Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH KOPERASI

Sejarah koperasi pada awalnya dimulai pada abad ke-20 . Pada umumnya sejarah koperasi dimulai
dari hasil usaha kecil yang spontan dan dilakukan oleh rakyat kecil. Kemampuan ekonomi yang rendah
mendorong para usaha kecil untuk terlepas dari penderitaan .Secara spontan mereka ingin merubah
hidupnya.
Di Indonesia ide - ide perkoperasian diperkenalkan oleh, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun
1896 yang mendirikan sebuah Bank untuk para Pegawai Negeri. Karena semangat yang tinggi
perkoperasian pun selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.
Pada tahun 1908, Dr. Sutomo mendirikan Budi Utomo . Dr Sutomo sangat memiliki peranan bagi
gerakan koperasi untuk memperbaiki dan mensejahtrakan kehidupan rakyat.
Pada tahun 1915 dibuat peraturan-peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging dan
pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev.
Pada tahun 1927 dibentuklah Serikat Dagang Islam. Dengan tujuan untuk memperjuangkan
kedudukan ekonomi para pengusah-pengusaha pribumi. pada tahun 1929 berdiri Partai Nasional
Indonesia yang memberikan dan memperjuangkan semangat untuk penyebaran koperasi di Indonesia.
Pada tahun 1942 negara Jepang menduduki Indonesia.Lalu jepang mendirikan koperasi yang
diberi nama koperasi kumiyai.
Setelah bangsa Indonesia merdeka tanggal 12 Juli 1947. Gerakan koperasi di Indonesia
mengadakan Kongres Koperasi pertama kalinya di Tasikmalaya. Hari itu kemudian ditetapkanlah sebagai
Hari Koperasi Indonesia. Kongres Koperasi pertama menghasilkan beberapa keputusan :
1. Mendirikan sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia [SOKRI]
2. Menetapkan gotong royong sebagai asas koperasi
3. Menetapkan pada tanggal 12 Juli sebagai hari Koperasi
Pada tanggal 12 Juli 1953, mengadakan kembali Kongres Koperasi yang ke-2 di Bandung. Kongres
koperasi ke -2 mengambil putusan :
1. Membentuk Dewan Koperasi Indonesia [ Dekopin ]sebagai pengganti SOKRI
2. Menetapkan pendidikan koperasi sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah
3. Mengangkat Moh. Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia
4. Segera akan dibuat undang-undang koperasi yang baru
Pelaksanaan program perkoperasian pemerintah mengadakan kebijakan :
1. Menggiatkan pembangunan organisasi perekonomian rakyat terutam koperasi
2. Memperluas pendidikan dan penerangan koperasi
3. Memberikan kredit kepada kaum produsen, baik di lapangan industri maupun pertanian yang
bermodal kecil
PERKEMBANGAN KOPERASI DI INDONESIA
A. Perkembangan Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Terpimpin

Peraturan konsep pengembangan koperasi secara misal dan seragam dan dikeluarkan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1) Menyesuaikan fungsi koperasi dengan jiwa dan semangat UUD 1945 dan Manipol RI tanggal 17
Agustus 1959, dimana koperasi diberi peranan sedemikian rupa sehingga kegiatan dan
penyelenggaraannya benar-benar dapat merupakan alat untuk melaksanakan ekonomi
terpimpin berdasarkan sosialisme ala Indonesia, sendi kehidupan ekonomi bangsa Indonesia dan
dasar untuk mengatur perekonomian rakyat guna mencapai taraf hidup yang layak dalam susunan
masyarakat adil dan makmur yang demokratis.
2) Bahwa pemerintah wajib mengambil sikap yang aktif dalam membina Gerakan Koperasi
berdasarkan azas-azas demokrasi terpimpin, yaitu menumbuhkan, mendorong, membimbing,
melindungi dan mengawasi perkembangan Gerakan Koperasi.
3) Bahwa dengan menyerahkan penyelenggaraan koperasi kepada inisiatif Gerakan Koperasi sendiri
dalam taraf sekarang bukan saja tidakk mencapai tujuan untuk membendung arus kapitalisme
dan liberalism, tetapi juga tidak menjamin bentuk organisasi dan cara bekerja yang sehat sesuai
dengan azas-azas koperasi yang sebenarnya.

