Anda di halaman 1dari 20

HUKUM PERBANKAN

DI SUSUN OLEH

RASTRA PRASETYO ADITIYONO, SH


NIM: A 2021151039

KEMENTRIAN PENDIDKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

MAGISTERT ILMU HUKUM

PONTIANAK

2016
Daftar Isi

Kata Pengantar   ....................................................ii


Daftar Isi  ..............................................................iii
BAB I      Pendahuluan  ...........................................  
A. Latar Belakang Masalah  ................1
B. Tujuan  ...........................................2
BAB II    Pembahasan  ...........................................
A. Sejarah Koperasi dan  UKM  .........3  - 13
B. Pengertian Koperasi dan UKM   ....14 -19
                   C. Evaluasi UKM  ...............................20
                   D. Contoh UKM   ...............................21 - 22
BAB III   Penutup...................................................
                   A. Kesimpulan  ...................................23
                   B. Saran  ............................................23
Daftar Pustaka  ......................................................24

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

koperasi ada kerena ada anggota atau sekelompok orang yang mempenyai tujuan yang
sama secara ekonomi.tujuan adanya koperasi adalah mensejahterakan anggota terutama dalam
konteks ekonomi dan spiritual. Prof SES menyebutnya sebagai sosialis religius.dan untuk
mensejahterakan anggota koperasi harus mempunyai usaha yang tentu harus sesuai dengen
kebutuhan anggotanya yang dikelola sesuai pronsip dan nilai koperasi.dalam usaha koperasi
perencana adalah anggota (disusun oleh pengurus dan disahkan RAT) pengelola koperasi adalah
anggota (pengurus dan karyawan) yang akan mendapatkan keuntungan materi berupa gaji atau
pendapatan dan pengawasan dilakukan oleh anggota yang juga akan mendapatkan pendapatan
berupa insentif untuk pengawas.dalam usaha koperasi ada supllier yang seharusnya juga berasal
dari anggota sehingga anggota mendapatkan keuntungan langsung dan koperasi dapat
memperoleh harga lebih murah. Anggota juga berperan dalam pengumpulan modal sehingga
permodalan koperasi akan terjamin dan dari modal yang merupakan simpanan anggota maka
anggota mendapatkan uang jasa. Kemudian anggota sebagai pelanggan, koperasi seharusnya
dapat memberikan nilai tambah dalam bentuk memberikan harga senurah mungkin sehingga
anggota mendapatkan keuntungan berupa direct revenue (pengembalian langsung) sampai pada
tahap ini proses mensejahterakan anggota telah berjalan, bahkan sebagian besar proses
mensejahterakan anggota justru dimulai pada tahap proses usaha ini. Inilah alasanya kenapa
prinsip koperasi ketiga berbunyi Member Economic Participation (ICA,1995) sedangkan SHU
bukan bagian yang paling significan dalam konteks mensejahterakan anggota, kenapa karena
jumlah SHU terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah anggota koperasi.Keuntungan yang
diperoleh koperasi lagi-lagi diperuntukan untuk anggota dalam bentuk pelatihan untuk
memahmkan idiologi koperasi dan praktek-prakte real agar anggota paham bagiamana
memperoleh
kesejahteraan dalam koperasi.( Education, Training and Information)Selanjutnya keuntungan
koperasi juga harus dialokasikan untuk gerakan. Dalam konteks ini, salah jika ada yang
berpendapat bahwa gerakan tidak memberikan kontribusi terhadap usaha.yaitu dengan ada nya
UKM ( usaha Kecil Menengah ).

B.     Tujuan
           Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun antara lain sebagai berikut :
1.      Mengetahui Pengertian dari Koperasi dan UKM.
2.      Mengetahui apakah UKM pada saat ini sudah berhasil memperkuat basis ekonomi.
3.      Mengetahui Awal Mulanya Koperasi dan UKM.
4.      Mengetahui Salah satu Contoh dari UKM yang sudah berhasil.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Koperasi dan  UKM


