anggota memperoleh
keuntungan dalam bidang sosial, yaitu mendapatkan pendidikan dan pelatihan
tentang wirausaha.Melalui badan usaha ini pula, berbagai kegiatan dapat
diselenggarakan, di antaranya kegiatan kredit perumahan, asuransi,
jasa kesehatan, dan tunjangan hari tua bagi para anggotanya.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu
pada usaha berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp
200.000.000, belum termasuk tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu
contoh dari badan usaha perseorangan dimana didirikan dan dimiliki oleh satu
orang saja. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, UKM merupakan

15
kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dimana tipe bidang usahanya bersifat
heterogen serta perlu dilindungi oleh pemerintah untuk mencegah persaingan
yang tidak sehat.

Kriteria usaha kecil menengag menurut UU No. 9 tahun 1995, seperti.


 memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 belum termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
 memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000
 dimiliki oleh warga negara Indonesia.
 Berdiri sendiri dan bukan anak dari suatu perusahaan atau cabang
perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai atau bergabung secara langsung
atau tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

 Salah satu contoh dari badan usaha perseorangan yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum, misal: koperasi.

Kriteria UKM menurut BPS dengan Kementiran Negara Koperasi dan UKM
sebagai berikut.
 Jika hasil usaha perseorangan berkisar sampai dengan
1.000.000.000, maka usaha tersebut digolongkan ke dalam usaha
kecil.
 Jika hasil usaha perseorangan berkisar antara 1.000.000.000
sampai dengan 50.000.000.000, maka usaha tersebut digolongkan
ke dalam usaha menengah.

3 jrnis usaha yang dapat dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba, seperti.
 Usaha manufaktur (manufacturing business) merupakan badan usaha
yang aktivitas usahanya merubah bahan baku menjadi suatu produk yang
dapat digunakan oleh masyarakat atau produsen selanjutnya. Contoh:
pabrik konveksi yang menghasilkan pakaian maupun pengrajin bambu
yang menghasilkan mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagainya.

16
 b. Usaha dagang (merchandishing business) merupakan badan usaha
yang aktivitas usahanya langsung menjual barang yang sudah dibeli tanpa
melakukan perubahan terlebih dahulu. Contoh: pusat jajanan tradisional
yang menjual berbagai macam jajanan tradisional maupun took
kelontong yang menjual semua jenis barang kebutuhan sehari-hari.
 c. Usaha jasa (sevice business) merupakan usaha yang memberikan
jasa atau layanan kepada konsumen. Contoh: jasa pengiriman barang
maupun warnet.

Jika seseorang ingin mendirikan UKM, maka diperlukan diferensiasi bidang


usaha yang akan dilakukan supaya dapat menjadi pusat perhatian dan dikenal
oleh konsumen karena memiliki keunikan tersendiri. Diferensiasi merupakan
segala upaya yang dilakukan seseorang maupun perusahaan untuk menciptakan
perbedaan dengan pesaing usaha kita dengan tujuan memberikan nilai terbaik di
mata konsumen.
Berikut yang perlu dipirkan dalam membuat diferensiasi UKM, sebagai berikut :
 Konten (what to offer) yaitu kelebihan apa yang dapat ditawarkan pemilik
usaha kepada konsumen untuk membedakan jati diri perusahaan dengan
pesaing.
 Konteks (how to offer) yaitu bagaimana cara sang pemilik usaha dalam
menawarkan kelebihan usahanya kepada konsumen.
 Infrasturktur (enabler) merupakan faktor lain yang mendukung
terlaksananya diferensiasi usaha dengan menunjukkan perbedaan
kemampuan tekhnologi, kemampuan sumber daya manusia dan fasilitas
yang dimiliki suatu perusahaan terhadap pesaing usahanya. Jadi,
infrasturktur merupakan segala sesuatu yang dimiliki suatu perusahaan
untuk menciptakan apa yang dapat ditawarkan dan bagaimana cara
pemilik usaha untuk memperkenalkan usahanya kepada konsumen.

