Anda di halaman 1dari 27

BAB 7

MOTIVASI DALAM ISLAM


A. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin, “marvere” yang berarti dorongan
atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia,
khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau
bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya
untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja
mengharapkan karyawan yang mampu, cukup dan terampil, tetapi yang
terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil
kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan ketrampilan karyawan tidak
ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau bekerja keras dengan
mempergunakan kemampuan, kecakapan, dan ketrampilan yang dimilikinya.
Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu
karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja
yang tinggi. 1
Manajer dalam motivasi ini harus menyadari, bahwa orang mau
bekerja keras dengan harapan, ia akan dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan-keinginannya dari hasil pekerjaannya.
Menurut Peter Son dan Plowman keinginan-keinginan itu adalah:
1. The desire to live, artinya keinginan untuk hidup. Keinginan ini
merupakan keinginan utama setiap orang. Manusia bekerja
untuk dapat makan dan makan untuk dapat melanjutkan
hidupnya.

1
Drs. H. Malayu S.P. Hasibun, Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah, (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 216.

1
2. The desire for possession, artinya keinginan untuk memiliki
sesuatu. Keinginan ini merupakan keinginan manusia yang
kedua dan ini salah satu sebab mengapa manusia mau bekerja.
3. The desire for power, artinya keinginan akan kekuasaan.
Keinginan ini merupakan keinginan selangkah diatas keinginan
untuk memiliki, dan mendorong orang mau bekerja.
4. The desire for rechognation, artinya keinginan akan
pengakuan. Keinginan ini merupakan jenis terakhir dari
kebutuhan dan juga mendorong orang untuk bekerja.
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa setiap pekerja mempunyai
motif (wants) tertentu dan mengharapkan kepuasan dari hasil
kerjanya.2 Semangat kerja adalah kemauan untuk melakukan pekerjaan
dengan giat dan antusias, sehingga penyelesaian pekerjaan cepat dan
baik. Kegairahan kerja adalah kemauan dan kesenangan yang
mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan dengan mengetahui
perilaku manusia, apa sebabnya orang mau bekerja dan kepuasan-
kepuasan apa yang dinikmatinya karena bekerja maka seorang manajer
akan lebih mudah memotivasi bawahannya.
Pengertian motivasi menurut beberapa ahli yaitu:
 Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang,agar mereka mau bekerja sama,
bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya
untuk mencapai kepuasan
 Harold Koontz
Motivation refers to the drive and effort to satisfy a want or
goal.

2
Drs. H. Malayu S.P. Hasibun, Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah, (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 217.

2
Artinya:
Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan
kebutuhan atau suatu tujuan.
 Wayne F. Cascio
Motivation is a force that results from an individuals desire to
satisfy their needs (e.g. hunger, thirst, social approval).
Artinya:
Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan
seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya: rasa
lapar, haus, dan bermasyarakat).
 Stephen P. Robbine
We will define motivation as the willingness to exert high
levels of effort toward organizational goals, conditional by
efforts ability to satisfy some individual need.
Artinya:
Kita akan mendefinisikan motivasi sebagai suatu kerelaan
untuk berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan
organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk
memuaskan beberapa kebutuhan individu.
Jadi motivasi adalah segala sesuatu yang dilakukan
dengan tujuan untuk memuaskan kebutuhannya.3
B. Teori – Teori Motivasi
Teori motivasi dikelompokkan atas:
1. Teori Kepuasan (Content Theory)
2. Teori Proses (Process Theory)
3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
1) Teori Kepuasan

3
Drs. H. Malayu S.P. Hasibun, Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah, (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 220.

3
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor
kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak
dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan
perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang
menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan
perilakunya. Teori Kepuasan (Content Theory) ini dikenal
antara lain:
 Teori Motivasi Klasik
Teori ini dikemukakan oleh Frederic winslow
taylor. Menurut teori ini motivasi para pekerja
hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan
kebutuhan biologis saja.
 Maslow’s Need Hierarchy Theory
Teori ini dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun
1943. Teori ini merupakan kelanjutan dari
human science theory Elton mayo (1880-1949)
yang menyatakan bahwa kebutuhan dan
kepuasan seseorang itu jamak yaitu kebutuhan
biologis dan psikologis berupa material dan
nonmaterial.
 Herzberg’s Two Factors Motivation Theory
Teori motivasi dua faktor atau teori motivasi
kesehatan atau faktor higienis. Menurut teori ini
motivasi yang ideal yang dapat merangsang
usaha adalah peluang tugas yang lebih
membutuhkan keahlian dan peluang untuk
mengembangkan kemampuan.
 Mc.Clelland’sAchievementMotivation Theory

