Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

“DASAR EKONOMI KOPERASI DAN UMKM”


Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Ekonomi Koperasi Dan UKM”

Dosen Pengampu :

Nur Laili Fikriah, S.E., M.Sc

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Septyani Khoirunnisa (12402183185)
2. Vinda Vega Amaniar (12402183196)
3. Maulida Azizah (12402183210)
4. Putri Puspitasari (12402183220)
5. Deny Hartanto Kusuma (12402183228)

EKONOMI SYARIAH 4E
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
FEBRUARI 2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya pada kita semua. Dan tidak lupa shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Dasar Ekonomi Koperasi dan UKM” ini dalam keadaan sehat
wal ‘afiat tanpa kurang suatu apapun.

Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan pihak-pihak lain, oleh karena
itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:

A. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku rektor IAIN Tulungagung yang telah


memberikan berbagai fasilitas dalam pembuatan makalah ini.
B. Nur Laili Fikriah S.E., M.Sc selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi
Koperasi dan UKM
C. Semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.

Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa IAIN


Tulungagung pada umumnya.

Wassalamualaikum wr.wb

Tulungangung, Februari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR........................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang 1

B.Rumusan Masalah 2

C.Tujuan penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Koperasi Dan UMKM Dalam Berbagai Dimensi 3

B. Beberapa Pengertian Koperasi dan UMKM 5

C. Manfaat Koperasi dan UMKM 7

D. Ekonomi Kerakyata, Sistem Perekonomian Yang Tidak


Meminggirkan Koperasi Dan UMKM 8

E. Politik Ekonomi Dalam Memberdayakan Koperasi dan UMKM 13

F. Koperasi dan UMKM Sebagai Bisnis Kekuatan Ekonomi


Rakyat 19

G. Peranan Koperasi dan UMKM Dalam Perekonomian Nasional 25

H. Alasan Menjadi Anggota Koperasi 26

Bab III PENUTUP

A. Kesimpulan 30

B. Saran 31

DAFTAR RUJUKAN

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koperasi merupakan salah satu pilar ekonomi, untuk saat ini koperasi
kurang dapat perhatian dari Pemerintah. Koperasi sebagai gerakan ekonomi
rakyat dan upaya dalam mengurangi penagguran. Koperasi di Tanah Air kita
sejak zaman penjajahan hingga sekarang telah membuktikan sebagai alat
perjuangan rakyat Indonesia. Koperasi selain bergerak untuk meningkatkan taraf
kehidupan rakyat Indonesian juga untuk memupuk persatuan di kalangan rakyat
Indonesia, koperasi juga merupakan alat perjuangan dalam menyukseskan
pembangunan Indonesia, khususnya pembangunan masyarakat desa.
Dengan demikian, melalui pemberdayaan koperasi diharapkan akan
mendukung upaya pemerintah tersebut. Dalam upayanya, pemerintah dalam hal
ini Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dituntut untuk
dapat menghasilkan program dan kebijakan yang dapat mendukung tumbuh dan
berkembangnya koperasi. Walaupun hambatan senantiasa menghadang di
hadapan kita, namun koperasi sebagai pilar ekonomi yang berbasis masyarakat
ekonomi skala kecil dan mikro terus diupayakan pengembangannya. Komitmen
dan statmen nasional yang sudah kita baca dan kita dengar di mass media, bahwa
peranan ekonomi skala kecil dan mikro ternyata patut diperhitungkan karena
penyerapan tenaga kerja dan ketahanan menghadapi krisis sektor ini
menunjukkan hal yang sangat positif.
Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah
terwujudnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh
dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam
produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan
untuk menghadapi persaingan bebas

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi koperasi dan UMKM dalam Berbagai Dimensi?
2. Bagaimana pengertian Koperasi dan UMKM?
3. Apa manfaat koperasi dan UMKM?
4. Bagaimana ekonomi kerakyatan, sistem perekonomian yang tidak
meminggirkan koperasi dan UMKM?
5. Bagaimana politik ekonomi dalam memberdayakan koperasi dan UMKM?
6. Bagaimana koperasi dan UMKM sebagai basis kekuatan ekonomi rakyat?
7. Bagaimana peranan koperasi dan UMKM dalam perekonomian nasional?
8. Apa alasan menjadi anggota koperasi?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi koperasi dan UMKM dalam Berbagai Dimensi.
2. Untuk mengetahui beberapa pengertian Koperasi dan UMKM.
3. Untuk mengetahui manfaat koperasi dan UMKM.
4. Untuk mengetahui ekonomi kerakyatan, sistem perekonomian yang tidak
meminggirkan koperasi dan UMKM.
5. Untuk mengetahui politik ekonomi dalam memberdayakan koperasi dan
UMKM.
6. Untuk mengetahui koperasi dan UMKM sebagai basis kekuatan ekonomi
rakyat.
7. Untuk mengetahui peranan koperasi dan UMKM dalam perekonomian
nasional.
8. Untuk mengetahui apa yang menjadi alasan anggota koperasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Koperasi dan UMKM Dalam Berbagai Dimensi

Istilah koperasi berasal dari kata (co = bersama, operation = usaha) yang
secara bahasa berarti bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu.1 Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok
peekoperasian, Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat berwatak
sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan
tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. 2
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, menyatakan bahwa koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.3

Secara umum Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak
dalam bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi
lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak,
berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.4

1
S. Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2005), hlm. 1
2
Pasal 3 Undang-Undang No. 12 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian
3
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
4
Kartosapoetra, dan Kartasapoetra, dkk, Koperasi Indonesia, (Jakarta : PT BINA ADIAKSARA dan PT
RINEKA CIPTA, 2003), hlm. 1

3
UU No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM). Usaha Mikro adalah usaha produktif yang milik orang perseorangan
atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang peseorangan atau badan usaha
yang bukan anak perusahaan atau bukan cabang dari perusahaan uang dimiliki
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana di
maksud di dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang peseorangan atau
badan usaha yang bukan anak perusahaan atau bukan cabang dari perusahaan
uang dimiliki dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung denhan Usaha Kecil maupun besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.5
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa UMKM atau Usaha
Kecil Mikro Menengah adalah suatu bentuk usaha ekonomi produktif yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pengertian usaha kecil tidak selalu sama, tergantung konsep yang
digunakan disuatu negara. Dalam definisi tersebut mencakup 2 aspek yaitu aspek
penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari
jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut.
Departemen Perindustrian RI pada tahun 1983 membagi sektor industri menjadi
3 kelompok. Pertama kelompok industri dasar (metal dan kimia), kedua industri
yang menyerap banyak tenaga kerja dan menggunakan teknologi yang bersofat
tradisional. Ketiga industri yang mempunyai investasi berupa aset tetap kurang
dari Rp. 70 juta di luar nilai tanah yang dikuasai.