Kita juga harus memperhatikan dua hal dalam melakukan diferensiasi


usaha, seperti.

17
 Kreatif dalam menghasilkan segala sesuatu yang unik berhubungan
dengan usaha kita.
 Positif artinya diferensiasi yang dilakukan harus memberikan atau
menambah nilai pada produk atau layanan yang diberikan kepada
konsumen.

Kelebihan dan kekurangan perusahaan perseorangan.

Kelebihan :
 Mudah didirikan dan dibubarkan karena sifatnya fleksibel.
 Seluruh keuntungan dapat dinikmati sendiri karena pemilik berperan
sebagai pemilik tunggal.
 Jika timbul masalah dalam perusahaan, pemilik dapat cepat mengambil
keputusan karena pemilik tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain.
 Kegiatan operasi dan peraturan hukum di badan usaha perseoranga tidak
terlalu rumit.
 Rahasia perusahaan sangat terjamin karena hanya pemiliknya yang
mengetahui tentang masalah perusahaannya.
 Pemilik badan usaha perseorangan harus membayar pajak kepada
pemerintah, tapi lebih rendah dari pajak PT.
 Pemilik memiliki kepuasan tersendiri dan dapat bertindak sesukannya
karena peranannya sebagai pemilik tunggal.
 Jangka waktu badan usaha tidak terbatas dan sewaktu-waktu dapat
dipindah tangankan.
 Biaya organisasi rendah karena membutuhkan sedikit karyawan bahkan si
pemilik bisa langsung terjun ke dalam usahanya.
 Manajemen perusahaan relatif fleksibel.
 Tidak melalui proses administrasi yang kompleks, hanya sampai
pembuatan akte notaris dan surat keterangan dari kelurahan saja

Kekurangan :

18
 Pemilik tidak dapat membagi kerugiannya kepada pihak lain.
 Tanggung jawab pemilik tidak terbatas, artinya pemilik bertanggung
jawab terhadap semua beban dan utang badan usaha dengan jaminan
harta benda yang dimiliki perusahaan maupun harta pribadi jika pemilik
tidak mempu membayar utang usaha.
 Pemilik badan usaha perseorangan harus menangani semua keputusan
meskipun ia tidak memahami masalah tersebut.
 Keuangan badan usaha tergantung pada berapa banyak uang yang
dimiliki oleh pemilik badan usaha, biasanya diperoleh dari harta milik
sendiri dan pinjaman dari puhak luar. Terkadang pinjaman dana dalam
jumlah besar dapat menyulitkan pemilik badan usaha.
 Kelangsungan badan usaha kurang terjamin, kecuali jika sedini mungkin
sudah menyiapkan penggantinya.
 Status hukum perusahaan perseorangan tidak berbentuk badan
hukum.apabila pemilik usaha meninggal dunia atau sedang tidak aktif,
maka kegiatan usahanya aka terhenti.
 Kemampuan manajerial terbatas.
 Pemilik wajib memiliki NPWP karena si pemilik menjadi satu kesatuan
dengan usahanya.