Koperasi sebagai suatu sistem ekonomi, mempunyai kedudukan (politik) yang cukup
kuat karena memiliki cantolan konstitusional, yaitu berpegang pada Pasal 33 UUD 1945,
khususnya Ayat 1 yang menyebutkan bahwa ?Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan?. Dalam Penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun
usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah Koperasi. Tafsiran itu sering pula
dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang sering disebut sebagai perumus pasal tersebut. Pada
Penjelasan konstitusi tersebut juga dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada
asas Demokrasi Ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang
wujudnya dapat ditafsirkan sebagai Koperasi.Dalam wacana sistem ekonomi dunia, Koperasi
disebut juga sebagai the third way, atau ?jalan ketiga?, istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan
oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai ?jalan tengah? antara kapitalisme dan
sosialisme.Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa
Tengah pada tahun 1896. Ia mendirikan Koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya
yang terjerat hutang dengan rentenir. R. Aria Wiriatmadja atau Tirto Adisuryo, yang kemudian
dibantu pengembangannya oleh pejabat Belanda dan akhirnya menjadi program resmi
pemerintah. Seorang pejabat pemerintah Belanda, yang kemudian menjadi sarjana ekonomi,
Booke, juga menaruh perhatian terhadap Koperasi. Atas dasar tesisnya, tentang dualisme sosial
budaya masyarakat Indonesia antara sektor modern dan sektor tradisional, ia berkesimpulan
bahwa sistem usaha Koperasi lebih cocok bagi kaum pribumi daripada bentuk badan-badan
usaha kapitalis. Pandangan ini agaknya disetujui oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga
pemerintah kolonial itu mengadopsi kebijakan pembinaan Koperasi.Meski Koperasi tersebut
berkembang pesat hingga tahun 1933-an,
pemerintah Kolonial Belanda khawatir Koperasi akan dijadikan tempat pusat perlawanan, namun
Koperasi menjamur kembali hingga pada masa pendudukan Jepang dan kemerdekaan. Pada
tanggal 12 Juli 1947, pergerakan Koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang
pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.Bung
Hatta meneruskan tradisi pemikiran ekonomi sebelumnya. Ketertarikannya kepada sistem
Koperasi agaknya adalah karena pengaruh kunjungannya ke negara-negara Skandinavia,
khususnya Denmark, pada akhir tahun 1930-an. Walaupun ia sering mengaitkan Koperasi
dengan nilai dan lembaga tradisional gotong-royong, namun persepsinya tentang Koperasi
adalah sebuah organisasi ekonomi modern yang berkembang di Eropa Barat. Ia pernah juga
membedakan antara ?Koperasi sosial? yang berdasarkan asas gotong royong, dengan ?Koperasi
ekonomi? yang berdasarkan asas-asas ekonomi pasar yang rasional dan kompetitif.Bagi Bung
Hatta, Koperasi bukanlah sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat
tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah
badan usaha skala besar juga. Di negara-negara kapitalis, baik di Eropa Barat, Amerika Utara
dan Australia, Koperasi juga menjadi wadah usaha kecil dan konsumen berpendapatan rendah.
Di Jepang, Koperasi telah menjadi wadah perekonomian pedesaan yang berbasis
pertanian.Di Indonesia, Bung Hatta sendiri menganjurkan didirikannya tiga macam Koperasi.
Pertama, adalah Koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan kaum buruh dan
pegawai. Kedua, adalah Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk
peternak atau nelayan). Ketiga, adalah Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan
pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal. Bung Hatta juga menganjurkan
pengorganisasian industri kecil dan Koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku
dan pemasaran hasil.Menurut Bung Hatta, tujuan Koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-
besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala
kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa Koperasi itu identik dengan usaha skala kecil. Koperasi bisa
pula membangun usaha skala besar berdasarkan modal yang bisa dikumpulkan dari anggotanya,
baik anggota Koperasi primer maupun anggota Koperasi sekunder. Contohnya adalah industri
tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) dan berbagai Koperasi
batik primer.Karena kedudukannya yang cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak sebuah
pemerintahpun berani meninggalkan kebijakan dan program pembinaan Koperasi. Semua partai
politik, dari dulu hingga kini, dari Masyumi hingga PKI, mencantumkan Koperasi sebagai
program utama. Hanya saja kantor menteri negara dan departemen Koperasi baru lahir di masa
Orde Baru pada akhir dasarwarsa 1970-an. Karena itu, gagasan sekarang untuk menghapuskan
departemen Koperasi dan pembinaan usaha kecil dan menengah, bukan hal yang mengejutkan,
karena sebelum Orde Baru tidak dikenal kantor menteri negara atau departemen Koperasi.
Bahkan, kabinet-kabinet yang dipimpin oleh Bung Hatta sendiri pun tidak ada departemen atau,
yakni swasta (konglomerat) dan BUMN? Mengapa gerakan ini hanya berkutat dari persoalan
yang satu ke persoalan lain, dan cenderung stagnan alias berjalan di tempat? Mengapa Koperasi
sulit berkembang di tengah ?habitat? alamnya di Indonesia?? Inilah