4
Teori motivasi ini dikemukakan oleh David
McClelland. Teori ini berpendapat bahwa
karyawan mempunyai cadangan energi potensial.
 ERG Theory Alderfer
Teori ini dikemukakan oleh clayton alderfer
seorang ahli dari yale university. Teori ini
merupakan penyempurna dari teori kebutuhan
yang dikemukakan oleh A.H. Maslow.
 Teori Motivasi Human Relations
Teori ini mengutamakan hubungan seseorang
dengan lingkungannya. Menurut teori ini
seseorang akan berprestasi baik, jika ia diterima
dan diakui pekerjaan serta lingkungannya.
 Teori Motivasi Claude S. George
Teori ini menyatakan bahwa seseorang
mempunyai kebutuhan yang berhubungan
dengan tempat dan suasana dilingkup ia
bekerja,yaitu:
1. Upah yang layak
2. Kesempatan untuk maju
3. Pengakuan sebagai individu
4. Keamanan kerja
5. Tempat kerja yang baik
6. Penerimaan oleh kelompok
7. Perlakuan yang wajar
8. Pengakuan atas prestasi
2) Teori proses
Teori proses pada dasarnya berusaha untuk menjawab
pertanyaan, bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara

5
dan menghentikan perilaku individu, agar setiap individu
bekerja giat sesuai dengan keinginan. Teori ini merupakan
proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil
apa yang diperolehnya.
Teori proses dikenal atas:
a. Teori harapan (Expectancy Theory)
Teori ini dikemukakan oleh victor H. vroom yang
menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang
untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya
tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang ia
inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan.
b. Teori keadilan (Equity Theory)
Teori ini beranggapan bahwa kepuasan seseorang
bergantung pada apakah ia merasakan keadilan (equity)
atau tidak adil (unequity) atas suatu situasi yang
dialaminya. 4
3) Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat
dari perilaku dengan pemberian konpensasi. Misalnya promosi
seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang selalu dapat
dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan
hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti
perilaku tersebut.
Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
 Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement),
yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika
pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.

4
Drs. H. Malayu S.P. Hasibun, Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah, (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 234.

6
 Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement),
yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika
pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.5

C. Motivasi dan perilaku


Perilaku setiap individu pada dasarnya berorenteasi pada tujuan yang ingin
di capai. Dengan kata lain, perilaku individu pada umumnya didorong oleh
keinginan untuk merealisasikan tujuan. Kenyataan menunjukan bahwa semua
perilaku adalah serengkaian aktivitas.
Setiap individu memiliki beragam kebutuhan. Seluruh kebutuhan tersebut
berkompetisi untuk melahirkan perilakunya. Suatu kebutuhan akan berkurang
kekuatanya apabila kebutuhan tersebut suadh dipuaskan.berkurang kekuatan
suatu kebutuhan disebabkan hal hal berikut ini
1. Pemuasan kebutuhan (need satisfaction)
Apabila suatu kebutuhan sudah terpenuhi maka perilaku akan
menurun. Tetapi setelah kebutuhan tersebut sudah terpenihi maka akan
timbul kebutuhan yang baru yang lebih penting.
2. Pemblokiran pemuasan kebutuhan (bloking need sastisfaction)
Pemuasan kebutuhan yang telah diblokir terjadi pengurang kekuatan
kebutuhan tetapi pengurangan kebutuhan terdebut tidak selalu terjadi
pada permulaan.
3. Ketegangan kognitif (cognitive dissonance)
Kejadian ini timbul apabila dua buah persepsi yang relVn satu sama
lain berda dalam konflik.
4. Frustasi
Hambatan bagi pencapaian tujuan yang disebabkan oleh kondisi
seseorang.

5
Dr. Burhanuddin Yusuf, M.M., M.A., Manajemen Sumber Daya Manusia Di Lembaga Keuangan
Syariah, (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2015), hlm. 221

7
5. Rasionalisasi (rationalitization)
Rasionalisasi dapat diartikan sebagai permintaan maaf. Misalnya
individu yang tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
mungkin akan berkata “keadaan itu adalah kesalahan bos saya,
akibatnya saya tidak dapat naik pangkat”
6. Regresi
Regresi pada esensinya adalah tindakan yang tidak sesuai dengan
usianya.
7. Fiksasi
Terjadi apabila individu secara terus menerus memperlihatkan pola
perilaku yang sama berulang ulang meskipun pengalamanya telah
memperlihatkan bahwa hal itu tidak akan menghasilkan apapun.
8. Resignasi
Resignasi terjadi setelah frustasi berkepanjangan.
9. Kekuatan motif yang meningkat
Kekuatan ini tergantung mendesak atau tidaknya kebutuhan seseorang.
D. Pandangan Islam Tentang Motivasi Dalam Organisasi
Lima fungsi utama manajemen adalah planning, organizing, staffing,
leading, dan controlling. Pada pelaksanaannya, setelah rencana dibuat
(planning), organisasi dibentuk (organizing), dan disusun personalianya
(staffing), maka langkah berikutnya adalah menugaskan/mengarahkan
karyawan menuju ke arah tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan
(leading) ini secara sederhana adalah membuat para karyawan melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan.
Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’
(motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge),
keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini, akan digunakan istilah
motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang

8
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan.
E. Elemen Penggerak Motivasi
 Kinerja (achievement)
Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan
(needs) dapat mendorongnya mencapai sasaran atau tujuan.
 Penghargaan (recognition)
Suatu kinerja yang telah dicapai oleh seseorang.
 Tatangan (challenge)
Adanya tantangan membuat manusia kuat mengatasinya.
 Tangung jawab (esponsibility)
Adanya rasa ikut serta memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut
meraskan bertangung jawab.
 Pengembangan (development)
Kemampuan seseorang baik dari pengalaman kerja atau kesmpatan untuk
maju dapat menjadi stimulus kuat bagi individu untuk bekerja lebih giat
 Keterlibatan (involvement)
Rasa ikut keterlibatan dalam suatau proses pengambilan keputusan
dengan bentuk kontak saran dari karyawan yang dijadikan masukan untuk
manajemen perusahaan merupakan stimulus yang cukup kuat untuk
karyawan.
 Kesempatan (opportunity)
Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka dari
tingkat bawah sampai tingkat puncak merupakan stimulus yang kuat untuk
karyawan.
F. Bentuk motivasi
a) Kompensasi bentuk uang
Salah satu kompensasi yang sering diberikan kepada karyawan adalah
kompensasi bentuk uang.

9
b) Pengarahan dan pengendalian
Pengarahan dimaksudkan menetukan bagi karyawan mengenai ap
yang harus mereka kerjakan dana pa yang harus mereka tidak
kerjakan. Sedangkan pengendalian dimaksudkan meentukan bahwa
karyawan harus mengerjakan hal hal yang telah diintruksikan.
c) Penetapan pola kerja yang efektif
Pada umunya cara mengatasi kerja kurang efektif yaitu dengan cara
pengayaan pekerjaan, manajemen partisipatif, pekerjaan dalam
pengmbilan keputusan, serta usah untuk mengalihkan perhatian par
pekerja dari pekerjaan yang membosankan kepad instrumedia, untuk
beristirahat, atau kepada saran yang lebih fantastis.
d) Kebjikan
Suatu tindakan yang diambil dengan sengaja oleh manajemen untuk
mengaruhi sikap atau perasaan para karyawan, dengan kata lain yaitu
kebajikan adalah usaha yang membuat karyawan bahagia.

G. Teori Pengukuran Motivasi Kerja


Salah satu pengukuran motivasi kerja adalah dengan mengunakan teori
pengharapan(Expetancing Theory). Teori pengharapan mengemukakan behwa
adalah bermanfaat untuk mengukur sikap para individu guna membuat
diagnosis permasalahan motivasi. Pengukuran dilakukan melalui daftar
pertayaan.
Pengukuran semacam ini dapat membantu manajemen mengerti
mengapa para bawahan terdorong untuk bekerja atau tidak, apa yang
merupakan kekuetan motifasi diberbagai bagian dalam organisasi dan
seberapa jauh berbagai cara pengupahan dapat efektif dalam memotivasikan
kinerja.
I. Daftar pertanyaan

10
Daftar pertanyaan digunakan untuk mengukur motivasi kerja dalam
perusahaan pada dasarnya ada tiga buah pertanyaan mendasar yang
perlu diajukan.
II. prosedur untuk mendapatkan skor motivasi kerja
Sejumlah hasil pertanyaan dapat digunakan untuk menghitung skor
motivasi kerja. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengukur motivasi kerjadengan menggunakan daftar pertanyaan
sebelumnya antara lain:
1) Pertanyaan yang disajikan dari suatu daftar pertanyaan yang
lebih luas dan mencakup segala hal.
2) Pertanyaan yang disajikan merupakan daftar pertanyaan
umum. Karena sulit untuk menduga sebelumnya dalam suatu
pertanyaan umum apa yang mungkin menjadi hasil yang
bervalensi pada setiap situasi, setiap manajer secara pribadi
mungkin ingin menambahkan hal-hal lain pada pertanyaan 1
dan 2.
3) Penting untuk mengingat bahwa hasil daftar pertanyaan dapat
dipengaruhi oleh perasaan dan subjektivitas orang ketika ia
mengisi daftar pertanyaan tersebut.

H. Motivasi Dalam Etos Kerja Syariah


Manusia yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.
Karenanya, Islam senantiasa memotivasi umatnya untuk terus bersemangat
dalam bekerja dan berusaha. Setiap muslim harus berusaha untuk mandiri,
tidak membebani orang lain, apalagi dengan meminta-minta setiap saat.
Bekerja dalam Islam bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan, tetapi juga
bagian dari pelaksanaan ibadah yang melahirkan kemuliaan.  