5
Website sebagai Media Pemasaran Produk-Produk Unggulan UMKM di Kota Semarang, Jurnal
Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 13 No 2, 2015, hlm. 3

4
INPRES No.10 tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit
kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 200 juta sampai maksimal
Rp. 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha).6

B. Beberapa Pengertian Koperaasi Dan UMKM


Pengertian Koperasi Menurut Para Ahli:
1. Arifinal Chaniago. Menurut Arifinal Chaniago, pengertian koperasi adalah
sebuah perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum,
yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan
bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan para anggotanya.
2. Hatta. Bapak Koperasi Indonesia ini mengatakan bahwa pengertian Koperasi
adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong-menolong
3. Munkner. Menurut Munkner, pengertian koperasi adalah organisasi tolong-
menolong yang menjalankan ‘urusniaga’ secara kumpulan, yang berazaskan
konsep tolong-menolong.
4. P.J.V. Dooren. Menurut P.J.V. Dooren, serikat koperasi adalah sebuah
asosiasi anggota, baik pribadi atau perusahaan yang telah secara sukarela
datang bersama-sama dalam mengejar tujuan ekonomi umum.
5. R.M. Margono Djojohadikoesoemo. Dalam bukunya yang berjudul “sepuluh
tahun koperasi: penerangan tentang koperasi oleh pemerintah 1930-1940”
mengatakan bahwa: koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang
yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan
ekonominya.
6. Prof. R. S. Soeriaatmadja. Memberikan definisi koperasi sebagai suatu
perkumpulan dari orang-orang yang atas dasar persamaan derajatsebagai
manusia, dengan tidak memandang haluan agama dan politik seccara sukarela

6
Tiktik Sartika partomo dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan
Koperasi, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002) hlm. 13-15

5
masuk, untuk sekedar memenuhi kebutuhan bersamaa yang bersifat
kebendaan atas tanggungan bersama.
7. Prof. Marvin A. Schaars. Seorang guru besar dari Universitas of Wisconsin,
Madison USA mengatakan: Koperasi adalah suatu badan usaha yang seecara
sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang adlah juga
pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka atas dasar nir
laba atau atas dasar biaya.
8. Paul hubert Casselman. Definisi dikemukakan dalam bukunya yang berjudur:
“The Cooperative Movement and some of its Problems” mengatakan:
“comperation is an economic system with sicial contrast” ( koperasi adalah
suatu sistem, ekonomi yang mengandung unsur sosial).
9. Casselman. Definisi nampak sedderhana, didalamnya terkandung makna yang
luas. Koperasi mengandung dua unsur, yaitu unsur ekonomi dan unsur sosial.
Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu
merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan
yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan. 7
Pengertian UMKM
Di dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2008, kriteria
yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum
dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp.50 juta
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasilpenjualan
tahunan paling besar Rp.300 juta.
2. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling
banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga
maksimumRp.2.500.000, dan.

7
Muhamad Firdaus dan Agus Edhi Sisanto, Perkoperasian, (Bogor Selatan: Gralia Indonesia), hlm. 39

6
3. Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih lebih
dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil penjualan
tahunan di atasRp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50 milyar.8
C. Manfaat Koperasi dan UMKM
1. Manfaat Koperasi
Koperasi memberikan manfaat ekonomi berupa manfaat ekonomi tunai
dan diperhitungkan dan manfaat non ekonomi berupa kepuasan. Manfaat
ekonomi tunai adalah jumlah sisa hasil usaha (SHU) yang diterima anggota
( Rp/tahun) + jumlah tunjangan yang diterima anggota ( Rp/tahun). Manfaat
ekonomi diperhitungkan adalah selisih harga beli dikoperasi dan di luar
koperasi (Rp) + selisih harga jual di koperasi dan di luar koperasi (Rp).9
Manfaat non ekonomi yang dirasakan anggota dalam menjadi anggota
koperasi, terhadap pelayanan dalam RAT dan pemanfaatan unit usaha sudah
sesuai harapan,10 yaitu berada pada kategori tinggi atau puas, yaitu kemudahan
yang diterima anggota seperti membayar listrik, memenuhi kebutuhan pokok,
memenuhi kebutuhan lain serta kemudahan anggota dalam memperoleh jasa
angkutan.
2. Manfaat UMKM
Koperasi menjadi prioritas lembaga perekonomian di banyak negara,
termasuk Indonesia. Maka banyak pelatihan tidak dipungut biaya yang
diadakan oleh koperasi bekerja sama dengan lembaga pemerintahan.
Kesempatan tersebut sangat bermanfaat bagi masa depan usaha. Terutama
usaha yang masih digolongkan sebagai UMKM (kecil dan menengah).
Kebanyakan pelatihan itu ditujukan bagi pelaku usaha kecil dan menengah
yang diusahakan terus bertumbuh di Indonesia. Jenis pelatihannya pun

8
Undang-Undang Nomor tahun 2008 tentang UMKM, Bab IV pasal 6

9
Analisis Kinerja Pelayan Koperasi kepada Anggota dan Strategi Pengembangannya Kasus KUD
Usaha bersama di Kabupaten Lampung Utara, JIIA Vol 6 No 1, 2018, hlm. 2

10
Analisis Manfaat Ekonomi dan Non Ekonomi Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari, JIIA Vol 4
No 1, 2016, hlm 7

7
macam-macam, dari mulai pelatihan manajemen usaha, keuangan, kemasan
dan kualitas produk. Bahkan pelatihan perizinan usaha, kehalalan serta proses
ekspor ke luar negeri pun ada.
UMKM bergabung ke koperasi untuk memperoleh manfaat berupa
etos kerja. Etos kerja tersebut seperti kemandirian, disiplin, dan pantang
menyerah dalam menghadapi kendala saat mengembangkan usaha, dan
semangat bekerja sama. Bagi usaha kecil dan menengah, etos kerja tersebut
perlu dihadirkan sejak awal. Apalagi kebanyakan pelaku usaha memulainya
dari nol atau tanpa pengalaman berbisnis. Bergabung dengan koperasi
memudahkan etos kerja tumbuh dan menjadi budaya perusahaan.
Diakui, bahwa Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
memainkan peran penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi
juga di negara-negara maju (NM). Di negara maju, UMKM sangat
penting, tidak hanya kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak
tenaga kerja dibandingkan usaha besar (UB), seperti halnya di negara
sedang berkembang, tetapi juga kontribusinya terhadap pembentukan atau
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan
kontribusi dari usaha besar11

D. Ekonomi Kerakyatan, Sistem Perekonomian yang Tidak Meminggirkan


Koperasi dan UMKM
Sebagai negara yang memiliki kehususan daam sistem perekonomiannya,
sudah sewajarnya jika sistem perekonomian Indonesia memberikan tempat
secara khusus bagi koperasi dan UMKM untuk mengambil bagian dalam
pembangunan perekonomian nasional sebagaimana ditegaskan dalam TAP MPR
No. XVII/1998 dan diperkuat dengan TAP MPR No. IV/1999, yang seccara
tegas menyatakan sistem ekonomi kerakyatan sebagai sistem ekonomi Indonesia.
Dari kkedua TAP MPR tersebut, beberapa poin penting dimaksukkan ke dalam

11
Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, hlm. 1.

8
batang tubuh UUD 1945 yang dijabarkan dalam beberapa pasal settelah
amandemen keempat, diantaranya:

1. Pasal 27 Ayat 2: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan


penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Pasal 28D Ayat 2: Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
3. Pasal 28H Ayat 2: Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan.
4. Pasal 28H Ayat 3: Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
5. Pasal 33 Ayat 1: Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
atas asas kekeluargaan.
6. Pasal 33 Ayat 2: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
7. Pasal 33 Ayat 3: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
8. Pasal 33 Ayat 4: Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasarkan
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
9. Pasal 34 Ayat 2: Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rkyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu dengan
martabat kemanusiaan.

Pendekatan terhadap sistem ekonomi kerakyatan juga dapat dirujuk


berdasarkan propenas 2002-2004 yang mengandung makna sebagai berikut.
Pertama, penegakan prinsip keadilan dan demokrasi ekonomi, disertai kepedulian

9
terhadap yang lemah. Hal ini memungkinkan seluruh potensi bangsa, baik
sebagai konsumen, pengusaha, maupun tenaga kerja, serta tanpa membedakan
suku, agama, dan gender untuk mendapatkan kesempatan, perlindungan, dan hak
untuk memajukan kemampuannya dalam meningkatkan taraf hidupnya dan
partisipasinya secara aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi, termasuk dalam
memanfaatkan dan memlihara kekayaan alam.

Kedua, pemihakan, pemberdayan, dan perlindungan terhadap yang lemah


oleh semua potensi bangsa, terutama pemerintah, sesuai dengan kemampuannya.
Pemerintah melaksanakannya melalui langkah-langkah yang ramah pasar.
Penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah
(UMKM), dan koperasi (termasuk petani dan nelayan kecil) merupakan prioritas
utama dalam pengembangan sistem ekonomi kerakyatan. Kepada kelompok
penduduk yang mempunyai keterbatasan karena keadaannya, dilakukan langkah-
langkah untuk meningkatkan kemampuannya dam diberikan dukungan agar
dapat memanfaatkan sebagai potensi yang ada.