B. Perkembangan Koperasi Pada Masa Orde Baru

Semangat Orde Baru yang dimulai titik awalnya 11 Maret 1996 segera setelah itu pada tanggal 18
Desember 1967 telah dilahirkan Undang-Undang Koperasi yang baru yakni dikenal dengan UU No.
12/1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Konsideran UU No. 12/1967 tersebut adalah sebagai
berikut ;
1. Bahwa Undang-Undang No. 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian mengandung pikiran-pikiran
yang nyata-nyata hendak :
a. Menempatkan fungsi dan peranan koperasi sebagai abdi langsung daripada politik.
Sehingga mengabaikan koperasi sebagai wadah perjuangan ekonomi rakyat.
b. Menyelewengkan landasan-landasan, azas-azas dan sendi-sendi dasar koperasi dari
kemurniannya.
2.
a. Bahwa berhubung dengan itu perlu dibentuk Undang-Undang baru yang sesuai dengan
semangat dan jiwa Orde Baru sebagaimana dituangkan dalam Ketepatan-ketepatan
MPRS Sidang ke IV dan Sidang Istimewa untuk memungkinkan bagi koperasi
mendapatkan kedudukan hokum dan tempat yang semestinya sebagai wadah organisasi
perjuangan ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan sebagai alat pendemokrasian
ekonomi nasional.
b. Bahwa koperasi bersama-sama dengan sector ekonomi Negara dan swasta bergerak di
segala sektor ekonomi Negara dan swasta bergerak di segala kegiatan dan kehidupan
ekonomi bangsa dalam rangka memampukan dirinya bagi usaha-usaha untuk
mewujudkan masyarakat Sosialisme Indonesia berdasarkan Panvcasila yang adil dan
makmur di ridhoi Tuhan Yang Maha Esa.
3. Bahwa berhubungan dengan itu, maka Undang-Undang No. 14 tahun 1965 perlu dicabut dan
perlu mencerminkan jiwa, serta cita-cita yang terkandung dalam jelas menyatakan, bahwa
perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan dan
koperasi adalah satu bangunan usaha yang sesuai dengan susunan perekonomian yang dimaksud
itu. Berdasarkan pada ketentuan itu dan untuk mencapai cita-cita tersebut Pemerintah
mempunyai kewajiban membimbing dan membina perkoperasian Indonesia dengan sikap ing
ngarsa sung tulada, ing madya mbangun karsa, tut wuri handayani . Di bidang idiil, koperasi
Indonesia merupakan satu-satunya wadah untuk menyusun perekonomian rakyat berazaskan
kekeluargaan dan kegotong-royongan yang merupakan cirri khas dari tata kehidupan bangsa
Indonesia dengan tidak memandang golongan, aliran maupun kepercayaan yang dianut
seseorang. Kiperasi sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional dilaksanakan dalan rangka
dalam rangka politik maupun perjuangan bangsa Indonesia. Menurut pasal. 3 UU No. 12/1967,
koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak social, beranggotakan orang-
orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata azas kekeluargaan. Penjelasan pasal
tersebut menyatakan bahwa koperasi Indonesia adalah kumpulan orang-orang yang sebagai
manusia secara bersamaan, bekerja untuk memajukan kepentingan-kepentingan ekonomi
mereka dan kepentingan masyarakat.

C. Perkembangan Koperasi Pada Masa Reformasi

Potensi koperasi pada saat ini sudah mampu untuk memulai gerakan koperasi yang otonom,
namun fokus bisnis koperasi harus diarahkan pada ciri universalitas kebutuhan yang tinggi seperti jasa
keuangan, pelayanan infrastruktur serta pembelian bersama. Dengan otonomi selain peluang untuk
memanfaatkan potensi setempat juga terdapat potensi benturan yang harus diselesaikan di tingkat
daerah.
Dalam hal ini konsolidasi potensi keuangan, pengembangan jaringan informasi serta
pengembangan pusat inovasi dan teknologimerupakan kebutuhan pendukung untuk kuat-nya
kehadiran koperasi. Pemerintah di daerah dapat mendorong pengembangan lembaga penjamin
kredit di daerah. Pemusatan koperasi di bidang jasa keuangan sangat tepat untuk dilakukan pada
tingkat kabupaten/kota atau kabupaten dan kota agar menjaga arus dana menjadi lebih seimbang
dan memperhatikan kepentingan daerah (masyarakat setempat).
Fungsi pusat koperasi jasa keuangan ini selain menjaga likuiditas juga dapat memainkan peran
pengawasan dan perbaikan manajemen hingga pengembangan sistem asuransi tabungan yang dapat
diintegrasikan dalam sistem asuransi secara nasional. Pendekatan pengembangan koperasi sebagai
instrumen pembangunan terbukti menimbulkan kelemahan dalam menjadikan dirinya sebagai
koperasi yang memegang prinsip-prinsip koperasi dan sebagai badan usaha yang kompetitif.
Reformasi kelembagaan koperasi menuju koperasi dengan jati dirinya akan menjadi agenda panjang
yang harus dilalui oleh koperasi di Indonesia.
Dalam kerangka otonomi daerah perlu penataan lembaga keuangan koperasi (koperasi simpan
pinjam) untuk memperkokoh pembiayaan kegiatan ekonomi di lapisan terbawah dan menahan arus
ke luar potensi sumberdaya lokal yang masih diperlukan. Pembenahan ini akan merupakan elemen
penting dalam membangun sistem pembiayaan mikro di tanah air yang merupakan tulang punggung
gerakan pemberdayaan ekonomi rakyat.
Sejarah Koperasi
KONGRES 1 TASIKMALAYA