BAB 8

11
PENGENDALIAN DALAM ISLAM

1. Pengertian Pengendalian
Pengendalian merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap
efisiensi organisasi. Demikian juga pada perencanaan pengorganisasian dan
pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif dalam
menghindarkan dan memperkecil penyimpangan–penyimpangan dari sasaran-
sasaran atau target yang di rencanakan.
Beberapa para ahli mengemukakan pengertian pengendalian di
antaranya yaitu :
 Eart P Strong
Controling is the process of regulating the various factor in an
enterprise according to the requirement of this plants.
“ pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam
rencana.”
 Harold Koontz
Control is the measurement and correction of the perfomance of
subordinaste in order to make sure that enterprise objectives and the plans
devised then are accomlished.
“ pengendalian dalah pengkuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan
kerja bawahan agar rencana-rencana yang telah di buat dapat mencapai
tujuan.”
Pengendalian dapat di defisinikan sebagai proses untuk menjamin
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai ini berkenaan dengan
cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang di rencanakan. Maka
pengendalian manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik
informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah di

12
tetapkan, menentuakan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur
signifikansi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang
sedang digunakan sedapat mungkin secara efisien dan efektif guna
mempacapai sasaran perusahaan.
2. Konsep Dasar Pengendalian
Di antara beberapa fungsi manajemen, perencanaan dan pengendalian
memiliki peran yang sangat penting. Dalam fungsi perencanaan , inti dasarnya
adalah menetapkan mengenai apa yang harus di capai pada periode tertentu
serta tahapan untuk mencapainya. Sedangkan dalam pengendalian berusaha
untuk mengevaluasi apakah tujuan dapat di capai dan apabila tidak dapat
dicapai dicari faktor penyebabnya. Dengan demikian, dapat di lakukan
tindakan perbaikan.
Robert J. Mokler memberikan batasan pengendalian yang menekankan
elemen esensial proses pengendalian dalam beberapa langkah.
Berdasarkan batasannya, terdapat empat langkah dalam pengendalian
yaitu sebagai berikut :
a. Menetapkan standar dan metode untuk pengukuran kinerja
b. Mengukur kinerja
c. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar
d. Mengambil tindakan perbaikan
Berdasarkan batasan di atas, tampaklah betapa pentingnya aktivitas
pengendalian dioperasikan oleh manajer. Kebutuhan pengendalian sama
pentingnya dengan kebutuhan perencanaan. Akivitas perencanaan sebagai
kunci awal pelaksanan organisasi, sedangkan aktivitas pengendalian sebagai
kunci akhir untuk evaluasi aktivitas yang telah di laksanakan sekaligus
melakukan tindakan perbaikan jika perlu.
Beberapa faktor yang menuntut di perlukannya operasi pengendalian
yaitu :

13
1. Perubahan dalam lingkungan organisasi
Perubahan merupakan elemen yang sangat sulit dipisahkan
dengan lingkungan organisasi. Suatu hal yang esensial dan
memengaruhi organisasi sehingga perlu diadakan pengendalian
misalnya pergeseran pasar, penemuan produk baru dan penemuan
bahan dasar baru.
2. Kompleksitas organisasi
Makin besar organisasi cenderung menunjukkan bahwa akan
semakin menuntut pengendalian yang lebih formal dan ketelitian yang
jauh lebih besar. Berbagai jenis produk baru harus dikendalikan untuk
menjamin bahwa kualitas dan kemampuan tetap stabil.
3. Kesalahan yang terjadi
Sering terjadinya kesalahan yang menimpa manajer maupun
bawahan menuntut di lakukannya pengendalian yang efisien dan
efektif guna mendeteksi kesalahan tersebut sehingga tidak
menimbulkan kerugian yang besar bagi organisasi.
4. Dampak delegasi wewenang
Pelimpahan wewenang dari manajer kepada bawahannya,
menuntut manajer untuk melakukan pengendalian kepada bawahan
yang di limpahi wewenang tersebut. Hal ini di maksudkan untuk
memeriksa apakah bawahan benar-benar melaksanakan tanggung
jawab yang telah di berikan.
3. Elemen Pengendalian
Dalam sistem pengendalian terdapat empat elemen pokok yang satu
sama lain berlangsung dalam urutan yang kronologis dan kontinu serta di
antara keempat elemen pokok tersebut berhubungan . keempat elemen pokok
pengendalian yang dimaksud yaitu :
1. Kondisi atau karakteristik yang di kendalikan