Dukungan yang mendasar dan secara umum diberikan kepada penduduk


miskin, antara lain, dengan memberikan perlatihan serta memberikan pendidikan
dan pelayanan kesehatan dan biaya yang terjangkau. Sementara itu untuk
memajukan kemampuan dan usaha UMKM (termasuk petani dan nelayan kecil),
diberikan berbagai pelatihan serta peningkatan akses ke pemodalan, informasi
paasar, dan teknologi tepat guna. Langkah-langkah yang ramah pasar tersebut
diberikan secara selektif, transparan, dan disrtai dengan tugas pengawasan yang
efektif.

Ketiga, penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan intervensi yang
ramah pasar. Upaya pemerataan berjalan seiring dengan penciptaan pasar yang
kompetitif untuk mencapai efisiensi optimal. Dengan demikian, misalnya,
hubungan kemitraan antara usaha besar dan UMKM harus berlandaskan kepada
kompetensi, bukan belas kasihan. Untuk itu, pengapusan praktik-praktik dan

10
perilaku-perilaku ekonomi diluar aturan permainan yang dianggap wajar dan adil
oleh masyarakat mejadi prioritas. Praktik-praktik yang dimaksud seperti praktik
moonopoli serta pengembangan sistem perpajakan progresif yang efektif dan
deregulasi yang diarahkan untuk menghilangkan ekonomi berbiiaya tinggi.

Keempat, menggerakkan ekonomi pedesaan. Oleh karena itu, upaya


mempercepat pembangunan pedesaan (termasuk di daerah terpencil, daerah
minus, daerah kritis, daerah perbatasan dan daerah terbelakang lainnya) harus
menjadi prioritas. Pembanggunan desa dapat dilakukan dengan meningkatkan
pembangunan prasarana pedesaan dalam mendukung pegembangan keterkaitan
desa-kota sebagai bentuk jaringan produksi dan distribusi yang salaing
menguntungkan.

Kelima, pemanfaatan dan penggunaan tanah dan sumber daya alam


lainnya, seperti hutan, laut, air, udara, dan mineral secara adil,, transparan, dan
produktif dengan mengutamakan hak-hak rakyat setempat, termasuk hak ulayat
masyarakat adat dengan tetapp menjaga kelestarian fungsi ligkungan hidup.

Perangkat hukum yang mengatur tentang sistem ekonomi kerakyatan


sebagai sistem ekonomi Indonesia sudah lebih dari cukup untuk
diimplementasikan. Tidak hanya Pasal 33 UUD 1945 dan beberapa TAP MPR,
beberapa UU merinci makna demokrasi ekonomi, keadilan berusaha, dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat sebagai pilar utama dalam menjalankan sistem
ekonomi kerakyatan dengan cukup jelas. UU yang dimaksud diantaranya adalah:

1. UU Nomir 25 tahun 1999 tentang Perkoperasian yang menjelaskan tentang


koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat secara rinci.
2. UU Nomor 19 Tahun 2003 ytentang BUMN, termasuk Keputusan Meenteri
Negara BUMN Nomor 236 Thun 2003 yang mewajibkan pelaksanaan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dengan menyisihkan laba
setelah pajak sebesar 1 sampai 3 persen per tahun, termasuk dalam hal ini
adalah program kemitraan dengan UMKM.

11
3. UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroaan Terbatas (PT) yang mewajibkan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang lebih kita kenal
dengan CSR.
4. UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang wajib
meneraapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan melaksanakan
tanggung jawab sosial dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya
masyarakat. Pernyataan ini menunjukkan kewajiban penanam modal untuk
menjalankan CSR dengan mengakomodasi kearifan lokal, termasuk dalam
memberdayakan ekonomi rakyat setempat berdasarkan potensi setempat pula.
5. UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) yang memberikan perrlindungan dan hak terhadap akses sumber-
sumber ekonomi.
6. UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang bertujuan
meningkatkan fungsi dan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sisial. UU ini ditindaklanjuti dengan
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Sosial RI Nomor 29 Tahun
2002 dan Nomor 40 Tahun 2002 tentang Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui
Zakat. Keputusan bersama ini bertujuan untuk memulihkan, membina, dan
mengembangkan bantuan sosial berupa bantuan modal usaha kepada fakir
miskin untuk dapat meningkatkan taraff hidupnya.

Terlepas dari berbagai kelemahan UU tersebut, paling tidak berbagai


produk konstitusi di negara ini telah menyatakan secara tegas perlunya
demokrasi ekonomi dan keadilan dalam berusaha yang kesemuanya ditujukan
bagi kemakmuran seluruh rakyat Insonesia, bukan bagi sebagian rakyat, apalagi
semata-mata bagi pemilik modal asing. Manifestasi dari semua itu adalah adanya
kewajiban usaha besar dan BUMN untuk mengalokasikan sebagian
keuntungannya bagi pengembangan koperasi dan UMKM. Sementara dalam
tataran indivvidu, ada pula kewajiban zakat yang bukan hanya kewajiban

12
keagamaan, tetapi sekaligus sebagai bentuk kepedulian dan rasa keadilan
terhadap sumber-sumber ekonomi yang dimilikinya.

Perhatian terhadap koperaasi dan UMKM adalah suatu hal yang wajar
karena dalam kenyataannya, perusahaan swasta besar dan BUMN telah diberikan
kesempatan yang sangat luas dan besar oleh pemerintah untuk memperoleh dan
mengelola berbagai sumber ekonomi di Inonesia (hak pengelolaan hutan, air,
tambang, bahkan kemudahan mengakses dana dari bank pemerintah).

Untuk menjamin kepastian tterselenggarakannya sistem ekonomi


kerakyatan, maka dibutuhkan payung hukum dengan membuat “ UNDANG-
UNDANG SISTEM PEREKONOMIAN NASIONAL” sebagai amanat UUD
1945 Pasal 33 Ayar 5. UU tersebut dibuat agar berbagai produk hukum tentang
perekonomian tidak menyimpang dari amanat konstitusi. 12

E. Politik Ekonomi dalam Memberdayakan Koperasi dan UMKM

Koperasi dan UMKM menyumbang berbagai indikator makro maupun


mikro dalam berbagai aspek perekonomian nasional dengan cukup signifikan.
Namun jika dicermati secara kasat mata, perkembangan kualitas UMKM dari
waktu ke waktu tidak mengalami perubahan yang berarti, terutama menyangkut
harapan aggar unit usaha mikro berkembang menjadi usaha kecil, usaha kecil
menjadi usaha menengah, usaha menengah menjadi usaha besar. Terjadinya
stagnasi terhadap perkembangan bisnis dalam skala UMKM ini disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Rendahnya koordinasi antar instansi pemerintah pusat yang terkait dengan


pemberrdayaan dan pemngembangan UMKM, terutama koordinasi antara
kementerian yang membidangi UMKM dan departemen yang terkait dengan
perdagangan, perindustrian, dan pemerintah daerah.