sederet pertanyaan yang perlu dijadikan bahan perenungan.Padahal, upaya pemerintah untuk ?
memberdayakan? Koperasi seolah tidak pernah habis. Bahkan, bila dinilai, mungkin amat
memanjakan. Berbagai paket program bantuan dari pemerintah seperti kredit program: KKop,
Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi,
skim program KUK dari bank dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang merupakan kredit
komersial dari perbankan, juga ?paket program? dari Permodalan Nasional Madani (PNM), terus
mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program,
ada institusi khusus yang menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan
PKM (Pengusaha Kecil Menengah), yang seharusnya memacu gerakan ini untuk terus maju.
Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi marjinal, pelaku
bisnis yang perlu dikasihani, pelaku bisnis ?pupuk bawang?, pelaku bisnis tak
profesional.Masalah tersebut tidak bisa dilepaskan dari substansi Koperasi yang berhubungan
dengan semangat. Dalam konteks ini adalah semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Jadi, bila Koperasi dianggap kecil, tidak berperan, dan merupakan kumpulan serba lemah, itu
terjadi karena adanya pola pikir yang menciptakan demikian.Singkatnya, Koperasi adalah untuk
yang kecil-kecil, sementara yang menengah bahkan besar, untuk kalangan swasta dan BUMN.
Di sinilah terjadinya penciptaan paradigma yang salah. Hal ini mungkin terjadi akibat gerakan
Koperasi terlalu sarat berbagai embel-embel, sehingga ia seperti orang kerdil yang menggendong
sekarung beras di pundaknya. Koperasi adalah ?badan usaha?, juga ?perkumpulan orang?
termasuk yang ?berwatak sosial?. Definisi yang melekat jadi memberatkan, yakni ?organisasi
sosial yang berbisnis? atau ?lembaga ekonomi yang mengemban fungsi sosial.?Berbagai istilah
apa pun yang melekat, sama saja, semua memberatkan gerakan Koperasi dalam menjalankan visi
dan misi bisnisnya. Mengapa tidak disebut badan usaha misalnya, sama dengan pelaku ekonomi-
bisnis lainnya, yakni kalangan swasta dan BUMN, sehingga ketiganya memiliki kedudukan dan
potensi sejajar. Padahal, persaingan yang terjadi di lapangan demikian ketat, tak hanya sekadar
pembelian embel-embel. Hanya kompetisi ketat semacam itulah yang membuat mereka bisa
menjadi pengusaha besar yang tangguh dan profesional. Para pemain ini akan disaring secara
alami, mana yang efisien dalam
menjalankan bisnis dan mereka yang akan tetap eksis.Koperasi yang selama ini diidentikkan
dengan hal-hal yang kecil, pinggiran dan akhirnya menyebabkan fungsinya tidak berjalan
optimal. Memang pertumbuhan Koperasi cukup fantastis, di mana di akhir tahun 1999 hanya
berjumlah 52.000-an, maka di akhir tahun 2000 sudah mencapai hampir 90.000-an dan di tahun
2007 ini terdapat -------- Koperasi di Indonesia. Namun, dari jumlah yang demikian besar itu,
kontribusinya bagi pertumbuhan mesin ekonomi belum terlalu signifikan. Koperasi masih
cenderung menempati ekonomi pinggiran (pemasok dan produksi), lebih dari itu, sudah dikuasai
swasta dan BUMN. Karena itu, tidak aneh bila kontribusi Koperasi terhadap GDP (gross
domestic product) baru sekitar satu sampai dua persen, itu adalah akibat frame of mind yang
salah.Di Indonesia, beberapa Koperasi sebenarnya sudah bisa dikatakan memiliki unit usaha
besar dan beragam serta tumbuh menjadi raksasa bisnis berskala besar. Beberapa Koperasi telah
tumbuh menjadi konglomerat ekonomi Indonesia, yang tentunya tidak kalah jika dibandingkan
dengan perusahaan swasta atau BUMN yang sudah menggurita, namun kini banyak yang sakit.
Omzet mereka mencapai milyaran rupiah setiap bulan. Konglomerat yang dimaksud di sini
memiliki pengertian: Koperasi yang bersangkutan sudah merambah dan menangani berbagai
bidang usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak dan merangsek ke berbagai bidang
usaha-bisnis komersial.
Sebagai sebuah sistem, kebijakan dasar pengembangan SDM koperasi dan UKM
dipahami sebagai kebijakan yang melibatkan banyak actor dan kepentingan yang merupakan
sub-sub sistem. Sub-sub sistem tersebut bisa dipahami sebagai stakeholders yang masing-masing
mempunyai peran dan kepentingan terhadap eksistensi dari koperasi dan UKM. Oleh karena itu,
untuk mendesain kebijakan dasar pengembangan SDM koperasi dan UKM yang komprehensif,
pertama yang harus dilakukan adalah memetakan atau mengidentifikasi kelompok-kelompok
yang terlibat dalam formulasi kebijakan dan yang menjadi target dari kebijakan tersebut (policy
formation and target group). Kelompok-kelompok ini merupakan entitas yang sudah eksis dan
terlibat secara intens dengan urusan koperasi dan UKM.
Terkait dengan kegiatan pemetaan ini adalah identifikasi peran (role) dan kebutuhan
(needs) yang diinginkan oleh masing-masing stakeholders terhadap koperasi dan UKM.
Termasuk didalamnya adalah identifikasi permasalahan-permasalahan (problems) yang ditemui
dari setiap stakeholder dalam mengoptimalkan perannya dalam pengembangan SDM Koperasi
dan UKM. Beberapa metode yang digunakan untuk mengeksplorasi keinginan, peran, dan juga
problematika stakeholders tersebut diantaranya adalah diskusi kelompok terbatas, teknik
moderasi, dan juga wawancara mendalam dengan pelaku-pelaku kepentingan
Koperasi dan UKM Diantara Banyak Kepentingan