14
2. Instrumen atau metode sensor untuk mengukur kondisi atau karakteristik
yang di kendalikan.
3. Kelompok, unit atau instrumen kendali yang akan membandingkan data
yang di ukur dengan pekerjaan yang direncanakan dan mengarahkan
mekanisme perbaikan untuk memenuhi kebutuhan.
4. Kelompok atau mekanisme yang bergerak dan mampu mengadakan
inovasi dalam sistem operasi.
4. Jenis – Jenis Pengendalian
Ditinjau dari sistem pelaksanaannya, pengendalian dapat
diklarifikasikan menjadi sistem pengendalian umpan balik, pengendalian
umpan maju, pengendalian pencegahan.
1. Sistem Pengendalian Umpan Balik
Sistem pengendalian umpan balik beroprasi dengan pengukuran
beberapa aspek proses yang sedang di kendalikan dan perbai kan proses
apabila ukuran menunjukkan bahwa proses menyimpang dari rencana
yang telah ditetapkan.
2. Sistem Pengendalian Umpan Maju
Salah satu kelemahan utama sistem pengendalian umpan balik
adalah bahwa sistem tersebut tidak memberikan peringatan suatu
penyimpangan sebelum hal tersebut menjadi cukup berarti. Dampaknya,
penyimpangan yang memakan biaya besar dapat berlangsung terus atau
semakin buruk sebelum tindakan perbaikan yang efektif dilaksanakan.
3. Sistem Pengendalian Pencegahan
Dua sistem pengendalian yang telah didiskripsikan diatas, baik
sistem pengendalian umpan balik maupun sistem pengendalian umpan
maju, berfungsi secara ekstern terhadap proses yang sedang dikendalikan,
memantau operasi, dan terlibat dalam mengambil tindakan perbaikan
apabila terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.

15
Sebaliknya, sistem pengendalian pencegahan adalah kebijakan dan
prosedur yang sebenarnya merupakan bagian dari proses tersebut.6
Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pengendalian dapat dibedakan
menjadi empat jenis pokok, yaitu pengendalian sebelum tindakan, kemudi,
penyaringan atau pengendalian ya atau tidak, dan sesudah tindakan Stoner
James, A.F. dan Wankel, Charles (1988).
1. Pengendalian Pra-Tindakan (pre-action control)
Menurut konsep pengendalian, suatu tindakan bisa diambil bila
sumberdaya manisia, bahan dan keuangan diseleksi dan tersedia dalam
jenis, jumlah dan mutu yang tepat.
2. Pengendalian Kemudi (Steering Controls) atau Pengawasan Umpan
Maju (Feedforward Controls)
Metode ini di bentuk untuk mendeteksi penyimpangan dari
beberapa standar atau tujuan tertentu dan memungkinkan pengambilan
tindakan koreksi di depan. Bila pemimpin melihat adanya
penyimpangan dia dimungkinkan untuk melakukan untuk melakukan
koreksi, sekalipun kegiatan belum selesai dilakukan. Pengendalian ini
efektif bila pemimpin pada waktu yang tepat dapat memperoleh
informasi yang akurat.
3. Pengendalian Secara Skrining atau Pengendalian Ya/Tidak (Screening
or Yes/No Controls)
Metode ini sangat luas digunakan karena mampu melakukan
penelitian ganda, ketika pengamanan terhadap resiko tindakan manajer
sangat diperhatikan. Metode ini fungsional bila prosedur dan syarat-
syarat tertentu disepakati sebelum melakukan kegiatan.
4. Pengendalian Purna-Karya (Post-Action Controls)
Metode pengendalian digunakan untuk melihat adanya
penyimpangan arah dan tujuan perusahaan setelah kegiatan selesai.
6
Dr. H. B. Siswanto, M.Si, Pengantar Manajemen(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2005),hlm.139

16
Pengendalian ini hampir mirip dengan evaluasi yang waktu
pelaksanaannya ditetapkan.7
5. Rancangan Proses Pengendalian
Untuk merealisasikan tujuan, manajer organisasi bisnis maupun
organisasi umum perlu melalui tahapan tertentu. Tahapan yang dimaksud
meliputi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian,
pengendalian.
Pada umumnya dalam organisasi, proses pengendalian yang ditempuh
oleh manajer meliputi penetapan hasil yang diinginkan, penentuan prediktor
hasil, penentuan standar atas prediktor dan hasil, penentuan jaringan informasi
dan umpan balik, serta penilaian informasi dan pengendalian tindakan
perbaikan (Stiner dan Wankel,1986:580-582)
1. Penetapan Hasil yang Diinginkan (Define Desired Result)
Manager harus menetapkan hasil yang ingin dicapai sespesifik
mungkin. Karena tujuan yang dirumuskan terlalu umum akan
menimbulkan kekaburan. Penerapan tujuan seperti meningkatkan
produktivitas, menaikan harga produk, dan meningkatkan pelayanan
pelanggan terlihat kabur
2. Menentukan Prediktor Hasil (Establish Predictors of Result)
Hadirnya pengendalian kemudi dimaksudkan agar manager dapat di
perbaiki penyimpangan sebelum serangkaian aktivitas diselesaikan. Oleh
karena itu, penyimpangan yang dideteksi oleh pengendalian kemudi
haruslah merupakan predikator hasil. Indikator peringatan awal yang dapat
membantu manajer dalam mengestimasi apakah tujuan yang ingin dicapai
dapat terwujud atau tidak menurut Newman meliputi hal berikut.
a. Pengukuran Masukan (Input Measurement)
Suatu perubahan dalam masukn kunci (key inputs) akan
memberikan isyarat kepada manajer bahwa ia perlu mengadakan
7
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen(Jakarta: PT.Grasindo,2001),hlm.249