12
M. Azrul Tanjung, Koperasi Dan UMKM sebagai Fondasu Perokonomian Indonesia, (Jakarta:
Erlangga), hlm 3-5.

13
2. Kurangnya siinkronisasi antara program pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Bahkan dibeberapa tempat, tidka sedikit ditemukan program
pemerintah pusat yang tidak mengikutsertakan pemerintah daerah, terutama
program yang terkait dengan pemberdayaan koperasi dan UMKM.
3. Tidak jarang, dana pemberdayaan UMKM justru jatuh kepada pihak yang
tidak tepat, sehingga alokasi dana yang ada tidak dapat dimanfaatkan dengan
baik. Bahkan terdapat kesan bahwa jika terdapat aliran dana bagi
pengembangan usaha dari pemerintah, maka dana tersebut dianggap sebagai
dana hibah yang tidak perlu dipertanggungjawabkan. Dampaknya, tidak
jarang dana yang digulirkan jistru dipergunakan untuk hal-hal yang konsumtif.
4. Kekurang akuratan data tentang UMKM, terutama data UMKM yang tangguh
dan mandiri yang dapat dijadikan rujukan dan percontohan bagi UMKM
lainnya.
5. Belum optimalnya pemanfaatan teknologi tepat guna, termasuk dalam hal ini
tidak seriusnya pemerintah dalam mengembangkan teknologi sederhana yang
terjangkau sesuai kemampuan UMKM.
6. Belum adanya rencaana induk penataan dan pembinaan industri maupun PKL
yang bersifat utuh dan terpadu.
7. Belum akuratnya basis data UMKM, terutama data industri kecil, pedagang
kecil, maupul PKL.
8. Kepercayaan lembaga keuangan terhadap UMKM masih sangat rendah
sehingga UMKM sulit mengembangkan usaha lebih jauh. Kebanyakan
UMKM memperoleh tambahan dana justru dari pada lintah darat sehingga
pengembangan usahanya tidak berjalan dengan optimal. Bahkan, tidak jarang
membawa permasalahan baru karena tingginya tingkat bunga yang
dibebankan.
9. Tidak dijadikannya koperasi sebagai wadah gerakan ekonomi rakyat. Hal ini
umumnya terjadi karena ketidaktahuan masyarakat terhadap pentingnya
koperasi untuk menyatukan kekuatan ekonomi UMKM. Di samping itu, ada
sebagian masyarakat dan bahkaan “birokrasi” yang memang tidak

14
menginginkan koperasi berkembang sebagai wadah ekonomi rakyat. Hal itu
ditunjukkan dengan adanya kegiatan dari sebagaian masyarakat yang justru
melakukan kegiatan peminjaaman uang dengan memerankan diri sebagai
lintah darat dan tengkulak. Kegiatan seperti ini banyak terjadi di pasar-pasar
tradisional maupun perkampungan-perkampungan kumuh yang
memanfaatkan ketidakmampuan masyaraakat sebagai mata pencaharian.

Jika berbagai hambatan ini tidak segera ditanggulangi, cita-cita untuk


menjadikan UMKM sebagai bisnis ekonomi rakyat akan semakin jauh dari
kenyataan. Jika hal itu belum dapat diwujudkan, apaliagi pengembangan UMKM
secara bertahap dari satu tingkat ke tingkat lainnya (upaya memperkokoh usaha
mikro menjadi usaha kecil, usaha kecil menjadi usaha menengah, maupun usaha
menengah menjadi usaha besar), maka apa yang diamanatkan oleh konstitusi
sulit diwujudkan.

Dalam konteks ekonomi politik, sejak laihnya republik ini, pembelaan


terhadap koperasi dan UMKM dapat dirasakan melalui politik banteng dengan
memberikan kredit dan fasilitas kepada pengusaha-pengusaha pribumi guna
menjadikan mereka pengusaha yang tangguh dan mandiri. Namun sayang, dalam
perjalanannya, justru terjadi praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang
dilakukan oleh para pengambil kebijakan. Pengusaha-pengusaha yang mendapat
lisensi umumnya adalah pengusaha yang dekat dengan pemerintah dan kekuatan-
kekuatan politik. Ditambah lagi adanya aksi sepihak dari Angkatan Darat yang
mengeluarkan larangan pengambilalihan perusahaan-perusahaan Belanda tanpa
sepengetahuan militer. Cita-cita untuk memperkuat pengusaha pribumi tidak
berjalan sebagaimana direncanakan. Hal ini diperparah ketika terjadinya
perbedaan pendapat yang tajam antaaraa Bung Karno dan Bung Hatta yang
mengakibatkan mundurnya Bung Hatta dari jabatan Wakil Presiden. Peristiwa ini
membuat politik menjadi ujung tombak perjuangan negara yang mengakibatkan
kegiatan-kegiatan ekonomi terabaikan.

15
Pada masa Soeharto, dikenal konsep trilogi pembangunan dengan
memadukan pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas ekonomi sebagai lokomotif
pembangunan yang berupa life servise sebagai ujung tombak politik ekonomi
dalam merebut hati rakyat. Koperasi dan UMKM dieksploitasi secara politik
dengan dibentuknya KUD yang hampir dapat dipastikan tidak memerakan apa-
apa dalam kegiatan ekonomi. Ekonomi pada masa Soeharto lebih kepada
kolaborasi antara TNI dan etnis Tiongkok dalam memanfaatkan berbagai sumber
ekonomi. Pada masa ini, banyak terjadi kasus BLBI yang umumnya bukan
dilakukan pengusaha pribumi. Kebanyakan usaha pemberdayaan koperasi dan
UMKM hanya terbatas pada sektor sandang dan pangaan. Keberpihakan paada
golongaan mampu lebih mencolok seperti paada kasus kredit perkebunan besar
nasional (PBSN) yang hanya dikenakan bunga 12% pertahun dengan plafon
seolah tannpa batas yang hanya dimiliki segelintir orang saja (Marzuki Usmaan:
2004).

Program emberdayaan koperasi dan UMKM melalui “proyek” sistem


ekonomi rakyat dikonotaaasikan dengan program pengentasan kemiskinan
ataupun program temporer melalui berbagai kebijakan, yang diantaranya adalah
binmas, inmas, insus, KUT, kredit, candakulak, subsisdi benih, subsidi bubuk,
dan sebagainya. Dengan program-program ini, praktis pemberdayaan koperasi
dan UMKM tidak meiliki substansi sebagai kekuatan demokrasi ekonomi dan
keadilan sebagaimana diamanatkan kontitusi.

Program ekonomi pada masa Soeharto lebih bersifat top down, dimana
kebijakan pembangunan diarahkan untuk mengejar pertumbuhan secara terus-
menerus dan pada titik tertentu diharapkan dapat menciptakan trickle down effect
(M. Azrul dan Mukhaer:2004). Hanya saja dalam praktiknya, karena jumlahnya
sangat kecil, dapat dipastikan pengaruhnya hampir tidak terlihat. Disisi lain,
karena sifatnya yang top down, maka sering terjadi penyimpangan dalam
pelaksanaannya.

16
Pada maasa pemerintahan B.J habibie atau Kabinet Reformasi
Pembangunan, pemberdayaan koperasi dan UMKM melalui gerakan ekonomi
rakyat cukup dapat dirasakan, tetapi karena singkatnya periode kepemimpindan
B.J Habibie, berbagai proyek pemberdayaan tersebut tidak dapat dilanjutkan.
Sementara pada masa pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid, pemberdayaan
koperasi dan UMKM nyaris tidak terdengar, begitu pula pada masa pemerintahan
Megawati.

Pada masa pemerintahan Susili Bambang Yudhoyono (SBY), wacana


terhadap pemberdayaan koperasi dan UMKM dirasakan cukup kuat. Namun
dalam kenyataanya, acap kali pernyataan-pernyataan SBY berbandiang terbalik
dengan apa yang telah dikapanyekannya. Salah satu proyek mercesuar yang
ppernah dicanagkan SBY adalag 100 triliun untuk KUR dan program
pemberdayaan masyarakat mandiri (PNPM) yang masih belumterasa
manfaatnya. Indikator ini paling tidak tergambar dari belum adanya data
mengenai jumlah kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang sudah mandiri dari
bantuan permodalan seperti KUR (P2KP: 2010). Kenyataan ini mengindikasikan
program penyaluran KUR bisa jadi tidak jauh kepada pihak yang tepat.
Meskipun demikian, paling tidak pada masa pemertintahan SBY (hingga 2010),
tercatat jumlah koperasi telah mencapai 170.411 unit dengan anggota sebanyak
28,240 juta jiwa, volume usaha Rp 82,1 triliun, seta modal usaha sendiri
mencapai Rp 28,35 triliun. Di samping itu, realisasi penyaluran KUR hanya akhir
2010 telah mencapai Rp 14,78 triliun, melebihi target sebesar Rp 13,115 triliun
dari yang dianggarkan (kabarbisnis.com: 2010).