Dari kajian lapangan yang dilakukan hampir 6 bulan teridentifikasi beberapa stakeholders
yang secara significant berpengaruh terhadap program pengembangan SDM koperasi dan UKM;
diantaranya: Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan Dinas Koperasi dan UKM
(dalam beberapa Kabupaten dan Kota masuk dalam dinas perekonomian), serta balai latihan
koperasi dan UKM. Ketiga stakeholders tersebut mewakili unsur pemerintah (government side).
Adapun yang non pemerintah terpetakan LSM, Dekopin, perguruan tinggi, perbankan maupun
non perbankan, paguyuban koperasi dan UKM.
Secara ringkas peran optimal dan keinginan dari berbagai stakeholders yang seharusnya
dilaksanakan dalam rangka pengembangan SDM koperasi dan UKM adalah sebagai berikut:
pertama, Kantor Menteri Negara Koperasi dan UKM (Meneg KUKM). Sesuai dengan arah
manajemen pengelolaan pemerintahan yang desentralistis fungsi "mandatory" dari kantor
Kementerian Negara Koperasi dan UKM adalah dalam formulasi kebijakan dasar pengembangan
koperasi dan UKM yang mengacu pada dua prinsip: rasionalitas dalam artian sesuai dengan
tingkat kebutuhan masyarakat pengguna (target group) dan berkeadilan dalam mendistribusikan
nilai-nilai (termasuk di dalamnya adalah mekanisme yang fair dan transparan dalam
pengelolaannya). Untuk mendukung peran ini maka harus ditopang oleh suatu kajian (research)
yang sungguh-sungguh. Untuk itu
diperlukan adanya suatu data yang valid dan representatif, tidak hanya didasarkan padaasumsi-
asumsi yang sering menyesatkan. Keterbatasan rasional (bounded rationality) yang sering
menjadi salah satu ciri kelemahan kebijakan publik akan dapat dikurangi dengan supply data
yang komprehensif dari berbagai sumber.
Kedua, Dinas Koperasi dan UKM pada tiap Kabupaten dan Kota adalah avant garde
(ujung tombak) dalam pembinaan koperasi dan UKM di daerah. Otonomi daerah yang bertujuan
untuk mengoptimalkan fungsi pelayanan kepada masyarakat, akan memberikan amanah yang
sangat besar kepada stakeholder ini. Pada saat sekarang dinas tidak bisa lagi bertumpu pada
petunjuk dari instansi di atasnya. Segala sesuatunya tergantung pada inovasi dan kreatifitas
masing-masing dinas di daerah. Dalam menjalankan fungsi ini, dinas UKM dan koperasi tetap
harus berpegangan pada unsur pemberdayaan masyarakat, pemerintah hanya akan memainkan
peran sebagai fasilitator yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan kompetensi inti
lokal (local core competency) yang dapat diolah menjadi produk barang dan jasa dan juga
informasi pasar. Dalam beberapa temu muka dengan anggota koperasi dan UKM ditemukan
semacam keragaman keluhan yakni masih birokratisnya proses untuk mendapatkan jasa ini dan
juga validitas data dan informasi yang sering sudah usang.
Ketiga, Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan. Peran yang dapat dimainkan oleh
adalah memfasilitasi dalam pengembangan riset dan SDM untuk mengembangkan koperasi dan
UKM. Dengan demikian koperasi dan UKM akan mendapatkan supply pengetahuan yang up-to
date untuk pengembangan bisnisnya. Idealnya antara pemerintah, koperasi dan UKM, serta
lembaga pendidikan ada keterkaitan tri partiet. Disini perguruan tinggi akan berperan dalam
pengkajian dan penelitian berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan usaha koperasi dan
UKM, serta mencetak alumni yang dapat dimanfaatkan oleh koperasi dan UKM.
Keempat, Lembaga Swadaya Masyarakat. Peran LSM adalah berfungsi sebagai
pendamping bagi koperasi dan UKM saat berhubungan dengan pihak-pihak luar seperti
pemerintah, perbankan maupun sektor swasta lainnya. Selain itu LSM juga bisa berperan dalam
membangkitkan kesadaran sosial dan peranan yang bisa dimainkan olehnya, khususnya dalam
menghadapi pengusaha-pengusaha besar. Sehingga kekhawatiran adanya eksploitasi sumber
daya akan dapat dikurangi. Termasuk LSM di sini adalah Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin).
Kelima, Lembaga Keuangan (bank maupun non-bank). Lembaga keuangan akan
memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan usaha koperasi dan UKM.
Berdasarkan kajian dari berbagai negara menunjukkan bahwa koperasi dan UKM adalah unit
usaha yang memperoleh keistimewaan (privileges) dari pemerintah dalam permodalannya.
Berdasarkan kajian, terlihat bahwa koperasi mendapatkan perlakuan yang sama dengan unit
bisnis lainnya, akibatnya dalam pengajuan modal ke perbankan sering menemui permasalahan.
Keenam, Badan diklat koperasi dan UKM (Balatkop dan UKM). Lembaga diklat disini
dipahami sebagai sistem temporer yang berperan untuk memberikan pengetahuan dan keahlian
dalam usaha koperasi dan UKM. Sebagai sistem temporer lembaga ini berperan dalam
menentukan corak dan kompetensi apa yang akan dihasilkan dari peserta diklatnya. Tuntutan
sekarang yang mengemuka adalah kurikulum yang sesuai dengan local needs. Selain itu
komposisi dari kurikulum juga hendaknya lebih menitikberatkan pada praktek melalui magang
ke unit bisnis yang lebih maju. Berdasarkan kajian, permasalahan yang ditimbulkan dari belum
tercapainya tujuan instruksional dari diklat, salah satunya adalah pola rekrutmen calon peserta
diklat yang masih belum selektif dengan kompetensi yang akan dibangun.
Hal ini yang muncul ke permukaan terkait dengan otonomi daerah, kebijakan
pengembangan koperasi dan UKM harus diarahkan pada jiwa dari otonomi yakni untuk