17
perubahan trhadap rencananya atau mengambil beberapa tindakan
perbaikan.
b. Hasil Tahap Awal (Result of Early Steps)
Apabila hasil tahap awal ternyata lebih baik daripada yang
diharapkan atau sebaliknya, mungkin perku dilakukan penilaian
kembali dan tindakan yng tepat dapat diambil.
c. Gejala (Symptoms)
Gejala adalah kondisi yang tampaknya berhubungan dengan hasil
akhir tetapi tidak langung mempengaruhi hasil tersebut.
d. Perubahan dalam Kondisi yang Diamsusikan (Changes in Assumed
Conditions)
Estimasi awal yang didasarkan atas anggapan bahwa kondisi yang
normal akan berlaku.
3. Menentukan Standar atas Prediktor dan Hasil (Establish Standards for
Predictors and Results)
Penentuan standar atas prediktor dan hasil akhir merupakan suatu
bagian penting dalam desain proses pengendalian. Suatu standar memiliki
dua tujun pokok, yaitu
1. Untuk memotivasi agar para karyawan dapat berprestasi tinggi.
2. Berfungsi sebagai patokan atas kinerja aktual yang akan dibandingkan.
4. Menentukan Jaringan Informasi dan Umpan Balik (Establish the
Information and Feedback Network)
Tahap ini adalah menentukan sarana untuk mengumpulkan
informasi mengenai prediktor dan sarana untuk membandingkan prediktor
dengan standar. Suatu jaringan komunikasi akan berfungsi secara efektif
manakala arus komunkasi tidak keatas tetapi juga kebawah pada pihak
yang harus mengambil tindakan perbaikan.
5. Menilai Informasi dan Pengembalian Tindakan Perbaikan (Evaluate
Information and Take Corrective Action)

18
Tahap ini menyangkut perbandingan prediktor dengan standar,
penetapan mengenai tindakan apa (apabila ada) yang perlu diambil, dan
kemudian pengambilan tindakan tersebut.
6. Karakteristik Pengendalian yang Efektif
Pengendalian yang efektif berarti pengendalian yang tepat sesuai
dengan proses yang harus dilalui tanpa menyimpang dari sistem yang dianut
sehingga tahapan yang dilaluinya benar.
Pengendalian sebagai suatu sistem, seperti halnya sistem-sistem yang
lain memiliki karakteristik tertentu. Namun demikian, arti penting
karakteristik tersebut berlaku relatif, artinya pada kondisi yang berbeda,
karakteristik itu pun berbeda pula. Secara umum pengendalian yang efektif
mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1. Akurat (Accurate)
Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidakakuratan data dari
suatu sistem pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil
tindakan yang akan menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu
permasalahan atau menciptakan permasalahan baru.
2. Tepat Waktu (Timely)
Informasi harus dihukum, diarahkan, dan segera dievaluasi jika
akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.
3. Objektif dan Komprehensif (Objective and Comprehensible)
Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami
dan dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya.
4. Dipusatkan pada Tempat Pengendalian Strategis (Focused on Strategic
Control Points)
Sistem pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang
yang paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan stantar, atau
yang akan menimbulkan kerugian yang paling besar.
5. Secara Ekonomi Realistik (Economically Realistic)

19
Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum
mungkin sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna.
6. Secara Organisasi Realistik (Organizationally Realistic)
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas
organisasi.
7. Dikoordinasikan dengan Arus Pekerjaan Organisasi (Coordinated with the
Organization’s Work Flow)
Informasi pengendalian perlu untuk dikoordinasi dengan arus
pekerjaan di seluruh organisasi karena dua alasan.
8. Fleksibel (Flexible)
Pada setiap organisasi pengendalian harus mengandung sifat
fleksibel yang sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera
bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan
peluang baru.
9. Preskriptif dan Operasional (Prescriptive and Operational)
Pengendalian yang seharusnya efektif dapat mengidentifikasi
tindakan perbaikan apa yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan
dari standar.
10. Diterima para Anggota Organisasi (Accepted by Organization Members)
Agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota
organisasi, pengendalian tersebut harus bertalian dengan tujuan yang
berarti dan diterima. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan
aktivitas individu kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan.8
7. Pengendalian dalam Ranah Syariah
Dasar untuk mengendalikan dalam islam belum tentu sama dengan
pendekatan di atas mengendalikan. Mekanisme kontrol internal atau eksternal,
bisnis atau kontrol pribadi dan sosial atau hukum tidak boleh melanggar
prinsip-prinsip dasar syariah.
8
Dr. H. B. Siswanto, M.Si.,Op.Cit,hlm.146