Pendekatan politik merupakan suatu yang penting dalam upaya


membangun sistem ekonomi karena ekonomi politik merupakan instrumen atau
alat bagi penguasa atau pemerintah untuk dapat mengatur kehidupan sosial atau
sistem ekonomi (Didik J. Rachbini: 2002). Pada masa pemerintahan B.J Habibie,
sesungguhnya ekonomi politik secara konkret telah menggunakan instrumen
kekuasaanya untuk merealisasikan konsep ekonomi kerakyatan melalui koperasi

17
dan UMKM sebagai ujung tombak. Political will Habibie lebih berorientasi pada
sistem ekonomi kerakyatan dalam strategi pembangunan yang menyintesiskan
ekonomi makro maupun mikro, yang mampu mengimplementasikan jawaban
berbagai permasalahan yang tengah dihadapi sebgaian besar rakyat dalam bentuk
kurangnya kesempatan kerja, rendahnya tingkat produksi, kemiskinan, dan
ketimpangan pendapatan.

Berdasarkan pendekatan persaingan komparatif, jika UMKM secara


serius didorong dan difasilitasi, sesungguhnya UMKM masih sangat mungkin
dapat berkembang lebih baik lagi di masa-masa mendatang. Beberapa faktor
pendorong perkembangan UMKM di antaranya adalah:

1. Penguatan permodalan. Bantuan penguatan modal ini dapat dilakukan dengan


cara memberikan bantuan modal bergulir dari pemerintah melalui koperasi,
terutama untuk program usaha berskala mikro dan kecil dalam bentuk
inkubator dan cluster. Bantuan penguatan modal bagi usaha menengah dapat
dilakukan dengan memberikan kemudahan pinjaman modal usaha dari
lembaga keuangan san mengupayakan pasar baru dalam bentuk ekspor ke
pasar global.
2. Penguatan kemebagaan. Program ini dapat dilakukan dengan komitmen dari
lembaga eksekutif dan legislatif untuk merevitalisasi UMKM (terutama
melalui penguatan pasar dan permodalan) dalam bentuk kemitraan usaha dan
penguatan lembagaa keuangan mikro sebagai mitra UMKM.
3. Penguatan kapitalis usaha. Program ini dapat dilakukan dengan cara pelatihan
manajemen usaha, pelatihan keterampilan, serta memfasilitasi scara tamu
usaha dan mengalokasikan dana dari pemerintah untuk pelatihan dan peralatan
kerja, terutama mesin.
4. Penguatan aspek pemasaran. Program ini dapat dilakukan dengan cara
menjalin kerja sama dengan luar negeri, membentuk sentra usaha kecil dan
memfasilitasi promosi usaha dalam bentuk ajang pamer produk daerah, dan
sebagainya.

18
Kemaauan politik, baik eksekutif maupun legislatif, hendaknya sevara rill
mempunyai keinginan yang kuat untuk mengembangkan peran UMKM. Ke
depannya, bukan tidak mungkin jika UMKM dengan wadah kooperasi lah yang
akan menjadi perekonomian Indonesia. 13

F. Koperasi dan UMKM sebagai Basis Kekuatan Ekonomi Rakyat

Dengan tidak bermaksud mengabaikan sistem BUMN dan swasta besar,


sesungguhnya UMKM murupakan sektor yang cukup penting dalam
memerankan berbagai kepentingan ekonomi secara rill dapat pembangunan
nasional, terutama bagi penciptaan usaha dan lapangan pekerjaan baru. Dengan
realitas seperti ini, maka memajukan UMKM dan menjadikannya sebagai basis
ekonomi rakyat akan memiliki dampak langsung bagi terciptanyaa stabilitas dan
kemandirian ekonomi. Selain itu, UMKM dapat pula memperkuat fundamental
ekonomi karena sebagian besar aktivitas ekonomi rakyat di tanah air lebih
banyak diperankan dalam unit-unit ekonomi dalam skala UMKM di hampir
semua sektor. Di samping itu, alasan lain yang tidak kalah penting adlah usaha
yang diawali dari usaha berskala UMKM umumnya lebih taahan banting
dibandingkan dengan usaha yang dibuat langsung pada skala besar, termasuk
dalam hal ini BUMN.

1. Dodol Garut Picnic


Perusahaan dodol garut Picnic, PT. Herlinah Cipta Pratama,
merupakan salah satu dari puluhaan industri dodol garut yang ada di
Kabupaten Garut saat ini. Selama lebih dari eman dasawarsa lamanya, sejak
dirilis pada tahun 1949 silam, perusahaan Dodol Picnis telah menjadi bagian
dari sejarah dan dinamika perkembangan dunia usaha makanan daerah dengan
cita rasa khas yang saat ini telah mejadi salah sati ikon kota Garut. Perusahaan
yang didirikan H. Iton Damiri merintis pembuatan usaha dodol Garut. Pada
waktu itu, perusahaan masih berskala rumah tangga dengan jumlah tenaga
kerja sebanyak 5 orang dan daerah pemasarannya terbatas di sekitar kota
13
Ibid,. hlm 9

19
Garut saja. Dari tahun ke tahun, perkembangan pemasaran semakin
meningkat. Dengan pekembangan yang semakin pesat, akhirnya regenerasi
kepemimpinan beralih kepada H. Ato Hermanto selaku direktur perusahaan.
Perusahaan saat ini sudah mampu menyerap 230 tenaga kerja dengan
klasifikasi pendidikan dan keahlian. Kapasitas berkisar 4-6 ton per hari
dengan cakupan pemasaran meliputi seluruh wilayah kota besar di Indonesia.
Dalam kurun waktu 57 tahun bergerak di bidang industri, banyak
prestasi dan penghargaan yang pernah diraih oleh PT. Herlinah Cipta Pratama,
di antaranya Penghargaan Upakarti tahun 1990 perhargaan Siddhakarya di
bidang produktivitas tahun 1995, Penghargaan Paramakarya di bidang
produktivitas tahun 1996, penghargaan Indonesia Development Citra Awart
1998-1999, dan Asian Best Economic Executive Award tahun 2004. Dengan
berbagai prestasi yang diraih dan kiprah yang dilaksanakan serta manajemen
yang profesional, PT. Herlinah Cipta Pratama akan terus maju, berkembang,
dan berkelanjutan. Saaat ini Dodol Picnic Garut sudah memperkenalkan dodol
beraneka rasa (Hermanto, 2016).
2. Kopi Kapal Api
Kopi Kapal Api diawali dari usaha berskala UMKM, industri rumahan
di Surabaya ini telah pula menginspirasi berbagai usaha mikro lainnya untuk
membuat warung kopi. Bisnis keluarga yang dimotori Go Soe Loet pada tahun
1927 mulai memproduksi kopi dengan merek Kapal Api yang menjadi simbol
teknologi tinggi dan kemewahan pada zamannya. Lebih dari itu, inspirasi
untuk senantiasa mengacu pada kualitas menjadikan perusahaan mengalami
kemajuan yang pesat dan berkelanjutan pada masa-masa berikutnya.
Keunggulan Kopi Kapal Api adalah pada kualitasnya. Selain sudah
berdiri lama di Indonesia, kopi ini juga diracik berdasarkan lidah orang
Indonesia. Sampai kini, produk Kapal Api merupakan yang terbesar di
Indonesia. Di Pulau Jawa, misalnya, ‘raja’ Kapal Api itu menguasai sekitar 65
persen pasar. Sementara secara nasional, perusahaan menguasai 50 persen
pasar. Perusahaan juga memiliki banyak produk, misalnya merek Kapal Api,