menciptakan kompetensi lokal dalam rangka meningkatkan daya kompetisi. Oleh karena itu
kebijakan yang mengarah pada bentuk-bentuk sentralisasi harus dihindarkan. Implikasinya dalam
mendesain kurikulum dalam diklat harus disesuikan dengan kebutuhan
dan muatan lokal (local needs).Dari temuan lapangan terdeteksi bahwa peran-peran ideal yang
seharusnya dilaksanakan dari masing-masing stakeholder terhadap koperasi dan UKM belum
berjalan secara optimal dalam suatu tatanan koordinasi yang sinergis. Bahkan fakta dilapangan
masih banyak ditemukan adanya tarik ulur kepentingan antara Dinas Koperasi dan Dekopin,
sebagai stakeholders dominan dalam implementasi kebijakan pengembangan SDM koperasi dan
UKM. Bahkan di beberapa tempat ditemukan konflik yang cukup tajam antara Dekopin dengan
Dinas Koperasi, terutama dalam bidang teknis, seperti pengembangan diklat, penyaluran subsidi,
dan lainnya. Akibatnya muncul banyak duplikasi dan pengulangan kegiatan dan program. Hal ini
menimbulkan sikap apatis dan apriori dari anggota koperasi dalam mendukung program yang
diajukan oleh kedua institusi ini. Conflict of interest ini juga masih terjadi antara LSM dengan
pemerintah. LSM masih merasa sering dicurigai oleh pemerintah. Sebaliknya pemerintah juga
masih dicurigai oleh LSM, masih sebagai mesin dari kekuatan politik. Sikap parokialism jelas
berdampak kepada efektifitas dan efisiensi program pembinaan SDM koperasi dan UKM.
Selain itu, dalam masa transisi seperti sekarang ini, masih juga banyak ditemukan
berbagai masalah yang menyangkut penataan kelembagaan instansi pembina koperasi dan UKM.
Sejak diimplemantasikannya UU Otonomi Daerah, urusan terkait dengan pembinaan dan
pengembangan koperasi menjadi bidang tugas dan kewenangan pemerintah Kota /Kabupaten.
Namun dalam implementasinya penyerahan kewenangan termasuk pegawaianya tidak jarang
menimbulkan konflik kepentingan di beberapa pemerintah kabupaten/kota. Seringkali pemegang
otoritas kebijakan di pemerintah kabupaten dan kota dalam mengangkat pejabat setingkat kepala
dinas atau di bawahnya adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki kompetensi dan latar
belakang pekerjaan dan pengetahuan yang berkaitan dengan bidang tugas koperasi dan UKM.
Pertimbangannya semata hanya untuk mengakomodasi senioritas karyawan. Jelas kebijakan ini
akan berdampak kepada efisiensi dan efektifitas dari keberhasilan program dan kebijakan itu
sendiri. Selain itu, juga tidak jarang menimbulkan friksi dan gejolak yang kontra produktif antara
karyawan `asli` dengan karyawan dari pusat.
Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa pengembangan SDM koperasi dan UKM
hendaknya jangan diredusir dengan mengadakan diklat saja, pengembangan SDM adalah
merupakan sistem yang didalamnya terdapat sub-sub sistem yang mana diklat hanya merupakan
salah satunya.Keempat, penguatan instansi pembina (capacity building). Hal ini dapat dijalankan
dengan mekanisme kerjasama dengan perguruan tinggi dalam rangka peningkatan SDM pegawai
pemerintah koperasi dan UKM. Hal lain yang bisa dijalankan dalam rangka mengoptimalkan
fungsi pembinaan pemerintah adalah melalui jalan outsourcing dari organisasi luar. Cara ini
digunakan sebagai metode antara untuk menutupi kekurangan dinas koperasi dan UKM dalam
menjalankan fungsinya. Hal lain yang masih terkait dengan fungsi fasilitator pemerintah adalah
peningkatan kapasitas data dan informasi bisnis yang dapat diakses oleh kopersi ataupun UKM.
Untuk itu perlu dikembangkan sistem informasi bisnis. Kelima, Memantapkan posisi lembaga
diklat koperasi dan UKM di tingkat wilayah. Saat ini lembaga ini tengah berada dalam masa
transisi yang mengarah pada situasi tak bertuan (stateless). Diklat koperasi dan UKM pada era
otonomi daerah adalah masih diperlukan sebagai salah satu icon dalam menciptakan SDM
koperasi yang unggul. Oleh karena itu, paling tidak pada tingkat propinsi lembaga ini harus tetap
eksis. Keberadaannya pada tingkat propinsi, selain juga dalam rangka efisiensi juga dalam upaya
menciptakan kordinasi dan sinkronisasi kebijakan.
A.    Pengertian Koperasi dan UKM
Kata koperasi sangat familiar di kalangan masyarakat. Koperasi dapat diartikan sebagai
badan usaha yang menaungi anggotanya dalam aspek perekonomian yang bertujuan
mendapatkan kesejahteraan bersama. Pelaksanaannya berdasarkan prinsip koperasi dan
berasaskan kekeluargaan. Badan usaha ini pun berkembang pesat berkat pengelolaan dan
manajemen yang baik sehingga cukup mempengaruhi banyak orang dan organisasi, di antaranya
Boedi Oetomo dan SDI. Hari koperasi Indonesia ditetapkan pada 12 Juli 1947. Adapun modal
koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri meliputi simpanan pokok
yang wajib dibayarkan anggota saat pertama kali mendaftar menjadi anggota. Simpanan wajib
yang dibayarkan selama ia menjadi anggota koperasi, simpanan khusus yang terdiri dari
simpanan sukarela (dapat diambil kapan saja), simpanan qurba, dan deposito berjangka.
Selain itu, modal terdiri dari dana cadangan yang diperoleh dari sisa hasil usaha yang
disisihkan dan hibah (pemberian). Sementara modal pinjaman koperasi berasal dari anggota atau
calon anggota koperasi lainnya, bank dan lembaga keuangan bukan bank, serta penerbitan
obligasi dan surat utang.Perangkat organisasi koperasi adalah sebagai berikut :