20
Proses kontrol Islam dapat dianalisis dalam terang dari proses
pengendalian manajemen diatas dibahas, berdasarkan skenario yang muncul
dari sumber-sumber pengetahuan mengungkapkan menyatakan sebagai
berikut:
a) Sebuah pesan dikirim oleh Raja dari semua kerajaan (Allah) ke kota-kota
(sekelompok orang) atau kepada kepala masyarakat.
b) Rasul dikomunikasikan pesan dari yang Maha Kuasa dan persyaratannya.
c) Orang yang diterima dan beberapa dari mereka memahami pesan, yang
datang dari Allah kepada orang-orang.
d) Banyak dari mereka terus praktek lama mereka (syirik dan penolakan),
yang akan melawan pesan yang disampaikan.
e) Sebagai tindakan perbaikan, Allah memberikan kesempatan di dunia ini
untuk taubat.9

BAB 9
KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

1. Pengertian Atau Definisi Kepemimpinan Dalam Islam.


Kepemimpinan dalam islam adalah kegiatan menuntun,
membimbing ,memandu,dan menunjukkan para pengikutnyauntuktujuan yang
sesuaisyariatislam. Didalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah
khalifah yang berarti wakil. Ada 3 definisi kepemimpinan yang dinyatakan
para tokoh manajemen yang mengandung 3 unsur yaitu adanya masyarakat,
tujuan kolektif dan seorang pemimpin yang akan mengarahkan untuk
mencapai tujuan.
John F. Dan Robert B. Dalam bukunya Public Management
memberikan definisi kepemimpinan sebagai seni untuk mengatur individu dan

9
Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I, Pengendalian Dalam Perspektif islam(Malang: Muhammad
Fathurrohman, M.Pd.I,2012),hlm.internet

21
masyarakat, serta memotivasi semangat mereka untuk meraih tujuan yang
telah ditetapkan.
Madrasah Al-Masyah al-Amerika, memberikan arti kepemimpinan
sebagai seni untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan
metode tertentu agar mereka berusaha taat, loyal dan membantu dalam suatu
cara untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Arted, Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
memengaruhi orang lain agar mereka berusaha membantu utuk mewujudkan
tujuan yang diimpikan bersama.
John B. Memberikan definisi kepemimpinan sebagai kegiatan atau
proses untuk saling memengaruhi anatar individu yang tergabung dalam satu
kelompok (walaupun ada perbedaan di antara mereka) untuk diarahkan pada
kegiatan kemanusiaan berdasarkan permasalahan bersama.
Menurut Goetsch dan Davis kepemimpinan merupakan kemampuan
untuk membangkitkan semangat orang lain dan memiliki tanggung jawab
terhadap usaha serta mencapai tujuannya.10
Definisi ini memberikan pengertian bahwa proses untuk saling
memengaruhi antara pemimpin dan masyarakat. Memiliki arti bahwa mereka
saling mempengaruhi satusama lain.
Kepemimpinan merupakan sikap dan perilaku untuk mempengaruhi
para bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga membentuk jalinan
kerja yang harmonis agar tercapai efisiensi dan efektifitas guna mencapai
tingkat produktivitas sesuai dengan yang telah ditetapkan.
2. Kualifikasi Kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh setiap manajer
1) Watak dan kepribadian yang terpuji,
Agar bawahan maupun orang

10
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah..,hlm. 128

22
Yang berada di luar organisasi mempercayainya, seorang manajer harus
memiliki watak dan kepribadian yang terpuji. Manajer adalah cerminan
bawahan. Dan dia adalah sumber identifikasi, motivasi, dan moral para
bawahan.
2) Prakarsa yang tinggi,
Seorang pemimpin hendak nya memiliki inisiatif sendiri. Ia mengajukan
gagasan dan bersedia menanggung risiko kegagalan bersamaan dengan
adanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
3) Hasrat melayani bawahan,
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan, mendengarkan pendapat
mereka, berkeinginan membantu, serta menimbulkan dan
mengembangkan keterampilan agar karier mereka meningkat.
4) Sadar dan paham kondisi lingkungan,
Seorang manajer tidak hanya menyadari mengenai apa yang sedang terjadi
di sekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian yang memadai
sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi lingkungan tersebut untuk
kepentingan organisasi dan para bawahannya.
5) Intelegensi yang tinggi,
Seorang manajer harus memiliki kemampuan berpikir pada taraf yang
tinggi. Ia di tuntut untuk mampu menganalisis permasalahan dengan
efektif, belajar dengan cepat , dan memiliki minat yang tinggi untuk
mendalami dan menggali suatu ilmu pengetahuan.
6) Berorientasi pada masa depan
Seorang pemimpin harus memiliki intuisi,kemampuan
memprediksi,dan visi sehingga dapat mengetahui sejak awal mengenai
kemungkinan yang dikelola.11
7) Sikap terbuka dan lugas12
11
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH..,hal 129
12
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH..,hal 135