20
ABC, Expresso Candy, Good Day, Bontea Green, dan Relaxa (Soedomo,
2016).
3. Sinarjaya Santika Sport
Seperti bola yang menggelinding, sekali diatas dan sekali dibawah.
Begitu pula perjalanan hidup Moh. Irwan Suryanto, Presiden Direktur Pt.
Sinarjaya Santika Sport, produsen bola sepak. Irwwan pernah merasakan
pahitnya hidup, itu dulu. Sekarang namanya, lebih dikenal di tingkat nasional
dan internasional. Ayah tiga anak ini pernah menjabat Ketua Umum Asosiasi
Industri Olahraga Nasional Indonesia (Asioni) periode 2007-2011. Namanya
populer berkat bola sepak yang diproduksinya. Produknya yang berkualitas
Internasional dan diekspor ke berbagai negara itu digunakan pada
pertandingan Piala Dunia di Prancis pada 1998. Kualitas produksi hasil
perajin dari Majalengka itu diakui oleh dunia internasional dan mendapatkan
sertifikat.
Irwan mengeskpor bola sepak di antara lain ke Amerika laatin, Timur
Tengah, Afrika Utaara, eropa, dan kini menjajaki paasar Timur Tengah. Jenis
bola yang diproduksinya lain untuk permainan voli, basket, dan futsal. Berkat
kedisiplinannya untuk mempertahankan mutu dan membangun jaringan
pemasaran, usahanya terus berkembang. Apalagi peluang bisnis bola sepak
terbuka luas.. bola sepak yang diekspor itu bermaacam-macam merek,
bergantung pada permintaan. Ada yang memiliki merek pemasaran dan ada
pula yang memaakai mereknya sendiri, Triple S. Sekitar 95% dari produknya
diekspor, sedangkan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Bola sepak merek
Triple S, singkatan dari nama perusahaan Sinarjaya Santika Sport, sudah tidak
asing lagi bagi pecinta sepak bola di tanah air (Moh. Irwan Suryono, 2010).
4. Bakso Sehat Bakso Atom
Sensitivitas terhadap isu lemak babi yang telah ada sejak aal usaha
Bakso Sehat Bakso Atom (BSBA) dibuka, diperhatikan secara serius oleh
B.R. Prabowo, penggagas sekaligus pemilik BSBA. Prabowo memang tidak
main-main dengan kata “sehat” di jualan baksonya. Bisa dibilang BSBA

21
merupakan satu-satunya bakso di Indonesia yang sudah diuji di Laboratorium
Kesmavet, Dinas Kelautan dan Pertanian, DKI Jakarta. Kunci keberhasilan
usaha bakso, menurut Prabowo, tidak semata-mata karena produknya. Tapi
cara pengelolaan pun berpengaruh terhadap kesuksesan.
Dalam tempo 3 tahun, outletnya bertambah menjadi 10 dengan 100
orang karyawan. Sang istri, Istu, melihat usaha ini harus digarap dengan
serius, tidak bsa dibuat bisnis sampingan lagi. Karena itu, ia merelakan kerika
suaminyaa melepas jabatan sebagai Vice President Lippo Bank di tahun 2012
dengan menanggalkan profesinya sebagai pengawal negeri di BSN.
Keputusan yang diambil Prabowo dan istrinya ternyata tepat. Setelah dikelola
secara full time oleh mereka sudah bisa membeli lahan seluas 4.000 m2 di
Ciputat, tangerang. Di tempaat ini pula mereka membangun gerai penjualan
batik dari berbagai daerah dengan nama Batik Saya Batik Asli. Prabowo juga
meyekolahkan kedua anak mereekaa, dari hasil jualan bakso, ke Australia
(Prabowo, 2016).
5. Restoran Sederhana
Restorran Sederhana mengawali bisnisnya hanya dengan modal sekitar
Rp 30.000. Haji Bustaman, adalah sosok di balik kesuksesan Restoran
Sederhana. Tahun 1970 berbekal uang Rp 32.000 beliau hijrah ke Jakarta.
Diawali dengan membuka warung nasi di pasar Benhil pada Tahun 1972, kini
Bustaman sudah bisa menikmati hasil jerih payahnya. Rumah Makan Padang
Sederhana miliknyaa sudah tersebaar hampir di seluruh wilayah Indonesia
hingga Malaysia, baik atas nama sendiri maupun investor melalui sistem
Franshice. Ada cerita unik dibalik nama “Rumah Makan Padang Sederhana”
yang menjadi merek dagang Bustoman. Sekarang ini, banyak sekali rumah
makan padang yang mengatasnamakan Sederhana. Rumah Makan padang
Sederhana milik Bustoman adalah yang memiliki logo rumah Gaadang
dengaan tulisan SA. Kini warung nasi itu telah berkembaang hampir di
seluruh nusantara yang dikenal dengan nama Restoran Sederhana. Pada tahun
2000, Haji Bustoman mendapatkan hak paaten yang didaftarkan pada Dirjen

22
HAKI atas logo “SA” dan nama “SEDERHANA” dan pada tahun 2013, PT.
Sederhana Abaadaanmitraa didirikan untuk mmengelolaa cabang-cabang
Restoran Sederhana (Wika Raharja, 2012).
6. GBKI
GKBI ( Gabungan Koperasi Batik Indonesia ) hal ini merupakan salah
satu strategi pemasaran yang sangat tepat dan bisa disebut berhasil oleh
koperasi-koperasi batik di Indonesia, Dengan menggabungkan diri, pemasaran
batik akan terkuasai dengan baik dan mampu bersaing di pasar global. Hal ini
memperluas jangkauan pemasaran sehingga konsumen lebih mudah
mendapatkan produk yang diinginkan dan dibutuhkan.
Berkaca dari berbagai pengalaman bisnis yang diawali dari usaha
berskala UMKM, jika pemerintah memberi ruang gerak seluas-luasnya bagi
pengembangan UMKM, maka hal tersebut suatu wujud nyata dan juga
indikator utama dalam menjalankan demokrasi ekonomi yang ditujukan
dengan melibatkan sebagain besar masyarakat Indonesia untuk ikut
berpartisipasi secara langsung guna memerankan kepentingan-kepentingan
ekonomi yang didasarkan terjadinya distribusi sumber-sumber ekonomi dan
pemerataan pendapatan rakyat.
UMKM merupakan kekuatan ekonomi yang memegang peranan
penting dalam membangun ekonomi rakyat. Sektor ini akan tetap memainkan
peran penting dalam perekonomian negara. Hamper dapat dipastikan sebagian
rakyat Indonesia akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan tanpa kehadiran
UMKM.
Dengan berbagai pertimbangan, pemerintah dianggap perlu
mengembangkan UMKM karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki koperasi
dan UMKM lebih banyak jika dibandingkan dengan usaha berskala besar.
Kelebihan koperasi dan UMKM :
1. Kemampuan meciptakan peluang-peluang usaha baru yang cukup besar
tanpa harus dimulai dengan modal besar
2. Kemampuan dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar

23
3. Kemampuan dalam menyumbangkan Produk Domestik Bruto (PDB)
yang cukup besar.
4. Kemampuan dalam menyumbangkan hasil ekspor sekaligus sumber
pemasukan devisa negara
5. Kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan pasar
yang begitu cepat, termasuk dalam hal ini adalah kemampuan dalam
menghadapi krisis ekonomi.
6. Kemampuan dalam inovasi teknologi, terutama dalam memanfaatkan
teknologi sederhana dan tepat guna.
7. Kemampuan dalam meciptakan dinamisme manajerial dan hubungan
kemanusiaan dengan pegawai.
8. Kemampuan mengelola sumberdaya ekonomi yang dimiliki sendiri tanpa
harus melibatkan diri dengan pihak ketiga, terutama bank
9. Relatif tidak membebani keuangan negara maupun perbankan dalam
bentuk kredit macet, apalagi mebebani Bank Indonesia dalam bentuk
BLBI seperti dengan perusahaan-perusahaan besar selama ini.

Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki Koperasi dan UMKM,


pemerintah berkonsentrasi dalam membenahi dan memperkuat sektor
UMKM, khususnya usaha mikro dan kecil yang secara bertahap diharapkan
mampu menjadi usaha-usaha berskala menengah yang kuat dan tangguh,
tanpa mengabaikan usaha berskala besar dan BUMN.