1. Rapat anggota yang memiliki wewenang kekuasaan tertinggi dalam koperasi sekaligus
merupakan media penuangan aspirasi bagi anggotanya. Dalam rapat anggota, segala hal
yang berhubungan dengan kebijakan koperasi diputuskan seperti pemilihan,
pengangkatan, dan pemberhentian personalia pengurus dan pengawas.
2. Pengurus koperasi, diberikan wewenang atas kepemimpinan koperasi dan
bertanggungjawab terhadap rapat anggota.
3. Pengawas dalam koperasi berfungsi untuk melaksanakan pengawasan terhadap kualitas
kerja pengurus. Pengawas dalam menjalankan tugasnya berhak mendapatkan setiap
informasi maupun laporan pengurus yang bersifat rahasia dan bertanggung jawab kepada
rapat anggota.

Menjadi anggota koperasi memiliki banyak manfaat, di antaranya para anggota akan
mendapatkan pembagian hasil usaha, membeli barang maupun jasa yang dibutuhkan
dengan biaya murah, dan kemudahan untuk menjual hasil produksinya.Selain itu, para
anggota mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan fasilitas kredit dengan proses yang
cepat dan tentunya bunga yang dikenakan lebih rendah karena anggota dalam hal ini
berperan sebagai pemilik modal.Begitu banyak keuntungan yang didapatkan melalui
keikutsertaan koperasi. Selain keuntungan dalam segi ekonomi, para anggota
memperoleh keuntungan dalam bidang sosial, yaitu mendapatkan pendidikan dan
pelatihan tentang wirausaha.Melalui badan usaha ini pula, berbagai kegiatan dapat
diselenggarakan, di antaranya kegiatan kredit perumahan, asuransi, jasa kesehatan, dan
tunjangan hari tua bagi para anggotanya.