Menjelang penyelenggaraan Kongres Koperasi I di Tasikmalaya tanggal 11-14 Juli 1947, para
pemimpin Gerakan Koperasi di Jawa Barat (Priangan) menetapkan untuk mengirim utusan ke
Yogyakarta (ibukota RI). Waktu itu mereka bermaksud untuk menemui Bung Hatta, yang bukan saja
dihormati sebagai Wakil Presiden, tetapi juga sebagai ahli ekonomi dan penganjur Gerakan Koperasi.

Utusan terdiri atas Niti Soemantri, Kastura, Much. Muchtar dan Kyai Lukman Hakim. Dalam
pertemuan tersebut dibicarakan tentang berbagai masalah yang dihadapi gerakan dalam
mengembangkan koperasi, khususnya di daerah Jawa Barat. Pada umumnya, usaha yang telah
dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan Bung Hatta.

Selain bertemu dengan Bung Hatta, utusan Gerakan Koperasi Priangan juga menemui R.S. Soeria
Atmadja (Kepala Jawatan Koperasi Pusat) yang berkedudukan di Magelang, dan R.M. Margono
Djojohadikusumo (Presiden Direktur Bank Negara Indonesia).

Dengan R.M. Margono, utusan Gerakan Kopeasi Priangan sependapat, bahwa untuk kepentingan
Gerakan Koperasi Indonesia, sebelum gerakan dapat mewujudkan usaha-usahanya sendiri, pada Bank
Negara Indonesia akan diadakan Kamar Koperasi, yang bertugas untuk menyelenggarakan kredit bagi
gerakan koperasi di seluruh Indonesia.

Melalui persiapan tersebut, maka Pusat Koperasi Priangan mengambil prakarsa untuk
menyelenggarakan kongres koperasi pertama di Tasikmalaya. Dengan pertimbangan, karena kota
tersebut termasuk daerah yang paling aman. Pengurus Pusat Koperasi Priangan yang sebenarnya
berkedudukan di Bandung juga mengungsi ke Tasikmalaya, yang pada waktu itu merupakan ibukota
Provinsi Jawa Barat untuk sementara.

Kongres berlangsung di Gedung pabrik tenun Perintis milik Pusat Koperasi Kabupaten Tasikmalaya,
yang terletak di Jalan Ciamis No.40. Peserta kongres berjumlah sekira 500 orang, yang merupakan
utusan koperasi-koperasi di Jawa-Madura, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi.

Pelaksanaan kongres dipercayakan kepada Pusat Koperasi Kabupaten Tasikmalaya (PKKT). Pada
Kongres Koperasi I tersebut, pagi harinya diletakkan batu pertama Tugu Koperasi, (pembangunannya
dilaksanakan awal tahun 1950 dan diresmikan 12 Juli 1950). Dilanjutkan siang harinya diadakan pameran
hasil kerajinan koperasi Kabupaten Tasikmalaya di ruangan Kongres.

Situasi tanah air setelah Kongres Koperasi I, masih tetap diwarnai pertempuran di beberapa daerah
melawan Belanda. Bahkan beberapa hari setelah kongres, Tasikmalaya mengalami pemboman Belanda.
Sehingga keputusan kongres praktis tidak bisa dilaksanakan.

Meski begitu, kepada para pemimpin/calon pemimpin koperasi desa di karesidenan-karesidenan


Jawa, masih sempat diberikan kursus koperasi oleh Jawatan Koperasi. Menurut catatan, jumlah koperasi
pada saat itu ada 2.160. Tetapi kegiatan ini juga berhenti dengan adanya aksi militer II oleh Belanda pada
19 Desember 1948, menyusul peristiwa Madiun pada September 1948.