Keberpihakan ini merupakan hal wajar karena dalam sejarah


perekonomian tanah air, umumnya yang mendapat berbagai kemudahan dan
fasilitas adalah BUMN dan swasta besar.

G. Peranan Koperasi dan UMKM dalam Perekonomian Nasional


Seperti yang telah dijelaskan di atas, UMKM memegang peranan penting
dalam berbagai aspek pembangunan ekonomi nasional demikian pula halnya
dengan koperasi. Peran koperasi tidak dapat dianggap kecil dalam perekonomian
nasional, koperasi telah mengambil peran yang cukup signifikan dalam
24
mengangkat harkat dan martabat bangsa. Alasannya hampir sama dengan
UMKM umumnya koperasi tidak dapat menimbulkan persoalan bagi bangsa
termasuk dalam kasus BLBI, penjarahan hutan, dan sebagainya.
Selain berbagai peran di atas dan berdasarkan karakteristik yang
dimilikinya, koperasi berperan besar dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat Indonesia. Peran tersebut diantaranya:
1. Memperkuat bangunan sistem ekonomi kerakyatan sebagai sistem ekonomi
Indonesia. Peran ini dapat dilakukan karena dalam praktik pengelolaan
koperasi lebih banyak hal yang dapat diadopsi ke dalam sistem perekonomian
Indonesia titik dengan kata lain, terdapat ketidaksesuaian antara sistem
ekonomi yang hendak dibangun di Indonesia dengan berbagai aspek yang
terdapat di dalam koperasi baik menyangkut karakteristik, prinsip, dan ciri
bangunan koperasi. Tidak heran jika dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945
sebelum amandemen terdapat penjelasan yang secara tegas menyatakan
koperasi sebagai bangunan ekonomi Indonesia.
2. Membangun solidaritas ekonomi nasional. Ini dikarenakan koperasi bukanlah
organisasi bisnis yang dimiliki perorangan. Aspek kebersamaan dibangun
sedemikian rupa di dalam koperasi guna menciptakan sikap tolong-menolong
dan memperkuat satu sama lain titik yang terdapat dalam koperasi sangat
sesuai dengan bangunan sistem ekonomi Indonesia terutama yang tertera pada
UUD 1945 khususnya pasal 33 UUD 1945 dan TAP MPR nomor XVI tahun
1998 dan TAP MPR Nomor IV Tahun 1999
3. Memperkecil distorsi pasar. Pasar terbuka seringkali membuat ketimpangan
antara permintaan dan penawaran. Umumnya, yang terjadi di pasar adalah
produsen lebih mampu mengendalikan pasar sehingga harga lebih sering
ditentukan oleh produsen dari pada keseimbangan yang ditentukan oleh
konsumen dan produsen. Kondisi demikian akan mengakibatkan ketimpangan
pasar sehingga berdampak terhadap kondisi ekonomi yang pada akhirnya
mengganggu upaya pemerintah untuk memaksimalkan kemakmuran rakyat
karena konsumen harus membayar lebih dari apa yang harus dibayar nya. jika

25
koperasi mampu memerankan fungsi bisnisnya secara optimal, distorsi pasar
diyakini dapat diminimalkan titik Hal ini karena dalam bisnis koperasi, para
anggota memerankan diri sebagai konsumen dan juga sebagai produsen
4. Dikarenakan jumlah UMKM yang menopang ekonomi rakyat sangat besar,
maka peran koperasi menjadi sangat vital dalam mengakomodasi berbagai
kepentingan umum KM khususnya usaha mikro dan kecil yang umumnya
bergerak pada sektor informal dan tidak memiliki kemampuan dalam
mengakses sumber-sumber ekonomi.

Dengan berbagai peran tersebut, maka sesungguhnya koperasi memegang


peranan yang cukup signifikan dalam memperkuat bangunan ekonomi nasional.
Dengan kenyataan tersebut, negara sejatinya berkewajiban untuk memelihara
dinamika perekonomian nasional dengan melibatkan dan memberdayakan
koperasi secara positif sebagai salah satu institusi bisnis yang mampu menopang
kehidupan ekonomi rakyat.

H. Alasan menjadi Anggota Koperasi


Dalam berbagai literatur Alasan seseorang menjadi anggota koperasi
lebih didasari pada alasan-alasan sosial dan ekonomi menurut revrisond baswir
mengemukakan beberapa alasan seorang Individu menjadi anggota koperasi, di
antaranya adalah alasan historis, politis, ekonomis, sosiologis dan yuridis. Jika
alasan yang dikemukakan revision lebih ke pendekatan makro yang lebih
komprehensif makahinda dan kusnandi melihat alasan seseorang yang menjadi
anggota koperasi lebih kepada pendekatan mikro yang sangat spesifik, terutama
diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan yang memiliki value guna
memuaskan kebutuhan. Berdasarkan pendekatan tersebut, Alasan seseorang
menjadi anggota koperasi lebih ke pemenuhan kebutuhan secara ekonomi dan
sosial. Berikut dibahas beberapa alasan mengapa seseorang, badan usaha maupun
sebuah negara membutuhkan koperasi sebagai gerakan ekonomi maupun badan
usaha :
1. Alasan Historis

26
Berdasarkan sejarah Koperasi bermula dari pendirian koperasi
Rochdale Pada tahun 1844 di Inggris, serta lahir dan berkembangnya Koperasi
di berbagai belahan benua di Eropa ke Asia Australia dan bahkan Afrika dan
Amerika termasuk di Indonesia. Fakta menunjukkan bahwa kelahiran koperasi
merupakan sebuah Gerakan yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak
sebagian besar rakyat dalam memperoleh sumber-sumber ekonomi. Koperasi
ternyata mampu mendobrak keangkuhan kaum kapitalis yang bertumpu pada
pasar dan modal. Dengan semangat kebersamaan, tidak sedikit dari Kaum
Buruh, petani dan nelayan yang tergabung dalam koperasi hingga mampu
mengangkat harkat dan martabat ekonomi mereka tanpa harus bertumpu pada
kekuatan modal yang besar. Semangat kebersamaan sebagaimana yang
tertuang dalam prinsip koperasi ternyata mampu menciptakan kekuatan baru
dan bahkan menciptakan sebuah model baru bagi kegiatan ekonomi.
Tidak berbeda jauh dengan sejarah awal pendirian koperasi di
Rochdale , pendirian koperasi di Indonesia yang dipelopori oleh Raden Arya
juga dipicu oleh berbagai persoalan ekonomi rakyat yang disebabkan oleh
terjadinya penjarahan terhadap kekayaan bangsa Indonesia oleh Belanda.
Bung Hatta melihat perekonomian rakyat terpinggirkan oleh gerakan kapitalis,
baik oleh penjajah maupun pribumi yang menjadi tengkulak dan lintah darat
sehingga ia ingin menghidupkan kembali perekonomian rakyat melalui
koperasi. Berbagai fakta sejarah ini menunjukkan bahwa salah satu alasan
perlunya memperkokoh keberadaan koperasi adalah guna menghadapi kaum
kapitalis yang kekuatannya bertumpu pada kapital dan pasar.
2. Alasan Politis
Untuk menciptakan bargaining power sehingga kelompok ekonomi
yang dalam kegiatannya tidak begitu memiliki kemampuan dalam mengakses
sumber-sumber ekonomi. (dalam hal, ini UMKM) Akan memiliki
kemampuan dan bargaining position, terutama dalam menghadapi distorsi
pasar dengan kekuatan utama menciptakan anggota koperasi sebagai
pelanggan sekaligus pemilik usaha.