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada
usaha berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp 200.000.000,
belum termasuk tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu contoh dari badan
usaha perseorangan dimana didirikan dan dimiliki oleh satu orang saja. Menurut
Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, UKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat
berskala kecil dimana tipe bidang usahanya bersifat heterogen serta perlu dilindungi oleh
pemerintah untuk mencegah persaingan yang tidak sehat.

Kriteria usaha kecil menengag menurut UU No. 9 tahun 1995, seperti.

          memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 belum termasuk


tanah dan bangunan tempat usaha.

          memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000

          dimiliki oleh warga negara Indonesia.

          Berdiri sendiri dan bukan anak dari suatu perusahaan atau cabang
perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai atau bergabung secara langsung atau tidak
langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

 
          Salah satu contoh dari badan usaha perseorangan yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum, misal: koperasi.
Kriteria UKM menurut BPS dengan Kementiran Negara Koperasi dan UKM sebagai
berikut.
          Jika hasil usaha perseorangan berkisar sampai dengan 1.000.000.000, maka usaha
tersebut digolongkan ke dalam usaha kecil.
          Jika hasil usaha perseorangan berkisar antara 1.000.000.000 sampai dengan
50.000.000.000, maka usaha tersebut digolongkan ke dalam usaha menengah.
3 jrnis usaha yang dapat dilakukan oleh UKM untuk menghasilkan laba, seperti.
a.         Usaha manufaktur (manufacturing business) merupakan badan usaha yang aktivitas
usahanya merubah bahan baku menjadi suatu produk yang dapat digunakan oleh masyarakat atau
produsen selanjutnya. Contoh: pabrik konveksi yang menghasilkan pakaian maupun pengrajin
bambu yang menghasilkan mebel, hiasan rumah, souvenir dan sebagainya.
b.         Usaha dagang (merchandishing business) merupakan badan usaha yang aktivitas
usahanya langsung menjual barang yang sudah dibeli tanpa melakukan perubahan terlebih
dahulu. Contoh: pusat jajanan tradisional yang menjual berbagai macam jajanan tradisional
maupun took kelontong yang menjual semua jenis barang kebutuhan sehari-hari.
c.         Usaha jasa (sevice business) merupakan usaha yang memberikan jasa atau layanan
kepada konsumen. Contoh: jasa pengiriman barang maupun warnet.
Jika seseorang ingin mendirikan UKM, maka diperlukan diferensiasi bidang usaha yang
akan dilakukan supaya dapat menjadi pusat perhatian dan dikenal oleh konsumen karena
memiliki keunikan tersendiri. Diferensiasi merupakan segala upaya yang dilakukan seseorang
maupun perusahaan untuk menciptakan perbedaan dengan pesaing usaha kita dengan tujuan
memberikan nilai terbaik di mata konsumen.
Berikut yang perlu dipirkan dalam membuat diferensiasi UKM, sebagai berikut :
             Konten (what to offer) yaitu kelebihan apa yang dapat ditawarkan pemilik usaha kepada
konsumen untuk membedakan jati diri perusahaan dengan pesaing.
             Konteks (how to offer) yaitu bagaimana cara sang pemilik usaha dalam menawarkan kelebihan
usahanya kepada konsumen.
             Infrasturktur (enabler) merupakan faktor lain yang mendukung terlaksananya diferensiasi usaha
dengan menunjukkan perbedaan kemampuan tekhnologi, kemampuan sumber daya manusia dan
fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan terhadap pesaing usahanya. Jadi, infrasturktur
merupakan segala sesuatu yang dimiliki suatu perusahaan untuk menciptakan apa yang dapat
ditawarkan dan bagaimana cara pemilik usaha untuk memperkenalkan usahanya kepada
konsumen.
             Kita juga harus memperhatikan dua hal dalam melakukan diferensiasi usaha, seperti.
             Kreatif dalam menghasilkan segala sesuatu yang unik berhubungan dengan usaha kita.
             Positif artinya diferensiasi yang dilakukan harus memberikan atau menambah nilai pada produk
atau layanan yang diberikan kepada konsumen.
Kelebihan dan kekurangan perusahaan perseorangan.
Kelebihan :
    Mudah didirikan dan dibubarkan karena sifatnya fleksibel.
    Seluruh keuntungan dapat dinikmati sendiri karena pemilik berperan sebagai pemilik tunggal.
    Jika timbul masalah dalam perusahaan, pemilik dapat cepat mengambil keputusan karena pemilik
tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain.
    Kegiatan operasi dan peraturan hukum di badan usaha perseoranga tidak terlalu rumit.
    Rahasia perusahaan sangat terjamin karena hanya pemiliknya yang mengetahui tentang masalah
perusahaannya.
    Pemilik badan usaha perseorangan harus membayar pajak kepada pemerintah, tapi lebih rendah dari
pajak PT.
    Pemilik memiliki kepuasan tersendiri dan dapat bertindak sesukannya karena peranannya sebagai
pemilik tunggal.
    Jangka waktu badan usaha tidak terbatas dan sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan.
    Biaya organisasi rendah karena membutuhkan sedikit karyawan bahkan si pemilik bisa langsung
terjun ke dalam usahanya.
    Manajemen perusahaan relatif fleksibel.
    Tidak melalui proses administrasi yang kompleks, hanya sampai pembuatan akte notaris dan surat
keterangan dari kelurahan saja
             Kekurangan :
    Pemilik tidak dapat membagi kerugiannya kepada pihak lain.
    Tanggung jawab pemilik tidak terbatas, artinya pemilik bertanggung jawab terhadap semua beban
dan utang badan usaha dengan jaminan harta benda yang dimiliki perusahaan maupun harta
pribadi jika pemilik tidak mempu membayar utang usaha.
    Pemilik badan usaha perseorangan harus menangani semua keputusan meskipun ia tidak memahami
masalah tersebut.
    Keuangan badan usaha tergantung pada berapa banyak uang yang dimiliki oleh pemilik badan
usaha, biasanya diperoleh dari harta milik sendiri dan pinjaman dari puhak luar. Terkadang
pinjaman dana dalam jumlah besar dapat menyulitkan pemilik badan usaha.
    Kelangsungan badan usaha kurang terjamin, kecuali jika sedini mungkin sudah menyiapkan
penggantinya.
    Status hukum perusahaan perseorangan tidak berbentuk badan hukum.apabila pemilik usaha
meninggal dunia atau sedang tidak aktif, maka kegiatan usahanya aka terhenti.
    Kemampuan manajerial terbatas.
    Pemilik wajib memiliki NPWP karena si pemilik menjadi satu kesatuan dengan usahanya.
 