23
Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka. Ia harus
mempertimbangkan fakta dan inovasi yang baru.
8) Widisuara yang efektif
Seorang manajer adalah penyampai berita kepada orang lain.
Vertikal kebawah untuk memberikan instruksi dan perintah kepada
bawahan, sedangkan horizontal kepada pihak yang memiliki transaksi
dengan organisasi.
3. Kemampuan Strategis, Interpersonal,dan tekhnis
 Kemampuan Strategis
Kemampuan ini di artikan sebagai kemampuan seorang pemimpin untuk
mengetahui kondisi sosial – politik yang melingkupi operasional organisasi
yang di pimpinnya. Kemampuan strategis bisa di artikan sebagai kemampuan
untuk membuat perencanaan strategis, serta kebijakan atau program yang
harus di jalankan untuk mewujudkan tujuan yang di tetapkan bersama.
Kemampuan strategis pernah ditunjukkan Rasulullah dalam
mengembangkan dakwah di awal kemunculan islam.
 Kemampuan interpersonal
Kemampuan ini diartikan sebagai kemampuan pemimpin untuk
membina hubungan baik, berkomunikasi dan berinteraksi dengan para
bawahan dan seluruh elemen perusahaan. Kemampuan ini adalah persyaratan
mutlak seorang pemimpin dalam membina komunikasi untuk menjalankan
perusahaan. Kemampuan interpersonal seorang pemimpin bisa di refleksikan
dalam perilaku dan kepemimpinanya di hadapan para bawahan. Diantara
kewajiban yang harus di tunaikan seorang pemimpin di hadapan bawahan
yaitu:
1. Menujukan suri tauladan yang baik atas semua aktivitas yang di
lakukkan
2. Memiliki interaksi sosial yang baik dengan bawahan ,konsen terhadap
persoalan merekan dan berlaku adil.

24
3. Mengajak bawahan untuk musyawarah
4. Melatih bawahan untuk menjalankan tugas
5. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan bawahan
6. Melakukan inspeksi pengawasan dan audit terhadap kinerja bawahan
secara amanah13

 Kemampuan tekhnis
Pengetahuan dan kemampuan khusus yang dimiliki seorang pemimpin
untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab dengan sebaik mungkin, seorang
pemimpin yang memiliki kemampuan tekhnis akan menjadi panutan bagi
bawahannya. Ia akan dijadikan sebagai rujukan dan referensi para bawahan
tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui. Sehingga mereka akan hormat
kepadanya.
Rasulullah merupakan contoh ideal bagi para sahabatnya dalam
menyelesaikan suatu persoalan. Rasulullah menggunakan kedua tanganya untuk
membangun masjid Madinah bersama para sahabat. Berada di barisan terdepan
pasukan perang, Beliau mengetahui ada kebiasaan kaum arab dan karakter
mereka sehingga mampu berdiskusi dengan mereka secara lemah lembut.14
Kemampuan Dalam Konteks Syari’ah
Kemampuan pemimpin dalam konteks syariah bisa direfleksikan dalam
perilaku kepemimpinannya di hadapan masyarakat. Di antaranya
 menjadi suri tauladan yang baik atas semua aktivitas yang dilakukan
 memiliki interaksi sosial yang baik dengan dengan masyarakat
 Berlaku adil
 Mengajak bawahan untuk bermusyawarah dan saling menghormati
perbedaan pendapat

13
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH.., hal. 137
14
Prof.dr.veithzalrivai, m.b.a Kepemimpinan dan perilaku organisasihal. 226

25
 Melakukan inspeksi , pengawasan, terhadap kinerja bawahan secara
amanah15

DAFTAR PUSTAKA
BAB 7
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa, 2014, manajemen bisnis syariah, Bandung :
Alfabeta
Hasibuan, SP Malayu, 2005, manajemen dasar pemgertian dan masalah,Bandung :
Bumi Aksara
Yusuf, Burhanuddin, 2015, manajemen sumber daya manusia di lembaga keuangan
syariah,Depok : PT Rajagrafindo Persada
http://amwaal.blogspot.com/2017/02/motivasi-dan-etos-kerja-dalam-islam.html
(Diakses 2 September 2018 pukul 1.52 PM)
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-keadilan-equity-
theory/5008 (Diakses 2 September 2018 pukul 5.01 PM)

15
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH..,140

26
http://arifriduan.blogspot.com/2016/02/makalah-motivasi-dalam-perspektif-
islam.html (Diakses 2 September 2018 pukul 4.52 PM)
BAB 8
BAB 9
Rivai, veithzal . 2007. Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Jakarta: PT raja
grafindo persada
Abu sinn, Ahmad ibrahim. 2008. Manajemen syariah sebuah kajian dan konteporer.
Jakarta: PT raja grafindo persada
Siswanto.2011. pengantar manajemen. Jakarta: bumi aksara

27

Anda mungkin juga menyukai