27
3. Alasan Ekonomis
Dalam bidang ekonomi tujuan didirikannya koperasi, terutama
ditunjukkan kepada kepentingan kepentingan menciptakan efisiensi biaya
produksi, meningkatkan pelayanan skala usaha dan jaringan pasar, serta
kemampuan mengakumulasikan modal dari para anggota. Jika individu
individu maupun usaha berskala UMKM mampu menyatukan diri dalam
koperasi, maka paling tidak mereka akan memiliki kemampuan untuk
membeli bahan baku dan sebagainya dalam jumlah yang besar.
Peningkatan pelayanan terutama ditunjukkan kepada Tersedianya
harga produk berkualitas dan harga yang bersaing. Jika UMKM melalui
koperasi mampu menyediakan produk berkualitas dan harga yang bersaing
sesungguhnya. Inilah yang menjadi tujuan utama didirikannya koperasi,
terutama dalam menghadapi kekuatan ekonomi yang padat modal dan
berorientasi pada penguasa pasar. Jika koperasi dikelola sebagaimana
mestinya berbagai kegiatan bisnis UMKM akan dapat menciptakan dan
menggunakan skala usaha dan jaringan pasar. Hal ini dikarenakan selain
didirikan sebagai koperasi primer yang beranggotakan individu-individu,
koperasi juga dapat didirikan oleh lembaga-lembaga koperasi yang dapat
berupa gabungan koperasi pusat koperasi dan induk koperasi yang
sesungguhnya merupakan holding dalam bentuk dan karakter yang berbeda
semakin banyak anggota sebuah koperasi, semakin memungkinkan terjadinya
pengakumulasian modal yang diperoleh dari anggota. Jika Kegiatan ini dapat
dilakukan dengan baik akumulasi modal yang diperuntukkan bagi anggota
koperasi akan lebih efektif.
4. Alasan Sosiologis
Dengan berbagai kelemahan dan kekurangan masing-masing, integrasi
ekonomi memungkinkan masing-masing orang dapat memenuhi kebutuhan
ekonominya melalui wadah ekonomi yang saling menguntungkan. Wadah
yang paling memungkinkan untuk melakukan integrasi berbagai potensi yang
dimiliki tersebut adalah koperasi. Hal ini karena selain koperasi merupakan

28
wadah ekonomi, koperasi juga dapat menjadi gerakan ekonomi yang memiliki
motif sosial sehingga memungkinkan tolong-menolong dalam memenuhi
berbagai kepentingan dan kebutuhan ekonomi antar anggota koperasi.
5. Alasan Yuridis
Sesungguhnya, yang menjadi alasan utama perlunya
seseorang/pengusaha untuk menjadi anggota koperasi adalah status hukum
badan usaha mereka. Alasan ini menjadi lebih penting terutama bagi kegiatan
usaha berskala UMKM. Melalui koperasi, status hukum suatu usaha, terutama
mikro dan kecil, akan lebih jelas dan kuat sehingga perlakuannya pun menjadi
jelas di mata hukum, terutama dalam mengakses lembaga keuangan dan pasar.
Seharusnya pemerintah mengambil perannya secara aktif dan cermat
guna mengorganisasi berbagai potensi UMKM dalam wadah koperasi
sehingga UMKM terlindungi dari berbagai persoalan yang mungkin
dihadapinya, termasuk persoalan jaringan dan ancaman globalisasi. Gerakan
koperasi saat ini masih sangat terbatas dan cenderung dikaitkan dengan
program pemerintah semata. Sebagai entinitas bisnis yang bermuatan sosial,
sebagioan besar koperasi tidak memiliki ediologi untuk dapat menjadi
kekuatan ekonomi rakyat. Kenyataan menunjukkan bahwa gagasan dan
sejarah lahirnya koperasi di berbagai negara tidak lepas dari andil pemerintah,
terutama dalam bangunan sistem dan kebijakan perekonomian .
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat berwatak sosial,
beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata
susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. UU
No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Usaha
Mikro adalah usaha produktif yang milik orang perseorangan atau badan usaha

29
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
Beberapa pengertian koperaasi diungkapkan oleh beberapa para ahli
seperti Arifinal Chaaniago, Hatta, Munkner, P.J.V. Dooren, R.M. Margono
Djojohadikoesoemo, Proff. R.S. Soeriaatmadja,Prof. Marvin A. Schaars, Paul
Hubert Casselman, dan Casselman. Dan pengertian UMKM dibagi menjadi 3
kriteria yaitu usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah.
Koperasi memberikan manfaat ekonomi berupa manfaat ekonomi tunai
dan diperhitungkan dan manfaat non ekonomi berupa kepuasan. UMKM
bergabung ke koperasi untuk memperoleh manfaat berupa etos kerja. Etos kerja
tersebut seperti kemandirian, disiplin, dan pantang menyerah dalam menghadapi
kendala saat mengembangkan usaha, dan semangat bekerja sama.
Sebagai negara yang memiliki kehususan daam sistem perekonomiannya,
sudah sewajarnya jika sistem perekonomian Indonesia memberikan tempat
secara khusus bagi koperasi dan UMKM untuk mengambil bagian dalam
pembangunan perekonomian nasional sebagaimana ditegaskan dalam TAP MPR
No. XVII/1998 dan diperkuat dengan TAP MPR No. IV/1999, yang seccara
tegas menyatakan sistem ekonomi kerakyatan sebagai sistem ekonomi Indonesia.
Koperasi dan UMKM menyumbang berbagai indikator makro maupun
mikro dalam berbagai aspek perekonomian nasional dengan cukup signifikan.
Namun jika dicermati secara kasat mata, perkembangan kualitas UMKM dari
waktu ke waktu tidak mengalami perubahan yang berarti, terutama menyangkut
harapan aggar unit usaha mikro berkembang menjadi usaha kecil, usaha kecil
menjadi usaha menengah, usaha menengah menjadi usaha besar.
Dengan realitas seperti ini, maka memajukan UMKM dan menjadikannya
sebagai basis ekonomi rakyat akan memiliki dampak langsung bagi terciptanyaa
stabilitas dan kemandirian ekonomi. Selain itu, UMKM dapat pula memperkuat
fundamental ekonomi karena sebagian besar aktivitas ekonomi rakyat di tanah air
lebih banyak diperankan dalam unit-unit ekonomi dalam skala UMKM di hampir
semua sektor.

30
UMKM memegang peranan penting dalam berbagai aspek pembangunan
ekonomi nasional demikian pula halnya dengan koperasi. Peran koperasi tidak
dapat dianggap kecil dalam perekonomian nasional, koperasi telah mengambil
peran yang cukup signifikan dalam mengangkat harkat dan martabat bangsa.
Dalam berbagai literatur Alasan seseorang menjadi anggota koperasi
lebih didasari pada alasan-alasan sosial dan ekonomi menurut revrisond baswir
mengemukakan beberapa alasan seorang Individu menjadi anggota koperasi, di
antaranya adalah alasan historis, politis, ekonomis, sosiologis dan yuridis

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu dan
semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini
bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak
memerlukan perbaikan, karena itu kami berharap saran dan kritikan yang
membangun demi sempurnanya makalahkami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin S. 2013. Koperasi Syariah dan Pengaturannya di Indonesia. Malang:


UIN Maliki Press.
Firdaus, Muhammad, Agus Edhi Susanto. 2004. Perkoperasian. Bogor Selatan:
Gralia Indonesia.
Kartasapoetra, dkk. 2003. Koperasi Indonesia. Jakarta : PT Bina Adiaksara dan PT
Rineka Cipta

31
Kristiyanti, Mariana. 2015. Website sebagai Media Pemasaran Produk-Produk
Unggulan UMKM di Kota Semarang. Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol
13 No 2. Hlm 1-11

Niken W, Dyah AHL, Achdiansyah S. 2016. Analisis Manfaat Ekonomi dan Non
Ekonomi Koperasi Perikanan ISM Mitra Karya Bahari. JIIA Vol 4 No 1. Hlm
1-8

Tanjung, M. Azrul. 2017. Koperasi dan UMKM sebagai Fondasi Perekonomian


Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Winda WS, Sudarma W, Rabiatul A. 2018. Analisis Kinerja Pelayan Koperasi


kepada Anggota dan Strategi Pengembangannya Kasus KUD Usaha bersama
di Kabupaten Lampung Utara. JIIA Vol 6 No 1. Hlm. 1-7

32

Anda mungkin juga menyukai