Bidang usaha yang perlu dipertimbangkan dalam menciptakan suatu usaha kecil menengah
a.         Penasehat. Saat ini, para pengusaha sangat membutuhkan penasehat sebelum
memutuskan untuk melakukan suatu keputusan. Anda bisa menjadi seorang penasehat asalkan
kalian memiliki banyak pengalaman dan pendidikan. Contoh: pengacara, akuntan, perencana
keuangan, jasa konseling dan sebagainya.
b.         Perantara atau sering disebut makelar adalah orang yang dapat membantu seseorang
untuk mencari atau dalam usaha menjual produk dan jasa. Untuk dapat menjadi perantara, tidak
membutuhkan modal yang besar hanya mampu menyebarluaskan kualitas yang kita miliki dalam
menyelesaikan suatu masalah. Biasanya, bagi mereka yang berhasil melakukan publikasi akan
mendapatkan persentase bayaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dari hasil penjualan suatu
produk atau jasa. Contoh: perantara penjualan mobil, perantara penjualan minuman, perantara
real estate dan sebagainya.
c.         Pembangun. Jika kita memiliki keahlian khusus, kita dapat membuka usaha untuk
menyalurkan bakat yang kita miliki atau kita juga dapat mempekerjakan seseorang untuk
membantu kita. Contoh: tukang listrik, tukang ledeng dan sebagainya.
d.        Pencipta merupakan mereka yang memiliki visi tertentu karena diperlukan
kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi sehingga mereka mampu mengoperasikan suatu
perusahaan. Contoh: desainer grafis dan pendiri bisnis.
e.         Pemilik adalah seseorang yang memiliki uang lebih untuk menanamkan uangnya
dalam bentuk saham di suatu perusahaan, berinvestasi di perusahaan real estate atau membatu
usaha yang didirikan oleh orang lain yang kita kenal. Untuk menjadi seorang pemilik usaha
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mempelajari usahanya agar menghasilkan
keuntungan yang diinginkan.
f.          Penjual yang handal dibutuhkan dimana saja supaya produk yang dihasilkan suatu
perusahaan dapat laku terjual. Untuk menjadi seorang penjual yang handal, kita dituntut untuk
berkomunikasi dengan baik dengan calon konsumen, pekerja keras dan ulet.

C.     Evaluasi UKM


Peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperkuat basis usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) rupanya cukup berhasil. Salah satu buktinya, cukup banyak pengusaha yang
kini naik kelas. Menurut Menko Perekonomian Hatta Rajasa, hasil evaluasi penyaluran KUR
menunjukkan, sebagian pengusaha kelas mikro dan kecil, kini sudah naik kelas menjadi
pengusaha kelas menengah. Menurut Hatta, 400 ribu pengusaha itu bisa naik kelas menjadi
pengusaha kelas menengah setelah mendapat kucuran pendanaan Rp 2 triliun dari program KUR.
merupakan contoh sukses program KUR. Pengusaha tersebut akan terus dibina, sehingga nanti
bisa mengakses kredit perbankan. Pemerintah sepakat untuk menghubungkan sektor UMKM
yang menjadi binaan Kementerian dengan perbankan. Sehingga, nanti masing-masing
Kementerian bisa memberikan daftar pengusaha UMKM binaannya yang potensial kepada
perbankan sebagai penyalur KUR maupun kredit biasa. Terkait KUR, pemerintah optimistis
penyalurannya akan berjalan lancar, bahkan bakal melampaui target Rp 13,1 triliun. Hatta
optimis, revisi kebijakan penyaluran KUR seperti mempermudah penyaluran, meniadakan
jaminan tambahan, hingga meniadakan pengecekan ulang dari Bank Indonesia (BI), akan mampu
mendongkrak penyaluran KUR. Dan akses akan diperluas hingga ke BPD (Bank Pembangunan
Daerah) yang tahun ini akan menyalurkan Rp 2 triliun.Menurut Menteri Koperasi dan UKM
Syarifudin Hasan, hingga akhir Juni lalu, dari target Rp 6,5 triliun, kini realisasi penyaluran KUR
BAB III
PENUTUP

 
A.    Kesimpulan
Koperasi adalah asosiasi orang-orang yang bergabung dan melakukan usaha bersama atas
dasar prinsip-prinsip Koperasi, sehingga mendapatkan manfaat yang lebih besar dengan biaya
yang rendah melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis oleh
anggotanya.Koperasi bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya lebih
baik dibandingkan sebelum bergabung dengan Koperasi.
Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada usaha
berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp 200.000.000, belum termasuk
tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu contoh dari badan usaha perseorangan dimana
didirikan dan dimiliki oleh satu orang saja.

B.     Saran
1.      Bagi penyusun, hasil Makalah ini dapat dijadikan Acuan  untuk memperbaiki perekonomian
menjadi lebih baik.
2.      Bagi pembaca, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna sebagai informasi dan
dapat menambah referensi khasanah ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah berandaukm.blogspot.com
http://www.dokterbisnis.net/2009/12/02/pentingnya-diferensiasi-bagi-produk-atau-jasa anda-
bahkan-bagi-perusahaan-anda/
Adji. Wahyu, Ekonomi untuk 3 SMA, jilid 3, Jakarta: Erlangga, 2007
http://www.dokterbisnis.net/2009/12/01/tipe-bisnis-apa-yang-cocok-buat-anda/
http://berkoperasi.blogspot.com/
http://io.ppijepang.org/cetak.php?id=17
http://manajemen-koperasi.blogspot.com/2008_08_24_archive.html
http://www.anneahira.com/dinas-koperasi.htm
http://www.addthis.com/bookmark.php?v=20
http://komunitas.bisnisukm.com/groups/usaha-waralaba/forum/topic/bisnis-otomotif-yang-
menguntungkan/

Anda mungkin juga menyukai