Evaluasi UKM

19
Peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperkuat basis usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) rupanya cukup berhasil. Salah satu buktinya, cukup
banyak pengusaha yang kini naik kelas. Menurut Menko Perekonomian Hatta
Rajasa, hasil evaluasi penyaluran KUR menunjukkan, sebagian pengusaha kelas
mikro dan kecil, kini sudah naik kelas menjadi pengusaha kelas menengah.
Menurut Hatta, 400 ribu pengusaha itu bisa naik kelas menjadi pengusaha kelas
menengah setelah mendapat kucuran pendanaan Rp 2 triliun dari program KUR.
merupakan contoh sukses program KUR. Pengusaha tersebut akan terus dibina,
sehingga nanti bisa mengakses kredit perbankan. Pemerintah sepakat untuk
menghubungkan sektor UMKM yang menjadi binaan Kementerian dengan
perbankan. Sehingga, nanti masing-masing Kementerian bisa memberikan daftar
pengusaha UMKM binaannya yang potensial kepada perbankan sebagai penyalur
KUR maupun kredit biasa. Terkait KUR, pemerintah optimistis penyalurannya
akan berjalan lancar, bahkan bakal melampaui target Rp 13,1 triliun. Hatta
optimis, revisi kebijakan penyaluran KUR seperti mempermudah penyaluran,
meniadakan jaminan tambahan, hingga meniadakan pengecekan ulang dari Bank
Indonesia (BI), akan mampu mendongkrak penyaluran KUR. Dan akses akan
diperluas hingga ke BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang tahun ini akan
menyalurkan Rp 2 triliun.Menurut Menteri Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan,
hingga akhir Juni lalu, dari target Rp 6,5 triliun, kini realisasi penyaluran KUR
sudah mencapai Rp 5,1 triliun. Bagaimana dengan kredit macet atau non
performing loan (NPL) KUR? Menurut Syarifudin, angkanya relatif rendah, yakni
sekitar 3 persen. Bahkan, lanjut dia, ada bank penyalur yang NPL KUR nya hanya
1,2 persen. Sementara itu, menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Mustafa Abubakar, pihaknya akan terus mendorong bank-bank BUMN untuk
mempercepat penyaluran KUR. Sebab, dari target penyaluran Rp 18 triliun,
sekitar Rp 15,8 triliun diantaranya dicover oleh bank pelat merah. Oleh karena
itu pihaknya akan terus memompa perbankan BUMN.

20
Contoh UKM
Salah satu usaha yang terbukti menjanjikan adalah di bidang otomotif,
Selain dapat menyalurkan hobi anda, usaha di bidang otomotif juga dapat
memberikan keuntungan yang besar bagi anda, KING AUTO INTERIOR (KAI)
adalah salah satu usaha franchise / waralaba yang bergerak di bidang otomotif.
Satu konsep franchise yang menawarkan system “One Stop Shopping”. Karena di
KAI, kebutuhan vital dari mobil anda dapat dipenuhi.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan


usaha bersama atas dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga mendapatkan
manfaat yang lebih besar dengan biaya yang rendah melalui perusahaan yang
dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh anggotanya.Koperasi bertujuan
untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya lebih baik
dibandingkan sebelum bergabung dengan Koperasi.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu
pada usaha berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp
200.000.000, belum termasuk tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu
contoh dari badan usaha perseorangan dimana didirikan dan dimiliki oleh satu
orang saja.

B. Saran

 Bagi penyusun, hasil Makalah ini dapat dijadikan Acuan untuk


memperbaiki perekonomian menjadi lebih baik.
 Bagi pembaca, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan
bergunasebagai informasi dan dapat menambah referensi khasanah ilmu
pengetahuan.

22
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah berandaukm.blogspot.
com

http://www.dokterbisnis.net/2009/12/02/pentingnya-diferensiasi-bagi-produk-
atau-jasa anda-bahkan-bagi-perusahaan-anda/

Adji. Wahyu, Ekonomi untuk 3 SMA, jilid 3, Jakarta: Erlangga, 2007

http://www.dokterbisnis.net/2009/12/01/tipe-bisnis-apa-yang-cocok-buat-anda/

http://berkoperasi.blogspot.com/

http://io.ppijepang.org/cetak.php?id=17

http://manajemen-koperasi.blogspot.com/2008_08_24_archive.html

http://www.anneahira.com/dinas-koperasi.htm

http://www.addthis.com/bookmark.php?v=20

http://komunitas.bisnisukm.com/groups/usaha-waralaba/forum/topic/bisnis-
otomotif-yang-menguntungkan/

23

Anda mungkin juga menyukai