Masa setelah pemulihan kedaulatan dan terbentuknya Negara Kesatuan (1950), ditandai dengan
upaya Gerakan Koperasi untuk bangkit kembali dari kehancurannya, akibat peperangan yang terus
menerus.

Kembali ke UUD 1945

Situasi tanah air pada saat itu dapat dikatakan sudah aman, sehingga memungkinkan pengembangan
koperasi secara lebih luas. Selain situasi keamanan dan landasan yuridis, yang juga mendorong
perkembangan perkoperasian pada saat itu, adalah sikap pemerintah memberi iklim yang diperlukan.

Hal ini antara lain tampak pada pidato Wakil Presiden, Mohamad Hatta, tanggal 12 Juli 1951, saat
memperingati Hari Koperasi. Dari pidato tersebut dapat diketahui, bagaimana sikap pemerintah dalam
upaya mengembangkan perkoperasian.

Tadi kami peringatkan bahwa pasal 38 dari pada Undang-Undang Dasar kita menyatakan dua macam
kewajiban. Kewajiban kepada pemerintah dan kewajiban kepada rakyat.

Selain dari menganjurkan dan merencanakan koperasi, titik berat daripada kewajiban pemerintah
terletak pada ayat (2) dan (3) dari pada pasal itu, yang berbunyi: (2) Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. (3) Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

Disini dinyatakan tugas dan tanggungjawab pemerintah untuk melindungi penghidupan rakyat, dan
mengatur supaya produksi berjalan untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat. Dikuasai tidak berarti
bahwa pemerintah sendiri menjadi pengusaha dalam segala rupa. Dikuasai berarti juga bahwa pemerintah
mengatur jalannya produksi, supaya menguntungkan kepada kemakmuran rakyat.

Di sebelah kewajiban pemerintah adalah kewajiban daripada rakyat, untuk menyempurnakan


hidupnya dan perusahaan masyarakat dengan jalan koperasi. Dengan koperasi kita selenggarakan supaya
bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Demikian Dr. Moh. Hatta.
KONGRES KOPERASI II BANDUNG

Iklim sosial politik pada saat itu memungkinkan koperasi dapat berkembang dengan pesat.
Sehubungan dengan hal ini, Bung Hatta dalam salah satu amanatnya antara lain menyatakan, bahwa
kesuburan perkembangan koperasi harus disertai dengan sikap seia-sekata dalam praktek sehari-hari,
antara koperasi yang satu dengan koperasi lainnya.

Untuk mencapai suasana seia-sekata ini diperlukan wadah/organisasi yang menyatukan pendapat
kekuatan organisasi-organisasi koperasi yang ada pada waktu itu. Sementara SOKRI (Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia), yang merupakan hasil Kongres I karena keadaan tanah air yang masih kacau,
tidak dapat berfungsi.

Dengan tiadanya organisasi gerakan koperasi berfungsi secara efektif yang merupakan wadah aspirasi
dan cita-cita dari berbagai organisasi koperasi yang ada, maka tidak ada kesatuan pandangan tentang
bentuk organisasi, dasar, atau tujuan koperasi.

Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia ke II diselenggarkan di Bandung, pada 15-17 Juli 1953.
Dalam kongres tersebut hadir 206 orang utusan yang mewakili 83 Pusat-pusat Koperasi dari berbagai
daerah di Indonesia. Yaitu, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan, Sulawesi, dan Sunda Kecil. Banyak diantaranya para utusan tersebut mewakili organisasi
koperasi yang masih berbentuk panitia.

Pada kongres yang berlangsung di Bandung dan dipimpin oleh Niti Soemantri itu, beberapa pejabat
pemerintah dan tokoh Gerakan Koperasi memberikan prasaran.

Mereka adalah, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo (Menteri Perekonomian) tentang Fungsi
Koperasi dalam proses pengembagan ekonomi. Iskandar Tejasukmana (Menteri Perburuhan) tentang
Perumahan Rakyat. R. Moh. Ambiyah Hadiwinoto (GKBI) tentang Undang-undang Koperasi. Roesli
Rahim (Kepala Jawatan Koperasi Pusat) tentang Pendidikan dan Penerangan Koperasi. R.S. Soeria
Atmadja (Kepala Direktorat Perekonomian Rakyat) tentang Perluasan tugas gerakan koperasi di
Indonesia).

(Sumber: Buku Panca Windu Gerakan Koperasi Indonesia (12 Juli 1947 - 12 Juli 1987)
Dekopin). (Ivan/Adang/Pikiran Rakyat)***

Anda mungkin juga menyukai